Anda di halaman 1dari 13

DISTOSIA BAHU

DISTOSIA BAHU
1.Pengertian Distosia Bahu
Distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin
dengan bahu anterior macet diatas
sacralpromontory karena itu tidak bisa lewat masuk
ke dalam panggul.
Distosia bahu adalah kegawatan
obstetri di mana satu atau kedua bahu
bayi terjebak di atas pinggir panggul.
Distosia bahu adalah peristiwa
dimana tersangkutnya bahu janin dan
tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan.
Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar
yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal
dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus
pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah
pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan
terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga
bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Etiologi
Distosia bahu umumnya terjadi pada makrosomia,
yakni suatu keadaan yang ditandai oleh ukuran badan
bayi yang relative besar dari ukuran kepalanya dan
bukan semata-mata berat badan bayi yang >4000
gram. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan bila
dalam kehamilan terdapat penyulit-penyulit obesitas,
diabetes mellitus, atau kehamilan lewat waktu, atau
bila dalam persalinan terdapat pemanjangan kala II.
Distosia bahu juga dapat terjadi pada bayi anensefalus
yang disertai kehamilan serotinus.
B. FAKTOR RESIKO TERJADINYA DISTOSIA BAHU

Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan


postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.

1. Maternal
Kelainan anatomi panggul
Diabetes Gestational
Kehamilan postmatur
Riwayat distosia bahu
Tubuh ibu pendek
2. Fetal
Dugaan macrosomia

3. Masalah persalinan
Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
Protracted active phase pada kala I persalinan
Protracted pada kala II persalinan

Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan pada


gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.
C. TANDA DAN GEJALA
TERJADINYA DISTOSIA BAHU
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan
ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak
dapat mengalami putar paksi luar yang normal.

2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk


dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya
juga obese.

3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi
tidak berhasil melahirkan bahu.
D. DIAGNOSA DISTOSIA BAHU
Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
Dagu tertarik dan menekan perineum.
Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis.
E. KOMPLIKASI DISTOSIA BAHU
1. Komplikasi Maternal
Perdarahan pasca persalinan
Fistula Rectovaginal
Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral neuropathy
Robekan perineum derajat III atau IV
Rupture Uteri

2. Komplikasi Fetal
Brachial plexus palsy
Fraktura Clavicle
Kematian janin
Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
Fraktura humerus
F. PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2002)
untuk penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan yang
lalu:

1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia kehamilan,
intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan
sebelumnya.

2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara


baik dengan pasien dan keluarganya.

American College Of Obstetricians and Gynecologist (2005) : Penelitian yang


dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.
2. Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin
makrosomia adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya
kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung
oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.
Untuk penatalaksanaannya:
1. Beritahu ibu bahwa terjadi komplikasi yang gawat dan
diperlukan kerja sama lebih lanjut.
2. Geser posisi ibu sehingga bokong berada dipinggir tempat
persalinan agar memudahkan traksi curam bawah kepala anak.
3. Pakai sarung tangan DTT atau steril
4. Lakukan episotomi secukupnya
5. Lakukan manuver Mc Roberts
Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten
(boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu ibu.
Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah
bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di
bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada
bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.
Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan
sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut.
Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur
uteri
Gaskin Manuver. Ini dengan melakukan perubahan posisi yaitu
saat ibu dalam posisi berbaring, si ibu langsung diminta untuk
berputar dan mengubah menjadi posisi merangkak.

Anda mungkin juga menyukai