Anda di halaman 1dari 13

1.

Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai
113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya
meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek
kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas
kerja.
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Baik
itu kesehatan jasmani, maupun kesehatan rohani. Kesehatan jasmani atau
kesehatan tubuh secara keseluruhan perlu diperhatikan. Kesehatan yang perlu
diperhatikan tersebut, salah satunya adalah kesehatan tenaga kerja.Rendahnya
produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari
faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai
makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan
angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.
Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran
penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan
produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari
35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis / beban pekerjaan yang
dilakukannya.
Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi
yang diterapkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas
dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang
mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi.
Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan
dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja. Seseorang yang berstatus gizi
kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang maksimal karena
prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang
sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah
kecelakaan yang mungkin terjadi dalam bekerja

a. Pengertian Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang

1
yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun
ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di
atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

b. Peraturan Pemerintah Tenaga kerja


Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2012 tentang
perubahan kedelapan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang ditandatangani oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 23 April 2012.
Dengan terbitnya PP No 53 tahun 2012 ini, pemerintah telah meningkatkan
jaminan dan manfaat dari program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang
merupakan program perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya.
Penerbitan PP ini untuk memberikan manfaat program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang lebih baik bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan cara
meningkatkan manfaat jaminan dan kemudahan pelayanan bagi tenaga kerja dan
keluarganya,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar di
Kantor Kemnakertrans pada Selasa (8/5).
Menakertrans Muhaimin Iskandar mengatakan penerbitan PP 53 tahun 2012
itu adalah perubahan ke delapan dari PP No.14 tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan program Jamsostek. PP 44/1993 yang telah mengalami 7 kali
perubahan ini yang merupakan peraturan pelaksanaan UU No. 3 tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Selama ini pekerja/buruh mendapatkan
perlindungan dasar melalui pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
yang meliputi 4 Program yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JK), jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK).

Sesuai peraturan untuk Program JKK, JK dan JPK sepenuhnya ditanggung


pengusaha sedangkan untuk JHT sebesar 5,7 % ditangggung pengusaha sebesar
3,7 % dan Pekerja 2%, kata Muhaimin. Lebih lanjut, Muhaimin menjelaskan
bahwa dalam PP No 53/2012 ini terdapat 2 perubahan penting yang mengatur
iuran jaminan pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang besarnya 3% untuk lajang dan
6 % untuk keluarga serta Jaminan Kematian (JK) bagi pekerja/buruh.
Saat ini biaya pelayanan kesehatan meningkat cukup signifikan. Oleh karena
itu batas atas upah Rp1 juta sebagai dasar perhitungan iuran JPK sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi sekarang, sehingga perlu diubah," kata Muhaimin.
Muhaimin menjelaskan dasar perhitungan iuran JPK yang sebelumnya maksimal
Rp1 juta dari upah sebulan, kini diubah menjadi paling tinggi 2 kali PTKP-K1
(pendapatan tidak kena pajak keluarga dengan anak satu) per bulan atau setara
dengan Rp 3. 080.000 ( 2 X Rp 1,540.000). Jadi, lanjutnya, dengan kenaikan
besaran iuran JPK itu maka manfaat jaminan itu akan mengalami peningkatan, di
antaranya mencakup cuci darah, jantung, kanker, dan HIV/AIDS, dll.
Peningkatan dimaksud akan diatur lebih lanjut melalui perubahan
Permenakertrans No.12/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
Pembayaran luran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, Kata Muhaimin. Sedangkan perubahan lainnya adalah untuk manfaat

2
jaminan kematian (JKM) yang semula diberikan sebesar Rp16,8 juta berubah
menjadi Rp21 juta per orang.
Dengan rincian yang berubah adalah santunan kematian dari sebelumnya
Rp10 juta menjadi sebesar Rp14,2 juta, sedangkan untuk biaya pemakaman tetap
Rp2 juta, demikian juga santunan Rp 200.000 per bualn selama 24 bulan tidak
berubah. Sedangkan untuk ahli waris penerima manfaat, yang sebelumnya hanya
pada keturunan sedarah menurut garis luruh ke bawah dan garis lurus ke atas
(janda/duda atau anak sampai dengan cucu atau kakek-nenek), sekarang
diperbolehkan diterima oleh mertua atau saudara kandung," tutur Muhaimin.
Dengan diterbitkannya pp No. 53 Tahun 2012 tentang Perubahan ke delapan
PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek, maka ahli
waris tenaga kerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akan mendapatkan
peningkatan manfaat.
Jamsostek merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami tenaga kerja
seperti kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

c. Undang-undang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
I. PERENCANAAN TENAGA KERJA DAN INFORMASI
KETENAGAKERJAAN
II. PELATIHAN KERJA 1 PP No 23 Tahun 2004-Badan Nasional
Sertifikasi Profesi 2 Perpres No 50 Tahun 2005 tentang Lembaga
Produktivitas Nasional Pelaksanaan Psl 30 (3) UU No 13 Tahun 2003
III. PENEMPATAN TENAGA KERJA 1 UU No 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
IV. PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
V. PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING 1 Keputusan Presiden
Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga
Negara Asing Pendatang 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
KEP-172/MEN/2000 tentang Penunjukan Pejabat Pemberi Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang untuk
Pekerjaan yang Bersifat Sementara atau Mendesak 3 Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-228/MEN/2003
tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
VI. HUBUNGAN KERJA
VII. PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN
VIII. HUBUNGAN INDUSTRIAL 1. PP No 46 Tahun 2008 tentang
Perubahan Ketiga Atas PP No 8 Tahun 2005 tentang Tata Kerja dan
Susunan Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit
[ Pelaksanaan Psl 107 (4) UU No 13 Tahun 2003 ] 2. Keputusan
Menakertrans No:KEP-201/MEN/2001 tentang Keterwakilan dalam
Kelembagaan Hubungan Industrial 3 Keputusan Menakertrans

3
No:KEP-48/MEN/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama
IX. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 UU No 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 2 PP No 41
Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial dan Hakim Ad-
Hoc Pada Mahkamah Agung > Peraturan Menakertrans
No:Per.02/MEN.I/2005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengujian,
Pemberian dan Pencabutan Sanksi Bagi Arbiter Hubungan
Industrial> Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-
15A/MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja Di Tingkat
Perusahaan dan Pemerantaraan

2. Gizi Tenaga Kerja

a. Pengertian Gizi Kerja


Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran
penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan
produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari
35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis/beban pekerjaan yang
dilakukannya.
Penyakit gizi kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada
hubungan dengan kerja. Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu
rangkaian kegiatan penyediaan makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang
dimulai dari rencana perencanaan menu hingga peyajiannya dengan
memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahan
makanan, sanitasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu dan teknis
penyajian bagi tenaga kerja.
Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini atau perbandingan
antara output (keluaran / jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan / setiap
sumber daya yang digunakan).

1) Pengaruh status gizi terhadap prestasi kerja


Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang
mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi.
Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan
dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja. Seseorang yang berstatus gizi
kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang maksimal karena
prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang
sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah
kecelakaan yang mungkin terjadi dalam bekerja.

4
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi Tenaga Kerja
1. Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.
2. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena
tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan,
kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi
biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia,
biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan
di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan-bahan kimia, parasit dan
mikroorganisme, faktor psikologis dan kesejahteraan.

c. Faktor-faktor Penentu Kebutuhan Gizi


1. Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Kegiatan sehari-hari
5. Kondisi tubuh tertentu (wanita hamil dan menyusui)
6. Lingkungan kerja

d. Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja


Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara
memenuhi kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu
diperhatikan proporsinya agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat
(50-65% dari total energi), Protein (10-20% dari total energi), Lemak (20-30%
dari total energi).
Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan
menggunakan daftar bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di
tempat kerja dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian
kudapan (makanan selingan).
Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori
aktivitas fisik :
Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama bekerja (8
jam)

5
*Jumlah minimum kebutuhan air minum

Catatan:

 Berat ini adalah berat bersih bahan mentah yang dapat dimakan, tidak
termasuk tulang, cangkang, kulit, batang dan bagian-bagian lain yang
tidak dapat dimakan
 Ukuran adalah berdasarkan daftar satuan penukar (Lampiran 3)

Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)

6
e. Kebutuhan energi dan zat gizi tenaga kerja

1. Basal Energi Expenditure (BEE)

- Lk= 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) – (6.8 x U)

- Pr = 655 + (9.6 x BB) + (1.7 x TB) – (4.7 x U)

7
2. Faktor aktivitas (FA)

