Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN 1 FISIOLOGIS


ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
PADA IBU “MU” USIA 28 TAHUN P2002 PSPT B 10 JAM PP +
NEONATES ATERM DENGAN KONDISI SEHAT
DI RUANG DRUPADI NIFAS RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 13 APRIL 2018

OLEH :

KELOMPOK II D

KADEK OKTA PUTRI DWI RAHAYU ( P07124016012 )

NI WAYAN YUNIK INDRIYANI ( P07124016024 )

PUTU DEVI ARISTA ( P07124016035 )

NI LUH PUTU WIDHI RAHAYU ( P07124016058 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK KEBIDANAN 1 FISIOLOGIS


ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI
PADA IBU “MU” USIA 28 TAHUN P2002 PSPT B 10 JAM PP + NEONATES
ATERM DENGAN KONDISI SEHAT
DI RUANG DRUPADI NIFAS RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 13 APRIL 2018

OLEH
KELOMPOK IID
Telah disahkan
Mengetahui,

Pembimbing Pembimbing Institusi


Ruang Nifas RSUD Sanjiwani Kelompok Praktik Kebidanan 1 Fisiologis

A.A.Istri Putri Adnyani, SST I G.A.A.Novya Dewi,SST.,M.Kes


NIP. 196805111988032012 NIP.198011062002122002

Mengetahui
Penanggung Jawab Mata Kuliah

Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.T.,MPH


NIP. 197508252000122002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “ Laporan Praktik Kebidanan
1 Fisiologis Asuhan Kebidana Masa Nifas dan Menyusui pada ibu “Mu” usia 28
tahun p2002 pspt b 10 jam pp + neonates aterm dengan kondisi sehat” tepat pada
waktunya. Selama proses menyusun laporan ini, penulis mendapat banyak
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST,M.Kes sebagai Ketua Jurusan
Kebidanan.
2. Ni Made Widhi Gunapria Darmapatni, S.ST.,M.Keb sebagai Ketua
Program Studi D-III Kebidanan
3. Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.,MPH dan I.G.A.A Novya Dewi,
S.ST.,M.Kes selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik Kebidanan 1
Fisiologis
4. I.G.A.A Novya Dewi, S.ST.,M.Kes selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan laporan Praktik Kebidanan 1 Fisiologis
5. Anak Agung Istri Putri Adnyani,SST selaku CI Ruang KIA Puskesmas I
Denpasar Utara
6. Keluarga dan sahabat-sahabat terdekat yang senantiasa memberikan
dorongan dan inspirasi.
7. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas, penulis


mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, dosen
pembimbing atau teman-teman demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat diterima dan dapat bermanfaat.

Denpasar, 16 April 2018

Penulis

DAFTAR ISI

iii
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….......1
B. Tujuan Penulisan …………………………………………………………2
C. Waktu Pengambilan Kasus ……………………………………………....2
D. Manfaat Penulisan Laporan ……………………………………………...3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas dan Menyusui ……………………....4
B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas dan Menyusui ………………………..8
C. Perubahan Psikologis Masa Nifas dan Menyusui …………………….....14
D. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas dan Menyusui ……………………………...15
E. Penyulit dan Komplikasi Masa Nifas dan Menyusui …………………....19
F. Standar Pelayanan Masa Nifas dan Menyusui ……………………….... 21
BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................32
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………..34
B. Saran ……………………………………………………………………34
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperineum) adalah masa dimulainya setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu. (Saifuddin,2006) Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama. (Sarwono,
2002:22-123). Penyebab terbesar kematian ibu terjadi pada masa nifas yaitu
perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, dan lain-lain sebesar 11% (depkes
RI,2008).
Pemeriksaan nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk
mendapatkan penjelasan yang berharga dari dokter/bidan yang menolong
persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi
secara menyeluruh tentang alat kelamin dan mulut rahim yang mungkin masih
luka akibat proses persalinan. Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana
ibu mengalami perubahan-perubahan sehingga diperlukan dukungan baik dari
petugas maupun keluarga segera setelah kelahiran, pengalaman dramatis wanita
berhubungan dengan perubahan anatomi dan psikologi sebagai transisi ke keadaan
sebelum hamil. Secara psikologis wanita mengalami proses menuju tercapainya
menjadi seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan individu dan
kebudayaan. Pelayananan kesehatan professional yang baik mendukung wanta
melewati masa ini dengan mengembalikan kemampuan wanita untuk merawat
bayinya. Pengaruh kebudayaan yang baik sangat penting untuk wanita dan
keluarganya, dapat meningkatkan konseling dan penilaian fisik dan psikologis.
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam
menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan
menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum upaya ini
terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir

1
yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam
keselamatan jiwa. Namun, tidak semua interpensi sesuai bagi suatu negara dapat
dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila
diterapkan dinegara lain.(Saleha, 2009)
Dengan adanya asuhan masa nifas ini dapat menurunkan angka kematian
dan kesakitan. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang menyeluruh teratur akan
meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu pada ibu dimasa nifas.
Serta pelayanan di tujukan juga untuk memantau tanda-tanda bahaya nifas serta
kemungkinan-kemungkinan tanda bahaya yang akan terjadi. Masa nifas dalam
konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak dan anggota
keluarga yang lain.(zufrias,2009). Asuhan masa nifas ini sangat menjadi perhatian
oleh semua pihak, karena jika asuhan masa nifas dilakukan dengan baik dan
maksimal maka ibu akan pulang dengan sehat dan dapat menjalankan perannya
sebagai seorang ibu dengan baik.

