Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH SATUAN OPERASI 3

“KRISTALISASI”

Dosen Pengampu Mata kuliah :

Oktovianus SRP., S.T., M.T

DISUSUN OLEH :
NAMA : Yuliani Sikombong
KELAS : 3 C
NIM : 33116072

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki segala ilmu
pengetahuan yang tak tertandingi berkat kasih dan penyertaan-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kristalisasi”

Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang saya alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga saya mampu menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu saya tidak lupa pada kesempatan ini menghaturkan
terima kasih kepada bapak Oktovianus SRP,.S.T,.M.T selaku dosen pengampu mata
kuliah.

Saya menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.

Makassar, 18 Desember 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering menemukan zat-zat disekeliling
kita yang berbentuk padatan kristal. Contohnya saja garam yang digunakan
sehari-hari yang berasal dari proses pengkristalisasi air laut. Tak dapat
dipungkiri bahwa teknik pemisahan secara kristalisasi sangat sering digunakan
dalam kehidupan manusia sehari-hari baik itu skala rumahtangga maupun untuk
skala industri.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat
jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak
mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi
kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk
dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat
dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu,
penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini anatra lain:
1) Apa yang dimaksud dengan kristalisasi?
2) Apa saja alat yang digunakan dalam proses kristalisasi?
3) Bagaimana rumus perhitungan neraca massa, neraca panas dan rendemen?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain :
1) Memberikan penjelasan tentang kristalisasi.
2) Mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan dalam proses kristalisasi
3) Mengetahui rumus yang digunakan dalam perhitungan neraca massa, neraca
panas dan rendemen
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Kristalisasi

Kristalisasi merupakan peristiwa yang menunjukkan beberapa fenomena yg


berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Kristal terdapat dalam
berbagai bahan alami mulai dari bebatuan sampai bahan pangan Berbagai bahan
organik dapat membentuk kristal seperti gula, lemak, protein, dan pati. Bahan
anorganik seperti garam. Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara
bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari
suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Pemisahan
secara kristalisasi dilakukan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan
jalan menguapkan pelarutnya. Kristalisasi (dalam bahasa inggris crystallization)
dari beberapa sumber yang telah didapat memiliki beberapa pengertian, akan
tetapi dengan inti yang saman. Kristalisasi dapat diartikan sebagai suatu teknik
yang digunakan dalam kimia untuk memurnikan senyawa dalam bentuk
padatan. Kristalisasi dilakukan berdasarkan pada prinsip kelarutan, yakni suatu
senyawa akan cenderung lebih cepat larut di dalam cairan panas apabila
dibandingkan senyawa tersebut berada dalam cairan dingin. Ketika senyawa
berada pada kondisi panas serta keadaannya jenuh kemudian dibiarkan untuk
mendingin, maka zat terlarut tidak akan lagi larut dalam pelarut dan akan
membentuk kristal dengan senyawa murni.
Selain itu, kristalisasi juga dapat diartikan sebagai proses alamiah dalam
pembentukan awal padatan kristal dari larutan, lelehan, atau keadaan jarang
deposisi secara langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik
pemisahan cairan dan padatan, yangmana perpindahan masa dari suatu zat
berbentuk terlarut dari cairan larutan menjadi fase kristal padat murni.
Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa padat akan mudah terlarut
dalam pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin. Jika suatu
larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian
didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai
mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian
zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat
dipisahkan dari pengotornya.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi
lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah
tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi
kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk
dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat
dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu,
penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.
Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi
kesetimbangan dan menjadi lewat jenuh/supersaturated (untuk larutan) atau
kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui
pendinginan di bawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui
penambahan sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula)

2.2 Jenis-Jenis Proses Kristalisasi

Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :


1) Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi yang umum
dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal senyawa
anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium glutamat, asam
sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
2) Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk pembuatan
silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan
bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). Proses Prilling
ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
3) Kristalisasi dari fasa uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana suatu
senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam industri
prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk mendapatkan produk kristal
yang murni. Contohnya pemisahan suatu senyawa dari campurannya melalui
tahapan proses (pemurnian anthracene, anthraquinon, camphor, thymol) :
Padat cair uap padat kristalin.
Berdasarkan pengurangan pelarutnya dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kristalisasi Penguapan
Dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik
bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Selain dengan cara distilasi,
garam juga bisa dipisahkan dari air dengan cara menguapkan airnya sampai
habis sehingga yang tertinggal sebagai residu hanyalah garamnya. Kristalisasi
penguapan dilakukan oleh para petani garam. Pada saat air pasang, tambak-
tambak garam akan terisi air laut. Pada saat air surut maka air laut yang sudah
mengisi tambak garam akan tetap berada di tempat itu. Adanya pengaruh sinar
matahari mengakibatkan komponen air dari air laut dalam tambak akan
menguap dan komponen garamnya akan tetap dalam larutan. Jika penguapan
ini terus berlangsung, lama-kelamaan garam tersebut akan membentuk kristal-
kristal garam tanpa harus menunggu sampai airnya habis.
2. Kristalisasi Pendinginan
Dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan turun,
komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih
dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan
dengan cara penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat,
sedangkan zat padat tetap tinggal di atas saringan sebagai residu.
3. Kristalisasi Penambahan Senyawa Lain
Penambahan senyawa lain, non solven, ke dalam larutan yang akan
menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia.

