Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah

Strategic Management
Tema XIV :
Disruption Era

Mahasiswa : Adrianto - 55117120160


Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
DISRUPTION ERA
Inovasi disruptif (disruptive innovation) adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar baru,
mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu
tersebut. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga
pasar, umumnya dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan
harga pada pasar yang lama.

Istilah disruptive innovation dicetuskan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan Joseph Bower pada
artikel "Disruptive Technologies: Catching the Wave" di jurnal Harvard Business Review (1995). Artikel
tersebut sebenarnya ditujukan untuk para eksekutif yang menentukan pendanaan dan pembelian disuatu
perusahaan berkaitan dengan pendapatan perusahaan dimasa depan. Kemudian pada bukunya "The
Innovator's Dilemma", Christensen memperkenalkan model Disruptive Inovasi (The Disruptive Innovation
Model). Dimana kemampuan pelanggan untuk memanfaatkan sesuatu yang baru dalam satu lini. Dimana
lini terendah adalah pelanggan yang cepat puas dan yang tertinggi digambarkan sebagai pelanggan yang
menuntut. Distribusi pelanggan ini yang secara median nya bisa diambil sebagai garis putus-putus untuk
menerapkan teknologi baru.
Salah satu contoh dari Inovasi Disruptif (disruptive innovation) adalah Wikipedia. Wikipedia merupakan
salah satu contoh inovasi disruptif yang merusak pasar ensiklopedia tradisional (cetak). Kalau dilihat, saat
ini jarang sekali ditemukan ensiklopedia edisi cetak dijual ditoko buku. Semuanya sudah beralih ke
Wikipedia. Dari sisi harga ensiklopedia tradisional (cetak) bisa jutaan, sekarang malah informasi bisa
didapat secara cuma-cuma lewat Wikipedia. Makanya disebut "disruptif" atau dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai "mengganggu".
Dalam dunia transportasi. Mobil ketika pertama diciptakan adalah inovasi teknologi yang revolusioner
pada masa itu. Sangat mewah dan harganya sangat mahal sehingga tidak semua orang mampu membeli.
Mobil tidak bisa disebut sebagai Inovasi Disruptif (disruptif innovation) untuk kendaraan karena pada saat
pertama kali ditemukan belum banyak orang yang punya (belum mengganggu). Singkatnya, pada saat
itu tidak mengganggu pasar untuk kendaraan yang ditarik kuda. Akan tetapi, ketika perusahaan mobil
Ford membuat Ford Model T, dimana model ini dirakit dipabrik dan menggantikan buatan tangan.
Sehingga harga mobil pada saat itu jadi sangat murah. Apa yang dilakukan Ford inilah yang disebut
Inovasi Disruptif (disruptif innovation). Menganggu pasar yang sudah ada salah satu ciri dari Inovasi
Disruptif.
Berikut contoh dari Inovasi Disruptif (disruptif innovation) dan Pasar Terganggu Oleh Inovasi (market
disrupted by innovation) adalah:
 Ensiklopedia cetak, pasar terganggu oleh inovasi Wikipedia
 Telegrafi, pasar terganggu oleh inovasi Telepon
 Mainframes, pasar terganggu oleh inovasi Minicomputers
 Minicomputers, pasar terganggu oleh inovasi Komputer Pribadi (PC)
 Floppy Disk, pasar terganggu oleh inovasi CD dan USB
 CRT, pasar terganggu oleh inovasi LCD
 Logam & Kayu, pasar terganggu oleh inovasi Plastik
 Radiografi (Pencitraan X-Ray), pasar terganggu oleh inovasi Ultrasound (USG)
 CD & DVD, pasar terganggu oleh inovasi Digital Media (i-Tunes, Amazone, dll)
 Kamera Film, pasar terganggu oleh inovasi Kamera Digital
 Cetak Offset, pasar terganggu oleh inovasi Printer Komputer
 Penerbitan Tradisional, pasar terganggu oleh inovasi Desktop Publishing (PC)
 Kuda & Kereta Api, pasar terganggu oleh inovasi Mobil

Dalam tulisan Rhenald Kasali di Kompas.com, dinyatakan bahwa Disruption mengubah banyak hal
sedemikian rupa, sehingga cara-cara bisnis lama menjadi obsolete. Menjadi usang atau ketinggalan
zaman. Persis seperti sebagian besar bangunan pabrik es yang kini telah berubah menjadi "rumah
hantu", atau mesin faksimili yang sekarang hanya teronggok di sudut ruangan menunggu kiriman surat
yang tak kunjung tiba.
Rhenald Kasali juga menyatakan tentang lima hal penting dalam disruption:

1. Disruption berakibat penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih simpel.
2. Membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya. Kalau lebih
buruk, jelas itu bukan disruption. Lagipula siapa yang mau memakai produk/jasa yang
kualitasnya lebih buruk?
3. Disruption berpotensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-
eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
4. Produk/jasa hasil disruption ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para
penggunanya. Seperti juga layanan ojek atau taksi online, atau layanan perbankan dan termasuk
financial technology, semua kini tersedia di dalam genggaman, dalam smartphone kita.
5. Disruption membuat segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat
waktu dan lebih akurat.

