Anda di halaman 1dari 82

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai
sumber pencaharian mayoritas penduduknya. Keberadaan sektor pertanian telah terbukti
mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat pedesaan, meskipun hal ini belum merata
menyentuh pedesaan secara keseluruhan.
Menurut Soekartawi dalam Naibaho,T., (2011) Pertanian di Indonesia dianggap
penting, hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan
kerja, penyediaan pangan dan penyumbang devisa negara dengan mengekspor komoditi
pertanian. Oleh karena itu, wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian selalu
berada diurutan tiga besar di antara pembiayaan sektor lain.
Mengingat tingginya permintaan kentang dikalangan masyarakat Indonesia, maka
petani kentang masih tetap mengusahakan komoditi ini dibanding dengan memilih
komoditi atau usaha lain. Pengembangan budidaya kentang mempunyai prospek baik
untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat,
perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara
melalui pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor (Naibaho. T., 2011).
Menurut Ewing dan Keller., dalam Abdul Aziz, dkk., (2011) Budidaya tanaman
kentang pada umumnya di Indonesia sangat berpengaruh terhadap faktor iklim adalah dari
hasil studi FAO, sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim non tradisional bagi
pertumbuhan kentang. Ciri-ciri daerah pertanaman kentang di daerah-daerah non
tradisional adalah daerah tropis berhawa panas dengan ketinggian sampai 1.000 meter di
atas permukaan laut, yaitu daerah dengan panjang hari mendekati 12 jam, suhu minimum
malam hari antara 19-20°C.
Menurut Darmawaty., dalam Naibaho. T., (2011) Keberhasilan usahatani dipengaruhi
oleh faktor produksi (modal, tanah, tenaga kerja). Modal diperlukan untuk pengadaan
sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan), biaya pemeliharaan tanaman, biaya
penyimpanan, pemasaran dan pengangkutan. Petani cenderung mengalami hambatan
dalam mengembangkan hasil usahataninya dengan menambah luas lahan maupun
pengadaan sarana produksi. Faktor sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan petani,
lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas usahatani, tenaga kerja dan modal

1
dikalangan setiap petani berbeda. Hal ini berkaitan dengan jumlah total pendapatan petani
dan keluarganya sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya
melalui peningkatan produksi.
Berdasarkan kesesuaian agroekosistem dataran tinggi daerah sentra produksi kentang
di Provinsi Aceh adalah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Aceh Tenggara.
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas dalam beberapa tahun
terakhir ini cenderung meningkat permintaannya. Hal ini sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk yang menggunakan kentang sebagai sayuran sehari-hari, berkembangnya
industri pengolahan. Tahun 2007 luas pertanaman kentang di Provinsi NAD 1.230 ha,
produksi mencapai 170.460 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh
Tengah, 2007).
Diperkirakan kebutuhan bibit kentang untuk areal seluas tersebut mencapai 1.845 ton,
dengan asumsi jumlah kebutuhan benih 1,5 ton/ha. Penangkar benih kentang diharapkan
dapat memproduksi benih bermutu dengan tingkat kemurnian tinggi dalam jumlah yang
cukup dan berkesinambungan dengan didukung paket teknologi budidaya yang spesifik
lokasi dan ramah lingkungan.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah bersama Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani.,
Sabtu (22/02/14) mengunjungi sentra tanaman kentang di Kabupaten Bener Meriah, dan
kebetulan ada tanaman kentang yang akan di panen, Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan
Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, memanen kentang secara perdana di kebun
warga di Desa Lenong Bulen, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, dan
Gubernur meminta Kabupaten Bener Meriah dapat memenuhi kebutuhan kentang di
Indonesia dan Aceh Khususnya, dan ini perlu terus dijadikan usahatani sepesipik lokasi
yang berkelanjutan.
ACEH INDEPENDENT Gubernur Zaini Abdullah., Sabtu 22/2/2014 Kebutuhan
komoditi kentang di dunia sangat tinggi. Pasar nasional saja butuh satu juta ton pertahun.
Bener Meriah yang baru mampu memproduksi 36 ribu ton per tahun diminta untuk
mengisi peluang pasar tersebut. Permintaan itu disampaikan di perkebun kentang desa
Lenong Bulen, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Kabupaten Bener Meriah, mempunyai area kentang yang paling dominan di
kecamatan Bukit, kecamatan Permata, dan Kecamatan Bener selan. Namun yang menjadi
daerah pengkajian saya di Kecamatan Permata, karena di Kecamatan Permata, petani yang
mengusahakan tanaman kentang secara kontinu serta berkesinambungan dan mempunyai

2
luas areal hamparan yang di tanami, kurang lebih 700 ha, yang tersebar di Kecamatan
Permata. Kecamatan Permata masih berpotensi untuk di kembangkan usahatani kentang,
melihat potensi wilayah yang sangat memungkinkan dilihat dari syarat tumbuh tanaman
kentang, memang di ketahui di kabupaten Bener Meriah mempunyai komoditi ungulan
yang terluas yaitu tanaman kopi, disamping tanaman kopi para petani juga mempunyai
komoditi unggulan selain kopi, yaitu di bidang holtikultura yaitu kentang, walaupun
sebagian petani ada yang mengusahakan tanaman holtikultura lainnya seperti kubis, wortel,
bawang daun, tomat, cabe merah dan hijau, serta cabe rawit.
Potensi lahan, untuk tanaman kentang yang dimiliki Kecamatan Permata, seluas lebih
kurang 25.000 ha, adapun yang di tanami seluas lebih kurang 700 ha, ketinggian tempat
wilayah permata berkisar antara 900-1500-1800 m dpl, hasil produksi kentang pada akhir-
akhir ini mencapai rata-rata 20-25 ton/ha, setelah pelaksanaan pengkajian oleh BPTP
NAD, untuk meningkatkan hasil produksi kentang.
Peluang untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan
intensifikasi serta introduksi varietas yang cocok dengan agroekosistem setempat dan
kentang merupakan salah satu komoditas tanaman sayuran yang mempunyai prospek yang
sangat baik dalam rangka mendukung ketahanan pangan, oleh karena komoditas tanaman
kentang mempunyai prospek yang sangat baik selain dapat dikosumsi langsung, juga
dapat dipergunakan untuk kebutuhan industri ditingkat rumah tangga maupun industri
makanan. Untuk mendukung kelestarian ketahanan pangan Provinsi Aceh yang terdiri dari
23 Kabupaten/Kota, dimana salah satu diantaranya Kabupaten Aceh Tengah dan
Kabupaten Bener Meriah, yang disebut juga dengan Dataran Tinggi Gayo, dengan kondisi
alam, udara dingin, dan lahan yang sangat subur sehingga sangat sesuai untuk
pengembangan kodimoditas tanaman sayuran dataran tinggi khususnya tanaman kentang
dan sekarang juga sudah menjadi daerah Agrowisata.
Maka untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara langsung terhadap petani kentang
untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang (tingkat
pendidikan, kemampuan diri untuk berhasil (self efficacy), lamanya
berusahatani/pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi, dan teknologi yang di
terapkan).
Kajian pada lokasi ini dapat memberikan kontribusi dalam keberhasilan usahatani
kentang terhadap pengembangan usahatani sepesipik lokasi yang memberikan keuntungan
untuk kesejahteraan petani. Lokasi ini merupakan suatu lokasi yang merupakan fokus

3
utama dalam pengembangan kentang oleh Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten
Bener Meriah.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka saya ingin mengetahui apa yang menjadi penyebab,
keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
1. Apakah faktor pendidikan berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
2. Apakah faktor kemampuan diri untuk berhasil (self efficacy) berpengaruh terhadap
keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan Permata.
3. Apakah faktor pengalaman berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
4. Apakah faktor kesesuaian lahan berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang
di Kecamatan Permata.
5. Apakah faktor pemasaran berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
6. Apakah faktor komunikasi berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
7. Apakah faktor teknologi berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.

C. Tujuan Pengkajian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan pengkajian yang ingin saya ketahui adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap keberhasilan usahatani kentang,
di Kecamatan Permata.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor kemampuan diri untuk berhasil (self efficacy)
terhadap keberhasilan usahatani kentang, di Kecamatan Permata.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman terhadap keberhasilan usahatani
kentang, di Kecamatan Permata.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor kesesuaian lahan terhadap keberhasilan usahatani
kentang, di Kecamatan Permata.
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor pemasaran terhadap keberhasilan usahatani kentang,
di Kecamatan Permata.

4
6. Untuk mengetahui pengaruh faktor komunikasi terhadap keberhasilan usahatani
kentang, di Kecamatan Permata.
7. Untuk mengetahui pengaruh faktor teknologi terhadap keberhasilan usahatani kentang,
di Kecamatan Permata.

D. Hopitesis
1. Diduga faktor pendidikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan
Permata.
2. Diduga faktor Kemampuan diri akan berhasil (self efficacy) mempengaruhi keberhasilan
usahatani kentang di Kecamatan Permata.
3. Diduga faktor pengalaman mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan
Permata.
4. Diduga faktor Kesesuaian lahan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
5. Diduga faktor Pemasaran mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan
Permata.
6. Diduga faktor Komunikasi mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata.
7. Diduga faktor teknologi mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan
Permata.

E. Kegunaan
Adapun kegunaan pengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani kentang.
1. Sebagai bahan informasi bagi stakeholder yang melaksanakan program dan untuk
memperoleh kesimpulan terhadap keberhasilan usaha tani kentang.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pengkajian yang berhubungan dengan
tanaman kentang.
3. Sebagai bahan untuk membuat (KIPA) yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST) penyuluh pertanian Medan.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis
1. Definisi Usahatani dan Ilmu Usahatani
Menurut Soekartawi dalam Shinta, A., (2011), ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan
efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya,
dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output
yang melebihi input.
Menurut Adiwilaga dalam Shinta, A., (2011), ilmu usahatani adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian
dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau
Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam
menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.
Menurut Mosher dalam Shinta, A., (2011), usahatani merupakan pertanian rakyat dari
perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu
tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh
seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji.
Atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah
itu dan sebagainya .
Menurut Kadarsan dalam Shinta, A., (2011). Usahatani adalah suatu tempat dimana
seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan
sesuatu di lapangan pertanian.
Sehingga dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani
adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan
sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil
maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, A.,
2011).