B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Setelah melakukan penulisan laporan ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa nifas dan menyusui.
2) Tujuan Khusus
a) Dapat melaksanakan pengkajian pada asuhan kebidanan masa nifas
dan menyusui
b) Dapat melakukan pemeriksaan fisik pada ibu masa nifas dan menyusui
c) Dapat menegakkan diagnosa/masalah pada masa nifas dan menyusui
d) Dapat melakukan penatalaksanaan kasus sesuai masalah yang dialami
pada masa nifas dan menyusui

C. Waktu Pengambilan Kasus


Kasus ini didapatkan di Ruang Drupadi Nifas RSUD Sanjiwani Gianyar pada
tanggal 13 April 2018 pukul 06.30 wita.

D. Manfaat Penulisan Laporan


Adapun manfaat dari penulisan laporan ini, yaitu :

2
1. Dapat diterapkannya ilmu pengetahuan yang didapat selama dibangku
perkuliahan sebagai upaya pengaplikasian suatu ilmu
2. Dapat menambah pengalaman dalam memberikan Asuhan Kebidanan
Masa Nifas dan Menyusui
3. Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan klien sehingga dapat
tercipta hubungan yang baik antara mahasiswa dengan klien

BAB II
KAJIAN TEORI

A. KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera
setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu,
terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode
ini berlangsung enam minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan (Coad dan
Dunstall, 2006).

3
2. Asuhan Pada Masa Nifas
Setelah persalinan, tugas bidan belum selesai sampai disitu saja. Bidan
wajib melakukan asuhan secara komprehensif, yakni ibu dan bayi memasuki masa
peralihan dan kondisi tersebut rawan terjadinya komplikasi masa nifas. Asuhan
masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, yang bertujuan untuk, sebagai
berikut:
a) Memastikan ibu dapat beristirahat dengan baik. Istirahat yang cukup dapat
mengembalikan stamina ibu setelah menjalani persalinan sehingga ibu siap
menjalankan kewajibannya memberikan ASI dan merawat bayinya.
b) Mengurangi risiko komplikasi masa nifas dengan melaksanakan observasi,
menegakkan diagnosis, dan memberikan asuhan secara komprehensif
sesuai kondisi ibu.
c) Mendampingi ibu, memastikan ibu memahami tentang kebutuhan nutrisi
ibu nifas dan menyusui, kebutuhan personal higiene untuk mengurangi
risiko infeksi, perawatan bayi sehari- hari, manfaat ASI, posisi menyusui,
serta manfaat KB.
d) Mendampingi ibu, memberikan support bahwa ibu mampu melaksanakan
tugasnya dan merawat bayinya. Dengan demikian, saat ibu pulang dari
rumah sakit, ibu telah siap dan dapat beradaptasi dengan peran barunya.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
masa nifas. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain
sebagai berikut :
a) Mengamati dan memantau perubahan yang terjadi secara dini serta mampu
membedakan antara perubahan normal dan abnormal.
b) Sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi, dan keluarga.
c) Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara dini dengan tetap
memperhatikan kenyamanan ibu.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana secara efektif, aman,
profesional, mendeteksi secara dini komplikasi, dan melakukan rujukan
bila perlu.
e) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda- tanda bahaya nifas, menjaga asupan gizi ibu
nifas dan selama menyusui, serta mempraktikkan kebersihan diri.

4
f) Melakukan komunikasi secara efektif dengan ibu dan keluarga dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi dalam pelayanan
kebidanan masa nifas dan menyusui.
g) Mampu memadukan interaksi budaya sosial dahulu dan sekarang dalam
perawatan asuhan masa nifas.

4. Tahap Pemulihan Masa Nifas


Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat terhadap
perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda- tanda keadaan patologis
pada tiap tahapannya. Kembalinya sistem reproduksi pada masa nifas dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Puerperium dini
Beberapa jam setelah persalinan, ibu dianjurkan segera bergerak
dan turun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat mengurangi komplikasi
kandung kemih dan konstipasi, menurunkan frekuensi trombosis dan
emboli paru pada masa nifas.

b) Puerperium intermedial
Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ- organ
reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8 minggu.
c) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium setiap ibu akan
berbeda, bergantung pada berat ringannya komplikasi yang dialami selama
hamil dan persalinan. Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu- minggu, bulanan, bahkan tahunan.

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Guna meminimilkan terjadinya komplikasi masa nifas, sekaligus upaya
menurunkan angka kematian ibu pada masa nifas pemerintah membuatsuatu
kebijakan yaitu minimal empat kali selama masa nifas ada interaksi antara ibu
nifas dengan tenaga kesehatan. Tujuan dari program nasional masa nifas adalah
sebagai berikut:
a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

5
c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu, dan tujuan kunjungan tersebut


dipaparkan sebagai berikut:

a) Kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan, yang bertujuan untuk,


sebagai berikut:
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Mendeteksi dan perawatan penyebab lin perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
 Konseling tentang pemberian ASI awal.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
(bounding attachment).
 Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermia.
 Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk dua jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
b) Kunjungan kedua, enam hari setelah persalinan, yang bertujuan untuk,
sebagai berikut:
 Memastikan proses involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri (TFU) di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
 Menilai adanya demam, tanda- tanda infeksi, atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
 Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda adanya penyulit.
 Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
c) Kunjungan ketiga, dua minggu setelah persalinan, yang bertujuan sama
dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan enam hari postpartum.
d) Kunjungan keempat, enam minggu setelah peraslinan yang bertujuan
untuk, sebagai berikut:
 Menanyakan penyulit- penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
 Memberikan konseling KB secara dini.

