Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

KOMUNIKASI PEMBERIAN INFORMASI


DAN EDUKASI YANG EFEKTIF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH INDRASARI RENGAT


TAHUN 2016

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 1


LAMPIRAN KEPUTUSAN
DIREKTUR RS KASIH IBU
Nomor : .........////
Tanggal : November 2018

PANDUAN PELAYANAN

PANDUAN KOMUNIKASI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF

BAB I
DEFENISI

A. Latar Belakang
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Dalam pemberian pelayanan asuhan kepada pasien di RSUD Indrasari Rengat
diperlukan saling kerja sama antara masyarakat, pasien dan keluarga serta tim medis,
maka untuk menimbulkan kerja sama yang baik di perlukan komunikasi efektif dari tim
medis kepada pasien, keluarga dan masyarakat, yang bertujuan agar pasien dan atau
keluarga dapat mengerti apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sama guna
mencapai keadaan yang lebih baik untuk pasien atau dengan kata lain saling kooperatif.
Maka dari itu komunikasi yang efektif sangat di perlukan dalam memberikan asuhan
kepada pasien.

B. Maksud dan Tujuan


a. Tujuan Umum
Tujuan dari komunikasi efektif adalah untuk mendorong keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam peroses pelayanan
b. Tujuan Khusus
1. Memudahkan orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan dan
informasi yang disampaikan dapat menimbulkan feedback dari komunikan.
2. Meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan rumah sakit.
3. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses kerja bagi sumber daya manusia
yang ada didalam RSUD Indrasari Rengat.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 2


C. Batasan Operasional
Panduan komunikasi efektif ini diterapkan dilingkup rumah sakit yang ditujukan
kepada:
1. Pemberi pelayanan saat memberikan informasi lisan atau melalui telepon tentang
pelayanan, jam operasional, dan proses untuk mendapatkan pelayanan dirumah
sakit kepada masyarakat.
2. Antar pemberi pelayanan didalam dan keluar rumah sakit.
3. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
4. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
5. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan

Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas


laboratorium, petugas radiologi, petugas informasi, pelaksana PKRS, dan semua
karyawan di rumah sakit. dengan tujuan :
1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan pesan yang disampaikan
komunikator akan sampai pada komunikan dengan benar dan lengkap
2. Mengurangi kesalahan persepsi akibat komunikasi secara lisan
3. Tercapainya 5 hal pokok, yaitu :
a. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan
b. Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar
c. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak
menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
d. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita
dan maksud kita bisa mereka terima
e. Memperoleh umpan balik dari pendengar.

D. Landasan Hukum
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Permenkes Nomor : 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
4. Surat Kebijakan Direktur Tentang Keselamatan Pasien RSUD Indarasari
Nomor : ........./Kpts/RSUD/XI/2016 tanggal November 2016;
5. Keputusan direktur RSUD Indrasari Rengat nomor : 70/Kpts/RSUD/X/2016
tanggal 22 November 2016;
6. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 5063);
Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 3
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar PelayananMinimal Rumah Sakit;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
15. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
16. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
17. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
18. Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
19. Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 tentang Sistem manajemen K3;
20. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman teknis
Analisis Dampak Kesehatan lingkungan;
21. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
23. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007
tentang Pedoman manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit;
24. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No.
1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
kerja di Rumah Sakit;
25. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
26. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
27. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 4


BAB II
RUANG LINGKUP

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon.
RSUD Indrasari Rengat mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan perintah secara lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan
dan dibacakan ulang denganakurat.Untukobat-obat yang termasukobat NORUM/LASA
dilakukanejaulang.
.Panduan komunikasi efektif ini diterapkan dilingkup rumah sakit yang ditujukan
kepada:
1. Pemberi pelayanan saat memberikan informasi lisan atau melalui telepon tentang
pelayanan, jam operasional, dan proses untuk mendapatkan pelayanan dirumah sakit
kepada masyarakat.
2. Antar pemberi pelayanan didalam dan keluar rumah sakit.
3. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
4. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
5. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 5


BAB III
TATA LAKSANA

A. Pengertian
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil
yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing
effect).

B. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi
Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif :
1. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Kasir,dll),
adalah orang yang memberikan pesan.
a. Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di
terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
b. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,
cara berbicaranyanya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
2. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
3. Media/saluran pesan (elektronic, lisandan tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus.Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media yang
dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan lembarlipat, buklet, vcd, (peraga)

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 6


4. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, admission,
adm.) atau audience adalah pihak/orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita.Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan.Tanggung jawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga
proses komunkasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
5. Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.

C. Pemberi Pesan/komunikator yang baik :


Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

D. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
1. Jam pelayanan
2. Pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service, Admission,dan
Website.Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi tentang obat.
2. Edukasi tentang penyakit.
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit.
5. Edukasi tentang Gizi.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dannantinya
akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit).

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 7


E. Syarat Komunkasi Efektif
Syarat dalam komunikasi efektif adalah:
1. Tepat waktu
2. Akurat.
3. Lengkap
4. Jelas.
5. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalah pahaman).

F. Proses Komunikasi Efekif


Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:
1. Pemberi pesan secara lisanmemberikan pesan
2. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
3. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan
4. Pemberi pesanmemverifikasi isi pesan kepada penerima pesan.
5. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi

Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama
orang, dll. Untuk memverifikasi dan mengklarifkasi, maka komunikan sebaiknya mengeja
huruf demi huruf menggunakan alfabet standart international yaitu :

Phonetic Alphabet

Letter Phonetic letter


A Alpha
B Bravo
C Charlie
D Delta
E Echo

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 8


Letter Phonetic letter
F Foxtrot
G Golf
H Hotel
I India
J Juliet
K Kilo
L Lima
M Mike
N November
O Oscar
P Papa
Q Quebec
R Romeo
S Sierra
T Tango
U Uniform
V Victor
W Whiskey
X X-ray
Y Yankee
Z Zulu

Aspek Komunikasi Efektif juga meliputi lima Hal :


1. Kejelasan (Clarity) pesan yang disampaikan.
2. Ketepatan (Accuracy) kebenaran informasi.
3. Konteks (Context) gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang
tepat.
4. Alur (Flow) urutan pesan atau sistematika penyampaian.
5. Budaya (Culture) sesuai dengan bahasa,gaya bicara, dan norma-etika yang
berlaku.

Secara tekniks, untuk mencapai komunikasi efektif, secara verbal komunikasi


“memainkan” teknik vocal :
1. Speed/tempo –kecepatan bicara; variatif, jangan terlalu cepat jangan pula terlalu
lambat.
2. Volume –tinggi-rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah
audiens.
3. Aksentuasi –penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu.
4. Artikulasi –kejelasan kata demi kata yang diucapkan.
5. Projection –memproyeksikan (mengarahkan) suara sampai ke bagian paling
belakang ruangan tanpa harus berteriak.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 9


6. Pronounciation (Pelafalan) –pelafalan kata demi kata secara jelas dan benar.
7. Repetition (pengulangan) –untuk mengulangi kata-kata penting dengan irama
yang berbeda.
8. Hindari gumaman (Intruding Sound) terlalu sering.
9. Ringkas, namun jelas. Jangan bertele-tele.
Secara non-verbal komunikasi dapat dibangun dengan gesture atau gerakan
tubuh, cara berpakaian sesuaikan dengan acara atau suasana, dan raut wajah.
Hasil survei Mechribian & Ferris menunjukkan, dalam komunikasi verbal,
keberhasilan menyampaikan informasi:
1. 55% ditentukan oleh bahasa tubuh(body language), postur, isyarat, dan dan kontak
mata.
2. 38 % ditentukan oleh nada suara.
3. 7 % saja ditentukan oleh kata-kata.

Faktor yang menentukan komunikasi efektif, antara lain:


1. Kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
2. Kejelasan pesan yang disampaikan.
3. Keterampilan komunikasi komunikator .
4. Daya tarik pesan.
5. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan.
6. Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan (decoding).
7. Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan.