6
Ilmu usahatani biasanya di artikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Di katakana efektif bila petani
atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang di kuasai)
sebaik-baiknya, dan di katakana efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi., 2006).
Menurut Tohir., dalam Shinta. A., (2011) tingkat pertumbuhan dan perkembangan
usaha tani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan usahatani, adalah :
1. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani atas asas pengelolaan yang di
dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha. Usaha pertanian atas dasar
tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya, usaha tani digolongkan
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis,
usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis, usaha tani yang memiliki
ciri-ciri ekonomis.
2. Tingkat pertumbuhan usahatani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan tanah.
Menurut Hahn, kemajuan pertanian setelah tahap hidup mengembara dilampaui dapat
dipisah-pisahkan dalam beberapa tingkat. Tiap tingkat memiliki ciri-cirinya sendiri.
Tingkat-tingkat seperti yang dimaksud adalah tingkat pertanian yang ditandai dengan
pengelolaan tanah secara sederhana (dicangkul). Tingkat ini memiliki dua fase, yaitu
fase perkembangan pertanian yang belum kenal jenis tanaman-tanaman gandum dan
fase perkembangan pertanian yang telah mengenal jenis-jenis tanaman gandum, tingkat
pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah dengan cara membajak. Van Der
Kolf berkesimpulan, bahwa di Indonesia kita akan menjumpai tingkatan-tingkatan yang
dimaksud oleh hahn. Ciri tingkatan-tingkatan tersebut adalah tingkat pertanian dengan
pengolahan tanah secara mencangkul dan pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian,
tingkatan pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul dan pengusahaan jenis
tanaman bangsa gandum sebagai tanaman utamanya, tingkatan pertanian yang ditandai
dengan pengolahan secara membajak dan penanaman jenis-jenis gandum sebagai
tanaman utamanya.
Tingkat pertumbuhan usahatani di Indonesia berdasarkan kekuasaan badan-badan
kemasyarakatan atas pengelolaan usaha tani. Menurut para cendekiawan usahatani di
Indonesia itu mula-mula dilakukan oleh suku dan kemudian digantikan dengan marga atau

7
desa, famili atau keluarga persekutuan-persekutuan orang dan akhirnya perseorangan.
Berdasarkan kekuasaan badan-badan usahatani dalam masyarkat atas besar kecilnya
kekuasaan, maka usahatani dapat kita golongkan, suku sebagai pengusaha atau yang
berkuasa dalam pengelolaan usahatani, suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan
perseorangan nampak mulai memegang peranan dalam pengelolan usaha taninya, desa,
marga, atau negari sebagai pengusaha usahatani atau masih memiliki pengaruh dalam
pengelolaan usahatani, famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam
pengelolaan usahatani, perseorangan sebagai pengusaha tani, persekutuan adat sebagai
pengusaha atau sebagai pembina usahatani.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani berdasarkan kedudukan sosial
ekonomis petani sebagai pengusaha.Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani
dapat dilihat dari (a) kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usaha tani dan (b)
kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat .
Secara sederhana usahatani dapat diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja,
modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian,
usahatani menurut Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR)
yang dikutip Reijntjes dalam Yunasaf, U, dkk., (2007) bukanlah sekadar kumpulan
tanaman dan hewan, di mana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian
mengharapkan hasil langsung, namun merupakan suatu jalinan yang komplek yang terdiri
dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh
lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan
dan aspirasinya. Petani tersebut mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.
Karena ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh
dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu pengelolaan) yang
terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya ialah ilmu ekonomi, penelitian
usahatani di anggap mempunyai sifat multidisiplin karena harus memperhatikan informasi,
prinsip, dan teori dari ilmu yang sangat erat kaitannya, seperti sosiologi dan pisikologi
maupun berbagai bidang ilmu tanaman dan ilmu hewan (Soekartawi, dkk., 2011).

2. Keberhasilan Usahatani

Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi (modal, tanah, tenaga kerja).
Modal diperlukan untuk pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan),
biaya pemeliharaan tanaman, biaya penyimpanan, pemasaran dan pengangkutan. Petani

8
cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan hasil usahataninya dengan
menambah luas lahan maupun pengadaan sarana produksi (Darmawaty, 2005).
Usahatani merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang petani, manajer,
penggarap, atau penyewa tanah pada sebidang tanah yang di kuasai, tempat ia mengelola
input produksi (sarana produksi) dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk
memperoleh hasil produksi (Daniel Moehar., 2004).
Pendapatan usahatani yang tinggi sering kali ada hubungannya dengan tingkat difusi
inovasi pertanian kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam difusi
inovasi pertanian yang cepat sesuai dengan kondisi pertanian yang di miliki oleh petani,
maka umumnya hal ini yang menyebabkan pendapatan petani yang lebih tinggi, dengan
demikian petani akan kembali investasi kapital untuk adopsi inovasi selanjutnya dan
sebaliknya (Soekartawi., 2005).
Menurut Reijntjes dalam Yunasaf, U. dkk., (2007) Suatu usahatani merupakan
agroekosistem yang unik : suatu kombinasi sumberdaya fisik dan biologis seperti bentuk-
bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dengan mempengaruhi komponen-
komponen agroekosistem ini dan interaksinya, rumah tangga petani mendapatkan hasil
atau produk dari hasil usahataninya.
Selanjutnya Reijntjes dalam Yunasaf, U, dkk. (2007) Mengemukakan bahwa dalam
mengkaji keberhasilan suatu usahatani tidak akan terlepas dari pengkajian sistem
pengembangan usahatani, khususnya dengan memperhatikan tujuan dari rumah tangga
berkenaan dengan proses dan hasil usahatani.

Secara umum rumah tangga petani secara bersama memiliki berbagai macam
tujuan yang dapat mencakup: (a) Produktivitas (hasil persatuan lahan atau input lainnya),
yakni ada pasar yang menyerap hasil produksi, memiliki nilai manfaat lainnya:
pemanfaatan tenaga kerja dll; (a) Keamanan (meminimalkan risiko), yakni: kepastian
pendapatan (ada jaminan pasar dan harga jual), akses terhadap sumberdaya berupa
kepastian lahan, kepastian usaha; (c) Kesinambungan (mempertahankan produksi), yakni:
adanya modal biofisik berupa kelayakan usaha/rasio pemilikan lahan, kemampuan
mengelola berupa teknologi budidaya, manajerial usaha, yang lainnya adalah hubungan
dengan masyarakat berupa dukungan sistem sosial, prasarana usaha tani (ketersediaan
input), modal uang, dan pengaruh politik berupa dukungan kebijakan lokal; (d) Identitas
(selaras dengan budaya dan visi masyarakat), yakni : memberi kehidupan yang layak, yaitu

9
dapat memberi: sumbangan terhadap pendapatan, dan mewujudkan komunitas mandiri
agar dapat mengorganisasikan diri dalam kelompok.
Menurut Reijntjes dalam Yunasaf U, dkk., (2007) Untuk keberlanjutan suatu
usahatani, termasuk mencapai keberhasilan usahatani maka usahatani tersebut, harus dapat
(1) menghasilkan tingkat produksi yang memenuhi, yaitu dapat kebutuhan material
(produktivitas), dan kebutuhan sosial (identitas, keamanan, kesinambungan); (2) perlu
dicari produktivitas yang optimal.
Dalam pengkajian ini keberhasilan usahatani kentang di lihat dari kriteia keberhasilan
usaha tani kentang adalah, memperoleh keuntungan, hasil produksi meningkat,
berkesinambungan dalam arti tersedianya modal untuk usahatani kentang berikutnya,
resiko kecil dan memberi kehidupan yang layak di peroleh petani kentang, melalui faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang yang ada di Kecamatan
Permata.
Keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas sangat berkorelasi dengan
inovasi teknologi pasca usahatani, terutama varietas unggul dan teknologi budidaya,
rekayasa kelembagaan, dan dukungan kebijakan pemerintah (Badan litbang pertain, 2005).
Menurut Apriantono., dalam Wibowo Larasati S., (2012) dalam lingkungan yang lebih
sempit, pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat tani
pada faktor produksi diantaranya sumber modal, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem
distribusi, sehingga berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
Menurut Ibrahimn Jabal, T dkk., (2003) bahwa dalam jangka panjang upaya
pengembang usahatani adalah meningkatkan kesejahteraan hidup petani.
Dari beberapa pendapat oleh para ahli, tentang keberhasilan usahatani kentang dapat di
ambil kesimpulan bahwa kriteria keberhasilan usahatani kentang adalah intinya sebagai
berikut, produksi meningkat, memperoleh keuntungan, berkesinambungan dalam arti
tersedianya modal untuk musim tanam berikutnya, keamanan atau resiko kecil,
memberikan kehidupan yang layak.

3. Tanaman Kentang`
Kentang merupakan salah satu komoditas holtikutura yang memiliki peran penting
untuk menunjang ketahanan pangan maupun sebagai usaha bagi petani, kentang layak
untuk di usahakan dan di kembangkan karena nilai ekonomisnya yang tinggi dan
permintaan kentang yang terus meningkat sering dengan semakin meluasnya

10
pendayagunaan kentang untuk berbagai keperluan baik bagi kentang konsumsi maupun
kentang industri, sehingga dengan mengusahakan kentang di harapkan dapat meningkatkan
pendapatan petani. Berdasarkan klasifikasinya, tanaman kentang termasuk :
Regnhum : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Family : solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : solanum tuberosum L.
Menurut Setiyadi., dalam Fatimah, NS., (2011) tanaman kentang pada mulanya
tumbuh di tempat yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang di
sebarkan kedaerah lain dan ternyata tumbuh dan beradaptasi di daerah-daerah beriklim
sedang (subtropics). Kemudian meluas ke daerah tropis yang memiliki dua musim seperti
Indonesia dan daerah-daerah di sekitar garis khatulistiwa. Suhu udara yang ideal untuk
kentang berkisar antara 15-180C pada malam hari dan 24-300C pada siang hari. Kentang
dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti daerah pegunungan
dengan ketinggian sekitar 500-3000 meter dari permukaan laut, namun tempat ideal
berkisar antara 1000-1300 meter dari permukaan laut.
Menurut Badan Litbang Pertanian, dalam Fatimah NS., (2011) Kentang merupakan
lima kelompok besar makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu.
Bagian utama kentang yang di manfaatkan sebagai bahan makanan adalah umbi. Umbi
kentang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin dan mineral cukup
tinggi. Karbohidrat merupakan zat gizi terbesar yang terkandung dalam kentang. Selain itu,
kentang juga mengandung protein dalam jumlah yang cukup serta thiamin dan niasin.
Dalam 100 grm, kentang terkandung 83 kalori. kentang memiliki kadar air yang cukup
tinggi, sekitar 78%, sumber vitamin C dan B1 serta beberapa jenis mineral seperti fospor,
zat besi dan kalium. Jadi kentang bukan hanya untuk kebutuha sayuran dan olahan bahan
makanan industri tetapi merupakan sebagai makanan pokok beberapa daerah atau Negara.
Menurut Pitojo., dalam Fatimah, NS., (2011) Tanaman kentang Granola berumur
antara 100-115 hari, tanaman ini memiliki karakteristik morfologi tinggi tanaman lebih
kurang 65 cm, batang berwarna hijau, daun berwarna hijau dengan urat utama hijau muda,

11
berbentuk oval, permukaan daun bagian bawah terkerut, jumlah tanda bunga berkisar
antara 3-5 buah, putik berwarna putih, dan memiliki 5 buah benang sari berwarna kuning.
Umbi berbentuk oval, berwarna kuning, potensi hasil rata-rata 26,5 ton/ha.
Menurut Safari Kasmawati, M. dkk., (2011) salah satu ciri dari usahatani adalah
adanya ketergantungan terhadap lingkungan. menyatakan, untuk memproduksi sayuran
komersial dan bermutu tinggi dengan harga yang layak dan keuntungan yang memadai,
maka beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah : pola tanam; lokasi lahan, waktu
tanam; pemeliharaan; penanganan pasca panen. Ada beberapa alasan yang membuat harga
kentang relatif stabil, yaitu kentang termasuk komoditas sayuran yang dapat disimpan,
permintaan kentang terus meningkat secara signifikan, pasokan kentang meningkat lambat,
pengembangan kentang skala besar di Indonesia masih menghadapai banyak kendala. Ini
menjadi penyebab utama pasokan kentang dipasaran terkendali. Oleh karena itu, harga
kentang relatif stabil.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentang di


Kecamatan Permata.

