Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehidupan manusia, proses menjadi tua merupakan suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga dapat bertahan terhadap masuknya infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Junaidei Iskandar, 2011). Keadaan

tersebut masih ditambah lagi bahwa usia lanjut biasanya menderita berbagai

macam gangguan yang bersifat kronis serta kemunduran tingkat sosial

ekonomi. Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada usia

lanjut adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung pulmonik, dan

hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko penting bagi penyakit

kardiovaskuler. Sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia

memegang peranan penting sebagai faktor resiko baik untuk jantung maupun

otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung koroner.

Salah satu penyakit degeneratif yang sering terjadi adalah hipertensi

(Nugroho, W. 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 menujukan

bahwa di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di

seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta

1
2

berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang

termasuk Indonesia (World Health Organization, 2015).

Menurut National Basic Health Survey (2012) bahwa prevalensi

hipertensi di Indonesia pada usia 35-44 tahun adalah 9,1 %, usia 45-54 tahun

sebanyak 15,0 %, usia 55-64 tahun 15,9 %, usia 65-74 tahun 20,4 % dan usia

lebih dari 75 tahun adalah 39,6 %. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2014

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan

kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2015, dengan proporsi

kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia

(Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2013, dari 10

jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevelansi hipertensi

menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah

persendian, jantung dan gangguan mental (Dinkes Jabar, 2013)

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2014

pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas berdasarkan hasil surveilens

penyakit tidak menular, hipertensi merupakan penyakit yang menempati

urutan pertama dengan jumlah 45,097 kasus atau 2025% pada golongan umur

45-64 tahun dan pada umur 65 tahun keatas dengan jumlah 25,255 kasus atau

20,25% (Dinkes Kota Bandung, 2014).

Berdasarkan phenomena tersebut bahwa hipertensi harus segera

ditangani. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan

non farmakologis. Penanganan secara farmakologis dapat dilakukan dengan


3

mengkonsumsi obat penurun hipertensi. Sedangkan penanganan secara

nonfarmakologis dapat dilakukan dengan memberikan terapi kepada tubuh.

Manajemen nonfarmakologi yang diberikan ialah terapi alternatif

komplementer (Agung Sudarsana, 2012).

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah di atas normal, dengan nilai istolik > 140 mmHg

dan sistolik > 90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer

(pembunuh gelap), karena merupakan penyakit yang mematikan, kadang

tanpa disertai gejala-gejalanya terlebih dahulu. Faktor resiko, seperti faktor

jenis kelamin, usia, dan genetik adalah yang tidak dapat diganti atau dikontrol

. Sedangkan faktor yang dapat diganti atau dikontrol adalah gaya hidup sehat

yang meliputi pola makan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol,

asupan garam yang berlebihan, kebiasaan-kebiasaan merokok, minum

alkohol, tidak mau olahraga, kelebihan berat badan dan stres. (Yogiantoro,

2013).

Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah karena masih

banyak pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang

sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya

penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas (Sudoyo, Setyohadi, et al., 2009).

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah kesehatan adalah

dengan pencegahan terjadinya hipertensi bagi masyarakat secara umum dan

pencegahan kekambuhan pada penderita hipertensi pada khususnya.


4

Pencegahan hipertensi perlu dilakukan oleh semua penderita hipertensi agar

tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih parah. Tetapi sayangnya

tidak semua penderita hipertensi dapat melakukan pencegahan terhadap

penyakitnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan penderita

hipertensi tentang pencegahan kekambuhan penyakitnya tidaklah sama.

Berdasarkan penjelasan diatas, kasus hipertensi harus segera

ditangani. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan

non farmakologis. Penanganan secara farmakologis dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi obat penurun hipertensi. Sedangkan penanganan secara

nonfarmakologis dapat dilakukan dengan memberikan terapi kepada tubuh.

Manajemen nonfarmakologi yang diberikan ialah terapi alternatif

komplementer (Agung Sudarsana, 2010)

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan

farmakologis. Terapi non farmakologis merupakan pelengkap terapi

farmakologis untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik dan

sebagai media untuk menunda pendekatan farmakologis dengan hipertensi

ringan (Dalimartha, dkk., 2010). Terapi herbal memiliki bermacam-macam

keuntungan bagi yang mengkonsumsinya, diantaranya harga lebih terjangkau,

mudah diperoleh, tidak menimbulkan efek samping, meningkatkan daya

tahan tubuh karena mengandung banyak vitamin yang berguna bagi

kesehatan. Mengkonsumsi herbal telah dilakukan oleh nenek moyang kita

pada zaman dahulu. Setelah ilmu pengetahuan berkembang, dilakukan

penelitian terhadap herbal-herbal yang dapat menyembuhkan berbagai


5

penyakit. Ternyata terbukti bahwa herbal mengandung zat-zat yang dapat

menyembuhkan penyakit (Nisa, 2012).

Pengobatan penyakit darah tinggi secara herbal, yang dibutuhkan

adalah buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan dan akar-akaran yang

mengandung kalium, potassium, kalsium dan zatzat penting lainnya.