Strategi komunikasi efektif antara lain:


1. Menguasai pesan/materi.
2. Mengenali karakter komunikan/audiens.
3. Kontak Mata (Eye Contact)
4. Ekspresi Wajah.
5. Postur/Gerak Tubuh
6. Busana yang sesuai dengan suasana.

G. Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke
pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah
klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 10


memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.
SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,


Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri.Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.
1 Situation: Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;
b. Diagnosa medis;
c. Apa yang terjadi dengan pasien.
2 Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan
situasi?
a. Obat saat ini dan alergi;
b. Tanda-tanda vital terbaru;
c. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan;
d. Riwayat medis;
e. Temuan klinis terbaru.
3 Assessment: berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?;
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4 Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?


a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?;
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?;
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :


 Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
 Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
 Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 11


 Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
 Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.

Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
a. Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan.
b. DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2 Background (B) :
a. Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
b. Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c. Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d. Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f. Diet : rendah protein 1 gram

3 Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C,
RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine
sedikit, eliminasi faeses baik.
b. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
c. Pasien masil mengeluh mual.

4 Recommendation (R) :
a. Awasi balance cairan
b. Batasi asupan cairan
c. Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
d. Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f. Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
Situation (S) :
- Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
- Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 12


Background (B) :
- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program
HD hari Senin-Kamis.
- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
- Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
- TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah
dan asites
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.

Assessment (A) :
- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih
- Pasien tampak tidak stabil

Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?

H. Prosedur Komunikasi Lisan/Lisan Via Telepon


1. Pengertian
Proses pemindahan pikiran/gagasan/informasi dari seseorang kepada orang lain,
komunikator adalah pemberi pesan, komunikan adalah penerima pesan.
Komunikasi lisan adalah penyampaian pesan secara langsung kepada komunikan,
sedangkan komunikasi via media adalah penyampaian pesan melalui alat
komunikasi (Tlp, Hp, Ht).

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga pasien
dan seluruh petugas kesehatan.
3. Prosedur
a. Komunikasi Lisan
1) Mengucapkan salam (selamat pagi/sore/malam)..
2) Memperkenalkan diri (sebutkan nama dan unit kerja)
3) Menyampaikan isi pesan ( perawat menyampaikan kondisi pasien
baru....k/u, TTV)
4) Menerima pesan (menulis pesan yang diterima”WRITE BACK”
5) Mengulang kembali pesan yang diterima “READ BACK” (untuk istilah yang
sulit atau masalah obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
dengan mengklarifikasi menggunakan Phonetic Alfabeth.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 13


6) Pesan diperiksa apakah sudah bisa dimengerti atau dipahami secara
langsung “CHECK BACK”
7) Mengucapkan salam dan terimakasih.

b. Komunkasi Via Media Elektronik


1) Mengucapkan salam (selamat pagi/sore/malam)..
2) Memperkenalkan diri (sebutkan nama dan unit kerja)
3) Menyampaikan isi pesan ( perawat menyampaikan kondisi pasien baru
melalui alat komunikasi....k/u, TTV
4) Menerima pesan (menulis pesan yang diterima”WRITE BACK”
5) Mengulang kembali pesan yang diterima “READ BACK” (untuk istilah yang
sulit atau masalah obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
dengan mengklarifikasi menggunakan Phonetic Alfabeth.
6) Pesan diperiksa apakah sudah bisa dimengerti atau dipahami secara
langsung “CHECK BACK”
7) Mengucapkan salam dan terimakasih.
8) 1 x 24 jam, pesan yang disampaikan dokter harus disahkan oleh DPJP
dengan menandatangani stempel “read back” yang telah ditandatangani
sebelum nya oleh penerima pesan.