2.3 Struktur Kristal


Kristal adalah suatu benda mati yang sangat terorganisasi. Kristal dicirikan
oleh partikel-partikel pembentuknya ( dapat berupa atom, molekul, atau ion)
yang tersusun dalam suatu susunan tiga-dimensi yang beraturan yang disebut
kisi (lattice). Akibat susunan itu, bila dibiarkan terbentuk tanpa gangguan dari
kristal lain atau benda luar, kristal itu akan mempunyai bentuk berupa
polihedron dengan sudut-sudut yang tajam dan sisi yang rata, yang
disebut muka (face). Walaupun ukuran muka berbagai kristal dari bahan yang
sama kemungkinannya berbeda satu sama lain, namun sudut-sudut yang
dibentuk sama yang merupakan karakteristik (ciri) dari bahan itu.Oleh karena
semua kristal dari setiap bahan tertentu mempunyai sudut antar muka yang
sama, walaupun terdapat perbedaan besar dalam tingkat perkembangannya,
bentuk kristal diklasifikasikan menurut sudut-sudut ini. Terdapat tujuh bentuk
kristal, yaitu: kubus, heksagonal, tigonal, tetragonal, ortorombik; monoklin, dan
triklin. Satu bahan tertentu dapat terkristalisasi di dalam dua kelas yang berbeda
atau lebih, bergantung pada kondisi kristalisasi. Kalsium karbonat, misalnya
paling umum terdapat di alam dalam bentuk heksagonal (sebagai kalsit) tetapi
juga terdapat bentuk ortorombik (aragonit).

Gambar 2.1 Struktur Kristal


2.4 Teori Kristalisasi

Kristal terbentuk dari larutan lewat jenuh (supersaturated) melalui 2


langkah,

yaitu :

1) nukleasi, pembentukan inti kristal.

2) pertumbuhan kristal.

Jika semula larutan tidak berisi padatan, pembentukan inti terjadi sebelum
kristal tumbuh. Inti-inti baru secara kontinyu terbentuk, sementara inti-inti yang
sudah ada tumbuh menjadi kristal. Driving force kedua langkah di atas adalah
supersaturasi, artinya kedua langkah tersebut tidak dapat terjadi pada larutan
jenuh atau undersaturated.

1) Teori Nukleasi

Mekanisme nukleasi pada sistem padat-cair dibagi dalam 2 kategori, yaitu:

1. Primary Nucleation.

Nukleasi akibat penggabungan molekul-molekul solut membentuk


clusters yang kemudian tumbuh menjadi kristal. Dalam larutan supersaturasi,
terjadi penambahan solut sehingga mendifusi ke clusters dan tumbuh
menjadi lebih stabil. Ukuran kristal besar, maka solubility kecil, sebaliknya
ukuran Kristal kecil maka solubility besar. Oleh karenanya, jika ada kristal
yang berukuran lebih besar maka kristal akan tumbuh, sedangkan Kristal
kecil akan terlarut lagi. Teori yang menjelaskan hal ini adalah teori MIERS.
Gambar 2.2 Kurva hubungan antara Suhu dan konsentrasi solute

Ditinjau: pendinginan larutan ( mempunyai kondisi di titik a).

Selama pendinginan sampai melewati kurva solubility belum terbentuk kristal.


Pendinginan diteruskan sampai titik b, dan kristal mulai terbentuk, dan
konsentrasi larutan menjadi di titik c ( sebagai larutan induk / mother liquor).

Kurva solubility merupakan batas dimana pembentukan inti dimulai secara


spontan, dan kristalisasi mulai terbentuk. Ada kecenderungan: pada kurva
supersolubilty sebagai sebuah daerah dimana kecepatan nukleasi meningkat
tajam.
2. Secondary nucleation (contact nucleation)

Nukleasi terjadi jika kristal bertabrakan dengan bahan lain, pengaduk,


dinding/pipa tangki. Nukleasi dapat dipercepat dengan adanya bibit kristal,
energi aktivasinya lebih kecil dari pada primary nucleation. Seeding : menambah
bibit kristal (berukuran kecil) pada awal sintesa.