6
B. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS DAN MENYUSUI
1. Sistem Reproduksi
Alat – alat genetalia baik interna maupun eksterna kembali ke ukuran
semula saat sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk
mengatasi dan memahami perubahan – perubahan seperti :
a) Uterus
1) Involusi Uterus
Involusi uterus merupakan proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
- Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat
otot atrofi.
- Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
- Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang
terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon esterogen dan progesteron.
- Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum


hamil. Perubahan perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut :

7
Tinggi Fundus Berat Diameter Usus
Involusi Uteri
Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simfisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Proses involusi dapat terganggu akibat sisa plasenta maupun


infeksi. Kegagalan plasenta mengalami involusi disebut Subinvolusi. Pada
multipara biasanya mengalami kram/nyeri pada rahim yang menyebabkan
ketidaknyamanan, biasanya terjadi diawal masa nifas. Rasa nyeri ini
disebut Afterpain. Kegiatan menyusui dan injeksi oksitosin akan
meningkatkan intensitas afterpain.

2) Lokhia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lokhia. Lokhia adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal.
Lokhia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda – beda pada setiap wanita. Lokhia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokhia dapat
dibagi menjadi lokhia rubra, sanguinolenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing – masing lokhia dapat dilihat seperti berikut :

Lokia Waktu Warna Ciri - ciri


Rubra 1-3 Merah kehitaman Berisi darah segar
hari bercampur sel
desidua, verniks
kaseosa, lanugo,
sisa mekoneum,

8
sisa selaput
ketuban dan sisa
darah
Sanguinolenta 3-7 Putih bercampur Berwarna merah
hari merah kecoklatan, berisi
sisa darah dan
lendir
Serosa 7-14 Kekuningan/keco Berwarna agak
hari klatan kuning berisi
leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 Putih Berberupa lendir
hari tidak berwarna

b) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam – hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah
1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena itu hiperpalpasi
dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian,
selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada
umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak – retak dan
robekan – robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Serviks yang membuka 10 cm selama persalinan, menutup secara
bertahap. 2 jari masih bisa dimasukkan pada 4-6 hari PP. Penampakan
Osteum uteri eksternal tidak akan sama dengan penampakan sebelum
hamil. Portio akan tampak seperti “mulut ikan” dimana ada bibir bawah
dan atas . Proses laktasi akan menyebabkan terhambatnya pembentukan
lendir pada serviks

9
c) Vagina
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali
dalam keadaan kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Rendahnya kadar
estrogen bertanggung jawab terhadap tipisnya mukosa vagina, ketiadaan
rugae dan menurunnya volume lendir vagina. Dimana hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya dispareunia(nyeri saat melakukan hubungan
seksual) saat nifas. Dinding vagina akan kembali pada kondisi sebelum
hamil sekitar 6-10 minggu PP.

d) Perineum
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latian harian.

2. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon – hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :

a) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca
persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen)
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas serta HCG
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke- 7 post partum.
b) Ovulasi dan menstruasi
- Tidak Menyusui
Menstruasi : 7 - 9 minggu postpartum
- Menyusui
a. Akan menunda ovulasi dan menstruasi
b. 12 minggu – 18 bulan postpartum
c. Lama waktu penundaan ini dipengaruhi : frekuensi menyusui ,
lamanya menyusui (durasi) dan penggunaan suplemen

10
c) Hormon yang mempengaruhi laktasi
Selama hamil, estrogen dan progesteron meningkat untuk
mempersiapkan payudara utk menyusui. Hormon prolaktin juga
meningkat, namun produksi ASI dihambat oleh estrogen dan
progesterone. Setelah plasenta lepas, estrogen dan progesteron menurun
drastic maka prolaktin menginisiasi produksi ASI 2-3 hari post partum.
Hormon oksitosin penting pada proses pengeluaran air susu (ejeksi)
melalui reflek let down sehingga susu dikeluarkan dari alveoli menuju
ductus lactiferus saat puting susu diisap bayi.

3. Sistem Syaraf
Meliputi beberapa ketidaknyamanan yang sering dirasakan oleh ibu nifas,
seperti :
 Nyeri ikutan (afterpain)
 Nyeri pada luka jahitan perineum
 Nyeri pada otot
 Nyeri pada payudara yang bengkak
Ketidaknyamanan ini dapat mengganggu pola tidur ibu, dimana ibu akan
mengalami kesulitan tidur akibat nyeri yang dirasakan.