Berikut adalah 7 (tujuh) cara yang dapat dilakukan oleh bisnis dalam menghadapi era disrupsi ini agar
bisnis tidak kehilangan pelanggannya atau bahkan mati :

1. Trend Watching

Cara menghadapi era disrupsi yang pertama adalah melakukan Trend watching yaitu kegiatan dalam
memantau perubahan trend dalam lingkungan bisnis. Dengan selalu memantau lingkungan, maka bisnis
akan selalu mengetahui perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi sehingga gejala-gejala
timbulnya disrupsi akan terdeteksi secara dini. Komponen-komponen yang harus dipantau yaitu trend
teknologi, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan alam. Informasi dari trend watching dapat digunakan
untuk melakukan adaptasi dan antisipasi, sehingga efek dari disrupsi dapat diminimalisir, atau bahkan
dapat menjadi agent of disruption, yaitu pelaku bisnis yang menjadi pionir dalam disrupsi.

2. Research

Cara menghadapi era disrupsi selanjutnya adalah melakukan riset. Agar trend watching yang dilakukan
hasilnya dapat lebih meyakinkan, maka harus dilakukan dengan pendekatan riset. Karena dengan riset
informasi yang didapat dapat dipertanggungjawabkan mengenai kesahihan dan keabsahannya, karena
dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu bisnis di era ini harus memiliki fungsi riset, yang biasa
dinamakan R&D (research & development).

3. Risk Management

Cara menghadapi era disrupsi yang ketiga yaitu selalu melakukan pengelolaan terhadap resiko.
Lingkungan yang terdisrupsi pada dasarnya akan menjadi pemicu dari resiko bisnis. Oleh karena itu,
bisnis harus selalu dapat mengelola disrupsi sebagai suatu peril dalam resiko, dan bisa dikatakan bahwa
disrupsi itu harus dikelola, dan risk management disini dapat difokuskan kepada disruption management
mengenai bagaimana disrupsi diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, sehingga bisnis dapat memiliki
ruang dan waktu untuk mengantisipasi gejala disrupsi yang akan terjadi.

4. Inovation

Cara menghadapi era disrupsi yang ke-empat adalah melakukan inovasi, yaitu membuat terobosan-
terobosan baru atau penyesuaian-penyesuaian pada bisnis yang lama agar lebih sesuai dengan era
dimana masa disrupsi terjadi. Inovasi dapat dilakukan jika peristiwa tersebut sudah terlanjur terjadi dan
dapat berhasil pada bisnis yang akan melakukan perubahan. Contohnya adalah bisnis yang murni offline,
membuat inovasi dengan meluncurkan versi online.

5. Switching

Cara menghadapi era disrupsi yang ke-lima adalah switching atau memutar haluan bisnis. Cara ini dapat
dilakukan Jika bisnis yang ada tidak dapat lagi dimodifikasi, maka solusinya adalah harus berani memutar
haluan atau mematikan produk yang sudah dimiliki. Contohnya Telkom yang selalu berani untuk
mematikan atau mengkanibalisasi produknya sendiri seperti telepon kabel yang diganti dengan nir-kabel
dll.

6. Partnership

Cara menghadapi era disrupsi yang ke-enam yaitu melakukan strategi partnership. Era disrupsi pada
masa ini membuat bisnis sulit untuk bertempur sendiri karena persaingan sudah sangat kompleks dan
proses bisnis sudah ter-inklusi. Oleh karena itu solusinya adalah dengan melakukan kolaborasi dan
aliansi-aliansi strategis mulai dari sisi input sampai output dalam supply chain agar bisnis menjadi lebih
efektif dan efisien.

7. Change Management

Cara menghadapi era disrupsi yang terakhir adalah dengan melakukan change management. Hal ini
dapat dilakukan untuk merubah pola pikir dan kesadaran dari elemen sumber daya manusia dalam
organisasi bisnis agar dapat bahu-membahu melakukan perubahan. Karena efek disrupsi itu dapat
merubah segala hal tak terkecuali pada budaya organisasi dalam melakukan proses bisnisnya. Oleh
karena itu solusinya adalah organisasi harus dapat berubah menyesuaikan budaya organisasi di era
disrupsi yang ada.

Daftar Pustaka:

 https://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi_disruptif (Sabtu, 22 Desember 2018, 19:20)


 https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal.disrupti
on
 14. Hapzi Ali, Modul 14 SM, Disruption Era

Anda mungkin juga menyukai