I. Prosedur Komunikasi Efektif Dengan SBAR


1. Laporkan situasi pasien (situation) oleh Petugas Kesehatan meliputi :
a. Nama pasien, umur, dan lokasi tempat pasien dirawat
b. Masalah yang ingin di sampaikan
c. Tanda-tanda vital
d. Kekhawatiran petugas terhadap kondisi saat itu

2. Sampaikan latar belakang (background) pasien antara lain masalah pasien


sebelumnya
3. Sampaiakan penilaian (assessment) terhadap kondisi pasien dengan
menyampaikan
a. Masalah saat ini
b. Hasil penunjang yang sudah dilakukan
4. Sampaikan rekomendasi (rekomendation)
a. Apakah ada saran dokter….?
b. Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan…?
5. Terapkan teknik TBaK apabila DPJP menyampaikan instruksi verbal.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 14


J. KEBIJAKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI
1. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT
a. Rumah Sakit memfasilitasi dan melakukan komunikasi dengan komunitas
masyarakat untuk akses informasi layanan dan pelayanan asuhan pasien.
b. Rumah Sakit mengidentifikasi komunitas masyarakat berdasarkan data
populasi.
c. Rumah Sakit melakukan komunikasi dengan komunitas masyarakat yang telah
bermitra dan yang berasal dari sumber rujukan.
d. Informasi yang dapat diakses oleh masyarakat berupa informasi fasilitas
layanan kesehatan, jadwal operasional, tatacara mendapatkan informasi serta
mutu pelayanan Rumah Sakit.
e. Rumah Sakit dibantu oleh Seksi Humas & Pemasaran serta Seksi Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dalam melakukan komunikasi, informasi dan
f. Edukasi kepada masyarakat. Rumah Sakit menyediakan media informasi bagi
masyarakat, baik secara elektronik maupun media cetak.

2. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


a. Rumah Sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
asuhan dan pelayanan yang akan diberikan, serta tatacara bagaimana pasien
dan keluarga dapat mengakses pelayanan di rumah sakit.
b. Pasien dan keluarga akan diberi informasi mengenai sumber rujukan atau
alternatif, apabila rumah sakit tidak dapat melakukan atau menyediakan
asuhan dan pelayanan.
c. Komunikasi dan edukasi menggunakan bahasa Indonesia yang baku atau
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien dan
keluarga. Bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa isyarat dimungkinkan
untuk digunakan apabila dipandang efektif dalam berkomunikasi dengan
pasien.
d. Format dokumen untuk kepentingan komunikasi, informasi dan edukasi
kepada pasien menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
e. Rumah Sakit memberikan kewenangan kepada keluarga atau wali pasien
untuk menjadi penerjemah, apabila pasien mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi atau menerima informasi.
f. Rumah Sakit memberikan hak kepada pasien dan keluarga untuk
bertanyajawab ataupun berdiskusi setelah mendapatkan informasi.

Komunikasi saat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga berkaitan


dengan kondisi kesehatan
Proses :
o Tahap assesmen pasien : sebelum melakukan edukasi, petugas menilai
dulu kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan :
 Keyakinan dan nilai-nilai kepercayaan pasien dan keluarga

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 15


 Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
 Hambatan empsional dan motivasi ( emosional : depresi, senang,
marah)
 Keterbatasan fisik dan kognitif
 Keterbatasan pasien untuk menerima informasi
o Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif :
 Pasien dalam kondisi baik semua dan emosional senang, maka
proses komunikasi mudah disampaikan.
 Jika pada saat assesmen ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara ), maka komunikasi yang efektif adaalh memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga kandung ( istri, anak, ibu,
saudara kandung ) dan menjelaskan kepada mereka.
 Jika pada tahap assesmen ditemukan hambatan emosional pasien (
marah atau depresi ), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca
leaflet atau menyampaikaninformasi dan edukasi kepada keluarga
pasien.
o Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan :
 Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan
adalah : menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah “ dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu pelajari?”.
 Apabila pasien pada saat memberikan edukasi dan informasi,
pasien dalam keadaan adanya hambatan fisik, maka verifikasinya
adalah dengan pihak keluarga pasien dengan pertanyaan yang
sama seperti diatas tadi.
 Apabila pasien pada saat pemberian edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional ( marah atau depresi ), maka verifikasinya
adalah menyanyakan kembali sejauh mana pasien mengrti tentang
materi yang diberikan. Proses pertanyaan ini dilakukan via telepon
atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien senang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada pasien diharapkan komunikasi


yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti
semua arahan dari rumah sakit, diharapkan dapat mempercepat proses kesembuhan
pasien.
Setiap petugas dalam memberikan edukasi dan informasi, wajib untuk mengisi
formulir pemberian edukasi dan informasi dan ditandatangani kedua belah pihak antara

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 16


dokter, perawat, petugas kesehatan lain dan pasien / keluarga pasien, untuk dijadikan
sebagai bukti dokumentasi.