4. Sistem Integumen
Saat hamil, peningkatan hormone dapat menyebabkan perubahan pada
kulit , seperti MSH menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit dan linea nigra.
Sedangkan hormon Estrogen menyebabkan spider nevi dan palmar erythema.
Setelah melahirkan hormon itu menurun sehingga kondisi kulit kembali
seperti semula. Dimana striae gravidarum (stretch marks) akan menjadi garis
keperakan. Rambut rontok juga dialami oleh ibu nifas yang biasanya dimulai
sekitar 4-20 mgg setelah melahirkan dan akan tumbuh kembali dalam 4-6
bulan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a) Otot dan Sendi
Setelah melahirkan ibu mengeluh lelah dan nyeri otot khususnya
pada bahu, leher, dan lengan. Dimana hal ini dapat diatasi melalui
pemijatan ringan dan hangat yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
memberikan rasa nyaman dan rileks. Hormon relaksin akan menurun
sehingga ligamen pada dasar panggul akan kembali ke kondisi semula. Hal

11
ini akan mengakibatkan nyeri pada otot paha dan sendi yang mengganggu
gerakan, adapun hal yang dapat dilakukan yaitu body mekanik untuk
cegah low back pain dan trauma sendi.
b) Dinding Abdomen
Selama kehamilan dinding abdomen meregang untuk
menyesuaikan dengan pertumbuhan janin sehingga tonus otot berkurang.
Otot longitudinal pada abdomen juga terpisah saat kehamilan, pemisahan
ini dapat diukur dengan jari. Untuk mengembalikan kekuatan otot ini
dapat dilakukan dengan melakukan sit up biasanya akan kembali normal
setelah 6 minggu post partum

6. Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi
ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 –
36 jam sesudah melahirkan. Protein dan aseton mungkin masih ada dalam
urine. Dimana aseton menunjukkan kondisi dehidrasi yang sering terjadi
selama proses persalinan dan proteinuria biasanya hasil dari proses katabolik
yang terjadi pada proses involusi uterus.

C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu,


masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis.
Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan
semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya
rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan
segala kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja, tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,
sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :

12
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan

Fase – fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas. Periode ini
diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini:

1) Taking in period
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami.
Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya
dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada
fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
2) Taking hold period
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3) Letting go period
Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

D. KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI


1. Nutrisi dan cairan
Kualitas dan jumlah nutrisi serta cairan yang dikonsumsi akan
sangat mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan

13
tambahan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk
memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.
Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama
bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang
sehat, bersifat lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena ASI mengandung asam dekosa heksanoid (DNA). Bayi
yang diberikan ASI secara bermakna akan mempunyai IQ yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan susu bubuk.
Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata
memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600 kkal,
sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang biasanya memproduksi
kurang dari itu.Walaupun demikian, status gizi tidak berpengaruhi besar
terhadap mutu ASI, kecuali volumenya.
Menurut Anggraini ( 2010 ) menu makanan yang seimbang
mengandung unsur-unsur seperti :
a) Sumber tenaga ( energi )
Sumber tenaga yang dibutuhkkan adalah untuk pembakaran
tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang
termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak.
Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung,
sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak bisa diambil dari
hewani dan nabati.Lemak hewani yaitu mentega dan
keju.Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak
sayur dan margarin.
b) Sumber pembangun ( protein )
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel
yang rusak atau mati.Sumber protein dapat diperoleh dari
proteiin hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain
telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sedangkan
protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-
kacangan. Selama ibu menyusui membutuhkan tambahan
protein diatas normal sebesar 20 gram/hari.dasar ketentuan ini
adalah tiap 100cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan
demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi
konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70%

14
(dengan variasi perorangan). Peningkatan kebuttuhan ini
ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein
susu, tetapi juga untuk sintesis hormon yang memproduksi
(prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).
c) Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air, dan vitamin )
Mineral air dan vitamin di gunakan untuk melindungi tubuh
dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran dari
metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur bisa di
peroleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
Beberapa mineral yang penting antara lain Zat besi, yodium,
kalsium, vitamin, dan zat kapur

2. Ambulasi Dini (Early Ambulation)


Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing untuk berjalan
(Sulistyawati, hal: 100). Beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari
tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih
dan buang air besar juga dapat teratasi ( Anggraini, hal:54).
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka).Jika tidak ada kelainan, lakukan
mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal sedangkan
bagi ibu dengan persalinan post SC mobilisasi dapat dilakukan yaitu 6-8
jam.Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea).

3. Kebutuhan Eliminasi
Dalam 6 jam post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin
lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi (sulistyawati, hal: 101).
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari
ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada
saat hamil tidak diiperlukan lagi setelah persalinan.Oleh karena itu, ibu perlu
belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada
rasa sakit pada jahitan.

15
Selain dapat mengakibatkan infeksi, menahan buang air kecil akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim
sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar, diharapkan dengan
melakukan mobilisasi secepatnya dapat mengatasi kesulitan miksi, bila
kandung kemih penuh dan ibu sulit buang air kecil, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit
baginya untuk buang air besar lancar. Feses yang tertahan dalam usus samakin
lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu
terserap oleh usus.
Sulit buang air besar dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit takut
jahitannya terbuka, atau karena adanya haemorroid dan mengganggu kontraksi
uterus yang dapat menghambat pengeluaran lochea. Defekasi harus ada dalam
3 hari pasca persalinan.Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, konsumsi
makanan yang tinggi serat dan banyak minum air putih, bila masih sulit buang
air besar dan terjadi obstipasi apalagi feses keras dapat diberikan obat laksans
per oral atau per rektal.Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

4. Kebersihan diri/perineum
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post
partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Bidan
harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan
ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan
dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum, antara lain:
- Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi.
- Membersihkan alat kelamin dengan sabun dan air.
- Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari.
- Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ibu selesai
membersihkan daerah kemaluan.
- Jika memiliki luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka.