Menurut Ibrahim Jabal, T dkk., (2003) bahwa dalam jangka panjang upaya
pengembang usahatani adalah meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Diharapkan
dengan kesejahteraan yang semakin meningkat dapat memberi daya tarik pemuda tani
untuk tetap berusaha di desa untuk menekuni pertanian, dengan adanya keragaman yang
sangat besar dari kualitas sumberdaya manusia, dan kualitas sumberdaya alam pertanian
serta sistem ekonomi/pasar di suatu wilayah, maka pengembangan usahatani perlu di
perhatikan faktor-faktor yang beragam.
Menurut Shinta Agustina., (2011) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usahatani, yaitu: Faktor intern, (petani pengelola, tanah, modal, tenaga kerja,
teknologi, jumlah keluarga, Kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan
keluarga. Faktor ekstern, tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek yang
menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil dan harga saprodi), fasilitas
kredit, sarana penyuluhan bagi petani).
Keberhasilan usahatani ditunjukkan dengan peningkatan hasil persatuan luas (ton/ha)
dan mutunya. Untuk mencapai hasil yang optimal tanaman memerlukan teknik budidaya
yang baik oleh karena itu, agar suatu usahatani berhasil baik, di perlukan teknologi
bercocok tanam dan sekaligus penggunaan benig unggul.

12
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata di ambil dari litaratur yang ada adalah pendidikan, pengalaman,
kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi, teknologi. Serta kemampuan diri akan berhasil
(self efficacy) (Bandura dalam Hariadi, 1997)
Faktor-faktor keberhasilan usahatani kentang yang dikaji adalah pendidikan, self
efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi dan teknologi.

1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, akan berpengaruh terhadap kapasitas
belajar seseorang, karena ada kegiatan belajar yang memerlukan tingkat pengetahuan
tertentu untuk dapat memahaminya (Mardikanto., 1993).
Pendidikan atau pengetahuan tentang teknologi pertanian baru adalah bukan suatu hal
yang baru. Banyak peneliti yang mendukung pertanyaan ini.
Chaudhri dalam Soekartawi., (2005) Asumsinya adalah bahwa pendidikan merupakan
sarana belajar, di mana selanjutnya di perkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktik pertanian yang lebih modern.
Pendidikan (education) adalah kegiatan manusia untuk membangun pengertian,
wawasan, keyakinan kapasitas kognitif, konatif dan motorik dari dirinya agar prilaku
manusia tersebut trampil sebagai “khalifah di atas bumi” dan karena itu pendidikan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur sejak lahir sampai mati, dalam keluarga,
sekolah dan di masyarakat (bisa di sebut lingkungan ketiga, minsalnya kegiatan
kepramukaan, golongan sepermainan dan lain-lain) (Arintadisastra, S., 2001).
Pendidikan diartikan hanya sebagai penyebaran informasi atau mengajarkan teori-
teori, bukan mengarah pada praktik atau mempraktikkan sesuatu lebih baik, pendidikan
sering di kacaukan dengan penerangan, padahal yang sebenarnya pendidikan berarti usaha
mengubah prilaku, dalam pendidikan memang termasuk pemberian berbagai macam
informasi teori, tetapi tujuan akhir dari pendidikan adalah adanya perubahan prilaku atau
munculnya suatu prilaku baru, seperti yang di kehendaki (Selamet Margono, 2003).
Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses mental
seseorang terhadap penerimaan suatu inovasi baru, terutama dalam pelaksanaan
usahataninya dimana diperlukan pertanian yang berorientasi agribisnis dan usahatani yang
bersifat komersial, dengan pendidikan semakin timbul kesadaran melaksanakan usahatani
yang baik, semakin luas wawasa dan semakin banyak relasi kerja dalam menerobos pasar.

13
2. Kemampuan Diri akan Berhasil (Self efficacy)
Hariadi (2004) dalam penelitiannya di Gunungkidul menemukan, bahwa kelompok
tani yang maju berkembang karena dipengaruhi oleh keyakinan diri mampu berhasil (self
efficacy) yang tinggi, kelompok tani tersebut memiliki bisnis; usaha warung, koperasi,
bermitra dengan perusahaan.
Menurut Bandura (1977) peningkatan self efficacy bagi seseorang (termasuk petani)
dapat dilakukan melalui kegiatan: magang di lembaga bisnis yang berhasil, pelatihan-
pelatihan, dan sebagainya.
Menurut Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di
seluruh kegiatan dan konteks. Myers (1996) juga mengatakan bahwa self efficacy adalah
bagaimana seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal.
Selain itu Schunk dalam Komandyahrini & Hawadi, (2008) juga mengatakan bahwa
self-efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan,
seberapa kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Woolfolk (1993) bahwa self-efficacy merupakan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar
kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.

3. Pengalaman
Menurut Suhardiyono, dalam Kasmawati, M., (2011) pengalaman belajar harus
memberikan kepuasan dan rasa telah di capainya sesuatu oleh peserta. Hal ini penting
untuk di ingat karena orang yang belajar mengharapkan keberhasilan sehingga proses ini
harus di tumbuhkan sebagai hasil yang di peroleh dari pengalaman mereka.
Pendidikan magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar
sesama petani, di mana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu
usahatani, dalam keadaan sesungguhnya di lapangan, dengan bimbingan petani yang
berhasil menjalankan usahanya. Pengalaman kerja pada usahatani yang lebih berhasil
tersebut dapat di pelajari oleh petani secara perseorangan atau secara berkelompok. Belajar
dari pengalaman kerja ini berguna bagi petani untuk menambah pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang sudah di punyai atau untuk memperoleh suatu yang baru,
(Soekartawi, 2005).

14
Pengalaman artinya mengalami, melakoni, menempuh, mengurangi, menghadapi,
menyeberangi, menanggung, mendapat, menyelami, menikmati atau merasakan.
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan mengenali pentingnya pengalaman usahatani
yang dilakukan seorang petani.
Pengalaman yang pernah dilalui petani semasa perjalanan usahataninya, maka petani
akan terus memperbaharui cara bertani dan mampu mengevaluasi sebab-sebab
kegagalannya dalam berusahatani dimasa lampau sehingga menjadi pengalaman yang
sangat berharga untuk usahatani yang akan datang.

4. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan disini kekuatan potensial tanah, kemampuan lahan untuk
menghasilkan (tanaman, ternak dan ikan) dalam suatu proses produksi, kemampuan ini
merupakan suatu hal yang terpendam dan tergantung pada keadaan kesuburan tanah,
keadaan iklim, topografi, dan lain-lain (Daniel Moehar, 2004).
Iklim kentang yang dapat tumbuh di daerah tropis dan tetap membutuhkan
daerah/lokasi yang berhawa dingin dan sejuk, suhu udara dan kelembaban tanaman
kentang memerlukan suhu udara ideal yang berkisar antara 15–18 0C pada malam hari dan
24–32 0C pada siang hari, ketinggian tempat ketinggian yang ideal untuk pertumbuhan
tanaman kentang adalah antara 1000–1500 meter di atas permukaan laut, curah hujan dan
angin curah hujan yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 1500 milimeter per tahun dan
turun secara terus menerus sepanjang hari atau terputus–putus pada hari tertentu saja. angin
juga berpengaruh terhadap tanaman kentang, sifat tanah tanaman kentang membutuhkan
tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir dan mengandung humus yang tinggi.
Pemilihan lokasiyang sesuai dengan jenis tanaman yang akan di budidayakan
merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pertanian, yang dapat menjamin
keberlangsungan hidup perusahaan, lokasi yang tepat untuk usahatani harus memenuhi
persyaratan teknis budidaya, ekonomi, dan hukum.

Ketiga persyaratan ini harus di perhatikan terutama untuk usahatani yang bersifat
komersial dan berjangka panjang. Apabila lokasi tidak sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman, produksi akan rendah walaupun teknik budidaya telah dilaksanakan dengan benar
(Samadi, B., 2007).
Kesesuaian lahan sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang, karena
merupakan salah satu syarat tumbuh dan sebagai media tanam untuk suatu varietas.

15
5. Pemasaran
Menurut Kotler dalam Naibaho, T., (2012). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajemen dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya
dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
dalam kegiatannya, pemasaran akan melibatkan produsen, pemasar, pasar dan komsumen.
Menuru Anindita dalam Fatimah NS., (2011) Pemasaran adalah suatu runtutan
kegiatan atau jasa yang di lakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke
titik konsumen. Dari defenisi ini paling tidak ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian,
yaitu kegiatan yang disebut sebagai jasa adalah suatu fungsi yang di laksanakan dalam
kegiatan pemasaran. Fungsi ini bertujuan untuk mengubah bentuk berdasarkan bentuk
(form), waktu (time), tempat (place) atau kepemilikan (possession). Yang ke dua adalah
titik produsen adalah asal dari produk itu di jual pertama oleh produsen atau petani. Yang
ketiga adalah titik konsumen, tujuannya dari satu pemasaran adalah menyampaikan produk
kekonsumen akhir sebagai transaksi akhir.
Pada umumnya sistem pemasaran kentang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah, mengikuti pola pemasaran sebagai berikut : (1) Petani (produsen) menjual kepada
pedagang pengumpul atau pedagang antar kota. (2) Pedagang pengumpul kemudian
menjual kepada pedagang besar di pasar induk. Dalam jumlah yang besar biasanya
dipasarkan keluar daerah, seperti Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Selatan, Bireuen, Banda
Aceh, dan intinya untuk provinsi Aceh tercukupi dan juga di kirim ke Sumatra Utara, serta
ada yang mengexport kentang ke Malaysia, (3) Pedagang besar di pasar induk lalu menjual
kepada pedagang pengecer.
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem pemasaran yang
efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan
kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu produk, pengamanan harga,
kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.
Tujuan akhir, rantai pemasaran menadi pendek dan menjadi lebih efisien, sehinga
petani dapat meperoleh harga yang sesuai dan meningkatkan pendapatannya, dengan
penerapan model konsep sistem pengelolaan lahan satu hamparan secara efisien oleh
sekelompok petani dalam satu manajemen bersama (cooperative farming complex),
diharapkan menjadi strategi pemerintah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
petani di pedesaan, dengan adanya perhatian pemerintah dan stekholder yang dapat
menjalin hubungan pemasaran dengan para petani kentang untuk menjamin harga kentang.

