Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang
Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pelayanan Kesehatan
Korban Bencana”, dengan waktu yang telah ditentukan.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan tersebut. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk
kepada kita semua agar apa yang kita cita-citakan menjadi sukses.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Bencana.........................................................................................................4
B. Tahapan Bencana..........................................................................................4
C. Manajemen Bencana.....................................................................................9
D. Permasalahan Di Bidang Kesehatan Akibat Bencana.................................10
E. Dampak Bencana Terhadap Kesehatan.......................................................11
F. Persiapan sumber daya manusia (Sdm) Kesehatan Menuju Lokasi Bencana
Alam...................................................................................................................13
G. Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan
Pengungsi...........................................................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tergantung pada kapasitas ketahanan komunitas terhadap bencana (Ulum,
2013).
Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi setelah
terj adi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana. Untuk
penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti legal (peraturan,
standar) telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan yang menyebutkan
peran penting Puskesmas dalam penanggulangan bencana (Departemen
Kesehatan RI, 2007; Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan, 2006; Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2001 dalam Widyatun dan Fatoni,
2013).
Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan
krisis di daerah bencana adalah kurangnya SDM (sumber daya manusia)
kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis akibat
bencana. Kondisi tersebut memang sudah ada sejak sebelum terjadinya
bencana atau karena adanya tenaga kesehatan yang menjadi korban bencana
(Ismunandar, 2013).
Pada konsep penanggulangan bencana, salah satu bentuknya adalah
manajemen risiko bencana. Pada tahap tersebut, diupayakan bila terjadi
peristiwa bencana, kerusakan, dan kerugian dengan skala dampak yang cukup
besar dapat dihindari, atau diminimalisir (Tatas, dkk, 2015).
Hasil studi menunjukkan bahwa di sektor kesehatan, berbagai piranti
legal (peraturan, standar) telah menyebutkan peran penting petugas kesehatan
dalam penanggulangan bencana. Bencana tidak hanya menimbulkan korban
meninggal dan luka serta rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, tetapi juga
berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat, seperti munculnya
berbagai penyakit paskagempa, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik, trauma kejiwaan serta akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan pasangan. Petugas kesehatan bersama dengan
masyarakat berperan dalam penanggulangan bencana gempa, mulai dari sesaat
setelah gempa (hari ke-1 hingga hari ke-3), masa tanggap darurat (hari ke-3
hingga sebulan) serta masa rehabilitasi dan rekonstruksi (sejak sebulan
paskagempa). Beberapa faktor turut mendukung kelancaran petugas
2
Puskesmas dalam melakukan tindakan gawat darurat pada saat gempa,
termasuk partisipasi aktif masyarakat dan relawan dalam membantu
penanganan korban (Widyatun dan Fatoni, 2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
B. Tahapan Bencana
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai
saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini
dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap
4
pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan
dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan
sangat berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang
(impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.
Dengan pertimbangan bahwa, yang pertama kali menolong saat terjadi bencana
adalah masyarakat awam atau awam khusus (first responder), maka masyarakat
awam khusus perlu segera dilatih oleh pemerintah kabapaten kota. Latihan yang
perlu diberikan kepada masyarakat awam khusus dapat berupa : Kemampuan
minta tolong, kempuan menolong diri sendiri, menentukan arah evakuasi yang
tepat, memberikan pertolongan serta melakukan transportasi Peran tenaga
kesehatan dalam fase Pra Disaster adalah:
5
b. Tahapan Bencana (Impact)
a) Bertindak cepat
6
c. Tahapan Emergency
7
h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat ting-gal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap
rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama
yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi
budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai dan normanorma hidup yang lebih baik
yang lebih beradab. Deng-an melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat
korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding
sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharus-nya bisa dijadikan momentum oleh
pemerintah untuk membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab,
lebih santun, lebih cerdas hidupnya, lebih me-miliki daya saing di dunia
internasional. Hal ini yang nampaknya kita rindukan, karena yang seringkali kita
baca dan kita dengar adalah penyalahgunaan bantuan untuk korban bencana dan
saling tunggu antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
b. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerjasama
dengan unsur lintas sector menangani masalah kesehatan masyarakat pasca
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (Recovery) menuju keadaan
sehat dan aman
8
C. Manajemen Bencana
3. Mempercepat pemulihan
2. Pemulihan (recovery) adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok
terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:
9
a. Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya
sementara atau berjangka pendek.