5. Seksual

16
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri.Banyak budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa tertentu 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran.Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

6. Latihan senam nifas


Untuk mencapai hasil pemulihan otot yangg maksimal, sebaiknya latihan
masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan
dengan normal dan tidak ada penyulit post partum, latihan senam nifas ini
sangat membantu untuk mengencangkan otot bagian perut, tujuan dari latihan
senam nifas yaitu dapat mengembalikan otot-otot panggul kembali normal, ibu
akan merasa lebih kuat dan dapat pula memperkuatt otot perut sehingga dapat
mengurangi rasa sakit pada punggung.

E. PENYULIT DAN KOMPLLIKASI MASA NIFAS DAN MENYUSUI


1. Pendarahan Pervaginam
Pendarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah setelah persalinan
didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Perdarahan ini bisa terjadi
segera begitu ibu melahirkan terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi
perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun,
dan denyut nadi ibu menjadii cepat.Menurut waktunya terjadinya,perdarahan
post partum di bagi menjadi dua. Pertama, perdarahan postpartum primer
yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah lahir. Kedua, perdarahan
postpartum sekundr, terjadi perdarahan setelah 24 jam pertama bayi
dilahirkan. Perdarahan postpartum dapat disebabkan berbagi faktor,
diantaranya sebagai berikut:
a) Robekan jalan lahir
Robekan/ laserasi bisa disebabkan oleh robekan spontan atau memang
sengaja dilakukan episiotomy, robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat
seperti robekan serviks, perlukaan vagina,robekan perineum. Faktor risiko
robekan jalan lahir yaitu persalinan pervaginam dengan tindakan,
makrosomia janin, tindakan episiotomy. Gejala pada robekan jalan lahir
adalah darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus

17
berkontraksi keras, dan plasenta lengkap. penyulit robekan jalan lahir yaitu
pucat, lemah, nyeri yang berlebih dan menggigil
b) Penglihatan kabur
Mengalami rabun merupakan hal yang wajar yang terjadi pada setiap
orang. Hal ini disebabkan karena alergi yang menyebabkan mata menajdi
tidak sehat. Bagi seorang ibu yang memiliki gangguan mata seperti mata
minus biasanya disarankan untuk melahirkan secara seccar. Hal ini
dilakukan untuk keselamatan ibu karena dikawatirkan minusnya akan
bertambah. Jika pandangan kabur setelah melahirkan tentunya ini harus
segera ditanyakan ke bidan dan dokter terdekat. Karena jika penglihatan
kabur saat Masa nifas biasanya disebabkan karena terlalu banyak darah
yang keluar.
c) Sakit kepala berlebih
Seiring dengan keluarnya darah setelah melahirkan seringkali membuat
wanita mengalami sakit kepala , tapi hal ini memang wajar karena
kurangnya sel darah merah. Tapi untuk wanita yang mengalami sakit
kepala dan rasa mual maka hal ini sudah tidak wajar karena bisa menjadi
penyebab gangguan penyakit yang disebabkan oleh masa nifas.
d) Terjadi pembengkakan wajah dan bagian lainnya
Pembengkakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun juga pada
bagian kaki dan tangan sehingga membuat seorang ibu yang baru saja
melahirkan mengalami kesulitan berjalan karena pembengkakan pada kaki
biasanya diawali dengan munculnya varises yang semakin menjalar.
e) Darah nifas yang berbau menyengat
Bau darah pada masa nifas umumnya sama dengan bau darah haid. Bau
yang tidak enak atau lebih menyengat biasanya merupakan tanda bahaya
masa nifas sehingga harus segera diatasi.

F. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI


Standar Pelayanan merupakan suatu pedoman yang digunakan oleh bidan
dalam melakukan asuhan kepada pasien,sesuai dengan kewenangnnya. Dalam
melakukan asuhan, bidan hendaknya mengacu kepada standar pelayanan
kebidanan yang berlaku. Khususnya pada masa nifas adapun standar berlaku
meliputi:
1. Standar13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

18
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah dan mengenai hipotermia.
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulai
pernafasan serta mencegah hipotermi,hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil yang
diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan
tepat. Bayi baru lahi rmendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.

2. Standar14 : Penanganan Setelah 2 Jam Pertama Setelah Persalinan


Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan,serta melakukan tindakan yang
diperlukan.
Tujuannya adalah untuk perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama perslinan kala IV untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.
Meningkatkan asuhan saying ibu dan saying bayi. Memulai pemberian ASI
dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya
ikatan batin antara ibu dan bayinya.