16
Terciptanya keterkaitan subsektor hulu (usahatani) dan subsektor hilir (pascapanen
dan pemasaran) di harapkan dapat meningkatkan efisiensi rantai pemasaran produk
tanaman pangan khususnya padi dan palawija serta produk pertanian pada umunya, hal
terpenting adalah konsisten kebijakan pemerintah dalam setiap program yang di
inflementasikan, dan tetap mendorong tercapainya kolaborasi antara pihak pemerintah dan
pihak swasta dan masyarakat, dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani (Sinta Agustina, 2011).

6. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya, dengan (1). Membangun hubungan antar sesama manusia, (2).
Melalui pertukaran informasi, (3). Untuk menguatkan sikap dan tingkahlaku orang lain,
serta (4). Berusaha mengubah sikap dan tingkahlaku itu. (Cangara, Hafied,.2011).
Menurut Shannon dan Weaver dalam Cangara., Hafied., (2011) Komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu samalainnya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Menurut Mardikanto, T., (2009) Komunikasi, proses perubahan perilaku dapat di
lakukan melalui 4 cara (a) secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang
di lakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau
mengikuti apa yang di kehendaki oleh komunikator, (b) secara pervasion, atau
pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara berulang-ulang, sampai
sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator, (c) secara compulsión, yaitu teknik
pemaksaan tidak langsung dengan cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus
melakukan/mengikuti kehendak komunikator, (d) secara coersion, yaitu teknik pemaksaan
secara langsung, dengan cara memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka
yang menurut yang melanggar anjuran yang di berikan.
Menurut Freire dalam Mardikanto,T., (2010) Komunikasi sebagai proses dialog dan
partisipasi. Komunikasi harus di dasarkan sebagai dialog bebas yang memprioritaskan
identitas budaya, kepercayaan, dan komitmen, pendekatan ini di kenal sebagai
“poadagogik dialogis“ yang di defenisikan sebagai pemerataan ditribusi dan partisipasi
aktif kelompok ”akar rumput” sebagai prinsip sentralnya. Komunikasi harus mampu
mengembangkan rasa memiliki untuk berpartisipasi melalui berbagi dan rekontruksi

17
pengalaman. Menurut Soekartawi (2005) menyatakan, komunikasi adalah suatu
pernyataan antar manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang sifatnya
umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu. Dan di kaitkan dengan bidang
pertanian, maka komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang
berkaitan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun kelompok.
Menurut Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat., (2011) Paling tidak
menimbulkan lima hal yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin baik, dan tindakan.

7. Teknologi
Teknologi yang di terapkan dalam usaha budidaya kentang. Melalui inovasi teknologi,
diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan dapat terdongkrak, komoditas unggulan
yang menggiurkan akan dapat diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke
petani akan lebih disukai jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif
penanganannya, tidak memerlukan pengamatan setiap hari dan tidak memerlukan kontrol
terlalu ketat.
Menurut Daniel, M., (2002) Teknologi dan sistem usaha di jalakan, di perkirakan hasil
yang akan di capai setelah empat bulan akan di peroleh sesuai dengan kapasitas dan
metode penerapannya. Yang di maksut dengan kapasitas adalah kemampuan genetik
tanaman yang di usahakan. Setiap tanaman tergantung varietasnya mempunyai
kemampuan genetik tertentu yang di peroleh maksimum bila semua keadaan yang di
inginkannya (syarat tumbuh) dapat di penuhi. Sedangkan metode penerapan adalah
teknologi yang di terapkan, mulai dari metode pengolahan tanah, metode persemaian,
pemupukan awal (cara, waktu, dan dosis), jarak tanam, jumlah bibit perrumpun, arah baris
tanam, cara pemberian pupuk, dosis dan jenis pupuk yang di berikan, frekuensi pemberian
pupuk, penggunaan obat-obatan (pemberantasan hama dan penyakit jenis dan dosis serta
waktu), penyiangan sampai pengaturan air dan panen.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi pertanian adalah menggunakan
teknologi yang lebih baik, artinya teknologi yang terus dikembangkan. Teknologi dibidang
pangan yang telah lama dikenal oleh masyarakat petani disebut dengan teknologi sapta
usahatani. Sapta usahatani merupakan paket yang terdiri dari tujuh jenis kegiatan. Kegiatan
tersebut diantaranya penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengaturan air
irigasi yang baik, pemakaian pupuk serta pemberantasan hama dan penyakit, penanganan

18
panen, penanganan pasca panen dan pemasaran hasil panen. Teknologi yang digunakan,
sebaiknya mengacu pada sapta usahatani dimana ini sangat penting dalam peningkatan
hasil produksi, karena program ini sangat mendukung peningkatan produksi, dari sapta
usahatani adalah :

a. Penggunaan Benih Unggul


Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para petani pada
sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-sifat menguntungkan
bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat berpengaruh besar pada hasil
panen yang akan dihasilkan nantinya. Peran benih unggul dalam peningkatan produksi
pangan, peranan benih unggul dalam peningkatan produksi pangan (Setiadi, 2009).

b. Teknik Pengolahan Lahan Pertanian


Proses kedua yang dilakukan pada sapta usaha tani adalah pengolahan tanah secara
baik. Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami dapat menumbuhkan tanaman
secara baik, pengolahan tanah ini bertujuan untuk mengubah tanah yang padat menjadi
gembur (remah), Pembajakan merupakan proses pembalikan tanah sebelah dalam, di
angkat kepermukaan lahan dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar, pembajakan ini
sangat penting untuk memusnahkan hama dan penyakit yang berada di dalam tanah, serta
mempermudah penguapan gas-gas beracun yang berada di dalam tanah (Samadi, B., 2007).
Dikarenakan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi tanah maka kita harus memilih
tanah yang baik. Berikut ini adalah syarat-syarat tanah yang baik adalah memiliki cukup
rongga udara, gembur, dan tidak padat, mengandung banyak unsur organik, banyak
mengandung mineral dan unsur hara, mampu menahan air, memiliki kadar asam dan basa
tertentu.
c. Pengaturan Irigasi/Pengairan
Air merupakan faktor penting dalam kehidupan tanaman. Fungsi air terutama untuk
melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan pengangkutannya keseluruh bagian tanaman,
jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan antara
besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air akan diserap tanaman,
(Samadi, B., 2007).
Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan yang baik
karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selain membantu pertumbuhan

19
tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi membantu mengurangi
atau menambah keasaman tanah. Air membantu pelarutan garam-garam mineral yang
sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan menyerap garam-garam mineral dari
dalam tanah berbentuk larutan. Pemberian air atau pengairan pada tumbuhan kentang tidak
boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit.
Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau zat makanan
disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika terlalu sedikit tumbuhan
akan mati karena tidak mendapatkan air. Air selain berfungsi sebagai zat makanan juga
berfungsi untuk mengatur tempratur atau kelembapan tanah, menekan pertumbuhan gulma,
hama dan penyakit, serta membersihkan tanah dari segala kotoran yang merugikan, seperti
bahan-bahan beracun, garam-garam dan asam-asam yang berkadar terlalu tinggi (Samadi
B., 1999).

d. Pemupukan
Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat
makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, di dalam tanah
telah terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Lubis dan Soepardi., dalam Abdul Aziz, dkk, (2011) Padahal pupuk
organik/limbah kopi kalau diproses dengan teknologi yang tersedia sangat memberikan
manfaat untuk memacu kuantitas dan kualitas kentang. Limbah kopi dan kotoran sapi
sebagai pupuk organik di dalam tanah sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah
karena pupuk ini dapat memperbaiki sifat fisik, kimiawi dan biologi tanah dan secara
kimiawi banyak menyumbang unsur makro dan mikro, sehingga pemanfaatan limbah ini
dapat memberikan efisiensi input dan tingkat kesuburan tanah yang berkelanjutan.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit


Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama, dan penyakit. Pada prinsipnya
pemberantasaan hama, dan penyakit bertujuan untuk mencegah tanaman mati karena
diserang oleh hama atau penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan
menurunkan tingkat produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses
ini sangat diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman
kentang hama aro sejenis lalat daun dan di kenal sebagai lalat penggorok daun (liriomyza

20
huidobrensis), pernah menyerang tanaman kentang di Pengalengan dan Garut. Hama kutu
daun (aphididae) yang umumnya menyerang daun dengan cara menghisap cairan daun.
Hama lainnya hama yang menyerang umbi seperti penggerek umbi atau penggulung daun
(phthorimaea operculella), orong-orong (Gryllotalpa sp), hama pada tanaman kentang
yang umum menyerang tanaman kentang di Indonesia umumnya. (Setiadi 2009).
Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugikan dan mengganggu oleh
virus, jamur, dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah
beberapa jenis penyakit utama yang kerap kali di keluhkan banyak petani, menyerang
tanaman kentang adalah penyakit hawar daun atau penyakit lodoh (phytophthora
infestans), penyakit layu yang kemungkinan oleh layu bakteri (ralstonia solanacearum),
atau layu fusarium atau busuk kering pada umbi atau fusarium dry rot and wilt (fusarium
spp) (Setiadi 2009).

f. Panen dan Pascapanen


Saat panen merupakan saat yang di tunggu-tunggu oleh petani mengharapkan hasil
panennya banyak dan berkualitas baik, namun kualitas yang di harapkan itu tergantung
dari cara budidaya, namun saat panen dan cara memanen serta penanganan pascapanen
turut mempengaruhi kualitas tersebut (Setiadi 2009).
Penangan panen yang benar dan dapat berhasil baik pada dasarnya hanya
memperhatikan dua hal pokok, yaitu umur tanaman dan teknik memanen, penentuan umur
panen yang tepat masih dapat menurunkan mutu umbi yang di panen, ini tergantung
varietas, hendaknya memperhatikan tanda-tanda fisik tanaman yang sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan (Samadi, B 2007).

Pascapanen merupakan penanganan setelah panen meliputi pekerjaan seleksi mutu dan
penyimpanan, seleksi mutu mengelompokkan atau memisahkan besar kecilnya umbi sehat
tidaknya umbi, dan keseragaman sosoknya, tujuanya untuk menentukan mutu kentang
yang akan di pasarkan serta untuk memilih kentang yang layak untuk konsumsi dan bibit,
penyimpanan di tempatkan di gudang setelah pelaksanaan seleksi (Setiadi 2009).
Penanganan pascapanen pada dasarnya adalah kegiatan untuk mencegah kerusakan
hasil akibat seragan hama atau penyakit, gangguan fisiologis, dan gangguan non parasister
atau lingkungan yang kurang menguntungkan, dengan tujuan mempertahankan mutu hasil
panen sehingga tetap baik sampai kekonsumen. Kegiatan-kegiatan pascapanen yang di

21
lakukan untuk komoditas kentang meliputi pembersihan, sortasi dan grading,
penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan (Samadi, B 2007).

g. Pemasaran.
Pasar adalah tempat untuk melakukan transaksi atau tukar menukar barang dengan
barang lain (nilai uang), pasar tercipta karena adanya produsen atau penjual dan konsumen
atau pembeli. Dengan demikian pasar memiliki fungsi penting untuk menyampaikan
barang dari produsen ke konsumen, kegiatan ini disebut dengan segala aturan
permainannya di sebut pemasaran atau tata niaga (Setiadi, B 2007).