3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI


PELAYANAN DI DALAM DAN KE LUAR RUMAH SAKIT
a. Direksi menyediakan media komunikasi dan informasi secara efektif, teratur dan
terstruktur melalui ;
1) Briefing pagi
2) Rapat Bagian
3) Rapat Antar Direktorat dan Bagian
4) Rapat Koordinasi
5) Rapat Pimpinan
6) Rapat Direksi
7) Pertemuan Komite Medik
8) Pertemuan ilmiah
9) Pertemuan klinis
b. Informasi mengenai kebijakan internal diketahui dan disetujui oleh Direktur serta
dikomunikasikan secara tepat waktu melalui ;
1) Briefing pagi
2) Pertemuan
3) Surat tugas
4) Surat dinas
5) Pengumunan Direktur
6) Surat keputusan
c. Briefing pagi Rumah Sakit dilakukan setiap hari kerja untuk penyampaian informasi
dan edukasi mengenai visi dan misi, kebijakan, rencana kerja dan tujuan rumah
sakit secara umum. Visi dan misi rumah sakit disampaikan senin.
d. Komunikasi dengan pihak-pihak di luar rumah sakit dikelola oleh Bagian Humas
dan Pemasaran.
e. Komunikasi daninformasi dalam rangka asuhan dan pelayanan pasien
didokumentasikan dalam rekam medis dengan menggunakan format terintegrasi
dan baku yang mudah dipahami dan dimengerti. Setiap informasi yang
dikomunikasikan kepada pasien didokumentasikan dalam format baku dan
ditandatangani.
f. Rumah Sakit memberikan laporan berkala ke Pengurus dan keluarga Perkumpulan
mengenai perkembangan organisasi.
g. Informasi tentang asuhan pasien dan respon terhadap asuhan dikomunikasikan
antara praktisi medis, keperawatan dan praktisi kesehatan lainnya setiap kali
pergantian shift. Informasi dapat dikomunikasikan secara lisan, tertulis ataupun
melalui media elektronik, yang meliputi ;
1) Status kesehatan pasien
2) Ringkasan asuhan yang telah diberikan

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 17


3) Respon pasien terhadap asuhan
4) Perkembangan kesehatan pasien Tenaga kesehatan yang berkarya di
lingkungan Rumah Sakit Cahya Kawaluyan berhak untuk akses rekam medis
pasien, selama pasien tersebut masih dalam.
o asuhanya serta untuk media komunikasi dan informasi pelayanan. Profesi lain
diperbolehkan akses rekam medis pasien selama menyangkut
kepentingan dan kebutuhan internal rumah sakit. k. Rumah Sakit mengeluarkan
resume medis, surat rujukan dan surat kontrol ulang
o Untuk kepentingan berkelanjutan asuhan dan pelayanan pasien. Pasien rawat inap
yang dipindahkan antar bagian perawatan harus dibuat dokumennya dalam format
formulir transfer, berkas rekam medis disertakan saat pasien dipindah, formulir
transfer berisikan ;
1) Alasan masuk rawat inap dan alasan dipindah
2) Temuan yang signifikan
3) Diagnosa kerja yang ditegakkan
4) Tindakan yang telah dilakukan
5) Pengobatan yang telah diberikan
6) Kondisi pasien saat dipindah