3. Standar15 ; Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas


Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat
yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunissasi dan KB.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42
hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI


PADA IBU “MU” USIA 28 TAHUN P2002 PSPT B 10 JAM PP + NEONATES
ATERM DENGAN KONDISI SEHAT
DI RUANG DRUPADI NIFAS RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 13 APRIL 2018

Pukul : 06.30 wita


Kunjungan nifas : KF I
Pendamping ibu : Saudara

DATA SUBJEKTIF
1. Biodata

Identitas Ibu Bapak


Nama Ibu “Mu” Bapak “Ci”
Umur 28 tahun 30 tahun
Suku/Bangsa Bali, Indonesia Bali, Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Kuli Bangunan
Alamat Bakbakan, Br. Sanding, Gianyar
No Hp/Telp 087861903xxx -
Alamat Tempat Kerja - -
Keluhan saat ini Ibu mengatakan ASInya keluar sedikit dan

20
merasakan mulas pada perutnya

2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sebelumnya


N Tgl Umur Jenis Anak Keadaan
Penolong Laktasi Komplikasi
o Partus Hamil Partus (JK/BBL) sekarang
1 28-11- Aterm Pspt B Dokter P / 2.500 g ASI Normal Tidak ada
2008 dan eksklusif
Bidan

3. Riwayat Persalinan Sekarang


a) Persalinan : ke-2
b) Tempat persalinan : Ruang Bersalin RSUD Sanjiwani Gianyar
c) Lama Kala 1 : ± 4 jam, Komplikasi : tidak ada
d) Lama Kala 2 : 10 menit, Jenis persalinan : Spontan
e) Lama Kala 3 : 5 menit, Komplikasi : Tidak ada
f) Lama Kala 4 : Tidak ada komplikasi

4. Riwayat Pernikahan
a) Status pernikahan : Sah
b) Pernikahan ke :1
c) Lama Menikah : 10 tahun

5. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi


Ibu menggunakan sebelum kehamilannya ini menggunakan kontrasepsi pil, dan
lama pemakaiannya sekitar 10 tahun. Ibu biasa melakukan pelayanan KB di
Bidan,

6. Kebutuhan Biologis
a) Bernafas
Ibu mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam menarik nafas dan
menghembuskan nafas
b) Pola makan
Ibu biasa makan 3 kali sehari 1 piring penuh dengan komposisi nasi, sayur
dan lauk. Ibu tidak memiliki pantangan dalam makanan
c) Pola minum
Ibu mengatakan biasa minum air putih ± 7 gelas per hari
d) Pola eliminasi
BAK : ± 5 kali/hari, Warna : Kuning jernih, Keluhan : Tidak ada
BAB : ± 2 kali/hari, Warna : Kekuningan, Keluhan : Tidak ada
e) Istirahat dan tidur

21
Ibu biasa tidur malam ± 7 jam/hari dan tidur siang 1 jam/hari, Keluhan :
Tidak ada

f) Aktivitas saat ini


Ibu saat ini melakukan aktivitas berjalan di sekitar ruang nifas dan
merawat anaknya
g) Mobilisasi
Ibu sudah bisa miring kanan/kiri, duduk, berdiri, dan berjalan
h) Kebersihan diri
 Mandi
Ibu biasanya mandi 2 kali sehari, tetapi setelah melahirkan ibu baru mandi
1 kali
 Menggosok gigi :
Ibu biasa menggosok gigi 2 kali sehari. Setelah melahirkan ibu baru
menggosok gigi 1 kali
 Keramas
Ibu biasa keramas 3 kali seminggu. Tetapi setelah melahirkan ibu belum
ada keramas
 Mengganti pakaian dalam
Ibu biasa mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, dan setelah melahirkan
ibu sudah mengganti pakaian dalam 2 kali
 Mengganti pembalut
Ibu mengatakan sudah mengganti pembalut sebanyak 2 kali

7. Rasa Nyeri
Ibu mengatakan tidak ada jahitan perinium dan tidak merasakan nyeri setelah
proses melahirkan

8. Kebutuhan Psikologis
Ibu mengatakan perasaannya saat ini senang atas kelahiran anak keduanya dan
masih membutuhkan sedikit bantuan dari keluarganya untuk merawat bayinya.

9. Rencana
Ibu berencana menyusui secara eksklusif dan rencana pengasuhan bayinya
dilakukan oleh ibu dan keluarganya. Ibu juga mengatakan berencana
menggunakan KB Suntik 3 Bulan dan berencana memakainya tanggal 13 April
2018 DI RSUD Gianyar

22
10. Pengetahuan
a) Tanda Bahaya masa Nifas : Tidak tahu
b) Cara Memeriksa Kontraksi dan Massase Fundus : Tidak tahu
c) Cara menyusui yang benar : Sudah tahu
d) ASI Eksklusif : Sudah tahu

DATA OBJEKTIF
Tanggal 13 April 2018, pukul 06.40 wita
Data Ibu
1) Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,4 ˚C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Simetris, tidak ada benjolan
b) Rambut : Bersih, tidak rontok
c) Wajah : Normal, tidak ada oedema
d) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
e) Hidung : Bersih, tidak ada polip
f) Gigi dan mulut : Bersih, tidak ada karies gigi
g) Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran
h) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe, dan pembesaran vena jugularis
i) Payudara :
 Bentuk simetris
 Putting menonjol
 Pengeluaran kolostrum
 Kebersihan cukup bersih
 Tidak ada kelainan
j) Dada : Simetris, tidak ada retraksi
k) Perut :
 Luka bekas operasi : tidak ada
 Kantung kemih : tidak penuh
 Bising usus : tidak ada
 Distensi : tidak ada
 TFU : 3 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : baik