C. Kerangka Pikir

Pendidikan

Kemampuan diri
akan berhasil

pengalaman

Kesesuaian Keberhasilan usaha tani


lahan
kentang

Pemasaran

Komunikasi

Teknologi

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentang.

22
III. METODOLOGI PENGKAJIAN

A. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan KIPA dimulai April sampai dengan Mai 2014, lokasi atau tempat
pelaksanaan KIPA di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah provinsi Aceh dengan
judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentang di
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah”.

B. Jenis Pengkajian dan Sumber Data


Menurut Rianse (2008) sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah data
sekunder dan data primer.
1. Data sekunder, merupakan data yang diambil dari sumber kedua atau bukan sumber
aslinya. Data sekunder bersumber dari lembaga pemerintah, atau lembaga swasta atau
dari peneliti sebelumnya, adapun data yang akan di ambil monografi BPP, Programa
BPP, dan kantor desa.
2. Data primer yang diambil meliputi identitas/karakteristik responden, yakni: pendidikan,
self efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi, teknologi, dengan
wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertannyaan (kuesioner) yang telah di
siapkan, responden dalam pengkajian ini meliputi petani yang berusahatani di
Kecamatan Permata, baik dari dalam kecamatan Permata atau di luar Kecamatan
Permata.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Agar kegiatan pengkajian tidak bias (menyimpang) dari tujuan pengkajian, maka
ditetapkan definisi operasional : pendidikan, self efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan,
pemasaran, komunikasi, teknologi.
1. Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah di tempuh oleh
responden. Ukuran yang di gunakan adalah tingkat pendidikan tertinggi, pengukuran di
lakukan dengan pendidikan yang pernah di tempuh oleh petani responden.
2. Kesesuaian lahan adalah kekuatan potensial tanah, kemampuan lahan untuk
menghasilkan (tanaman, ternak dan ikan) dalam suatu proses produksi, kemampuan ini
merupakan suatu hal yang terpendam dan tergantung pada keadaan kesuburan tanah,
keadaan iklim, topografi, suhu udara, ketinggian tempat, curah hujan dan angin, sifat

23
tanah, drainase. Pengukuran di lakukan dengan sekala likert menggunakan kuesioner
dengan katagori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
3. Self efficacy adalah kemampuan diri akan berhasil dalam usaha tani kentang.
Pengukuran di lakukan denggan sekala likert enggunakan kuesioner dengan katagori
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
4. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajemen dimana petani kentang,
menawarkan dan menjual kentangnya langsung ke pengumpul, ke tengkulak, menjual
ke pengecer dan menjual sendiri. Pengukuran di lakukan dengan sekala likert
menggunakan kuesioner dengan katagori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
5. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh penyuluh kepada petani
kentang untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung. Pengukuran di lakukan dengan sekala likert
menggunakan kuesioner dengan katagori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
6. Pengalaman artinya mengalami, melihat keberhasilan, berusahatani dari kegagalan,
berusahatani tahunan dan berusahatani musiman. Pengukuran di lakukan dengan sekala
likert menggunakan kuesioner dengan katagori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
7. Teknologi yang di terapkan dalam usaha budidaya kentang, di dasarkan pada sapta
usahatani (penggunaan benih unggul, teknik pengolahan lahan pertanian, pengaturan
irigasi/pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan
pascapanen, serta pemasaran). Pengukuran di lakukan dengan sekala likert
menggunakan kuesioner dengan katagori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
8. Keberhasilan usahatani adalah harus dapat meningkatkan produksi, memperoleh
keuntungan, berkesinambungan dalam arti tersedianya modal untuk musim tanam
berikutnya, resiko kecil, memberikan kehidupan yang layak. Pengukuran di lakukan
dengan sekala likert menggunakan kuesioner dengan katagori sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Definisi oprasional ini sebagai pembatas pengkajian supaya pengkajian yang dikaji
tidak melebar atau yang tidak termasuk dalam pengkajian ini, dari itulah perlu adanya
defenisi oprasional batasan-batasan yang perlu dikaji.

24
D. Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan alat ukur instrument seperti kuesioner,
observasi, wawancara dan mengambil dokumen yang diperlukan untuk mendukung
pengkajian ini.
a. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban
responden atas semua pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner kemudian
dicatat/direkam.
b. Observasi, pengamatan melibatkan semua indra (penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik.
c. Wawancara, Pengambilan data melalui wawancara/secara lisan langsung dengan
sumberdatanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference. Jawaban
responden direkam dan dirangkum sendiri oleh pengkaji.
d. Dokumen, pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang lain.

2. Populasi dan Sampel


Populasi dalam pengkajian ini adalah seluruh petani kentang yang berhasil dalam
usaha tani kentang. Namun jumlah petani kentang keseluruhannya adalah 300 orang yang
tersebar di kecamatan Permata, dan sebagian yang berhasil seanyak 60%, degan kriteria
berhasil diantaranya, produksi meningkat, memperoleh keuntungan, berkesinambungan
dalam arti tersedianya modal untuk musim tanam berikutnya, resiko kecil, memberikan
kehidupan yang layak, dalam usahatani kentang ini yang berhasi berkisar 180 orang
(Rianse 2008).
Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti yang dianggap
mewakili terhadap populasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah sampel acak
sederhana (sample random sampling). Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan
rumus Taro Yamane atau Slovin (Rianse, 2008).
Untuk pengambilan sampel di gunakan rumus Yamane dengan presesi 10% yaitu :
N
𝑛 = N.d2 +1 (1)

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi

25
d2 = Presesi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%)
Sebagai contoh, berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sempel sebagai berikut :
N 180 180
𝑛= = = = 64 responden. Jadi jumlah petani yang menjadi
N.d2 +1 180.0,12 +1 2,8

sampel sebanyak 64 responden.

E. Teknik Analisis Data


1. Validasi dan Reliabilitas
Validitas/kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-
benar mengukur apa yang di ukur. Validitas ini menyangkut akurasi instrument. Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang di susun tersebut itu valid atau sahih, maka perlu di uji
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner
tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa di pakai adalah teknik korelasi product
moment dan untuk mengatasi apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikant,
maka dapat di lihat pada tabel nilai product moment atau menggunakan SPSS untuk
mengujinya (Noor, J., 2012).
Reliabilitas/keterandalan ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat di percaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauhmana alat pengukur di
katakan konsisten, jika di lakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama. Suatu alat pengukur di katakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur
sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang
sama (Noor, J., 2012).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk
menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu di cari harga korelasi antaara bagian-bagian
dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur secara
keseluruhan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung
validitas alat ukur di gunakan rumus Pearson Product (Ridwan, 2009).
Reliabilitas ialah indeks menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten
bila di lakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur
yang sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen di gunakan formula Alpha Cronbach.
Analisis validitas dan reliabilitas di olah dengan bantuan program SPSS 18 for windows.
Kuesioner sebelum digunakan untuk memperoleh data, terlebih dahulu dilakukan uji coba

26
agar diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Uji validitas atau analisis korelasi antara
dua variabel dilakukan adalah satu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur. untuk melihat sejauh mana kekuatan hubungan dan apakah
kedua variabel berkorelasi atau tidak (Rianse 2008).
Analisis korelasi antara kedua variabel sering disebut korelasi pearson product
moment, dengan rumus sebagai berikut:
r-hitung = n ( XY ) – ( X) . (∑Y ) (2)

{ n  X2 – (X)2 } { nY2 – (Y)2 }

Keterangan:
r = Koefisien Korelasi
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
XY = Skor pertanyaan no.1 dikalikan skor total
n = Jumlah responden
Selanjutnya hasil r-hitung diuji dengan Uji t dengan rumus :
r√n−2
t-hitung = (3)
√1−r2

Keterangan : t = Nilai t-hitung


r  Koefisien korelasi hasil r-hitung
n = Jumlah responden
Dengan kaidah keputusan, jika t-hitung > t-tabel berarti valid dan sebaliknya jika t-
hitung < t-tabel berarti tidak valid.
Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.
Formula statistik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas Cronbach Alpha
(Rianse, 2008).
𝑘 ∑𝑆𝑖
𝑟11 = ( 𝑘−1 ) ( 1- ) (4)
𝑆𝑖

Keterangan:
𝑟11 = Nilai reliabilitas
K = jumlah item soal

27
∑Si = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
St = Varians total
Nilai koefisien reliabilitas ini dapat dibandingkan dengan nilai rtabel pada 𝛼 = 5%
dan db tertentu (db = N – 2 ), yang tujuannya untuk mengetahui apakah item pertanyaan
reliabel untuk digunakan sebagai alat pengukur. Dengan kriteria keputusan ; jika r11 ≤
rtabel maka alat ukur tidak reliabel jika r11 ≥ rtabel maka alat ukur reliabel.

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang
di Kecamatan Permata. Menggunakan angket atau instrument sebelum kuesioner di
sebarkan kepada petani responden, terlebih dahulu di lakukan pengujian kuesioner kepada
10 orang petani sampel yang bukan termasuk petani responden. Uji validitas dan
reliabilitas merupakan tempat kedudukan atau nilai kualitas semua alat dan prosedur
pengukuran. Instrument atau kuesioner pengkajian harus berkualitas seperti yang sudah di
standarkan sesuai dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas.
Untuk penghitungan dan pengujian reliabilitas di lakukan dengan program SPSS
(Statistical Production and Service Solution) versi 18. Dalam uji instrument ini di guakan
sempel sebanyak 10 orang. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka diketahui
bahwa instrument atau kuesioner pengkajian dinyatakan valid atau reliable.
Instrument pengkajian dinyatakan valid karena setiap item pernyataan sesuai dengan
kriteria bahwa r-hitung lebih besar dari t-tabel, yang di tandai dengan dua bintang (**) atau
cukup valid apabila r-hitung lebih besar dari 0,3 yang di tandai satu bintang (*). Instrument
pengkajian dinyatakan reliable karena nilai koefesien reliabilitas kemampuan diri untuk
berhasil (self efficacy) petani (0,821), pengalaman (0,868), kesesuaian lahan (0,797),
pemasaran (0,814), komunikasi (0,853), teknologi (0,790) dan keberhasilan usahatani
kentang (0,816) lebih besar dari 0,60.

3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentang.


Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani dari segi
(pendidikan, self efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi dan
teknologi) kentang di gunakan model analisis regresi linier. Persamaan regresi adalah suatu
model matematis yang menggambarkan hubungan pengaruh (causal relationship) antar
dua variabel.