Pelayanan promosi kesehatan meliputi pelayanan edukasi pasien dan keluarga di


rawat inap dan rawat jalan, pelayanan edukasi staf, pelayanan edukasi pengunjung dan
masyarakat, mempromosikan tempat kerja yang sehat, penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan serta bersama unit lain meningkatkan kualitas mutu pelayanan secara
berkesinambungan berbasis perilaku.
1. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan
Pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat jalan dilakukan di klinik edukasi
terintegrasi.Tenaga edukator adalah dokter umum, perawat dan ahli gizi yang telah
tersertifikasi edukator.Untuk menunjang pelayanan dibuatkan pedoman edukasi yang
telah distandarisasi.Kegiatan edukasi meliputi assesment kebutuhan edukasi
pemberian edukasi secara terstruktur dan merencanakan tindak lanjut
pelayanan.Adapun pasien yang berkunjung ke klinik edukasi terdiri dari pasien
langsung dan pasien rujukan dari klinik dokter spesialis. Alur pelayanan edukasi di
klinik rawat jalan adalah sebagai berikut :

Klinik
Pasien Pendaftaran Kebutuhan Edukasi
Spesialis

Pulang Klinik Edukasi Ya Tdk

Gambar 2 : Alur Pelayanan Edukasi di Rawat Jalan

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 18


Pasien yang membutuhkan pelayanan edukasi dapat melakukan pendaftaran
langsung ke klinik edukasi.Klinik edukasi juga menerima rujukan dari spesialis sesuai
dengan kebutuhan edukasi.
2. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Inap
Pelayanan edukasi pasien di rawat inap bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
pasein dan keluarga dalam mendukung upaya penyembuhannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan dan kemampaun upaya peningkatan kesehatannya secara
mandiri.Pemberi pelayanan dan adalah tenaga kesehatan tersertifikasi minimal
edukator dasar.Pemberian edukasi disesuaikan dengan kebutuhan yang didapat
melalui assessment kebutuhan edukasi.Inisial kebutuhan edukasi dilakukan oleh
tenaga fungsional promosi kesehatan sedangkan pelaksana edukator dilakukan oleh
masing-masing profesi sesuai dengan kebutuhan edukasi pasien tersebut.RS
menerbitkan buku panduan edukasi dan media edukasi yang telah terstandarisasi
yang bertujuan untuk menjaga mutu pelayanan promosi kesehatan.

Alur pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat inap sebagai berikut :

Assesmen Kebutuhan
Rawat Inap edukasi
Pasien IGD
 Pelayanan
Medik
 Keperawatan
 Penunjang
Pulang Diizinkan pulang Tdk Ya

Evaluasi Re
Proses Edukasi
Edukasi / Tidak

Gambar 3 : Alur Eduakasi di Rawat Inap

Edukasi pasien dan keluarga di rawat inap dilakukan pada semua pasien
sesuai dengan kebutuhan edukasi.Setelah pasien masuk rawat inap maka
dilakukan kajian kebutuhan edukasi oleh tenaga fungsional PKRS, hasil kajian ini
dijadikan dasar bagi multi profesi dalam melakukan edukasi.Edukasi dilakukan
terintegrasi multi profesi. Setelah dilakukan edukasi kemudian dilakukan evaluasi
apakah diperlukan sedukasi kembali atau tidak, jika diperlukan maka dilakukan
edukasi kembali tetapi jika pasien sudah akan pulang dan masih memerlukan
edukasi lanjutan maka dianjurkan untuk mengikuti program edukasi melalui klinik
edukasi.
3. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
Pelayanan edukasi bagi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
dilakukan berdasarkan hasil kajian kebutuhan edukasi pengunjung dan masyarakat
dilakukan secara berkala.Pemberia edukasi bertujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap informasi kesehatan maupun informasi pelayanan rumah sakit.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 19


