ASNI ASTUTI S
MAESAROH
NOVIYANTI
ZAHROTUNNISA
HIPOKSEMIA
DEFINISI (Zahrotunnisa)
Hipoksemia merupakan tekanan oksigen (atau tekanan PaO2) dalam darah arteri yang
kurang dari normal. Hipoksia merupakan penurunan oksigenasi yang terjadi karena saturasi
oksigen serta PaO2 yang rendah dan mengakibatkan gangguan pada proses saluran pernafasan,
sehingga menyebabkan terjadinya sianosis atau perubahan warna kulit menjadi biru pada
membrane mukosa, kulit dan dasar kuku. Sianosis terjadi karena hemoglobin yang mengalami
deoksigenasi (hemoglobin yang tidak mengikat okigen).
MANIFESTASI (Mae)
Seiring dengan waktu, akan terjadi dua perubahan fisiologis dalam tubuh sebagai reaksi
terhadap hipoksemia kronis; kedua perubahan tersebut adalah polisitemia dan jari tubuh
(clubbing). Polisitemia, yaitu keadaan meningkatnya jumlah sel darah merah, akan
meningkatkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Akan tetapi, anemia dapat terjadi
jika zat besi tidak tersedia untuk pembentukan hemoglobin. Polisitemia akan meningkatkan
viskositas darah dan memaksa keluar faktor-faktor pembekuan. Jari tabuh (clubbing), yaitu
penebalan dan pendataran ujung jari-jari tangan dan kaki, diperkirakan terjadi karena
hipoksemia jaringan yang kronis dan polisitemia. Bayi dengan hipoksemia ringan mungkin
tidak menunjukkan gejala (asimtomatik)kecuali sianosis, dan memperlihatkan tumbuh-
kembang yang mendekati normal. Bayi dengan hipoksemia yang lebih berat dapat menunjukan
gejala mudah lelah pada saat menyusu, berat badan sulit bertambah, takipnea, dan dyspnea.
Hipoksemia berat yang menimbulkan hipoksia jaringan dimanifestasikan dengan kemunduran
kondisi klinis pasien dan tanda perfusi jaringan yang jelek.
Serangan hipersianosis, yang juga disebut dengan istilah blue spell atau tet spell karena sering
dijumpai pada bayi yang menderita tetralogy fallot, dapat terjadi pada setiap anak yang defek
jantungnya meliputi obstruksi aliran darah paru dan saluran antar-ventrikel. Bayi mengalami
sianosis akut dan hiperpnea karena spasme infundibular mendadak yang menurunkan aliran
darah paru dan meningkatkan pemintasan (shunting) kanan kekiri (mekanisme yang ditemukan
pada tetralogy fallot ). Serangan atau spell, yang jarang terlihat pada usia dibawah 2 bulan,
paling sering terjadi satu tahun. Serangan ini lebih sering terjadi ipagi hari dan dapat didahului
dengan aktifitas menyusu, menangis, defekasi ataupun dengan pelaksaan prosedur yang
menimbulkan stress. Karena hipoksemia berat menyebabkan hipoksia serebri, maka serangan
hipersianosis memerlukan pengkajian dan penanganan segera untuk mencegah kerusakan otak
atau mungkin kematian.
Sianosis persisten akibat defek jantung sianosis menempatkan anak pada risiko untuk
mengalami komplikasi neurologik yang signifikan. Cedera serebrovaskuler (cerebrovascular
accident {CVA}, stroke), abses otak dan keterlambatan perkembangan khususnya
perkembangan motorik dan kognitip) dapat terjadi karena hipoksia kronis.