Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN CELULITIS

1. PENGERTIAN

Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis” yaitu
peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan sel.
Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di
daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut. Selulitis merupakan inflamasi
jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap sebagai penyebab
adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin,2011). Selulitis adalah infeksi
bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000).
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008).
Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada
permukaan jaringan lunak dan bersifat difus (Neville, 2004). Selulitis dapat terjadi pada
semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar, terutama pada
muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut
kurang sempurna
Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan
oleh bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes.
Dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis
b. Mengenai pembuluh limfe permukaan
c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. ETIOLOGI
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada
anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A,
dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab
yang jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada
ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran
antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai
dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada
kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran
darah (buku kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada semua usia
3. PATOFLOW
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk
ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran
perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai
limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak
berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang
berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan
darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal
berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum
menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami
infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri
yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi
terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi
elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang
dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya
trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas.
Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan
oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut).
Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.

5. KOMPLIKASI
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

6. PENGKAJIAN
a. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise
2. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
3. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
c. Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
d. Keadaan social ekonomi : Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
TD : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Bradikardi
Suhu : Hipertermi
RR : Normal/Meningkat
2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat
6. Telinga : Tidak ada serumen
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
8. Jantung : Denyut jantung meningkat
9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
10. Integumen :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang
kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi
bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi
cairan (bula), yang bisa pecah.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIGNOSTIK


Pemeriksaan Laboratorium :
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level, Kreatinin level
c. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
e. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada
tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak
ada faktor resiko.
Pemeriksaan Imaging :
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti
kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis
menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN, KRETERIA HASIL, INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, inflamasi jaringan.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan tugor kulit
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
KRETERIA HASIL & INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi

Rasional/ Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

b. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal

Rasional/ Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien

c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman


nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri

Rasional/ Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

d. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup( napsu makan,


tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial)

Rasional/ Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan klien berpengaruh


terhadap yang lainnya

e. Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeriLakukan evaluasi dengan klien


dan tim kesehatan lain tentang ukuran pengontrolan nyeri yang telah dilakukan

Rasional/ Untuk mengurangi factor yang dapat memperburuk nyeri yang


dirasakan klien
f. Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur

Rasional/ untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa nyeri atau nyeri
yang dirasakan klien bertambah.

g. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan klien(


suhu ruangan, cahaya dan suara)

Rasional/ Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan


dan membantu klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyer

h. Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri klien(


ketakutan, kurang pengetahuan.

Rasional/ Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan klien.

i. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide


imagery,relaksasi)

Rasional/ Agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam


memanagement nyeri yang dirasakan.

j. Kolaborasi pemberian analgesic

Rasional / Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien

2. Kerusakan ingritas jaringan berhubungan dengan perubahan tugor


Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih,
kering dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi:
a. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari.

Rasional/ Mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat memberikan


intervensi yang tepat.

b. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak kusut.

Rasional/ Keadaan yang lembab dapat meningkatkan perkembangbiakan


mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya lesi kulit akibat gesekan
dengan linen.

c. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari.


Rasional/ Untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta mencegah
terjadinya infeksi sekunder.

d. Monitor karakteristik luka, meliputi warna, ukuran, bau dan pengeluaran pada
luka

Rasional/ Memonitor karakteristik luka dapat membantu perawat dalam


menentukan perawatan luka dan penangan yang sesuai untuk pasien

e. Bersihkan luka dengan normal salin

Rasional/ normal salin adalah cairan fisologis yang mirip dengan cairan tubuh
sehingga aman digunakan untuk membersihkan dan merawat luka.

f. Lakukan pembalutan pada luka sesuai dengan kondisi luka

Rasional/ permbalutan luka dilakukan untuk mempercepat proses penutupan


luka. Pemilihan bahan dan cara balutan disesuaikan dengan jenis luka pasien.

g. Pertahankan teknik steril dalam perawatan luka pasien

Rasional/ perawatan luka dengan tetap menjaga kesterilan dapat


menghindarkan pasien dari infeksi.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan
kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan
yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:

9. EVALUASI
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatanyang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil
dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi masalah
teratasi sebagian, masalah belum teratasi, atau timbul masalah yang baru. Evaluasi
dilakukan yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2008. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Doenges.2000. Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Eron LJ. 2008. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of Physicians.
Fitzpatrick, Thomas B.2008. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:
McGrawHill
Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America.
Kertowigno S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press, Palembang, Indonesia,
hal: 146-149
McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, et al. 2007. Incidence of lower extremity cellulitis: a
population based stud in Olmsted county, Minnesota. 82(7):817-21
Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK. 1708
Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC
: Jakarta
Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:904-12
Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks. 2008. color atlas and synopsis of clinically dermatology.
New York: McGrawHill.

Anda mungkin juga menyukai