Edukasi dilakukan oleh tenaga edukator melalui metode dan media yang tepat.Pada
sasaran pengunjung dan masyarakat Rumah Sakit informasi yang dapat disampaikan
diantaranya penyakit yang menjadi isu terkini, tatalaksana pelayanan di Rumah Sakit,
info pelayanan dan peraturan Rumah Sakit dan lain-lain.
4. Mempromosikan Tempat Kerja yang Sehat
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memiliki
karakteristik potensi resiko berbahaya (hazard) mulai dari risiko bahaya fisik, biologi,
kimia bahkan psikologis.Setiap hari petugas kesehatan berada di lingkungan tersebut
sehingga dibutuhkan manajemen lingkungan kerja yang menfasilitasi untuk
peningkatan kesehatan dan kebugarann karyawannya. Pengelola promosi kesehatan
harus secara aktif membuat sistem dan kebijakan rumah sakit yang berparadigma
sehat dan bersama unit kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit dan Instalasi
sanitasi dan kebersihan meningkatkan budaya kerja yang safe, lingkungan kerja yang
sehat dan hidup bersih dan sehat menuju rumah sakit yang hijau dan sehat (Green
and Healthy Hospital).
5. Pemeliharaan dan Pengembangan Promosi Kesehatan
Penelitain dan pengembangan promosi kesehatan bertujuan untuk
mengembangkan program promosi kesehatan berkelanjutan dan membantu
pengambilan keputusan dan kebijakan yang berbasis bukti.Dalam kegiatannya
pengeloa PKRS melakukan koordinasi dengan Sub Bidang Penelitan.

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 20


BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan berguna untuk kepentingan
klien, tim kesehatan, serta kalangan perawat sendiri (A. Aziz Alimul). Dokumentasi
dalam Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan
diatasnya.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik
berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset,
video, film, gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal 7). Pemberian informasi dan
edukasi kepada pasien dan keluarga perlu didokumentasikan oleh tim kesehatan
yang telah memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien.

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan, antara lain sebagai sarana
komunikasi. Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh tim kesehatan,
mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
pada pasien.
Dokumentasi asuhan pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

C. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Rumah


Sakit
Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga, penilaian kebutuhan edukasi
harus dikaji terlebih dahulu oleh Dokter dan petugas kesehatan lainnya. Kebutuhan
edukasi masing-masing pasien tidaklah sama, tergantung dengan kondisi pasien
saat itu. Kebutuhan edukasi pasien meliputi :
1. Tindakan pencegahan
2. Intervensi diit
3. Peralatan khusus
4. Pencegahan resiko jatuh
5. Manajemen nyeri
6. Penyakit
Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 21
7. Pengobatan
8. Transfuse darah
9. Vaksinasi
10. Pelayanan rohani, dll yang tertuang di form penilaian edukasi.
Setelah kebutuhan edukasi dikaji, selanjutnya menuliskan tujuan diberikan edukasi
tersebut, kemampuan belajar, kesiapan belajar, hambatan dan intervensi
mengatasi hambatan, metode pembelajaran, dan hasil yang dicapai. Form
penilaian edukasi ini wajib diisi oleh Dokter Jaga atau Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) saat menjelaskan penyakit dan disertakan tandatangan, nama
terang.
Form pemberian informasi dan edukasi diisi oleh semua petugas kesehatan yang
melakukan asuhan pada pasien. Materi yang diberikan dapat ditulis di kolom
materi edukasi dengan menjabarkannya. Apabila materi tersebut di bukukan atau
bentuk leaflet dapat menuliskan kode buku atau leaflet tersebut di kolom materi
edukasi dengan dibubuhkan tandatangan pemberi edukasi (petugas kesehatan)
dan penerima edukasi (pasien /keluarga). Sedangkan untuk pemberian informasi
dan edukasi di Rawat Jalan hanya menuliskan apa yang telah disampaikan di
kolom edukasi.

D. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Luar


Rumah Sakit
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Petugas PKRS terkait pemberian informasi dan
edukasi di luar Rumah Sakit merupakan salah satu program untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap
pemeliharaan kesehatan. Jenis kegiatan yang rutin dilaksanakan Rumah Sakit
seperti Posyandu dan pendidikan kesehatan di Daerah Binaan, pendidikan
kesehatan di sekolah, siaran radio/televisi yang sudah bekerjasama dengan
Rumah Sakit. Semua kegiatan harus terdokumentasikan dalam bentuk laporan
kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

DIREKTUR RSUD INDRASARI ,

drg. SISKA LISTIANTI


NIP. 19620417 198812 2 001

Panduan pemberian informasi dan edukasi efektif RSUD Indrasari 22

Anda mungkin juga menyukai