Penderita penyakit darah tinggi pada umumnya kekurangan kalium,

potassium, dan kalsium. Oleh karena itu, mengkonsumsi buahbuahan dan

sayur-sayuran yang mengandung kalium, postasium, dan kalsium merupakan

cara yang tepat untuk menurunkan tekanan darah tinggi, salah satu nya adalah

labu siam (Nisa, 2012).

Labu siam berkhasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi, dan

menurunkan tekanan darah tinggi. Labu siam mudah didapat, dengan harga

yang terjangkau, serta tidak ada efek samping. Labu siam merupakan obat

alami penurun tekanan darah tinggi karena mengandung kalium. Selain asam

folat, labu siam pun mengandung potassium, energi, protein, lemak,

karbohidrat, serat, gula, kalsium, seng, tembaga, mangan, selenium, vitamin

C, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, vitamin E. Vitamin K yang sangat

bermaaf bagi tubuh. Labu siam memiliki banyak manfaat bagi kesehatan

tubuh diantaranya dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena

mengandung kalium (Nisa, 2012)

Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan

angiostensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan

menurunya aldosteron sehingga reabsorbsi natrium 3 dan air kedalam darah


6

berkurang. Kalium juga mempunyai efek pompa Na-K yaitu kalium dipompa

dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar sehingga

kalium dapat menurunkan tenanan darah (Guyton, 2011).

Buah labu siam mengandung zat saponin, tannin juga alkaloid. Daun

dari labu siam mengandung saponin, polifenol serta flavonoid. Buah tanaman

labu bagus untuk menyembuhkan penyakit sariawan, demam juga panas

dalam pada anak. Ini dikarenakan tanaman labu banyak mengandung air di

dalamnya (Putri, 2012).

Menurut Yuninda (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh jus

labu siam (sechium edule) terhadap tekanan darah wanita dewasa. Data yang

diukur adalah tekanan darah sistolik dan diastolik (dalam satuan mmHg) pada

30 orang wanita dewasa sebelum dan sesudah minum jus labu siam selama 3

hari. Hasil rata-rata tekanan darah sistolik hari pertama, kedua, dan ketiga

setelah minum jus labu siam mengalami penurunan sebesar 12,66 mmHg,

9,53 mmHg, dan 7,27 mmHg dibandingkan sebelum minum jus labu siam.

Sedangkan hasil rata-rata tekanan darah diastolik hari pertama, kedua, dan

ketiga setelah minum jus labu siam mengalami peurunan sebesar 5,66 mmHg,

3,4 mmHg, dan 2,99 mmHg dibandingkan sebelum minum jus labu siam. Jadi

kesimpulan dari penelitian ini adalah jus labu siam menurunkan tekanan

darah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 20 Februari 2018 di PSTW Kota Bandung didapatkan

data penghuni panti sebanyak 76 lansia yang aktif yang terdiri dari 53
7

perempuan dan 23 laki-laki. Dan berdasarkan pengukuran rutin tekanan darah

per tanggal 20 Februari 2018 pada 76 lansia dan terdapat 35 lansia yang

mengalami hipertensi 22 perempuan dan 13 laki-laki yang menderita

hipertensi. Fenomena tersebut menjadi dasar peneliti untuk mengetahui

tingkat hipertensi pada lansia di PSTW Kota Bandung, serta peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengeruh kukusan lebu siam terhadap

penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi derajat 1 di PSTW Kota

Bandung Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi tumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana “Pengeruh kukusan lebu siam

terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi derajat 1 di

PSTW Kota Bandung Tahun 2018”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengeruh

kukusan lebu siam terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan

hipertensi derajat 1 di PSTW Kota Bandung Tahun 2018

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum diberikan kukusan lebu

siam di PSTW Kota Bandung Tahun 2018


8

b. Untuk mengetahui tekanan darah sesudah diberikan kukusan lebu

siam di PSTW Kota Bandung Tahun 2018

c. Untuk mengetahui pengeruh kukusan lebu siam terhadap penurunan

tekanan darah lansia dengan hipertensi derajat 1 di PSTW Kota

Bandung Tahun 2018

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penambahan informasi bagi

ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya bagi pengembangan

teori ilmu keperawatan gerontik dan keluarga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kesehatan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi kepada tenaga kesehatan tentang terapi herbal

kukusan lebu siam terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan

hipertensi.

b. Bagi lansia hipertensi

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan

praktis dalam menurunkan tekanan darah.


9

d. Bagi di PSTW Kota Bandung Tahun 2018

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

distribusi penyakit hipertensi di di PSTW Kota Bandung dalam

pengendalian terhadap faktor-faktor resiko serta pencegahan terhadap

komplikasi.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan

memperdalam pengalaman peneliti tentang riset keperawatan serta

pengembangan wawasan tentang pengobatan tradisional dengan

mengkonsumsi kukusan lebu siam

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengeruh kukusan lebu siam

terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi derajat 1 di

PSTW Kota Bandung Tahun 2018. Materi yang digunakan pada penelitian ini

adalah Komunitas Gerontik.

Anda mungkin juga menyukai