PANDUAN PELAYANAN
BAB I
DEFENISI
A. Latar Belakang
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Dalam pemberian pelayanan asuhan kepada pasien di RSUD Indrasari Rengat
diperlukan saling kerja sama antara masyarakat, pasien dan keluarga serta tim medis,
maka untuk menimbulkan kerja sama yang baik di perlukan komunikasi efektif dari tim
medis kepada pasien, keluarga dan masyarakat, yang bertujuan agar pasien dan atau
keluarga dapat mengerti apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sama guna
mencapai keadaan yang lebih baik untuk pasien atau dengan kata lain saling kooperatif.
Maka dari itu komunikasi yang efektif sangat di perlukan dalam memberikan asuhan
kepada pasien.
D. Landasan Hukum
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Permenkes Nomor : 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
4. Surat Kebijakan Direktur Tentang Keselamatan Pasien RSUD Indarasari
Nomor : ........./Kpts/RSUD/XI/2016 tanggal November 2016;
5. Keputusan direktur RSUD Indrasari Rengat nomor : 70/Kpts/RSUD/X/2016
tanggal 22 November 2016;
6. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 5063);
Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 3
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar PelayananMinimal Rumah Sakit;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
15. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
16. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
17. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
18. Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
19. Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 tentang Sistem manajemen K3;
20. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman teknis
Analisis Dampak Kesehatan lingkungan;
21. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
23. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007
tentang Pedoman manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit;
24. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No.
1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
kerja di Rumah Sakit;
25. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
26. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
27. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon.
RSUD Indrasari Rengat mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan perintah secara lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan
dan dibacakan ulang denganakurat.Untukobat-obat yang termasukobat NORUM/LASA
dilakukanejaulang.
.Panduan komunikasi efektif ini diterapkan dilingkup rumah sakit yang ditujukan
kepada:
1. Pemberi pelayanan saat memberikan informasi lisan atau melalui telepon tentang
pelayanan, jam operasional, dan proses untuk mendapatkan pelayanan dirumah sakit
kepada masyarakat.
2. Antar pemberi pelayanan didalam dan keluar rumah sakit.
3. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
4. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
5. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan
A. Pengertian
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil
yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing
effect).
B. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi
Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif :
1. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Kasir,dll),
adalah orang yang memberikan pesan.
a. Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di
terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
b. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,
cara berbicaranyanya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
2. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
3. Media/saluran pesan (elektronic, lisandan tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus.Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media yang
dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan lembarlipat, buklet, vcd, (peraga)
D. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
1. Jam pelayanan
2. Pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service, Admission,dan
Website.Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi tentang obat.
2. Edukasi tentang penyakit.
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit.
5. Edukasi tentang Gizi.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dannantinya
akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit).
Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama
orang, dll. Untuk memverifikasi dan mengklarifkasi, maka komunikan sebaiknya mengeja
huruf demi huruf menggunakan alfabet standart international yaitu :
Phonetic Alphabet
G. Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke
pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah
klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
a. Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan.
b. DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2 Background (B) :
a. Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
b. Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c. Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d. Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f. Diet : rendah protein 1 gram
3 Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C,
RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine
sedikit, eliminasi faeses baik.
b. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
c. Pasien masil mengeluh mual.
4 Recommendation (R) :
a. Awasi balance cairan
b. Batasi asupan cairan
c. Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
d. Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f. Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
Situation (S) :
- Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
- Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas.
Assessment (A) :
- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih
- Pasien tampak tidak stabil
Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga pasien
dan seluruh petugas kesehatan.
3. Prosedur
a. Komunikasi Lisan
1) Mengucapkan salam (selamat pagi/sore/malam)..
2) Memperkenalkan diri (sebutkan nama dan unit kerja)
3) Menyampaikan isi pesan ( perawat menyampaikan kondisi pasien
baru....k/u, TTV)
4) Menerima pesan (menulis pesan yang diterima”WRITE BACK”
5) Mengulang kembali pesan yang diterima “READ BACK” (untuk istilah yang
sulit atau masalah obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
dengan mengklarifikasi menggunakan Phonetic Alfabeth.
Klinik
Pasien Pendaftaran Kebutuhan Edukasi
Spesialis
Alur pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat inap sebagai berikut :
Assesmen Kebutuhan
Rawat Inap edukasi
Pasien IGD
Pelayanan
Medik
Keperawatan
Penunjang
Pulang Diizinkan pulang Tdk Ya
Evaluasi Re
Proses Edukasi
Edukasi / Tidak
Edukasi pasien dan keluarga di rawat inap dilakukan pada semua pasien
sesuai dengan kebutuhan edukasi.Setelah pasien masuk rawat inap maka
dilakukan kajian kebutuhan edukasi oleh tenaga fungsional PKRS, hasil kajian ini
dijadikan dasar bagi multi profesi dalam melakukan edukasi.Edukasi dilakukan
terintegrasi multi profesi. Setelah dilakukan edukasi kemudian dilakukan evaluasi
apakah diperlukan sedukasi kembali atau tidak, jika diperlukan maka dilakukan
edukasi kembali tetapi jika pasien sudah akan pulang dan masih memerlukan
edukasi lanjutan maka dianjurkan untuk mengikuti program edukasi melalui klinik
edukasi.
3. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
Pelayanan edukasi bagi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
dilakukan berdasarkan hasil kajian kebutuhan edukasi pengunjung dan masyarakat
dilakukan secara berkala.Pemberia edukasi bertujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap informasi kesehatan maupun informasi pelayanan rumah sakit.
A. Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan berguna untuk kepentingan
klien, tim kesehatan, serta kalangan perawat sendiri (A. Aziz Alimul). Dokumentasi
dalam Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan
diatasnya.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik
berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset,
video, film, gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal 7). Pemberian informasi dan
edukasi kepada pasien dan keluarga perlu didokumentasikan oleh tim kesehatan
yang telah memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan, antara lain sebagai sarana
komunikasi. Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh tim kesehatan,
mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
pada pasien.
Dokumentasi asuhan pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.