23
l) Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan varises

3) Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi Genetalia
 Kebersihan : Cukup
 Lokhea : Lokea Rubra
 Hematoma : Tidak ada
 Jahitan Perinium : Tidak ada
 Tanda Infeksi : Tidak ada
b) Inspeksi anus : Normal
c) Bounding Skor :
 Melihat :4
 Meraba :4
 Menyapa :3

Data Bayi
a) Keadaan umum
 Tangis : Kuat
 Warna kulit : Kemerahan
 Gerak : Aktif
b) Tanda Vital
 HR : 152 kali/menit
 RR : 44 kali/menit
 S : 36,3  C
c) Antropometri
 BB : 3.200 gram
 PB : 50 cm
 LK/LD : 33/34 cm

d) Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Ubun-Ubun datar, sutura terpisah
 Muka : Simetris
 Mata : Bersih, tidak ada pengeluaran
 Telinga: Simetris, tidak ada pengeluaran, hungan telinga sejajar dengan
garis mata
 Hidung : Bersih, tidak ada nafas cuping hidung
 Mulut : Simetris
 Leher : Tidak ada pembengkakan dan benjolan
 Dada : Simetris, tidak ada retraksi
 Perut : Simetris, tidak ada distensi, tidak ada perdarahan tali pusat
 Alat kelamin : Testis ada pada skrotum, lubang uretra ada pada ujung
penis

24
 Ekstremitas : Jumlah jari tangan dan kaki lengkap, warna jari
kemerahan, kuku melewati ujung jari
 Sistem syaraf :
Refleks morrow : (+)
Refleks glabella : (+)
Tonic neck reflex : (+)
Rooting reflex : (+)
Sucking reflex : (+)
Grasp reflex : (+)
Babinski reflex : (+)
Stapping reflex : (+)

e) Pemenuhan Kebutuhan Biologis


 Nutrisi : ASI, frekuensi 5 kali/10 jam
 BAB : 4 kali/10 jam
 BAK : 1 kali/10 jam
 Tidur : 7 jam/10 jam

ANALISA
Ibu “Mu” usia 28 tahun P2002 Pspt B 10 jam PP + neonates aterm dengan kondisi
sehat
Masalah :
1) ASI ibu baru keluar sedikit
2) Ibu tidak tahu tentang tanda bahaya masa nifas
3) Ibu belum mengatahui cara memeriksa kontraksi uterus dan cara masasse
uterus

PENATALAKSANAAN
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Nama dan
Paraf
13 April 2018 / 1. Menginformasikan kondisi ibu berdasarkan hasil
Jam 06.40 wita pemeriksaan, ibu mengerti
2. Mengingatkan dan membimbing ibu tentang ASI
eksklusif dan cara menyusui yang benar, ibu
mengerti dan bisa melakukannya
3. Memberi KIE ibu tentang bahaya masa nifas, ibu
mengerti dan bisa mengulangi apa yang

25
disampaikan bidan
4. Mengajarkan ibu cara memantau kontraksi uterus
dan massase fundus uteri, ibu mengerti dan bisa
melakukannya
5. Memberi KIE tentang pemenuhan nutrisi selama
masa nifas khususnya memperbanyak untuk
mium air putih, ibu mengerti dan bersedia
melakukan
6. Memberi KIE tentang KB, ibu mengerti dan
berencana menggunakan KB Suntik 3 bulan
7. Megingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
alat kelaminnya, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
13 April 2018 / S:
Ibu senang karena bayinya sehat
Jam 09.30 wita
O:
KU baik
Kesadaran compos mentis

A:
Ibu “Mu” usia 28 tahun P2002 Pspt B 13 jam
PP + neonatus aterm dengan kondisi sehat

P:
1) Menginformasikan kondisi ibu dan bayi
berdasar hasil pemeriksaan, ibu mengerti
2) Memberikan bayi imunisasi HB-0 0,5 ml
pada 1/3 paha atas bagian luar secara IM,
reaksi alergi tidak ada
3) Mengingatkan ibu untuk menjaga
kehangatan bayinya, ibu mengerti dan
bersedia melakukannya
4) Memberi KIE ibu tentang tanda bahaya
neonates, ibu mengerti dan bisa mengulangi
penjelasan bidan
5) Mengingatkan ibu untuk menjaga
kebersihan tali pusat bayinya, ibu mengerti
dan bersedia melakukannya

26
6) Mengingatkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang tanggal 19 April 2018, ibu
bersedia melakukan kunjungan ulang

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian pada Ibu “Mu” P2002, didapatkan keluhan


ASI ibu baru keluar sedikit dan ibu masih merasakan sedikit mulas pada perutnya.
Pada teori dijelaskan bahwa setelah 6 jam PP uterus yang telah menyelesaikan
tugasnya akan menjadi keras karena kontraksi uterus yang diikuti oleh his
pengiring menimbulkan rasa nyeri yang disebut dengan nyeri ikutan ( Afterpain ).
Segera setelah melahirkan dilakukan pemeriksaan fisik pada Ibu “Mu” seperti
pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan head to toe khususnya
pemeriksaan Trias Nifas ( payudara, abdomen, dan inspeksi genetalia ) untuk
menemukan masalah-masalah yang mungkin terjadi pada masa nifas. Berdasarkan
hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Ibu “ Mu” tidak ditemukan adanya
masalah yang memerlukan penanganan khusus.

