Info
Oleh Bu Krispel
Salah satu pertanyaan yang ada di benak anak muda Kristen adalah, “Bagaimana aku tahu dan
bisa melakukan kehendak Tuhan?” Tentu bukan cuma anak muda yang bergumul soal itu.
Orang yang sudah dewasa dan tua pun mengalaminya. Aku juga pernah dan masih bergumul
mengenai hal itu. Melalui tulisanku, aku mencoba membagikan apa yang telah aku pelajari
mengenai pergumulan ini, karena Alkitab ternyata tidak tinggal diam lho soal ini.
Menurutku, melakukan kehendak Tuhan berarti dua hal: merenungkan Firman Tuhan dan
melakukan apa yang telah difirmankan-Nya.
Ada yang menyebut Alkitab sebagai surat cinta Tuhan kepada umat-Nya. Melalui firman-Nya,
Tuhan memanggil kita untuk masuk dalam hubungan yang pribadi dengan-Nya. Aku percaya,
orang yang kesukaannya merenungkan firman Tuhan siang dan malam akan dapat mengenali
apa yang menjadi kehendak Tuhan. Firman Tuhan yang sanggup mengubah pemikiran dan
hidup itu menjadikan kita mengerti apa kehendak Tuhan yang baik, berkenan dan sempurna
(Rm. 12:2).
Saul adalah seseorang yang awalnya mendapatkan belas kasih Tuhan. Ia datang dari latar
belakang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel, namun ia diangkat Tuhan menjadi raja
atas umat pilihan-Nya. Akan tetapi Saul tidak terus taat kepada Tuhan. Saul lebih memilih untuk
mendengarkan manusia daripada mengikuti perintah Tuhan. Akibatnya, Roh Tuhan berpaling
dari Saul dan Tuhan menolak Saul sebagai raja (1 Sam. 13:13; 16:14).
Sebaliknya, Daud dikenal dalam Alkitab sebagai orang yang melakukan kehendak Tuhan pada
zamannya (Kis. 13:36). Dalam Kisah Para Rasul 13:22 dikatakan, “Tentang Daud Allah telah
menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang
melakukan segala kehendak-Ku.” Sikap hati yang percaya dan berserah penuh itu diperlihatkan
Daud ketika ia menghadapi Goliat. Daud percaya bahwa Tuhanlah yang menjadi pembelanya
(1 Sam. 17:45). Perkataan Daud sungguh luar biasa: “Engkau mendatangi aku dengan pedang
dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam,
Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.”
Daud bukanlah orang yang sempurna, karena ia juga pernah jatuh dalam dosa. Akan tetapi
ketika ia menyadari dosanya, ia berpaling kembali kepada Tuhan dengan sepenuh hati (baca
Mzm. 51). Tuhan yang telah menjadikan Daud sebagai anak-Nya memang menghukum Daud,
akan tetapi kasih setia Tuhan padanya tidak pernah hilang seperti apa yang terjadi pada Saul (2
Sam. 7:14-15).
Pertanyaannya bagi kita, apakah kita memiliki iman yang taat kepada kehendak Tuhan seperti
yang dimiliki Daud? Ataukah sebaliknya, kita mengikuti Saul yang lebih mementingkan apa kata
dunia ini terhadap dirinya dan mengabaikan apa yang Tuhan perintahkan?