TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) ialah penyakit menular yang diakibatkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang paru, namun dapat
pun menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011). Manusia ialah satu-satunya lokasi untuk
bakteri itu menyerang. Bakteri ini berbentuk batang dan tergolong* bakteri aerob obligat (Depkes
RI, 2011).
ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) sudah mencanangkan
bahwa ada 8,8 juta permasalahan baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta
adalah permasalahan BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga warga dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut keterangan dari regional WHO jumlah terbesar
permasalahan TB
terjadi di Asia Tenggara yakni 33 % dari seluruh permasalahan TB di dunia, tetapi bila
dilihat dari jumlah pendduduk ada 182 permasalahan per 100.000 penduduk. Di Afrika
hampir 2 kali lebih banyak dari Asia Tenggara yakni 350 per 100.000 warga(Fordiastiko, 2012).
Diperkirakan angka kematian dampak TB ialah 8000 masing-masing hari dan 2 - 3 juta
setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 melafalkan bahwa jumlah terbesar
kematian dampak TB ada di Asia tenggara yakni 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39
di Afrika yakni 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang lumayan tinggi
menyebabkan peningkatan cepat permasalahan TB yang muncul. Pada tahun 1995, diduga
setiap tahun terjadi selama 9 juta penderita baru TB Paru dengan kematian 3 juta orang (WHO,
kematian TB Paru adalah 25% dari semua kematian, yang sebetulnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95% penderita TB Paru sedang di negara berkembang, 75% penderita TB Paru ialah
Tuberkulosis ialah penyakit menular, dengan kata lain orang yang bermukim serumah dengan
penderita atau kontak erat dengan penderita yang memiliki risiko tinggi guna tertular. Sumber
penularannya ialah pasien TB paru dengan BTA positip khususnya pada masa-masa batuk atau
bersin, dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam format percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk bisa menghasilkan selama 3000 cipratan dahak dan lazimnya penularan
terjadi dalam ruangan dimana cipratan dahak berada dalam masa-masa yang lama (Hasmi, 2015).
Kuman TB Paru mempunyai sifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu
optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TB Paru cepat mati pada penyampaian sinar
matahari langsung tapi bisa bertahan sejumlah jam pada lokasi yang gelap dan lembab serta bisa
bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada debu (Depkes RI, 2012).
Sumber infeksi yang terpenting ialah dahak penderita TB Paru Positif. Penularan terjadi melewati
percikan dahak (droplet Infection) ketika penderita batuk, berbicara atau meludah. Kuman TB
Paru dari cipratan tersebut melayang di udara, andai terhirup oleh orang lain bakal masuk
kedalam sistem respirasi dan selanjutnya dapat mengakibatkan penyakit pada penderita yang
Dengan demikian penyakit ini paling erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit TB Paru bisa
terjadi dampak dari komponen lingkungan yang tidak sebanding (pencemaran udara). Masalah
perusakan udara di permukaan bumi telah ada semenjak zaman pembentukan bumi tersebut
sendiri. Namun dampak untuk kesehatan manusia, tentu dibuka sejak insan kesatu tersebut
terbentuk. Udara ialah salah satu media transmisi penularan TB Paru dimana insan memerlukan
oksigen guna kehidupan. Jadi andai seorang penderita TB Paru positif melemparkan dahak di
sembarang tempat, maka kuman TB dalam jumlah besar berada di angkasa (Heryanto, 2012).
Kuman TB Paru bisa menginfeksi sekian banyak bagian tubuh dan lebih memilih
bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru adalah tempat predileksi
utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang bisa di jumpai merupakan kavitasi,
fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh tambahan
paru yang tidak jarang terkena TB Paru ialah pleura, kelenjar getah bening, rangkaian saraf
di Indonesia dianggap lumayan tinggi dan berfariasi antara 1-2%. Pada wilayah dengan ARTI
sebesar 1%, berarti masing-masing tahun salah satu 1000 penduduk, 10 orang bakal terinfeksi.
Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak bakal menjadi penderita TB, melulu 10% dari
yang terinfeksi yang bakal menjadi penderita TB. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diduga
bahwa wilayah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 warga rata-rata terjadi 100 penderita
Tuberkulosis masing-masing tahun, dimana 50% penderita ialah BTA positif. Faktor yang
transmisi melewati udara. Pada masa-masa berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam format droplet (percian dahak) besar (>100 µ) dan
kecil (1-5 µ). Droplet yang besar menetap, sedangkan droplet yang kecil tertahan di angkasa dan
tercium oleh pribadi yang rentan (Smeltzer & Bare, 2002). Droplet yang berisi kuman bisa
bertahan di angkasa pada suhu kamar selama sejumlah jam dan orang bias terinfeksi bila droplet
Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh insan melalui pernapasan, kuman TBC itu* dapat
menyebar dari paru ke unsur tubuh lainnya, melewati saluran peredaran darah, system drainase
limfe, drainase nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan
dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pengecekan dahak, kian menular penderita itu (Depkes RI, 2008).
Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilaksanakan dengan teknik : (Fordiastiko, 2012).
Penemuan basil tahan asam (BTA) adalah suatu perangkat penentu yang arnat
penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
Paru dan suspek Tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak yakni : (Depkes RI, 2012)
a. S (Sewaktu) : dahak dikoleksi pada ketika suspek datang berang jangsana pertarma kali. Pada
ketika pulang, suspek memba sebuah pot dahak untuk mengoleksi dahak hari kedua.
b. P (Pagi) : dahak dikoleksi dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot diangkut dan di berikan sendiri untuk petugas di UPK (Unit Pelayanan
Kesehatan).
c. S (Sewaktu) : dahak dikoleksi di UPK pada hari kedua saat memberikan dahak pagi.
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan potret rontgen
dibagi menjadi format berat dan enteng tergantung pada cerminan luas kerusakan
paru pada potret rontgen dan menyaksikan kepada suasana penderita yang buruk. Penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilaksanakan untuk memutuskan paduan
OAT yang cocok dan dilaksanakan sebelum pengobatan dibuka (Fordiastiko, 2012).
foto toraks saja. Foto toraks tidak tidak jarang kali memberikan cerminan yang khas pada TB
Paru (Dinkes Provinsi NAD, 2017). Indikasi pemeriksaan potret toraks ialah sebagai berikut :
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Gejala klinik Tuberkulosis dapat dipecah menjadi 2 golongan, yaitu fenomena respiratorik (atau
a. Gejala respiratorik
1. Batuk ≥ 3 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada sekitar lebih dari 3 minggu 15 Semua fenomena tersebut diatas mungkin
diakibatkan penyakit lain, namun bila ada tanda-tanda yang manapun diatas, dahak perlu
b. Gejala sistemik
1. Keadaan umum, kadang-kadang suasana penderita TB paru paling kurus, berat badan menurun,
2. Demam, penderita TB paru pada malam hari bisa jadi mengalami eskalasi suhu badan secara
tidak tertata
halus dibagian atas pada satu atau kedua paru. Adanya suara pernafasan bronchial pada unsur atas
kedua paru yang memunculkan wheezing terlokalisasi diakibatkan oleh tuberkulosis (crofton,
2002 ).
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau telah* pernah
menelan OAT tidak cukup dari satu bulan (30 takaran harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita yang telah berobat paling tidak cukup 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
1). Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau pulang menjadi
positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.
Adalah penderita dengan hasil pengecekan masih BTA positif sesudah selesai penyembuhan
1. Infeksi Primer
Tuberkulosis paru primer ialah peradangan paru yang diakibatkan oleh basil
tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah memiliki kekebalan yang
spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi ketika seseorang terkena kesatu kali dengan
kuman TBC. Droplet yang terhirup paling kecil ukurannya, sampai-sampai dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sampai-sampai sampai di alveolus
Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada lazimnya reaksi daya
Meskipun demikian, terdapat beberapa, kuman bakal menetap sebagai kuman persisten
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan
menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yakni waktu yang dibutuhkan mulai
Tuberkulosis pasca primer seringkali terjadi setelah sejumlah bulan atau tahun
sesudah tuberkulosis primer. Infeksi bisa berasal dari luar (eksogen) yakni infeksi
ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny
yaitu infeksi berasal dari basil yang telah ada dalam tubuh, adalah proses lama
yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu suasana menjadi aktif kembali, misalnya
karena daya, tahan tubuh yang menurun dampak terinfeksi HIV atau kedudukan gizi yang
1. Host
a. Umur
tetap bermukim dalam paru hingga anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang
cenderung terjadi pada kumpulan umur produktif (15-50 tahun), urusan* ini disebabkan
karena orang pada umur produktif memiliki mobilitas yang tinggi sampai-sampai untuk
b. Jenis Kelamin
TB Paru dikomparasikan perempuan. Hal ini terjadi sebab* laki-laki mempunyai mobilitas
yang tinggi, selain tersebut adanya kelaziman merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga gampang terkena TB Paru (Kharisma, 2015).
d. Faktor Toksik
Kebiasaan mengisap rokok dan minum alkohol bisa menurunkan sistem pertahanan tubuh, selain
tersebut obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan pun dapat menurunkan kekebalan tubuh
(Notoadmodjo, 2008).
2. Agent
3. Lingkungan
Lingkungan yang buruk, contohnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah
yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan
membetulkan produktivitas serta kualitas hidup, menangkal terjadinya kematian oleh sebab TB
atau akibat buruk selanjutnya, menangkal terjadinya kekambuhan TB, menurunkan penularan
TB, menangkal terjadinya dan penularan TB resisten obat (Kemenkes RI, 2014: 34). Penggunaan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang digunakan dalam penyembuhan TB ialah antibotik dan anti
infeksi sintetis guna membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga
mekanisme, yakni aiktifitas membunuh bakteri, kegiatan sterilisasi, dan menangkal resistensi.
Obat yang umum dipakai ialah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin
(Andareto, 2015: 69). 1. Prinsip penyembuhan TB Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ialah
komponen terpenting dalam penyembuhan TB, penyembuhan TB ialah adalah salah-satu upaya
sangat efisisen untuk menangkal penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan
format kombinasi sejumlah jenis obat, dalam jumlah lumayan dan takaran tepat cocok dengan
kelompok pengobatan. Jangan pakai OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan paling dianjurkan. b. Untuk memastikan
kepatuhan pasien menelan obat, dilaksanakan pengawasan langsung DOTS (Directly Observed
2. Pengobatan TB
a. Tahap mula (Intensif) Pada etape intensif pasien mendapat obat masing-masing hari dan perlu
dipantau secara langsung oleh seorang pengawas menelan obat untuk menangkal terjadinya
resistensi. Bila penyembuhan tahap intensif tersebut diserahkan secara tepat, seringkali pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun masa-masa 2 minggu. Sebagian besar pasien TB
. b. Tahap lanjutan Pada etape lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,tetapi dalam
jangka masa-masa yang lama. Tahap lanjutan urgen untuk membunuh kuman persisten sehingga
menangkal terjadinya kekambuhan (Rian, 2010:. WHO dan IUATLD (International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease) merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu: 1.
Kategori I: 2(HRZE)/4(HR)3 Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid
(Z), dan Etambutol (E). Obat-obat tersebutdiserahkan setiap hari sekitar 2 bulan (2HRZE).
Kemudian diteruskan dengan etape lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),
diserahkan tiga kali dalam seminggu sekitar 4 bulan 4(HR)3. Obat ini diserahkan untuk: a.
Penderita baru TBC paru BTA positif b. Penderita TBC paru BTA positif rontgen positif yang
Tahap intensif diserahkan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) dan suntikan Streptomisin masing-masing
hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan
Etambutol (E) masing-masing hari. Setelah tersebut diteruskan dengan etape lanjutan sekitar 5
bulan dengan HRE yang diserahkan tiga kali dalam seminggu. Obat ini diserahkan untuk: a.
Penderita kambuh (relaps) b. Penderita tidak berhasil (failure) c. Penderita dengan penyembuhan
setelah lalai (after default) 3. Kategori 3: 2HRZ/4H3R3 Tahap intensif terdiri dari HRZ
diserahkan setiap harisekitar 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan etape lanjutan terdiri dari HR
sekitar 4 bulan diserahkan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diserahkan untuk: a. Penderita
baru BTA positif dan rontgen positif sakit enteng b. Penderita tambahan paru ringan,yakni TBC
kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal. 4. OAT sisipan (HRZE) Bila pada akhir etape intensif
penyembuhan penderita baru BTA positif dengankelompok 1 atau penderita BTA positif
penyembuhan ulang dengan kelompok 2, hasil pengecekan dahak masih BTA positif,
diserahkan sisipan (HRZE), masing-masing hari sekitar 1 bulan (Kemenkes RI, 2014).
2.2.Sikap (Attitude)
adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sebuah stimulus atau
objek. Sikap pun adalah kesiapan atau keikhlasan untuk beraksi dan pun adalah pelaksanaan
motif tertentu. Berdasarkan keterangan dari Fahmi (2007), sikap adalah pendapat maupun
pendangan seseorang tentang sebuah objek yang melampaui tindakannya. Sikap tidak mungkin
terbentuk sebelum mendapat informasi, menyaksikan atau merasakan sendiri sebuah objek.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari sekian banyak tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) inginkan dan menyimak stimulus yang
diserahkan (objek).