2.5 Tahapan Kristalisasi


1) Pembentukan inti Kristal
Selama kristalisasi dapat terjadi tiga tipe pembentukan inti kristal, yaitu :
a. Pembentukan inti kristal tipe homogen
Molekul dalam larutan terbentuk secara bersamaan, baik berupa moleul
tunggal maupun berupa unit molekul yg berikatan sebagai suatu gugus. Gugus
tsb kemudian terbentuk terus menerus dalam larutan lewat jenuh atau lewat
dingin. Pembentukan inti kristal tipe ini berlangsung tanpa bantuan senyawa
asing di dalam larutan.
b. Pembentukan inti kristal tipe heterogen
Inti kristal tipe heterogen terdiri dari beberapa senyawa yg berbeda.
Pembentukan inti kristal heterogen berlangsung sebelum pembentukan inti
kristal homogen. Adanya zat asing, seperti zat pengotor, mampu mempercepat
pembentukan inti kristal.
c. Pembentukan inti kristal tipe sekunder
Terjadi ketika kristalit berukuran kecil dipindahkan dari permukaan kristal yg
telah terbentuk dan berperan sebagai inti kristal yg baru. Mekanisme yg
dilakukan melalui kontak antara satu kristal dengan kristal lainnya melalui
pengadukan dalam tangki agitasi.
Beberapa parameter yg mempengaruhi terbentuknya inti kristal, yaitu :
1. Kondisi lewat dingin larutan
Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti
kristal terbentuk) akan semakin pendek.
2. Suhu
Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.
3. Sumber inti kristal
Inti yg terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki
kecendrungan mempercepat kristalisasi
4. Viskositas
Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya
konsentrasi larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini
disebabkan berkurangnya pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan
terhambatnya pindah panas sebagai energi pembetukkan inti kristal
5. Kecepatan Pendinginan
Pendingingan yg cepat akan menghasilkan inti kristal yg lebih banyak
dibandingkan pendinginan lambat
6. Kecepatan agitasi
Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi
menyebabkan pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.
7. Bahan tambahan dan pengotor
Bahan-bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat
pembentukan inti kristal
8. Densitas massa kristal
Jumlah kristal yg terdapat dalam satu unit volume yg terdapat dalam
larutan akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal.

2.6 Alat-Alat Kristalisasi

Alat-alat yang digunakan pada proses kristalisasi sangat beragam. Hal ini
disebabkan oleh sifat bahan dan kondisi pertumbuhan kristal yang sangat
bervariasi, Disamping itu, juga karena kristalisasi dilaksanakan untuk tujuan yang
berbeda-beda (pemisahan bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk).
Alat-alat kristalisasi disebut juga kristallisator. Alat-alat ini digunakan dalam
proses kristalisasi terutama dalam skala industri, alat-alat yang digunakan dalam
proses kristalisasi sangat beragam macam, hal ini disebabkan oleh sifat-sifat
bahan dan kondisi pertumbuhan kristal yang sangat bervariasi. Disamping itu juga
karena kristallisasi dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda-beda (pemisahan
bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk).
Penggunaan alat kristalisasi harus memenuhi persyaratan misalnya
konsentrasi, suhu, dan gerakan untuk menunjang pertumbuhan inti atau benih
kristal. Dengan melengkapi perlengkapan-perlengkapan pada kristalisator untuk
memungkinkan terjadinya perpindahan panas (pemanasan, pendinginan, dan
penguapan) dan juga gerakan (pengadukan, penggulingan, pengankutan).
Kristallisator biasanya dilengkapi dengan alat pemisah (filtrasi) yang dipasang
dibelakang alat kristalisasi dan alat pengering. Faktor-faktor yang menjadi dasar
pemilihan sebuah alat kristalisasi ialah misalnya:
 Unjuk kerja kristalisasi yang diinginkan
 Cara operasi (tak kontinu, kontinu)
 Kondisi bahan baku (larutan , lelehan)
 Ukuran Kristal yang diinginkan
 Bentuk Kristal yang diinginkan
 Kemurnian kristalisat yang diinginkan
 Kecendrungan produk untuk menbentuk kerak
Jenis-jenis kristalisator antara lain :
 Draft Tube Baffle Crystallizer
 Cooling Crystallizers
 Evaporative crystallizers
 Forced Circulation Crystallizer
 Induced Circulation Crystallizer
 Oslo Type Crystallizer
 Vacum Crystallizer
 Agitated Batch Crystallizer
 Swenson Walker Crystallizer
 Crystal Vacum Crystallizer
 Oslo Surface Cooled Crystalizer
Dengan dasar bahwa kristalisasi terjadi jika kondisi larutan supersaturasi,
maka kristaliser harus berfungsi tempat membuat larutan supersaturasi.
Klasifikasi alat dalam membuat kondisi ini:

1. Mendinginkan larutan tanpa penguapan. Contoh : tank and batch type.


2. menguapkan solven dengan sedikit atau tanpa
pendinginan. Contoh: rangkaian evaporator-kristaliser
dan crystalizing evaporator.
kombinasi pendinginan dan evaporasi dalam adibatic evaporator vacuum
crystalizer. Contoh : vacuum crystalizer.
Gambar 2.2 Basic types of crystallizers

2.7 Keseimbangan Fase


Keseimbangan kristalisasi tercapai jika larutan induk (mother liquor) dalam
keadaan jenuh.
Konsentrasi larutan induk terletak di kurva solubility (kelarutan).