10
e. Bila tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin menurun dan
berpotensi menyebabkan terjadinya KLB.
11
memenuhi syarat kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak langsung
dapat menurunkan daya tahan tuhuh dan hila tidak segera ditanggulangi akan
menimhulkan masalah di hidang kesehatan. Sementara itu, pemherian
pelayanan kesehatan pada kondisi hencana sering menemui hanyak kendala
akihat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan jenis obat
serta alat kesehatan, terhatasnya tenaga kesehatandan dana operasional.
Kondisi ini tentunya dapat menimhulkan dampak lehih huruk hila tidak segera
ditangani (Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan, 2001).
Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif herheda-heda,
antara lain tergantung dari jenis dan hesaran hencana yang terjadi. Kasus
cedera yang memerlukan perawatan medis, misalnya, relatif lehih hanyak
dijumpai pada hencana gempa humi dihandingkan dengan kasus cedera akihat
hanjir dan gelomhang pasang. Sehaliknya, hencana hanjir yang terjadi dalam
waktu relatif lama dapat menyehahkan kerusakan sistem sanitasi dan air
bersih, serta menimhulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui media air (water-borne diseases) seperti
diare dan leptospirosis. Terkait dengan hencana gempa humi, selain
dipengaruhi kekuatan gempa, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi
hanyak sedikitnya korhan meninggal dan cedera akihat hencana ini, yakni: tipe
rumah, waktu pada hari terjadinya gempa dan kepadatan penduduk (Pan
American Health Organization, 2006).
Pengaruh bencana yang terjadi tiba-tiba tidak hanya menyebabkan
banyak kematian, tetapi juga gangguan sosial besar-besaran dan kejadian luar
biasa (KLB) penyakit epidemi, serta kelangkaan bahan pangan sehingga orang
yang selamat sepenuhnya bergantung pada bantuan luar. Pengamatan
sistematis yang dilakukan terhadap pengaruhbencana alam padakesehatan
manusia menghasilkan berbagai kesimpulan,baik tentang pengaruh bencana
pada kesehatan maupun tentang cara yang paling efektif untuk menyediakan
bantuan kemanusiaan (Machmud, 2009).
12
F. Persiapan sumber daya manusia (Sdm) Kesehatan Menuju Lokasi
Bencana Alam
13
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi
Cepat dan TimRHA kembali dengan laporan hasilkegiatanmereka di
lapangan, terdiri dari:
1. Dokter Umum
2. Apoteker dan Asisten Apoteker
3. Perawat (D3/S1 Keperawatan)
4. Perawat Mahir
5. Bidan(D3 Kebidanan)
6. Sanitarian (D3 Kesling/ S1Kesmas)
7. Ahli Gizi (D3/D4 Kesehatan/ SI Kesmas)
8. Tenaga Surveilans (D3/D4 Kes/ SI Kesmas)
9. Entomolog(D3/D4Kes/ S1Kesmas/ S1Biologi)
Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan
dengan jenis bencana dan kasus yang ada, misal:
Gempa bumi
Banjir Bandang/tanah longsor
Gunung meletus
Tsunami
Ledakan bom/kecelakaan industri
Kerusuhan massal
Kecelakaan transportasi
Kebakaran hutan
Pengungsi
14
1. Pelayanan kesehatan, termaksut pelayanan kesehatan masyarakat,
kesehatan reproduksi dan kesehatan jiwa. Terkait dengan sarana pelayanan
kesehatan, satu pusat kesehatan pengungsi idealnya digunakan untuk
melayani 20.000 orang, sedangkan rumah sakit untuk 200.000 sasaran.
Penyediaan pelayanan kesehatan juga dapat memanfaatkan partisipasi
rumah sakit swasta, Balai Pengobatan Swasta, LSM lokal maupun
intemasional yang terkait dengan bidang kesehatan.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, seperti vaksinasi,
penanganan masalah umum kesehatan di pengungsian, manajemen kasus,
surveilans dan ketenagaan. Berkaitan dengan sumber daya manusia
(SDM), Kementerian Kesehatan telah menetapkan jumlah kebutuhan
tenaga kesehatan untuk penanganan 10.000-20.000 pengungsi, terdiri dari:
pekerja kesehatan lingkungan (10-20 orang), bidan (5-10 orang), dokter ( 1
orang), paramedis ( 4-5 orang), asisten apoteker ( 1 orang), teknisi
laboratorium ( 1 orang), pembantu umum (5-1 0 orang), pengawas sanitasi
(2-4 orang), asisten pengawas sanitasi (10-20 orang).
3. Gizi dan pangan, termasuk penanggulangan masalah gizi di pengungsian,
surveilans gizi, kualitas dan keamanan pangan. Identifikasi perlu
dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui sasaran pelayanan, seperti
jumlah pengungsi, jenis kelamin, umur dan kelompok rentan (balita, ibu
hamil, ibu menyusui, lanjut usia). Data tersebut penting diperoleh,
misalnya untuk mengetahui kebutuhan bahan makanan pada tahah
penyelamatan dan merencanakan tahapan surveilans berikutnya. Selain itu,
pengelolaan bantuan pangan perlu melibatkan wakil masyarakat korban
bencana, termasuk kaum perempuan, untuk memastikan
kebutuhankebutuhan dasar korban bencana terpenuhi.
4. Lingkungan, meliputi pengadaan air, kualitas air, pembuangan kotoran
manusia, pengelolaan limbah padat dan limbah cair dan promosi
kesehatan. Beberapa tolok ukur kunci yang perlu diperhatikan adalah:
a. persediaan air harus cukup minimal 15 liter per orang per hari,
b. jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter,satu
kran air untuk 80-100 orang,
15
c. satu jamban digunakan maksimal 20 orang, dapat diatur menurut rumah
tangga atau menurut j enis kelamin,
d. jamban berjarak tidak lebih dari 50 meter dari pemukian atau tempat
pengungsian,
e. bak atau lubang sampah keluarga berjarak tidak lebih dari 15 meter dan
lubang sampah umum berjarak tidak lebih dari 100 meter dari
pemukiman atau tempat pengungsian,
f. bak/lubang sampah memiliki kapasitas 100 liter per 10 keluarga, serta
g. tidak ada genangan air, air hujan, luapan air atau banjir di sekitar
pemukiman atau tempat pengungsian.
5. Hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar kesehatan, seperti
penampungan keluarga, sandang dan kebutuhan rumah tangga. Ruang
tertutup yang tersedia, misalnya, setidaknya tersedia per orang rata-rata
berukuran 3,5-4,5 m2 Kebutuhan sandang juga perlu memperhatikan
kelompok sasaran tertentu, seperti pakaian untuk balita dan anak-anak
serta pembalut untuk perempuan remaja dan dewasa.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
tersebut. Seperti akses pelayanan yang perlu di tingkatkan dalam penanganan
korban akibat bencana.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ismunandar. 2013. Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Dalam
Penanganan Korban Bencana. Volume 8 No.3. Poltekkes Kemenkes Palu.
Sulawesi Tengah
Tatas, dkk. 2015. Rencana Kontijensi untuk Tanah Longsor di Desa Kalikuning,
Pacitan, Jawa Timur. Volume 13. Nomor 2. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.