Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Keberadaan motivasi menyebabkan seseorang memiliki keinginan dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak dapat melakukan aktivitas belajar yang efektif. Dalam hal ini, umumnya guru biologi dalam menyampaikan pembelajaran masih belum menerapkan strategi pembelajaran aktif, beberapa guru hanya berorientasi pada pencapaian ranah kognitif. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa, tidak melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran menyebabkan hasil belajar biologi yang dicapai kurang optimal baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi belajar biologi siswa masih rendah karena beberapa siswa menganggap materi biologi identik dengan hafalan. Penyajian kegiatan pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi menyebabkan kejenuhan pada siswa. Padahal seharusnya karakteristrik pembelajaran biologi harus mampu mengikutsertakan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru. Dengan belajar aktif, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif. Pembelajar aktif berusaha sungguh sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukannya.Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar (Glasgow 1996, Doing Science). BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran “Active Learning” dalam Konteks Pembelajaran Berorientasi pada
Aktivitas Peserta Didik Pembelajaran “active learning” pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa sistem pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subyek didik yang aktif dan telah memiliki kesiapan untuk belajar. Dalam pandangan psikologi modern belajar bukanlah sekedar menghafalkan sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (kognitif, motorik, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Joni, 1980: 2). Menurut Sanjaya (2007:133-134), ada beberapa asumsi yang mendasari perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik, antara lain yaitu: Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Secara filosofis, pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan manusia menuju kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang diniliki peserta didik. Dengan demikian, hakekat pendidikan atau pembelajaran pada dasarnya adalah: PERTAMA: a. Interaksi manusia b. Pengembangan dan pembinaan potensi manusia c. Berlangsung sepanjang hayat d. Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik e. Keselarasan antara kebebasan subyek didik dan kewibawaan pendidik f. Peningkatan kualitas hidup manusia. KEDUA, Asumsi tentang peserta didik sebagai subyek pendidikan, yaitu: a. Peserta didik bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan b. Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda c. Peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dinamis dalam menghadapi lingkungannya d. Anak didik memiliki motivasi untuk menemui kebutuhannya. Asumsi tersebut mendeskripsikan bahwa peserta didik bukanlah objek didik yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subyek yang mempunyai potensi, sehingga proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan. seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. KETIGA,Asumsi tentang pendidik, yaitu: a. Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik b. Pendidik memiliki kemampuan profesional dalam mengajar c. Pendidik memiliki kode etik keguruan d. Pendidik memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam belajar yang memungkinkan terwujudnya kondisi yang baik bagi peserta didik dalam belajar. KEEMPAT,Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu: a. Bahwa proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem b. Peristiwa belajar akan terjadi manakala peserta didik berinteraksi dengan lingkugan yang diatur oleh pendidik c. Proses pembelajaran akan lebih aktif jika menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna d. Pembelajaran memberikan tekanan pada proses dan produk yang seimbang dan inti proses pembelajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal. 2.3 Suasana Active Learning dalam Pembelajaran Biologi
Suasana belajar aktif adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:
1. Pengalaman : Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung
mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya melalui mendengarkan. Mengenal benda terapung dan tenggelam akan lebih mantap bila mencoba sendiri secara langsung daripada hanya mendengarkan penjelasan guru. Demikian pula untuk hal lainnya. 2. Interaksi : Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi dengan orang lain. Interaksi dapat berupa diskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, saling menjelaskan, dll. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu lebih baik. 3. Komunikasi :Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinyauntuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri atau menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. 4. Refleksi :Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan maka orang itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya, kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap kerja seorang siswa, yang berupa pertamyaan menantang (membua siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajar.