Anda di halaman 1dari 2

EKSPLORASI FAUNA DI PENDAKIAN TANAH RENGGANIS

Perjalanan tim Jelajah Rengganis dimulai dari basecamp Baderan hingga Bremi, dengan jarak
sekitar 40 km tim menyusuri keelokan Tanah Rengganis selama lima hari. Hari pertama pendakian, 29
Juni 2018, tim memulai perjalanan dari basecamp Baderan menuju Pos Mata Air 1. Dari sekitar
basecamp masih banyak dijumpai permukiman warga yang memelihara hewan ternak seperti kuda dan
variasi unggas seperti ayam dan burung. Saat memasuki jalur pendakian yang mulai jauh dari
permukiman, aneka fauna yang dijumpai pun berbeda antara lain dijumpai adanya tawon hutan, kupu-
kupu, lutung, dan variasi suara burung. Selama sepuluh jam lamanya perjalanan menuju Pos Mata Air
1 dilalui oleh tim di hari pertama pendakian.

Hari kedua pendakian, 30 Juni 2018, di sekitar pos Mata Air 1 dijumpai adanya hewan pengerat
kecil sejenis tikus hutan yang memakan sisa-sisa makanan para pendaki. Selain itu, saat pagi hari juga
tampak adanya lutung yang menghampiri tenda pendaki dan masih banyak terdengar suara-suara
burung yang bervariasi. Adapula burung elang yang terbang melewati camp tim Jelajah Tanah
Rengganis. Perjalanan menuju Pos Mata Air 2, fauna yang tampak sejenis serangga yaitu lalat biru dan
jangkrik. Perjalanan dilanjutkan menuju alun-alun kecil , dijumpai adanya belalang, kaki seribu, tungau,
lutung , dan adanya jejak tapak kaki ayam. Dari alun-alun kecil menuju alun-alun besar, fauna yang
dijumpai tak jauh berbeda karena vegetasi di kedua tempat ini mirip hanya berbeda luasannya saja.
Selanjutnya perjalanan dari alun-alun besar hingga Pos Cikasur, tim menjumpai adanya burung merak
dan burung gagak. Sebagian informasi yang diperoleh dari pendaki lain, di Pos Cikasur juga biasanya
terdapat rusa hutan.

Hari ketiga pendakian, 1 Juli 2018, disekitar camp tim terdapat hewan sejenis kecoa kecil,
terdengar suara burung yang bervariasi dan suara ayam hutan. Perjalanan dari Pos Cikasur menuju
Cisentor, tim menemukan adanya kera hitam yang bergelantungan di ranting-ranting pohon dekat
sungai kecil di sekitar Cisentor. Selama perjalanan ini ditemukan pula adanya burung elang jawa, tawon
madu dan terdengar pula suara-suara burung yang bervariasi. Perjalanan dari Cisentor menuju Rawa
Embik, sebagian anggota tim mendengar suara auman macan, ditemukan pula adanya feses hewan serta
burung kecil paruh kuning berwarna coklat.

Hari keempat pendakian, 2 Juli 2018, di sekitar pos Rawa Embik ditemukan adanya hewan
unggas seperti burung kecil paruh kuning, ayam hutan, suara burung merak serta adanya feses hewan.
Perjalanan dari Rawa Embik menuju Sabana Lonceng, dijumpai adanya burung kecil dan variasi suara
burung. Tim melanjutkan perjalanan dari Sabana Lonceng menuju ketiga puncak Gunung Argopuro
yaitu Puncak Rengganis, Puncak Argopuro, dan Puncak Arca. Di puncak Rengganis terdengar suara
burung yang bervariasi. Di puncak Argopuro, terdengar suara jangkrik dan burung. Di puncak Arca
terdapat tawon madu, variasi suara burung , jangkrik, dan lalat. Perjalanan yang cukup panjang
memakan waktu sepuluh jam lebih hingga akhirnya tim sampai di pos Danau Taman Hidup. Sebelum
ke pos ini, tim harus melewati hutan lumut yang ditemukan adanya lintah, ngengat, anjing hutan dan
macan. Saat itu, perjalanan dilakukan saat malam hari sehingga eksplorasi terbatas. Sesampainya di pos
Danau Taman Hidup, terdapat hewan yang bervariasi antaralain burung elang, tikus , lintah, laba-laba,
tawon madu, caing planaria dan variasi suara burung.

Hari kelima pendakian, 3 Juli 2018, tim Jelajah Tanah Rengganis memulai perjalanan dari pos
Danau Taman Hidup menuju basecamp Bremi. Selama diperjalanan, ditemukan adanya burung, kera
coklat emas, cacing tanah, lalat, kupu-kupu, belalang, nyamuk dan ulat bulu. Aneka fauna yang
ditemukan mendekati basecamp Bremi yang mulai didominasi oleh permukiman ialah hewan ternak
seperti sapi perah dan ayam.
Dalam jurnal biotropika di kawasan Gunung Argopuro terdapat 44 jenis burung dan 25 famili
burung pada beberapa tipe penggunaan lahan di sekitar kawasan Gunung Argopuro. Penggunaan lahan
yang ada di sekitar Gunung Argopuro memiliki keragaman jenis burung tergolong sedang hingga
rendah. Indeks keanekaragaman jenis burung di hutan produksi paling besar angkanya daripada lahan
lain dengan keberadaan jenis vegetasi di hutan produksi lebih sedikit daripada hutan lindung atau hutan
hujan pegunungan yang ada di sekitar Gunung Argpuro. Kondisi vegetasi hutan produksi dapat
ditemukan tegakan balsa (Ochroma grandiflorum Rowlee) dan damar (Agathis dammara). Kawasan
hutan lindung dapat ditemukan tegakan jamuju (Podocarpus imbricatus Blume 1827), manteng (P.
Neriifolius D. Don), sapen (Aplaia palembanica), beringin (Ficus sp.) dan tutup (Macaranga
rhizinoides). Tiap penggunaan lahan memiliki keberagaman fungsi dan struktur yang digunakan oleh
manusia ternyata juga dapat menjadi habitat bagi burung. Kawasan hutan hujan pegunungan yang
masuk di kawasan sekitar Danau Taman Hidup Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang dapat dijumpai
vegetasi pohon jamuju (Podocarpus imbricatus Blume 1827), manteng (P. Neriifolius D. Don), puspa
(Schima wallichii), beringin (Ficus sp.), rasamala (Altingia excelsa Noronha), sapen (Aplaia
palembanica) dan tutup (Macaranga rhizinoides). Jenis-jenis yang teridentifikasi di sekitar danau
taman hidup merupakan jenis burung yang umum dijumpai di wilayah pegunungan dan hutan hujan,
seperti jenis cikrak daun (Phylloscopus trivirgatus), cikrak muda (Seicercus grammiceps), sikatan ninon
(Eumyas indigo), dan ciung mungkal Jawa (Cochoa azurea). Jenis burung tersebut umumnya
membutuhkan habitat yang spesifik dengan kondisi hutan yang masih dalam kondisi baik dan tidak
terganggu. Jenis burung dan jumlah individu yang dapat dijumpai pada savana tergolong lebih sedikit
daripada penggunaan lahan yang lain yaitu hanya merak hijau (Pavo muticus) dan ayam hutan (Gallus
gallus). Makin kecil jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies maka keragaman akan
berkurang. Jenis vegetasi yang dapat dijumpai di savana adalah jenis tumbuhan bawah antara lain
seperti rumput ekor kucing (Pennesitum alopecuroides) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Kecilnya
keragaman jenis burung yang dijumpai di savana dapat dikarenakan lebih banyak satwa memanfaatkan
tegakan yang memiliki penutupan tajuk tingkatan pohon untuk memenuhi kebutuhan hidupnya daripada
lahan yang didominasi tumbuhan bawah. Beberapa jenis burung dapat dijumpai pada beberapa
penggunaan lahan yang ada di sekitar Gunung Argopuro seperti cucak kutilang (Pycnonotus
aurigaster), layang-layang loreng (Hirundo striolata) dan wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis)
dapat dijumpai pada hutan lindung dan hutan produksi. Terdapat pula tepus pipi perak (Stachris
melanothorax) dan cingcoang cokelat (Brachypteryx leucophrys) dapat dijumpai pada hutan produksi
dan hutan hujan pegunungan . Hal tersebut menunjukkan jenis-jenis burung yang dijumpai dapat
menggunakan habitat bersama-sama. Kawasan hutan primer, hutan sekunder dan semak dapat menjadi
habitat bagi burung, namun tidak semua burung menggunakan satu habitat untuk memenuhi semua
kebutuhan hidupnya . Tiap strata lapisan vegetasi mampu menyediakan kondisi yang berbeda terhadap
jenis satwa dengan berbagai tingkatan (Aryanti,Prabowo& Ma’arif,2018).

Sumber:

Aryanti,N., Prabowo,A.,dan Ma’arif,S.,2018, diakses melalui jurnal biotropika Vol.6 No.1


Keragaman Jenis Burung pada Beberapa Penggunaan Lahan di Sekitar Kawasan Gunung
Argopuro, Probolinggo pada 11 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai