Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN COLIC


ABDOMEN DI RUANG KAMELIA 1 RSUD SOEDJARWADI KLATEN
OLEH : SRI HANDAYANI

1. Kasus.

Colic abdomen

2. Proses terjadinya masalah.

1. Pengertian

Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan

kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang

bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001) Obtruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal

(Reeves, 2001).

2. Etiologi

a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,

pankreanitis, kolesistitis.

b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis

infeksi, esofagitis.

c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.

e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.


g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan

lainnya.

3. Patofisiologi

Penyebab kolik menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan di abdomen.

Dari hal tersebut abdomen menjadi tak nyaman dan timbul rasa nyeri, nyeri tersebut

diakibatkan penyebab tersebut. Hal ini dapat menimbulkan banyak masalah yang

dapat mengganggu pasien.

Pathway
4. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain:

a. Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya

perdarahan atau dehidrasi.

b. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.

c. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan

bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya.

5. Penatalaksanaan

A. (Farmakologis)

a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.

Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride

b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah

sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2).

Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin

c. Antasida

d. Obat pelindung mukosa

Ex. Sukralfat.

B. (Nonfarmakologis)

a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b. Terapi Na+, K+, komponen darah


c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area

penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien

berbaring miring ke kanan.

f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi

kronik, ileus paralitik atau infeksi.

h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi

usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

6. Pencegahan

a. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas

b. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem

c. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi

d. Menghindari melakukan aktivitas yang berat


7. Pengkajian

Anda mungkin juga menyukai