Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui
kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor dalam diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajar. Keberadaan motivasi menyebabkan seseorang memiliki
keinginan dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak dapat melakukan aktivitas belajar yang efektif. Dalam hal ini,
umumnya guru biologi dalam menyampaikan pembelajaran masih belum menerapkan
strategi pembelajaran aktif, beberapa guru hanya berorientasi pada pencapaian ranah kognitif.
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa, tidak melibatkan siswa secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran menyebabkan hasil belajar biologi yang dicapai kurang optimal
baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi belajar biologi siswa masih rendah
karena beberapa siswa menganggap materi biologi identik dengan hafalan. Penyajian
kegiatan pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi menyebabkan kejenuhan pada
siswa. Padahal seharusnya karakteristrik pembelajaran biologi harus mampu
mengikutsertakan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan
membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si
pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan
menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si
pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung
pada guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.
Dengan belajar aktif, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan peserta
didik untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif. Pembelajar aktif berusaha sungguh
sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka
mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka
akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan
melakukannya.Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan
memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar (Glasgow 1996, Doing
Science).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran “Active Learning” dalam Konteks Pembelajaran Berorientasi pada


Aktivitas Peserta Didik
Pembelajaran “active learning” pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa
sistem pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subyek didik yang aktif dan
telah memiliki kesiapan untuk belajar. Dalam pandangan psikologi modern belajar
bukanlah sekedar menghafalkan sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi merupakan
peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa
pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui
asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta
pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (kognitif, motorik, dan
sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Joni, 1980:
2).
Menurut Sanjaya (2007:133-134), ada beberapa asumsi yang mendasari perlunya
pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik, antara lain yaitu: Pertama,
asumsi filosofis tentang pendidikan. Secara filosofis, pendidikan merupakan usaha sadar
untuk mengembangkan manusia menuju kedewasaan intelektual, sosial, maupun
kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan
intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang diniliki peserta didik. Dengan
demikian, hakekat pendidikan atau pembelajaran pada dasarnya adalah:
PERTAMA:
a. Interaksi manusia
b. Pengembangan dan pembinaan potensi manusia
c. Berlangsung sepanjang hayat
d. Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik
e. Keselarasan antara kebebasan subyek didik dan kewibawaan pendidik
f. Peningkatan kualitas hidup manusia.
KEDUA, Asumsi tentang peserta didik sebagai subyek pendidikan, yaitu:
a. Peserta didik bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang
sedang dalam tahap perkembangan
b. Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda
c. Peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dinamis dalam
menghadapi lingkungannya
d. Anak didik memiliki motivasi untuk menemui kebutuhannya. Asumsi tersebut
mendeskripsikan bahwa peserta didik bukanlah objek didik yang harus dijejali
dengan informasi, tetapi mereka adalah subyek yang mempunyai potensi, sehingga
proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan. seluruh potensi
yang dimiliki peserta didik.
KETIGA,Asumsi tentang pendidik, yaitu:
a. Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik
b. Pendidik memiliki kemampuan profesional dalam mengajar
c. Pendidik memiliki kode etik keguruan
d. Pendidik memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam
belajar yang memungkinkan terwujudnya kondisi yang baik bagi peserta didik
dalam belajar.
KEEMPAT,Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu:
a. Bahwa proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem
b. Peristiwa belajar akan terjadi manakala peserta didik berinteraksi dengan lingkugan
yang diatur oleh pendidik
c. Proses pembelajaran akan lebih aktif jika menggunakan metode dan teknik yang
tepat dan berdaya guna
d. Pembelajaran memberikan tekanan pada proses dan produk yang seimbang dan
inti proses pembelajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.
2.3 Suasana Active Learning dalam Pembelajaran Biologi

Suasana belajar aktif adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:

1. Pengalaman : Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung


mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya melalui mendengarkan.
Mengenal benda terapung dan tenggelam akan lebih mantap bila mencoba sendiri secara
langsung daripada hanya mendengarkan penjelasan guru. Demikian pula untuk hal
lainnya.
2. Interaksi : Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi
dengan orang lain. Interaksi dapat berupa diskusi, saling bertanya dan mempertanyakan,
saling menjelaskan, dll. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa
yang kita kerjakan maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi
sehingga kualitas pendapat itu lebih baik.
3. Komunikasi :Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan,
merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinyauntuk
mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan
sendiri atau menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang
tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
4. Refleksi :Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat
tanggapan maka orang itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya, kemudian
melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat
terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa
lain terhadap kerja seorang siswa, yang berupa pertamyaan menantang (membua siswa
berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa
yang sedang dipikirkan atau dipelajar.

Anda mungkin juga menyukai