Kelarutan = f (T) ≠ f (P)

Solubility (kg of solute


/ kg of solvent)

Temperature (°C)

Solubility meningkat dengan naiknya suhu, tetapi perlu diperhatikan


perbedaan kristal yang terbentuk.
Rendemen, Neraca Massa Dan Neraca Panas Ditinjau:
1. Cooling Crystallizer.

Umpan = F Cooling
TF crystallizer Mother liquor =
L

Kadar solut XF T
Kadar solute =XL

Kristal = C
T
Kadar solute = XC

solut dalam kristal


Rendemen =
solut dalam umpan

Neraca massa Total di sekitar kristaliser :


F= L +C
Neraca massa solut di sekitar kristaliser :
XF. F = XL. L + XC. C
Keseimbangan :
Mother liquor berkeseimbangan dengan kristal.
Neraca Panas di sekitar kristaliser:

F. hF + Q = C. hC + L. hL

Atau jika tersedia data panas pelarutan, maka NP dibayangkan seperti


di bawah ini :

Umpan
TF Q
Produk
T
H
1
H
2
Kristalisasi

∆HK pada TR TR
T
R

NP:
Q = H1 + HK . C + H2

Dianggap pada konsentrasi dan suhu yang sama:


H kristalisasi = - H pelarutan
= - heat of solution = - HS
Data panas pelarutan banyak tersedia.

Kecepatan Nukleasi Dan Pertumbuhan Kristal


Kecepatan Pertumbuhan Kristal Kristal
Tumbuh :
Proses layer by layer.
Pertumbuhan di permukaan
Kristal.
Difusi dari badan utama cairan ke permukaan Kristal.
McCabe (1929) Hukum delta L:

L dL
G º Lim =
L®0 tdt
G = kecepatan pertumbuhan kristal selama interval waktu
( t ).

L = pertambahan ukuran
kristal. Ukuran : tebal atau
panjang karakteristik.

KECEPATAN NUKLEASI (B0)


Berdasarkan data lapangan, kecepatan nukleasi adalah gabungan dari :
1. nukleasi homogen ( karena supersaturasi)
2. nukleasi karena kontak antar kristal.
3. nukleasi karena kontak antara kristal dengan dinding alat.
4. nukleasi karena kontak antara kristal dengan pengaduk.

B0 = BSS + BC + BE
B0 = total kecepatan nukleasi.
BSS = supersaturasi.
BC = crystals.
BE = equipment.

Tetapi nilai Bo sulit dievaluasi.


Hubungan kecepatan nukleasi dengan kecepatan pertumbuhan kristal
secara
umum :
B0 = ka . Gi. MTj

ka = kontanta = f ( jenis kristal dan kondisi alat).


Massa kristal
M T  densitas slurry Volume Slurry

Tampak bahwa :
1. nukleasi mempengaruhi jumlah kristal.
2. pertumbuhan mempengaruhi ukuran kristal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Proses kristalisasi merupakan suatu metode pemisahan bahan/pemurnian
bahan untuk medapatkan produk (kristal) dalam bentuk padat dengan kualitas
yang tinggi. Kristal yang terbentuk melewati fase lewat-jenuh sehingga
didapat kristal dengan permukaan keras dan pertumbuhan yang singkat.
2) Jenis-jenis proses kristalisasi apabila dipandang dari asalnya terdapat tiga
proses yaitu, kristalisasi dari larutan, dari lelehan, dan dari fasa uap.
Sedangkan, apabila dilihat dari pengurangan pelarutnya, terdiri dari tiga
proses pula, yaitu, kristalisasi penguapan, pendinginan, dan penambahan
senyawa lain.
DAFTAR PUSTAKA

Chopey and Hicks, 1984, “Handbook of Chemical Engineering Calculations”,


chap.10.
Perry, 1999, chap. 18.
Fatimah, MR. 2008. Kristalisasi. [Online]. http://miftakhulriska.blogspot.com/p/k
ristalisasi.html. Diakses tanggal 18 Desember 2018.

Selvy, F. 2010. Kristalisasi dalam Industri. [Online]. http://www.chem-is-try.org/


materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/kristalisasi/.
Diakses tanggal 18 Desember 2018.

Zulfikar. 2011. Kristalisasi. [Online]. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ki


mia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/kristalisasi/. Diakses tanggal 18
Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai