MATRIKS ANALISIS PRODUK HUKUM KEPMEN KKP RI 84/2016
NO ITEM KEPMEN 84/2016
1 Konsideran - Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, perlu menyusun Rencana Pengelolaan Perikanan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 717 dan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 717.
2. Sumberdaya yang diatur - Pada Bab 2 abjad a menjelaskan tentang 9
kelompok sumber daya ikan yang dapat diestimasi potensinya di perairan WPPNRI 717 yang terdiri dari; ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, ikan karang, udang penaeid, lobster, kepiting, rajungan, dan cumi- cumi. Sedangkan pada abjad b menjelaskan tentang Lingkungan Sumber Daya Ikan Kawasan konservasi merupakan perairan yang dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Pengelolaannya berdasarkan rencana pengelolaan dan sistem zonasi melalui 3 (tiga) strategi pengelolaan yaitu strategi penguatan kelembagaan, strategi penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, serta strategi penguatan sosial, ekonomi, dan budaya. 3. Tugas/peranan pemerintah - Pada Bab 2 bagian tata kelola abjad f mengenai kebijakan pengelolaan perikanan ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan termasuk oleh pemerintah provinsi sesuai dengan kewenangannya. - Pada abjad e tentang rencana aksi pengelolaan disusun dengan maksud untuk mencapai sasaran yang ditentukan dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan perikanan. Rencana aksi ditetapkan dengan pendekatan who (siapa yang akan melakukan kegiatan), when (waktu pelaksanaan kegiatan), where (tempat pelaksanaan kegiatan), dan how (cara melakukan kegiatan). Pemerintah dalam hal ini menjadi penanggung jawab dalam berbagai rencana aksi pengelolaan tersebut; - Pada Bab 5 bagian penutup menjelaskan tentang pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dan pemangku kepentingan mempunyai kewajiban yang sama untuk melaksanakan rencana aksi yang diadopsi dalam RPP WPPNRI 717 secara konsisten. 4. Tugas peranan - Pada bab 3 tentang Rencana Aksi masyarakat/NGO Strategis Pengelolaan secara berkelanjutan terkait peran serta masyarakat sebagai tolak ukur dan menjadi indikator dalam berperannya kearifan lokal dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dalam waktu 5 (lima) tahun.
5. Pengelolaan dan pemanfaatan - Penyusunan RPP ini mengintegrasikan
kawasan konservasi perairan yang merupakan implementasi prinsip pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management/EAFM). Kawasan konservasi merupakan perairan yang dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. - Kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang dibuat BLKB agar memperhatikan kaidah Pengelolaan Berbasis Ekosistem (PBE), antara lain; - Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan untuk jejaring Kawasan Konservasi Perairan BLKB - Pengelolaan perikanan pada tingkat provinsi dan pusat - Rencana tata ruang untuk wilayah pesisir dan laut di tingkat provinsi dan pusat - Pengelolaan jenis untuk jenis-jenis satwa terancam punah seperti penyu, duyung, paus, lumba-lumba, dan hiu paus - Banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya ikan di WPPNRI 717, dengan karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda merupakan aspek yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pengelolaan perikanan di wilayah ini.
6. Jenis pelarangan - Pada bagian sosial dan ekonomi terkait
mengenai kehidupan sosial di Provinsi Maluku Utara, terdapat kearifan lokal yang dinamai ”Pamali Mamanci Ikang” dalam pengelolaan sumber daya perikanan (pesisir dan laut) secara umum adalah larang atau boboso, tetapi pengertiannya dalam pengelolaan ikan teri dan cumi- cumi menyangkut pada beberapa batasan, seperti pelarangan pada musim pemijahan, pembatasan jumlah alat penangkapan ikan, pembatasan frekuensi penangkapan ikan, tidak dibenarkan orang luar memiliki usaha bagan, pelarangan penebangan hutan bakau (soki) karena luluhan daun, dan dahan pohon bakau dianggap sebagai asal-usul ikan teri.
7. Ancaman/sanksi - Eksploitasi terhadap sumber daya alam
secara legal maupul ilegal, kegiatan pembangunan yang tidak bertanggung jawab, dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di Papua Barat sebesar lebih dari 5,5% per tahun, mengancam kelangsungan hidup ekosistem beserta dengan masyarakat yang bergantung padanya. - Abun merupakan lokasi terpenting di dunia sebagai tempat bertelurnya Penyu Belimbing terbesar yang masih tersisa di wilayah Pasifik, sedangkan Kaimana dikenal dengan hutan bakau dan keberadaan populasi kelompok mamalia laut yang terancam punah. - Pada bab 2 abjad b tentang lingkungan sumber daya ikan mengenai kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang dibuat BLKB agar memperhatikan kaidah Pengelolaan Berbasis Ekosistem (PBE), salah satunya adalah pengelolaan jenis untuk jenis-jenis satwa terancam punah seperti penyu, duyung, paus, lumba- lumba dan hiu paus. - Pada Bab 3 tentang Rencana Strategis Pengelolaan pada bagian tata kelola yaitu belum optimalnya pengelolaan rumpon sehingga berpotensi mengancam kelestarian sumber daya ikan.
8. Sistem pengawasan - Pada abjad f tentang tata kelola terkait
dengan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (DJPSDKP) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. - Pada bab 3 tentang Rencana Strategis Pengelolaan abjad b dalam mewujudkan tujuan tersebut ditentukan sasaran yang harus dicapai, salah satunya adalah meningkatnya pengawasan dalam pengelolaan perikanan di WPPNRI 717 dalam waktu5 (lima) tahun sebagai indikator Frekuensi pengawasan dan tolak ukur dalam pengawasan pengelolaan perikanan. - Beberapa mengenai penataan kelembagaan, salah satunya adalah struktur yang efisien dengan jenjang pengawasan yang efektif - Dalam hal ini DJPSDKP dan pemerintah daerah sebagai penangung jawab pada rencana aksi dilakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelaku usaha perikanan yang tidak melaksanakan peraturan perundang- undangan terkait rumpon.