27
Pada saat pemeriksaan payudara, ibu mengatakan ASInya baru keluar
sedikit sehingga bayinya tidak puas menyusu. Setelah dikaji melalui tanya jawab,
ibu mengatakan kurang minum air putih. Pada teori, salah satu pemenuhan nutrisi
pada masa nifas yaitu banyak mengkonsumsi air putih, karena hal itu terkait
dengan pengeluaran ASI yang dibutuhkan oleh bayi. Sehingga, bidan memberikan
KIE kepada ibu untuk banyak mengkonsumsi air putih dan menyusui bayinya
lebih sering. Karena disamping pemenuhan nutrisi yang harus dipenuhi,
pengeluaran ASI akan bertambah apabila payudara lebih sering dihisap oleh bayi.
Selain itu, pemberian ASI di awal post partum akan sangat bermanfaat bagi bayi,
karena ASI yang pertama keluar (kolostrum) dapat memberikan kekebalan tubuh
pada bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit. Sesuai dengan teori,
pemberian ASI sesegara mungkin kepada bayi sangat banyak manfaatnya, salah
satunya yaitu sebagai nutrisi yang diperlukan bayi dan sebagai antibody terhadap
bayi (Mochtar,1998).
Dilakukan pemeriksaan pada bagian abdomen didapat tinggi fundus uteri
teraba 2 jari dibawah pusat dan kontraksi uterus ibu baik. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan, ibu mengatakan belum mengetahui cara memantau kontraksi dan
massase fundus uteri, sehingga ibu diberikan KIE bagaimana cara memantau
kontraksi uterus dan massase fundus uteri apabila kontraksi berkurang. Setelah
dilakukan pemeriksaan bagian abdomen, juga dilakukan pemeriksaan genetalia
untuk mengetahui pengeluaran lokhea ibu “Mu”. Berdasarkan hasil inspeksi,
didapatkan pengeluaran lokhea berupa lokhea rubra dan tidak terdapat perdarahan
aktif.
Proses nifas pada Ibu “Mu” berjalan normal tanpa adanya masalah yang
berarti. Hal itu dikarenakan ibu mengikuti anjuran yang diberitahu bidan saat ibu
melakukan kunjungan kehamilan. Ibu “Mu” juga diberikan KIE tentang
penggunaan KB mengingat pentingnya menggunakan KB pasca melahirkan bagi
ibu dan bayinya. Setelah diberikan KIE, ibu memutuskan untuk menggunakan KB
suntik 3 bulan dan berencana menggunakannnya tanggal 13 April 2018.
Jadi, setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ibu
“Mu’ tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.

28
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Masa nifas adalah masa yang dimulai sejak 2 jam post partum atau setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Pemeriksaan ibu
masa nifas dan menyusui ini dilukukan untuk mengetahui secara dini kelainan-
kelainan yang myngkin terjadi pada masa nifas. Pada kasus di atas ibu diberikan
asuhan sesuai dengan asuhan nifas fisiologi dimana ibu setelah melahirkan
dilakukan pemeriksaan fisik (head to toe) , pemeriksaan TTV, Payudara ,
Abdomen dan Genetalia. Pada kasus diatas ibu “Mu” dengan keluhan ASI keluar

29
sedikit dan merakakan sedikit mulas sudah dibimbing dan diberikan KIE untuk
menangani masalah yang dikeluhkan.

B. Saran
1) Kepada Pasien
Kepada pasien diharapkan agar lebih kritis bertanya pada petugas
kesehatan apabila memiliki keluhan atau ada hal- hal yang tidak dimengerti
tentang masalah kesehatan sehingga ada kerjasama dan peran serta antara
petugas kesehatan dan pasien. Selain itu pasien juga harus memerhatikan
rencana pemakaian alat kontrasepsi agar dapat mengatur jarak kehamilannya
sehingga dapat menghindari resiko terhadap kesehatan reproduksinya.

2) Kepada Petugas Kesehatan


Kepada petugas kesehatan diharapkan untuk tetap menjaga komunikasi
dengan pasien sehingga pasien merasa mendapatkan perhatian lebih dan
informasi dapat diterima oleh pasien adalah informasi yang akurat.

3) Lahan Praktek

Diharapkan tempat pelayanan yaitu tetap menjaga dan lebih


meningkatkan kualitas pelayanan mulai dari sumber daya manusia hingga
peralatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien.

4) Kepada Mahasiswa

Kepada mahasiswa diharapkan terus meningkatkan wawasan yang


dimiliki tentang kesehatan sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan
yang benar-benar prima kepada pasien.

5) Kepada Institusi Pendidikan

30
Kepada Institusi Pendidikan diharapkan bisa menginformasikan segala
informasi yang ada sesuai avidence bassed yang ada kepada mahasiswa
sehingga apapun informasi terbaru yang didapat di bangku kuliah dapat
diinformasikan kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

NN. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Berfikir Kritis.


www.scribd.com/document/326945016/Askeb-Nifas-Kel-6-Berfikir-
Kritis-Dan-Evidence-Based. Diakses pada 21 Nopember 2017

Nugroho, Dr. Taufan. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika

Retna Eny, Diah Wulandari. 2010. Asuhan. Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha
Medika

Sulistyawati,Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Penerbit ANDI
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Retno Setyo dan Handayani Sri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta. Gosyen Publishing

31

Anda mungkin juga menyukai