Aktifitas Gender
Laki-laki Perempuan
IstirahatSangat ringan 1.21.3 1.21.3

Ringan 1.65 1.55

Sedang 1.76 1.7

Berat 2.1 2.0

3. Total Energi Expenditure (TEE)

TEE = BEE x FA x FS
Kebutuhan energi dan zat gizi tenaga kerja didapatkan dari makanan yang
seimbang. Selain sehat menu juga harus seimbang yaitu memenuhi syarat lain :
kwalitas baik (sesuai 4 sehat 5 sempurna), kwantitas cukup, proporsi zat gizi yang
mengandung energi harus seimbang, selain itu tidak bertentangan dengan adat
istiadat dan kepercayaan serta memenuhi selera makan tenaga kerja.
a) Tujuan
1. Menciptakan keadaan fisik yang sehat sehingga bergairah dalam
melaksanakan pekerjaannya.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
3. Menekan angka kesakitan dan kematian
4. Meningkatkan produktivitas kerja
5. Dapat memenuhi kebutuhan kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral
secara seimbang.
b) Syarat
1. Cukup kalori dengan proporsi karbohidrat (60% – 70%), protein (10% –
15%), lemak ( 20% – 25%) dari total kalori.
2. Vitamin dan mineral cukup
3. Makan 3x sehari dengan menu seimbang, bisa ditambahkan snack / selingan
2x.
4. Dianjurkan untuk berolah raga rutin, agar kesehatan tetap terjaga.
c) Bahan yang boleh dimakan :
- Semua bahan makanan yang tidak mengandung minyak dan lemak
yang berlebihan.
- Tinggi protein, mineral dan vitamin.
- Tinggi serat.
d) Bahan Makanan yang tidak boleh :
- Makanan yang terlalu banyak mengandung minyak dan lemak, seperti
santan.
- Karbohidrat sederhana, seperti gula, sirup, permen dan kue manis.
- Buah yang mengandung lemak.
- Susu full cream, keju, mentega atau margarine secara berlebihan.

8
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja,
tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan
gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas,
menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.

Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu


melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja,
sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

(
Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004)
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui
status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian
intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa
cara antara lain : pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik
dan antropometri.
Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan
penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut :

9
(Sumber: PUGS, 2005)
Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh,
dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti
pada pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor
tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi.

Tabel 2. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan
Aktivitas Fisik*

(Sumber : berdasarkan AKG 2004)


Koreksi berat badan
Contoh: seorang perempuan usia 35 tahun, memiliki berat badan 52 kg dengan
aktivitas sedang, maka kebutuhan energinya adalah:

Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan


sehari. Bila diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan
dan 1 kali snack. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja seperti tercantum
dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam)

10
* berdasarkan AKG 2004

Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja


Skema Kondisi Khusus Pekerja

1. Kondisi fisiologis
Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang
hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan
asam folat. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-
sedang membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada trimester 1, sedangkan
pada trimester 2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/ hari.
Selama Menyusui: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama,
seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550
kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
2. Kondisi tertentu
Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet
besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu,
pekerja dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi
seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau. Khusus bagi pekerja

11
perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan
dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid
diberikan 60 mg zat besi tiap hari.
Kelebihan Berat Badan: perlu melakukan perencanaan makan atau diet
rendah kalori seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan
mengurangi asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan
metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta
cukup vitamin dan mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan
siang hari. Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak
mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan
selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi
sebaiknya adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu
dilakukan. Olah raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga
aerobik karena dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga
dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut
pembakaran kalori baru dapat terjadi.

3. Kondisi di tempat kerja


Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam
atau lebih diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan
yang padat gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja
malam, termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Risiko Lingkungan Kerja : Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang
menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja adalah:

1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang
keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air,
konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi.
Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan
psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan
tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan
pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi
alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan
zat gizi.

PENGGOLONGAN TENAGA KERJA.

1. Tenaga Kerja Terdidik (Skilled labour), tenaga kerja terdidik


adalah tenaga kerja yang harus menghasilakan pendidikan terlebih
dahulu sebelum memasuki tenaga kerja. Contohnya tenaga kerja

12
terdidik adalah Guru, Dosen, Akutan, Pengacara, Arkeolog, Polisi,
Ilmuan, dan Dokter.
2. Tenaga Kerja Terlatih (Trained labour), tenaga kerja terlatih adalah
yang membutuhkan pelatihan dan pengalaman terlebih dahulu
sebelum melakukan suatu pekerjaan. Contoh tenaga kerja adalah
Sopir, Masinis, Montir, Tukang las, Juru masak, dan rukang
Ledeng.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih (Unskilled and
Untrained labour), tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan pelatihan ataupun
pelatihan secara khusus dalam melakukan pekerjaan. Contohnya
Kuli panggul, Kuli bangunan, Buruh tani, dan Buruh pabrik.

Pengklasifikasian tenaga kerja diatas tidak digunakan sebagai dasar kedudukan


status sosial dalam masyarakat. Pengklasifikasian bertujuan untuk bahan
pembelajaran dan mempermudah dalam pemberian upah.

13

Anda mungkin juga menyukai