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang beda untuk menggarap atau mendiskusikan sebuah
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
a. Sikap negatif yakni : sikap yang mengindikasikan penolakan atau tidak menyetujui
b. Sikap positif yakni : sikap yang mengindikasikan menerima terhadap norma yang
Manusia dicetuskan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk
sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia paling besar. Bila telah
terbentuk pada diri manusia, maka sikap tersebut akan turut menilai teknik tingkahlakunya
terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap akan mengakibatkan manusia beraksi secara khas
Suatu sikap sosial yang ditetapkan dalam pekerjaan yang sama dan berulangulang
terhadap objek sosial. Karena seringkali objek sosial itu ditetapkan tidak melulu oleh seseorang
b. Sikap Individu
Sikap individu dipunyai hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan
dengan objek perhatian sosial. Sikap individu disusun* karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap
bertingkah laku, dapat ditafsirkan suatu format respon evaluativ yaitu sebuah respon
3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
Sikap ialah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau
objek. Sikap secara nyata mengindikasikan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Berdasarkan keterangan dari Allpon (1954) dalam Gitawati, (2012) bahwa sikap
kecenderungan guna merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau
situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui
sesudah seseorang tersebut berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang
(Ahmadi, 2003). Pengukuran sikap bisa dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melewati
pendapat atau pertanyaan narasumber terhadap sebuah objek secara tidak langsung
Sikap ialah respons tertutup seseorang terhadap sebuah stimulus atau objek, baik yang
mempunyai sifat intern maupun ekstern sampai-sampai manifestasinya tidak dapat langsung
dilihat, tetapi melulu dapat diartikan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersbeut. Sikap
secara realitas mengindikasikan adanya kecocokan respons terhadap stimulus tertentu. Tingkatan
sikap ialah menerima, merespons, menghargai dan bertanggung jawab (Suryanto, 2012)
Tindakan ialah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu tindakan nyata. Tindakan
pun adalah respon seseorang terhadap stimilus dalam format nyata atau terbuka. Suatu
rangsangan bakal direspon oleh seseorang cocok dengan makna rangsangan itu untuk orang
yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini dinamakan perilaku, format perilaku dapat
mempunyai sifat sederhana dan kompleks. Dalam ketentuan teoritis, tingkah laku dapat
dipisahkan atas sikap, di dalam sikap ditafsirkan sebagai sebuah kecenderungan potensi untuk
menyelenggarakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam sebuah
tindakan guna terwujudnya sikap supaya menjadi sebuah tindakan yang nyata dibutuhkan factor
ialah gerakan atau tindakan dari tubuh sesudah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari
dalam maupun luar tubuh sebuah lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan
tidak sedikit ditentukan oleh bagaimana keyakinan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara biologis, sikap dapat digambarkan dalam suatu format tindakan, tetapi tidak pula dapat
disebutkan bahwa sikap perbuatan mempunyai hubungan yang sistematis. Respon terhadap
stimulus tersebut telah jelas dalam format tindakan atau praktek (practice), yang dengan
gampang dapat dicermati atau disaksikan oleh orang lain. Oleh karena itu disebut pun over
behavior. Berdasarkan keterangan dari Notoatmodjo (2008), empat tingkatan tindakan ialah :
1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki sekian banyak objek berkaitan dengan
4. Adaptasi (Adaptation), ialah suatu praktek atau perbuatan yang sudah berkembang dengan
baik, dengan kata lain tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
perbuatan tersebut.
Berdasarkan keterangan dari Green yang dilansir oleh Notoatmodjo (2002), faktor-
faktor yang adalah penyebab perilaku menurut keterangan dari Green diprovokasi oleh tiga
hal yaitu faktor predisposisi laksana pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan
motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau hal pendukung (enabling) perilaku ialah
fasilitas, sarana, atau prasarana yang menyokong atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Terakhir hal penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.
Jadi, dapat diputuskan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku semua petugas kesehatan
terhadap kesehatan pun akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seperti halnya
a) Persepsi, yakni mengenal dan memilih sekian banyak objek cocok dengan tindakan yang
bakal dilakukan.
b) Respons terpimpin, yaitu pribadi dapat mengerjakan sesuatu dengan urutan yang benar cocok
contoh.
c) Mekanisme, pribadi dapat mengerjakan sesuatu dengan benar secara otomatis atau telah
menjadi kebiasaan.
d) Adaptasi, ialah suatu perbuatan yang telah berkembang dan dimodifikasi tanpa
meminimalisir kebenaran.
Pengetahuan
Tindakan Pencegahan
penularan TB Paru
pada kelaurga
Sikap
2.5. Hipotesa
Ha. Ada hubungan karakteristik penderita TB Paru Positif Terhadap Tindakan Pencegahan
Ho. Tidak ada hubungan karakteristik penderita TB Paru Positif Terhadap Tindakan
Ho. Tidak ada hubungan karakteristik penderita TB Paru Positif Terhadap Tindakan