Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

IN HOUSE TRAINING

BANTUAN HIDUP DASAR

TIM REAKSI CEPAT


RS BUNDA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia. Manifestasi komplikasi penyakit

jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal

adalah kejadian henti jantung mendadak.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti

jantung mendadak tersebut disaksikan, harus secepatnya dilakukan tindakan

bantuan hidup dasar. Berdasarkan penelitian, bantuan hidup jantung dasar

akan memberikan hasil yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit,

maka untuk mempertahankan angka keberhasilan yang tinggi, tindakan

bantuan hidup dasar bergantung terhadap pelatihan umum bantuan hidup

dasar terhadap kaum awam serta ketersediaan alat Automated External

Defibrilator sebagai fasilitas umum.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara definisi merupakan

layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien yang menderita

penyakit yang mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapat pelayanan

kesehatan secara paripurna. Tindakan bantuan hidup jantung dasar umumnya

dilakukan oleh paramedis, namun dinegara-negara maju dapat dilakukan oleh

kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Tindakan


bantuan hidup jantung dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan

dilingkungan sekitar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut,

sehingga tindakan bantuan hidup jantung dasar dapat dilakukan di luar

maupun sekitar lingkungan rumah sakit tanpa menggunakan alat medis.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar bukan merupakan satu jenis

keterampilan tindakan tunggal semata, melainkan suatu kesinambungan tidak

terputusnya antara pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam

pertolongan. Keberhasilan pertolongan yang dilakukan, ditentukan oleh

kecepatan dalam memberikan tindakan awal bantuan hidup jantung dasar,

membuat para ahli berpikir bagaimana cara untuk melakukan suatu tindakan

bantuan hidup jantung dasar yang efektif serta melatih sebanyak mungkin

orang awam dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut secara

baik dan benar.

Dalam melaksanakan bantuan hidup jantung dasar, kita mengenal

istilah penolong pertama (emergency first responder) antara lain polisi,

petugas pemadam kebakaran serta petugas keamanan lainnya. Bantuan

jantung hidup dasar, sebenarnya sudah sering didengar oleh masyarakat

awam. Program pelatihannya bersifat sangat bisa diajarkan ke masyarakat,

terbuka, tidak memandang jenis kelamin ataupun umur. Dalam pelaksanaan

pelatihan program bantuan jantung hidup dasar, diharapkan mencakup faktor

resiko penyakit jantung koroner, pencegahan primer serta mengetahui atau

mengenali tanda-tanda orang yang sedang terkena serangan jantung.


Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada kebutuhan klien.

Begitu puladengan RS Bunda sebagai satu-satunya rumah sakit umum swasta

di kabupaten way kanan dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut RS Bunda memiliki visi yaitu :

“Terwujudnya pelayanan prima RS Bunda yang prima.

Untuk mewujudkannya, RS Bunda dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanannya harus mengutamakan keamanan pasien, sehingga perlu

dilakukan upaya-upaya standarisasi pelayanan, salah satunya adalah dengan

penerapan program quality dan safety.

Mengingat pentingnya bantuan jantung hidup dasar dalam memperbaiki

kelangsungan hidup manusia, perlunya diadakan pelatihan bantuan hidup

dasar pada setiap komponen masyarakat awam yang berada dilingkungan RS

Bunda serta menjaga mutu para pelaksana bantuan, baik dari kaum awam

ataupun dari paramedik, sudah pasti diperlukan bantuan hidup jantung dasar

yang terintegrasi serta komprehensifsehingga program quality dan safety

mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode yang standar.


B. TUJUAN KEGIATAN

1. Terselenggaranya pelatihan bantuan jantung hidup dasar pada orang

awam yang berada dilingkungan RS Bunda.

2. Diketahuinya peran utama petugas kesehatan dalam masyarakat awam

dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan jantung serta

pentingnya rantai kelangsungan hidup (chain of survival)

3. Diketahuinya cara mempelajari pertolongan pertama pada anak dan

dewasa dalam kondisi-kondisi khusus

4. Diketahuinya keamanan bagi penderita dan penolong saat pertolongan

dilakukan

C. MANFAAT

1. Diharapkan menjadi suatu sistem pelayanan kegawatdaruratan yang

merupakan satu sistem yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda

serangan jantung dan stroke serta bagaimana mengaktifkan sistem

layanan gawat darurat, mencegah komplikasi, dan resusitasi jantung paru

sesegera mungkin.

2. Diharapkan memberikan wawasan pada masyarakat awan mengenai

bantuan hidup jantung dasar pada berbagai situasi kinis memegang

peranan yang penting dalam perkembangan sistem pelayanan

kegawatdaruratan jantung.
BAB II

BANTUAN HIDUP DASAR

A. PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN

Dalam pelayanan terhadap penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler,

sistem pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler merupakan satu sistem

yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda terkena serangan jantung dan

stroke, bagaimana mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah

komplikasi, resusitasi jantung paru sesegera mungkin, serta penggunaan

automatic eksternal defibrilator pada penderita henti jantung, setelah

penderita menjadi stabil, sesegera mungkin ditransfer ke rumah sakit dengan

fasilitas pelayanan kardiovaskuler yang lebih lengkap.

Terminologi pelayanan kardiovaskuler yang dimaksud dalam pelayanan

kegawatdaruratan kardiovaskuler juga mencakup kasus-kasus mengancam

jiwa, seperti obstruksi benda asing, tenggelam, tersengat listrik, trauma dan

hipotermia. Pertolongan juga mencakup neonatus dan pediatrik. Namun

kebanyakan pada pediatrik atau neonatus, penyakit primer bukan terletak

pada jantung maupun otak.

Tarnsportasi kegawatdaruratan tanpa usaha mempertahankan kehidupan

tidak termasuk pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler (emergency

cardiovaskuler care), walau kita sudah mengetahui bahwa transportasi

merupakan faktor yang penting bagi pelayanan kegawatdaruratan.


B. BANTUAN HIDUP DASAR

Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua

komponen utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta

komponen bantuan hidup jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup

jantung dasar berhasil dilakukan.

Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan

dan dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring

dengan perkembangan pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman

bantuan jantung hidup dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami

perbaikan dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dalam bantuan hidup

dasar ini, terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan

panduan hidup dasar yang telah dikenal sebelumnya seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penillaian

respons pasien dan tidak adanya nafas.

2. Perintah “look, listen and feel” dihilingkan dari lagoritma bantuan hidup

dasar

3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan

resusitasi jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih

4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan

kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB

dibandingkan dengan ABC)

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan

kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi


6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik

7. Penyederhanaan algoritme bantuan hidup dasar

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung

dasar adalah pengetahuan untuk menillai keadaan pasien, teknik penilaian

pernafasan yang baik serta pemberian ventilasi bantuan yang baik dan benar,

dilanjutkan dengan teknik kompresi dada yang baik serta frekuensi yang

adekuat, serta penggunaan automated eksternal defibrilator jika memang

tersedia. Selain komponen pengetahuan serta tekhnik yang telah disebutkan

diatas, para penolong pertama yang melakukan bantuan hidup jantung dasar,

juga harus menguasai teknik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena

sumbatan benda asing.

Apabila kita dapat melakukan bantuan hidup jantung dasar dengan baik

dan tepat, maka kit dapat mengharapkan bahwa :

1. Henti jantung dapat dicegah dan transport dapat cepat dilaksanakan

2. Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan

kompresi

3. Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah ke otak dapat

terpelihara selama dilakukan bantuan sampai bantuan lanjutan tiba.

Dalam pelatihan ini, akan diajarkan bantuan hidup dasar menggunakan

rekomendasi yang dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010

yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan

hidup.
C. RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP

Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh AHA, rantai

kelangsungan hidup memiliki lima komponen utama yaitu :

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat

segera (early access)

2. Resusitasi jantung paru segera (Early CPR)

3. Defibrilasi segera (Early Defibrilation)

4. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif (Effective ACLS)

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi (Integrated post cardiac

arrest care)

Penelitian secara klinis dan epidemologis, membuktikan bahwa ketika

rantai kelangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang

penderita yang mengalami fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah

sakit untuk terselamatkan bisa sampai 50%. Namun pelaksanaan sistem

pelayanan gawat darurat segera pasien tidak sadarkan diri baik diluar maupun

di dalam rumah sakit sangat bergantung kepada kecepatan pelaksanaan rantai

kelangsungan hiudp yang saling terkait satu dengan lainnya secara benar. Bila

salah satu komponen tidak dilakukan secara benar, maka peluang

keberhasilan untuk menyelamatkan pasien mengalami penurunan.


 Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi

sistem gawat darurat segera

Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan

nyeri dada atau kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari

pertolongan atau penolong menghubungi layanan gawat darurat

memegang peranan awal yang penting dalam rantai ini.

Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal

sebagai berikut ;

1. Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke sistem gawat

darurat

2. Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada

orang dewasa atau sekitar satu menit setelah memberikan

pertolongan RJP pada bayi dan anak.

3. Penillaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung

4. Identifikasi tanda henti jantung atau henti nafas

 Rantai kedua resusitasi jantung paru segera

Kompresi dada dilakukan segera jika penderita mengalami keadaan

henti jantung dan atau henti nafas. Kompresi dada sendiri dilakukan

dengan melakukan tekanan dengan kekuatan penuh serta berirama di

setengah bagian bawah dari tulang dada. Tekanan ini dilakukan untuk

mengalirkan darah serta menghantarkan oksigen ke otak serta

miokardium.
Pernafasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada

dengan cara memberikan nafas dalam waktu satu detik serta mencukupi

volume tidal dan diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kompresi.

Untuk kasus trauma, tenggelam dan overdosis pada dewasa atau

anak, sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama satu menit

sebelum menghubungi sistem gawat darurat.

 Rantai ketiga defibrilasi segera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan

hidup pada penderita. Alat Automated external defibrilator (AED) jika

digunakan oleh orang yang terlatih dapat memperbaiki angka

kelangsungan hidup di luar rumah sakit. Waktu antara penderita kolaps

dan dilaksanakan merupakan saat kritis. Angka keberhasilan menurun

sebanyak 7-10% dalam setiap menit keterlambatan penggunaan

defibrilator.

 Rantai keempat perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif

Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis ditempat kejadian

merupakan rantai penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung.

Petugas ACLS membawa alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk

mengkontrol aritmia dan stabilisasi penderita untuk dirujuk kerumah

sakit. ACLS memiliki 3 tujuan dalam penyelamatan henti jantung :

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan

manajemen lanjut jalan nafas, dan pemberian nafas dan pemberian

obat-obatan.
2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi

3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang,

dan menstabilkan penderita setelah resusitasi

 Rantai kelima penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi

Dalam pedoman RJP yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 mulai

memperkenalkan kepentingan pelayanan sistematis dan penatalaksanaan

multispesialistik bagi pasien setelah mengalami kembalinya sirkulasi

secara spontan (ROSC).

D. Interaksi sistem respirasi, jantung dan otak

Tujuan utama pertolongan gawat darurat kardiovaskuler untuk

mempertahankan serta memelihara, kalau mungkin mengebalikan pasokan

oksigen secara normal ke organ tubuh yang sangat membutuhkan oksigen

seperti sel saraf, jantung, paru serta otak yang saling berkaitan dan

ketergantungan.

Jaringan paru yang merupakan tempat pertukaran oksigen dan

karbondioksida menyediakan suplai oksigen kepada tubuh yang diangkut

dengan menggunakan sel-sel darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh

jantung. Henti jantung serta henti nafas akan menyebabkan aliran oksigen ke

otak terputus.

E. Tinjauan Survei Bantuan Hidup Dasar

Survei bantuan hidup dasar berkembang seiring dengan kemajuan ilmu

ilmu dan teknologi kedokteran. Bantuan hidup dasar lebih menitikberatkan

pelaksanaan RJP dengan memompa secara cepat dan kuat sesegera baik oleh
seorang penolong atau lebih dan dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas

dasar dan defibrilasi segera.

Tujuan survei bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan

sirkulasi sistematik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan

optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistematik secara spontan atau

telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan

tindakan bantuan hidup jantung lanjutan. Pelaksanaan survei bantuan hidup

dasar sesegera dan seefektif mungkin memperbesar peluang keberhasilan

untuk selamat serta mengurangi gangguan neurologis yang terjadi.

Survei bantuan ihdup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang

mengalami henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita

saksikan atau datang kerumah sakit sudah tidak sadarkan diri. Pertama-tama

yang harus kita lakukan adalah memerikasa respons penderita dengan

memanggil penderita sambil menepuk-nepuk pundak atau sambil

menggoyangkan badan pasien yang bertujuan untuk mengetahui respons

kesadaran penderita (check responsiveness). Setelah kita yakin bahwa

penderita dalam keadaan tidak sadarkan diri, maka kita meminta bantuan

orang lain untuk menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat atau

rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan bantuan datang dengan

tambahan tenaga serta peralatan medis yang lebih lengkap (call for help).

Jikalau saat melakukan pertolongan kita hanya seorang diri, setelah

melakukan pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi

rumah sakit terdekat atau ambulans dan melakukan pertolongan awal


kompresi dada dengan cepat dan kuat dengan frekuensi 30 kali dan diselingi

dengan pemberian nafas bantuan 2 kai dalam satu detik setiap nafas bantuan

per 30 kali kompresi sampai bantuan datang.

Sebelum melakukan survei bantuan hidup dasar, kita harus memastikan

bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan,

dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta

pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan

AED.

Sistematika survei bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih

dipermudah, yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan

bantuan hidup dasar pertama secara baik. Urutan sistematis yang digunakan

saat ini adalah C-A-B. Perlu kita ingat, sebelum kita melakukan bantuan

hidup dasar, kita harus memastikan bahwa langkah yang kita kerjakan adalah

langkah yang tepat dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah

dilakukan pemeriksaan (kesadaran, sirkulasi, pernafasan, perlu tidaknya

defibrilasi), kita harus menganalisis secara cepat dan tepat sebelum

melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan dilakukan

dimulai dati pemerikasaan, diikuti dengan tindakan.

F. PELAKSANAAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan utama pelaksanaan RJP adalah untuk mempertahankan kehidupan,

memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan membatasi disabilitas

tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi.


Dalam pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP

seringkali hanya diambil dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin

tidak mengenal penderita yang mengalami henti jantung atau tidak mengerti

ada permintaan lebih lanjut. Ketika akan melakukan pertolongan, penolong

harus mengetahui dan memahami hak penderita serta beberapa keadaan yang

mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan, seperti :

1. Henti jantung terjadi dalam sarana atau fasilitas kesehatan

Pertolongan dapat tidak dilakukan bila :

a. Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah

dan ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien

b. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir yang telah

mendapat pengobatan secara optimal

c. Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka

mortalitas dini tinggi sebagai contoh bayi sangat prematur, anensefali

atau kelainan kromosom seperti trisomi 13.

2. Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan

a. Tanda-tanda klinis kematian yang irreversible seperti kaku mayat,

lebam mayat atau tanda-tanda pembusukan.

b. Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong

c. Penderita dengan trauma yang tidak bisa diselamatkan seperti hangus

terbakar
3. Kapan menghentikan RJP

Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP

antara lain :

a. Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara

optimal, antara lain : RJP, membuka jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta

sudah melakukan semua pengobatan sesuai pedoman yang ada.

b. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar

bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan

menghambat susunan sistem saraf pusat

c. Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong

d. Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistole yang

menetap selama 10 menit atau lebih

G. Teknik pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar

Tahapan pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar yang terbaru

makin disederhanakan dengan mengutamakan sirkulasi daripada pemberian

bantuan nafas, langkah-langkahnya terdiri dari CAB, yaitu :

a. Circulation (penillaian denyut nadi)

Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusiyasi menunjukan

bahwa baik penolong awan maupun tenaga kesehatan kadang kala

mengalami kesulitan dalam melakukan pengecekan pulsasi arteri karotis.

Kadang kala tenaga kesehatan juga memerlukan waktu lama untuk


memastikan adanya pulsasi pada pasien tidak sadarkan diri. Sehingga

untuk hal tertentu pengecekan pulsasi tidak diperlukan seperti :

a. Penolong tidak perlu untuk memeriksa nadi dan langsung

mengasumsikan pasien menderita henti jantung jika penderita

mengalami pingsan mendadak atau penderita yang tidak berespon

dan tidak bernafas atau bernafas tidak normal.

b. Penillain pulsasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik, jika

dalam waktu 10 detik atau lebih, penolong belum bisa meraba

pulsasi arteri, maka kompresi dada sudah harus dilakukan.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama

pada setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran

darah yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta

penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu

diperhatikan saat melakukan kompresi dada :

a. Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal

100 x/ menit)

b. Untuk dewasa, berikan kompresi dengan kedalaman minimal 2 inchi

(5 cm)

c. Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga

diameter dinding anterior posterior dada atau bayi 4 cm (1,5 inchi)

dan pada anak sekitar 5 cm (2 inchi)

d. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara

sempurna setelah setiap kompresi.


e. Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap

kompresi
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan

Nama kegiatan ini adalah “IN HOUSE TRAINING BANTUAN

HIDUP DASAR PADA KARYAWAN RS BUNDA”

3.2 SasaranKegiatan dan KegiatanUmum

3.2.1 SasaranKegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah petugas administrasi, pembantu

orang sakit (POS), cleaning service serta petugas keamanan.

3.2.2 Kegiatan Umum

Kegiatan ini merupakan salah satu program Tim TRC yang

disusun dandiajukanuntuk RS Bunda, berupaIn House Training

selama...........hari. Pelatihan dilaksanakan dalam.......... hari

dengan Nama kegiatan ini adalah “IN HOUSE TRAINING

BANTUAN HIDUP DASAR PADA KARYAWAN RS BUNDA”.

Kegiatan ini dapat membantu meningkatkan wawasan akan proses

bantuan hidup dasar pada kasus kegawatdaruratan.


3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 13 Oktober s/d 14 Oktober 2018

Tempat : Aula RS Bunda

Pukul : 07.00-15.30 WIB

3.4 Pembicara

Materi disampaikan oleh : dr Pramafitri Adi Patria, SpAn

3.5 Susunan Kepanitiaan

Terlampir

3.6 Anggaran Dana

Terlampir

3.7 SusunanAcara

Terlampir
BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini disusun untuk memberikan gambaran

kegiatan yang akan dilaksanakan,sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan ini.segala bentuk bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak bukan

hanya sebatas penantian dan penghargaan saja, tetapi dapat di wujudkan secara

nyata dan konsisten.

Tercapainya harapan kami tidak terlepas dari ketulusan niat dan usaha serta yang

utama adalah doa atas keridhoan tuhan yang maha esa yang selalu membimbing

dan memudahkan segala urusan yang di rencanakan. Kami selaku pengusul

mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kerja sama semua pihak dalam

rencana menyukseskan kegiatan ini.akhir kata, kami memohon maaf atas segala

kekurangan dan kekhilafan dalam pembuatan proposal kegiatan in house training

ini.

Hormat kami,
Pemohon

Kodri,Amd.Kep
Lampiran 1

Berikut adalah rincian untuk pengadaan keperluan yang berhubungan dengan

kegiatan In House Training. Keperluan tersebut disediakan oleh pihak panitia

(bisa disesuaikan dengan kebutuhan setempat).

RINCIAN BIAYA

NO NAMA RINCIAN JUMLAH TOTAL

1 JASA 2 x pertemuan Rp. 1500.000

NARASUMBER (BHD & TRIAGE)

2 KONSUMSI 21 Orang @ RP. 210.000

(PESERTA) 10.000 (nasi BKS)

3 KONSUMSI 6 Orang @ RP. 60.000

(PANITIA) 10.000(nasi BKS)

4 KONSUMSI 1 Orang @ 25.000 RP. 25.000

(NARASUMBER) (nasi kotak)

5 BANNER 2 Lembar Rp. 90.000

TOTAL Rp. 1.885.000


Lampiran2

SUSUNAN ACARA In House Training Bantuan Hidup Dasar

PUKUL (WIB) KEGIATAN

07.00-08.00 RegistrasiPeserta

08.00-09.00 PembukaandansambutanIn House Training:

1. Sambutan Ketua TRC

2. Sambutan Direktur RS Bunda

09.00-10.00 Coffee Break, Presentasi

10.00-11.15 Materi I :

11.15-12.00 Materi II:

12.00-12.45 Materi III:

12.45-13.30 Ishoma

13.30-14.15 Tanya Jawab

14.15-15.00 Praktek BHD

15.00-15.30 Penutupan

Anda mungkin juga menyukai