28
Fungsi regresi yang digunakan adalah model analisis berganda dengan formulasi
matematis (Indrawan, dkk., 2014).
Y = β0 + β1 X1 + β2 X 2 +β3 X3 +β3 X4 +β3 X5 +β3 X 6 +β3 X7 + e (5)
Dimana ;
Y = variabel dependen atau response variable
𝑋1 = variabel pendidikan
𝑋2 = variabel Kemampuan diri akan berhasil (self efficacy)
𝑋3 = variabel pengalaman
𝑋4 = variable kesesuaian lahan
𝑋5 = variable pemasaran
𝑋6 = variable komunikasi
𝑋7 = variable teknologi
𝛽0 = konstanta/ intersep
𝛽1−7 = koefisien regresi
e = random eror

F. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji F dan uji t. berdasarkan hasil analisis model
regresi linear berganda maka untuk mengetahui pengaruh secara bersama sama digunakan
uji F atau uji simultan, dengan formulasi sebagai berikut (Sudjana, 2005).
𝑅 2 ⁄𝑘
F = (1−𝑅2 )⁄(𝑛−𝑘−1) (6)

Keterangan:
R = koefisien korelasi ganda
k = jumlah variabel indipenden
n = jumlah anggota sampel
Hipotesis yang diuji:
HO : tidak ada pengaruh variabel X (Indipenden) secara keseluruhan terhadap variabel Y
(dependen)
H1 : ada pengaruh variabel X (Indipenden) secara keseluruhan terhadap variabel Y (dependen)
Kriteria pengujian adalah :
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak , Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H1 diterima.

29
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENGKAJIAN

A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis dan BatasWilayah
Secara administrasi Kecamatan Permata merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan
di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Permata memiliki luas wilayah 193,50 Km2,
terletak pada 04o45,1’63” Lintang Utara dan 096o54,0”43” Bujur Timur. Termasuk di
Kabupaten Bener Meriah, dan berada di Provinsi Aceh.
Berbatasan dengan : Sebelah Utara dengan Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara,
sebelah Selatan dengan Kecamatan Bener Kelipah, sebelah Barat dengan Kecamatan Pintu
Rime Gayo/Kecamatan Timang Gajah, dan sebelah Timur dengan Kecamatan Mesidah dan
Kecamatan Syiah Utama.

2. Topografi Daerah
Topografi Kecamatan Permata adalah perbukitan dan pegunungan, dengan ketinggi di
atas permukaan laut 900–1.500 meter, dan luas wilayah sama dengan luas Kecamatan
Permata 193,50 Km2. Wilayah Kecamatan Permata berada di ketinggian 1400-1500 meter
dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 0-50º. Dengan kondisi tersebut, daerah ini
mempunyai potensi untuk tanaman holtikultura, palawija dan perkebunan. Tanaman
kentang merupakan tanaman holtikultura dapat tumbuh ideal pada ketinggian 1000-1300
meter dari permukaan laut. Dengan demikian, Kecamatan Permata berpotensi dalam
pengembangan tanaman kentang.

3. Kondisi Iklim
Sebagaimana keadaan di Indonesia, Kecamatan Permata beriklim tropis dengan dua
musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim berpengaruh
terhadap kehidupan mahluk hidup baik manusia dan hewan serta tanaman/tumbuhan.
Unsur iklim yang terpenting terdiri dari curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembapan,
kecepatan angin, tekanan udara dan intensitas penyinaran sinar matahari.
Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 1.860 mm dengan rata-rata hari hujan 148
hari per tahun, terdapat 6 bulan basah (CH<100 mm/bulan) dan 4 bulan lembab (CH= 60-
100 mm/bulan) serta 2 bualan kering (CH<60 mm/bulan). Suhu udara maksimum antara

30
30-40 o C dan suhu minimum 18-23 o C. Kelembapan relatif rata-rata mencapai 73-84 %.
Kecepatan angin rata-rata 3-5 knot/jam. Tekanan udara berkisar antara 109-111 mb.
Intensitas penyinaran matahari 51-84 % dengan lama penyinaran rata-rata 4-7 jam per hari.
Kentang dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti daerah
peguungan dengan suhu udara yang ideal berkisar antara 15-18ºC pada malam hari dan 24-
30ºC pada siang hari. Terpenuhinya syarat tumbuh tanaman kentang menyebabkan
sebagian besar petani di Kecamatan Permata membudidayakan tanaman kentang, sehingga
kentang menjadi produk unggulan di daerah tersebut.

4. Luas Wilayah dan Tataguna Lahan


Kecamatan Permata memiliki luas wilayah 193,50 Km2, sebagian besar luas wilayah
tersebut di manfaatkan sebagai lahan perkebunan kopi, dan sebagian lagi untuk lahan
pertanian khususnya holtikultura terutama tanaman kentang yang sedang di kembangkan
untuk saat ini, serta sisanya merupakan pemukiman, pekarangan atau bangunan, kolam,
waduk, hutan Negara, jalan, dan makam. Di Kecamatan Permata yang memiliki luas
193,50 Km2 tidak terdapat lahan sawah dikarenakan topografi wilayahnya tidak
memungkinkan untuk di manfaatkan sebagai lahan persawahan. Topografi Kecamatan
Permata berupa perbukitan dengan jenis tanah Andosol. Tata guna lahan Kecamata
Permata tahun 2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan Kecamatan Permata Tahun 2013
No Desa Lahan Kering Bangunan/Pekar Hutan Rawa-
(ha) angan (Ha) rawa
(Ha) (Ha)
1 Bener Pepanyi 303,0 0,592 200,0 0,5
2 Bintang Permata 362,0 5,572 200,0 0,5
3 Bale Musara 153,0 0,240 - -
4 Pemango 193,0 2,00 - -
5 Weh Tenang Toa 400,0 3,21 - -
6 Bale Purnama 106,0 1,00 100 -
7 Tawar Bengi 73,5 2,00 - -
8 Kepies 140,0 7,00 11.600 2.00
9 Bintang Bener 265,0 0,679 - -
10 Gelumpang W.T.U. 752,0 10,00 - -
11 Jungke 110,0 5,00 3,00 4,00
12 Ayu Ara 200,0 2,00 100,0 -
13 Suku Sara Tangke 210,0 2,00 - -

31
No Desa Lahan Kering Bangunan/Pekar Hutan Rawa-
(ha) angan (Ha) rawa
(Ha) (Ha)
14 Darul Aman 150,0 3,00 - -
15 Ramung Jaya 250,0 4,00 - -
16 Weh Tenang Uken 628,0 7,00 - -
17 Pantan Tengah Jaya 110,0 1,50 - -
18 Jelobok 200,0 3,60 - -
19 Uning Sejuk 110,0 2,28 - -
20 Ceding Ayu 120,0 1,50 - -
21 Buntul Fitri 75,0 2,00 5,00 0,5
22 Temas Mumanang 312,0 0,50 - -
23 Penosan Jaya 512,0 1,00 - -
24 Timur Jaya 470,0 3,00 1.500,0 -
25 Burni Pase 200,0 0,50 - -
26 Seni Antara 800,0 0,35 - -
27 Rikit Musara 850,0 3,47 - -
Jumlah 8.054,5 81,673 13.635,0 7,50
Sumber : Data Primer Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 1. penggunaan lahan di Kecamatan Permata yang terbesar adalah


bangunan dan pekarangan, hutan lindung yang sebagian sudah di gunakan masyarakat
untuk lahan kentang, dan lahan kering yang sudah termasuk kebun dan tegalan, luas
penggunaan tanah yang terbanyak adalah untuk lahan kering, yang di tanamami tanaman
holtikultura kentang, kubis, wortel, dan tomat, hal ini dikarenakan Kecamatan Permata
terletak didaerah kaki gunung merapi. Dari total luas lahan di Kecamatan Permata,
komposisi penggunanan lahan: 4,8 persen perumahan dan pekarangan 4,2 persen, Kolam
44,7 persen, tegalan/kebun/ladang, 54, 3 persen hutan dan 0,8 persen lainnya (BRR,
2006).

B. Keadaan Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Permata yang di dasarkan
pada Regristrasi penduduk akhir tahun 2013 tercatat 3.581 rumah tangga dengan 15.116
jiwa. Jumlah laki-laki sebanyak 7.295 (48,26 %) dan jumlah perempuan 7.821 (51,73%)
Penduduk Kecamatan Permata dilihat jumlah penduduk dalam setiap desanya tidak sama,
perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sangat berpengaruh terhadap
ketersedian tenaga kerja di desa tersebut. secara terperinci jumlah penduduk Kecamatan
Permata berdasarkan desa dapat disajikan pada Tabel 2.

32
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Desa/Kampung Penduduk Rumah Laki-laki Perempuan
(jiwa) tangga (jiwa) (jiwa)

1 Bener Pepanyi 913 209 432 481


2 Bintang Permata 427 102 231 196
3 Bale Musara 376 92 194 182
4 Pemango 383 108 203 180
5 Weh Tenang Toa 394 102 187 207
6 Bale Purnama 136 92 72 64
7 Tawar Bengi 278 68 137 141
8 Kepies 300 78 140 160
9 Bintang Bener 559 139 271 288
10 Gelumpang. W. T . U. 1.350 234 625 725
11 Jungke 444 107 240 204
12 Ayu Ara 242 53 115 127
13 Suku Sara Tangke 324 87 160 164
14 Darul Aman 546 151 231 315
15 Ramung Jaya 891 191 403 488
16 Weh Tenang Uken 1.688 367 752 936
17 Pantan Tengah Jaya 410 105 213 197
18 Jelobok 931 201 450 481
19 Uning Sejuk 340 76 153 187
20 Ceding Ayu 246 64 110 136
21 Buntul Fitri 675 155 353 322
22 Temas Mumanang 450 117 224 226
23 Penosan Jaya 541 146 277 264
24 Timur Jaya 169 43 92 77
25 Burni Pase 626 147 325 301
26 Seni Antara 1038 298 515 523
27 Rikit Musara 439 109 190 249
Jumlah 15.116 3.581 7.295 7.821
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2. jumlah penduduk di Wilayah Kerja Balai Penyuluh (WKBP)


Buntul Kemumu Kecamatan Permata Tahun 2013 adalah 15.116 jiwa dengan rincian,
laki-laki 7.295 jiwa, perempuan 7.821 jiwa dan jumlah Kepala Rumah Tangga 3.581 jiwa.
Penduduk Kecamatan Permata dilihat jumlah penduduk dalam setiap desanya tidak sama,
perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sangat berpengaruh terhadap
ketersedian tenaga kerja di desa tersebut.
Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak mendukung berkembagnya usahatani kentang
di Kecamatan Permata karena dalam usahatani kentang tenaga kerja laki-laki lebih
berperan terutama dalam proses persiapan lahan.

33
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan bagi manusia untuk
mempertahankan kehidupan. Manusia berlomba untuk mendapatkan mata pencaharian
yang layak di segala bidang asalkan penghasilan yang di peroleh dapat memenuhi
kebutuhan hidup anak dan keluarganya.
Data jumlah Penduduk dapat ditentukan menurut sektor mata pencaharian bedasarkan
pekerjaan utama di desa Tahun 2013 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Berdasarkan Pekerjaan Utama


Tahun 2013.
No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase %
1 Pertanian 7.709 89,29
2 PNS 130 1,50
3 TNI/POLRI 9 0,10
4 Pensiunan 10 0,11
5 Pedagang 257 2,97
6 Bangunan 52 0,60
7 Tukang 137 1,58
8 Jasa-jasa lain 329 3,81
Jumlah 8.633 100
Sumber : Data BPP Buntul Kemumu Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 3. mata pencaharian masyarakat Kecamatan Permata, dari jumlah


penduduk yang bekerja 8.633 jiwa, sektor pertanian masih menempati urutan teratas
lapangan usaha/pekerjaan utama penduduk yaitu 89,29% dengan jumlah 7.709 orang. Hal
ini menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat perlu di kembangkan karena berperan
besar dalam menghidupi masyarakat Kecamatan Permata dan Kabupaten Bener Meriah.

C. Keadaan Pertanian
1. Keadaan Sektor Pertanian
Kecamatan Permata secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah
dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Pada
perkembagannya, kawasan ini menjadi kawasan produksi pertanian dan menyebabkan
sektor pertanian lebih berkembang dari pada sektor pendukung perekonomian yang lain di
wilayah tersebut. Hal ini menjadikan sektor pertanian memiliki peran penting bagi
kehidupan masyarakat di Kecamatan Permata, tidak hanya penyedia bahan pangan tapi

34
juga sebagai penggerak perekonomian masyarakat. Data potensi tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. potensi tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan Kecamatan Permata disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Potensi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan


Perikanan Setahun Kecamatan Permata Tahun 2013.
Tanaman Pangan
Perkebunan
dan Hortikultura Peternakan dan Perikanan
dan Buah-Buahan
No Desa
Komoditi Luas Prod Komoditi Luas Prod Komodi Luas Jum
Ha Ton Ha Ton ti Ha Ekor
1 Bener Tomat 3 30 Kopi 85 - Nila 0,105
Pepanyi kentang 300 7500 Ayam - -
cabe 3 20 Bawal 0,50 600
kubis 4 30 -
2 Bintang cabe 3 20 Kopi 100 - Ayam - 350
Bener kubis 2 30 Nila 0,17
tomat 3 30
3 Bale Musara kubis 2 30 Kopi 75 - Ayam - 270
cabe 2 20 nila 0,1 -
tomat 1 30 Kambi - 15
ng
4 Pemango kentang 50 1250 Kopi 190 108 ayam - 100
tomat 3 20 Jeruk 3 20 itik - 50
cabe 9 60 Alpukat 1 10 anjing - 10
rawet 8 20
5 Weh Tenang jeruk 20 60 kopi 30 18 kolam 3
Toa kentang 50 1250
kubis 19 45
6 Bakongan kentang 30 750 kopi 130 78
Baru tomat 15 65
cabe 19 45
7 Tawar Bengi kentang 10 250 kopi 75 52,5 ayam 200
b. merah 1 4 jeruk 2 3 itik 100
cabe 1 10 alpukat 1 3 angsa 2
8 Kepies kentang 10 250 kopi 100 60 bebek 150
tomat 5 - ayam 200
kubis 20 -
jeruk 5
alpukat 5
9 Bintang Kentang 150 3750 Kopi 110 - Ayam - 200
Permata tomat 10 30 Nila 0,3 -
kubis 10 30
10 Gelumpang. tomat 6 17 Kopi 290 11.0 kerbau 2
W. T . Uken 00 domba 7
ayam 315
11 Jungke kentang 7 175 Kopi 150 - ayam 350
kubis 5 30 Jeruk 2 itik 100
cabe 5 25 alpukat 3 2
12 Ayu Ara jeruk 20 60 kopi 50 30 kolam 2
kentang 19 475
kubis 15 45
13 Suku Sara kentang 13 325 kopi 180 -
Tangke tomat 23 65 jeruk 3

35
Tanaman Pangan
Perkebunan
dan Hortikultura Peternakan dan Perikanan
dan Buah-Buahan
No Desa
Komoditi Luas Prod Komoditi Luas Prod Komodi Luas Jum
Ha Ton Ha Ton ti Ha Ekor
cabe 23 45 alpukat 3
14 Darul Aman kentang 5 125 kopi 180 72 ayam 450
kubis 5 30 itik 130
cabe 3 20
15 Ramung kentang 10 250 Kopi 250 150
Jaya cabe 3,5 5
tomat 0,5 5
alpukat 3
16 Weh Tenang cabe 3 60 Kopi 300 12.0 kerbau 20
Uken tomat 5 100 00 domba 70
kentang 10 250 ayam 240
17 Pantan kentang 15 375 Kopi 130 78
Tengah Jaya tomat 15 65
cabe 19 45
18 Jelobok kentang 15 375 Kopi 130 78
tomat 15 65
cabe 9 15
19 Uning Sejuk kentang 15 375 kopi 89 53,4
tomat 15 65
cabe 11 15
20 Ceding Ayu kentang 6 150 Kopi 60 42 kambin 5
cabe 0,5 10 Jeruk 3 4,5 g 100
bawang 0,5 1,5 Alpukat 3 45 ayam 100
merah itik
21 Buntul Fitri kentang 5 125 kopi 75 45 ayam 150
kubis 3 40 domba 8
cabe 4 20 kolam 0,005
22 Temas kentang 15 375 78 46,8
Mumanang tomat 15 65
cabe 6 10
23 Penosan kentang 15 375 56 33,6
Jaya tomat 15 65
cabe 3 4
24 Timur Jaya cabe 5 50 kopi 65 45,5 kerbau 4
kentang 5 125 jeruk 3 4,5 sapi 3
kubis 3 60 alpukat 2 30 ayam 100
c.rawet 3 15 itik 50
angsa 3
25 Burni Pase kentang 8 200 kopi 268 600 ayam - 2.000
cabe 2 10 jeruk 3 20 itik - 2.000
rawet 2 10 alpukat 1 10 anjing - 20
26 Seni Antara ubi 2 30 kopi 115 600 kerbau 1
bebek 27
ayam 152
27 Rikit Musara cabe 4 75 kopi 347 185. kerbau 7
000 ayam 275
Jumlah kentang 763 19.07 kopi 3.70 222 Kerbau 28
cabai 136 5 jeruk 9 5,40 Kambin 175
tomat 146,5 429 alpukat 45 9 g 78
c.rawet 13 692,3 32 234 domba 353
wortel 2 - bebek/ 1.517
4 itik 1.202
ayam 45
Sumber : Data sekunder Tahun 2013.

36
Berdasarkan Tabel 4. tanaman yang mendominasi di budidayakan adalah Kopi arabika
seluas 3.709 hektar , sedangkan tanaman hortikultura berupa kentang seluas 763 hektar,
tomat 146,5 hektar, cabai 136 hektar dan wortel 2 hektar dan tanaman buah-buahan hanya
sebagai pohon pelindung atau pohon yang ditanam diperbatasan kebun berupa jeruk,
alpukat, pisang dan markisah, sedangkan vegetasi tanaman yang dominan terlihat diareal
kebun adalah lamtoro.
Hewan ternak yang domain yang di pelihara oleh masyarakat setempat adalah ayam
dan bebek, ini hampir tiap rumah ada walaupun tidak di budidayakan atau sebagai
matapencaharian, tetapi sabagai hobi memelihara hewan. Untuk ternak kambing ini hanya
sebagian warga yang memelihara sebagai usaha sampingan, begitu juga dengan ternak
kerbau, anjing biasanya untuk penjaga rumah atau sebagai penjaga kebun.
Sub sektor tanaman holtikultura dan perkebunan di Kecamata Permata memiliki
komoditi unggulan yaitu tanaman kopi dan tanaman kentang. Tanaman sayuran lainnya
seperti tomat, wortel, cabai dan alpukat. Rincian komoditi pertanian tanaman holtikultura
dan perkebunan tersebut disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Komoditi Tanaman Holtikultura dan Perkebunan Kecamatan Permata


Tahun 2012-2013.
No Komoditi Tahun 2012 Tahun 2013
Luas panen (Ha) Produksi (ton) Luas panen (Ha) Produksi (ton)
1 Kopi 3.709 2.225.400 3.659 2.195.400
2 Kentang 420 10.500 763 19.075
3 Wortel 68,5 2.055 55 1.650
4 Tomat 59 1.475 53 1.325
5 Cabai 224 5.600 350 8.750
6 Apukat 218 120.000 218 120.000
Sumber BPP Buntul Kemumu dalam angka 2013

Berdasarkan Tabel 5. kopi masih menjadi tanaman utama penghasil sumber keuangan
bagi masyarakat Kecamatan Permata, pada tahun 2012 produksi kopi mengalami kenaikan
yang cukup signifikan. Produksi kopi pada tahun 2013 sebanyak 2.195.400 Ton menurun
di banding 2012 yang hanya sebanyak 2.225.400 ton. Dikarenakan petani mengganti
tanaman kopinya dengan tanaman kentang sekalian menanam ulang tanaman kopi karena
umurnya yang sudah tidak produktif lagi.
Tanaman kentang juga masih menjadi tanaman unggulan selain kopi di Kecamatan
Permata pada tahun 2012 produksi kentang mengalami kenaikan yang cukup signifikan di

37
mana pada tahun 2013 produksi kentang sebanyak 19.075 ton meningkat di banding 2012
yang hanya sebanyak 10.500 ton.
Peningkatan produksi kentang ini di pengaruhi oleh bertambahnya luas area panen dan
peningkatan produktivitas kentang per hektar, dan kentang merupakan komoditi sayuran
unggulan yang pemasarannya tidak hanya di wilayah Kabupaten Bener Meriah, tapi juga di
pasarkan hingga keluar daerah. Pada tahun 2014 produksi hampir semua komoditi tanaman
holtikultura mengalami kenaikan.

2. Keadaan Usahatani Kentang


Komoditi kentang merupakan salah satu komoditas holtikultura unggulan di
Kabupaten Bener Meriah khususnya di Kecamatan Permata. Jenis kentang yang banyak di
usahakan petani adalah kentang varietas Granola, kentang granola merupakann kentang
konsumsi, yaitu kentang yang di gunakan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan konsumsi
sehari-hari, yaitu sebagai sayuran maupun olahan lain untuk konsumsi. Sentra produksi
kentang di Kabupaten Bener Meriah berada di Kecamatan Permata. Meskipun merupakan
komoditi andalan, upaya pengembangan usahatani kentang di Kabupaten Bener Meriah
bukan tanpa kendala. Salah satunya adalah fluktuasi produksi. Adapun jumlah produksi
kentang di Kecamatan Permata dari tahun 2010 sampai tahun 2013 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Panen Dan Produksi Kentang Di Kecamatan Permata Tahun 2010 Sampai
2013
Tahun Luas panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/Ha)
2010 267 6.675 25
2011 330 8.250 25
2012 420 10.500 25
2013 763 19.075 25
Sumber BP Buntul Kemumu 2013

Berdasarkan Tabel 6. dalam kurun waktu empat tahun dari 2010 sampai 2013,
produksi kentang tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebanyak 19.075 ton dari luas
panen 763 ha dan terus mengalami peningkatan, di Kecamatan Permata terjadi mulai dari
budidaya hingga pemasaran kentang. dalam proses budidaya kentang, kendala utama yang
dihadapi petani adalah kondisi jalan usaha tani, iklim yang tidak menentu serta tingkat
kesuburn lahan yang semakin menurun. Kondisi iklim sangat berpengaruh dalam
penentuan masa tanam. Kesalahan dalam perhitungan masa tanam dapat menyebabkan

38
penurunan pendapatan petani. Penggarapan lahan secara intensif itu dalam jangka panjang
berefek negatif terhadap lingkungan. Tanah dipaksa untuk memproduksi tanaman sejenis
tanpa sela sehingga kesuburan tanah berkurang. Untuk memberikan unsur hara, petani
memberi pupuk agar tanah tetap gembur dan mampu berproduksi. Namun, karena lahan
untuk budidaya berada di lahan miring, tanah mudah terkikis air. Apalagi,
guludan/bedengan atau terasering lahan pertanian sejajar dengan pegununggan atau bukit.
Hal ini tidak sesuai dengan prinsip konservasi. Kondisi itu menyebabkan air mengikis
tanah yang gembur dengan cepat sehingga tanah lapisan atas semakin tipis. Lambat laun
tanah menjadi bero atau keras sehingga sulit di tanamai dan produktivitasya menurun.
Kendala dalam proses pemanenan kentang di Kecamatan Permata di antaranya adalah
tingginya biaya pengangkutan dari lokasi lahan ke pengumpul, karena faktor jalan yang
belum aspal dan jika musim hujan susah untuk di lalui kendaraan pengangkutan, dan jenis
pengangkutannya pun khusus harus pengangkutan yang menggunakan roda empat yang
pakai handel.
Proses pemasaran di Kecamatan Permata di antaranya tingginya biaya pemasaran dan
tingginya penyerapan pasar pada saat panen. Petani kentang di Kecamatan permata
sebagian besar lebih memilih menjual kentangnya ke pedagang pengumpul untuk
menghindari biaya pemasaran yang harus di tanggung petani. Akibatnya petani terpaksa
harus menerima berapapun harga yang di tawarkan oleh pedagang pengumpul. tingginya
kemampuan pasar untuk menyerap produksi kentang segar yang di hasilkan petani pada
saat panen memicu terjadinya penurunan harga kentang. Petani terpaksa menjual kentang
dengan harga rendah atau menyimpan kentang untuk benih pada musim tanam berikutnya.
Pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang, karena jika tidak
ada pasar kentang tidak dapat dijual atau didistribusikan, dari itu sebelum merencanakan
penanaman kentang perlu di lihat dahulu pemasarannya, karena pasar yang mempunyai
peran penting dalam keberhasilan usahatani kentang. Di kecamatan Permata pemasaran
kentang langsung kepedagang pengumpul, pedagang antar kota dan kepedagang tengkulak.

3. Usahatani Kentang
Usahatani kentang merupakan langkah awal sebelum terjadinya proses pemasaran
kentang hingga kekonsumen. Petani kentang sebagai produsen berusaha untuk
membudidayakan kentang agar kentang yang di hasilkan dapat di terima oleh konsumen.
usahatani kentang di Kecamatan Permata disajikan pada Tabel 7.

39
Tabel 7. Usahatani Kentang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah
No Uraian Jumlah Responden Persentase (%)
1 Asal bibit kentang
a. beli dari bibit 56 87,50
b. beli dari petani lain 8 12,50
Jumlah 64 100
2 System tanam
a. monokultur 55 85,93
b.Tumpangsari 9 14,06
Jumlah 64 100
3 Alasan menanam kentang
a. menguntungkan 54 84,37
b. masa tanam singkat 6 9,37
c. mudah pemasarannya 4 6,25
Jumlah 64 100
Sumber analisis data primer, 2014

Berdasarkan Tabel 7. saat memulai untuk menanam kentang, sebanyak 56 petani


memperoleh bibit kentang dengan cara membeli dari pembibitan luar daerah yaitu
Pengalengan Bandung, dan sebanyak delapan orang petani membeli bibit dari petani lain.
Petani memilih membeli bibit kentang dari pembibit dengan alasan kualitas bibit kentang
baik. Petani biasanya membeli bibit dari penangkar benih di Pengalengan dengan harga
yang bervariasi menurut permintaan petani seperti G3 varietas Granola berkisar antara Rp
18.000-21.000/kg dan G4 varietas Granola berkisar antara Rp. 16.000-17.000/kg, ini sudah
sampai di lokasi. Sedangkan alasan petani membeli bibit dari petani lain adalah harga yang
di tawarkan lebih rendah yaitu Rp 10.000/kg.
Sistem tanam dalam usahatani kentang yang di terapkan oleh petani kentang di
Kecamatan Permata berupa sistem monokultur dan tumpangsari. Berdasarkan tabel 7.
Bahwa sebanyak 55 Petani menerapkan sistem tanam monokultur dalam usahatani
kentangnya dengan alasan petani mengharapkan hasil kentang yang maksimal. Sedangkan
sebanyak sembilan petani menerapkan sistem tanam tumpang sari dalam usahatani
kentangnya dengan alasan petani mengharapkan hasil tanaman tumpang sari dapat
memberi tambahan pendapatan. Petani biasanya menerapkan sistem tanam tumpagsari
dapat memberi tambahan pendapatan. Petani biasanya menerapkan sistem tanam
tumpangsari kentang dengan tanaman bawang merah, wortel, seledri dan kubis.
Petani memiliki beberapa alasan yang mendasarinya menjalankan usahatani kentang.
Sebanyak 54 petani mengusahakan kentang dengan alasan usahatani kentang lebih
menguntungkan jika di bandingkan dengan usahatani lainnya. Sebanyak sepuluh petani

40
mengusahakan kentang dengan alasan masa tanam kentang singkat sehingga petani dapat
segera memperoleh pendapatan.
Alasan lain yang mendasari petani menjalankan usahataninya adalah pemasaran
kentang di anggap lebih mudah jika di bandingkan dengan pemasaran komoditas pertanian
lainnya karena kentang hanya melakukan satu kali pemanenan tiap musim tanam serta
kentang memiliki daya simpan yang relatif lebih lama jika di bandingkan dengan
komoditas sayuran lainnya.

41
V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengkajian


1. Karakteristik Petani
Identitas petani responden merupakan gambaran secara umum latar belakang petani
responden dalam menjalankan usahatani kentang. Identitas responden mencakup beberapa
hal yaitu umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman dalam usahatani kentang,
luas lahan tanam usahatani kentang dan status pekerjaan.

a. Umur Petani Responden


Badan pusat statistik Kabupaten Bener Meriah membagi komposisi penduduk menurut
umur dalam dua golongan yaitu golongan umur 0 -14 tahun dan umur lebih dari 65 tahun
tergolong umur tidak produktif, serta golongan umur produktif adalah umur antara 15-64
tahun. Berdasarkan hasil pengkajian jumlah petani responden berdasarkan kelompok umur
terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kelompok Umur Produktif Petani Responden


No Kelompok umur Jumlah Petani Persentase (%)
(tahun) (orang)
1 23-27 4 6,25
2 28-32 13 20,3
3 33-37 10 15,6
4 38-42 9 14,0
5 43-47 13 20,3
6 48-52 9 14,0
7 53-57 6 9,4
Jumlah 64 99,85
Sumber : Analisis Data Primer pengkajian 2014

Berdasarkan Tabel 8. petani responden pada kelompok umur 28 sampai 32 tahun


memiliki jumlah terbanyak yaitu 13 petani atau sebesar 20,3 persen, umur 43 sampai 47
orang sebanyak 13 orang petani atau 20,3 persen, umur 33 sampai 37 sebanyak 10 orang
atau 15,6 persen, umur 38 sampai 42 sebanyak 9 orang atau 14,0 persen, umur 53 sampai
57 sebanyak 6 orang atau 9,4 persen dan umur 23 sampai 27 sebanyak 4 orang atau 6,25
persen. Meskipun demikian semua petani responden berada pada umur produktif (antara

42
23-57 tahun), dalam menjalankan usahatani kentang di butuhkan tenaga yang besar karena
topografi lahan pertanian kentang yang berbukit dan perawatan tanaman kentang harus
dilakukan secara intensif. Petani yang berada pada umur produktif pada umumnya bersikap
lebih terbuka terhadap informasi maupun teknologi terkini yang berkaitan dengan
usahatani kentang, sehingga di harapkan petani mampu mengembangkan usahataninya.

b. Pendidikan Petani Responden


Pendidikan petani responden di Kecamatan Permata tergolong tinggi, dimana petani
rata-rata berpendidikan menengah keatas sebanyak 53,12 persen, dan 46,87 persen yang
berpendidikan rendah keterbatasan pendidikan ini berpengaruh dalam memasuki lapangan
kerja di mana pendidikan yang cukup menjadi syarat mutlak bagi pencari kerja. Akibatnya
sebagian besar penduduk Kecamatan Permata mengandalkan sektor pertanian yang tidak
memerlukan keterampilan khusus, termasuk yang hanya berpendidikan yang rendah.
Sementara itu sumberdaya manusia berkualitas cendrung bermigrasi ke luar Kecamatan,
Kabupaten bahkan keluar daerah. Adapun jumlah petani yang mengikuti pendidikan mulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Petani Yang Mengikuti Pendidikan Mulai Dari Sekolah Dasar Sampai
Perguruan Tinggi.
No pendidikan Jumah petani Persentase %
(orang)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 Tamat SD 6 9,37
3 Tamat SMP 24 37,5
4 Tamat SMA 24 37,5
5 Akademi/perguruan tinggi 10 15,62
Jumlah 64 100
Sumber : Analisis Data Primer pengkajian 2014

Berdasarkan Tabel 9. tingkat pendidikan petani tergolong tinggi dengan jumlah petani
tamata SMP berjumlah 24 orang petani atau sebanyak 37,5 persen, dan tamatan SMA
berjumlah 24 orang petani atau sebanyak 37,5 persen, dan tamatan SD 6 orang petani atau
sebanyak 9,37 persen dan pendidikan Akademi serta Perguruan tinggi berjumlah 10 orang
petani atau sebanyak 15,62 persen. Sehingga petani bisa mengambil keputusan dalam
usahataninya dalam menerima teknologi dan inovasi baru, untuk mengembangkan
usahatani yang berorientasi agribisnis.

43
Tingkat pendidikan di mana kemampuan untuk mengatur dan terbentuk melalui proses
belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang
memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki kemampuan yang lebih tinggi,
karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan
formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan
dalam hidupnya.
Pendidikan merupakan salah satu peran dalam upaya pengembangan usahatani
kentang dan pemasarannya karena di kemampuan dan keterampilan dari petani itu sendiri,
pendidikan sebagai dasar terutama baca, tulis dan hitung sangat mempengaruhi keputusan
yang di ambil petani dalam menjalankan usahataninya dan memasarkan kentangnya serta
dapat meminimalkan resiko tindak kecurangan yang mengakibatkan kerugian di pihak
petani.
Menurut Chaudhri dalam Soekartawi (2005) Pendidikan atau pengetahuan tentang
teknologi pertanian baru adalah bukan suatu hal yang baru. Banyak peneliti yang
mendukung pertanyaan ini, minsalnya Asumsinya adalah bahwa pendidikan merupakan
sarana belajar, di mana selanjutnya di perkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktik pertanian yang lebih modern.

c. Luas Lahan
Petani di Kecamatan Permata, umumnya adalah petani dengan luas lahan usahatani
rata-rata satu sampai dua hektar dan jika di lihat dari luas lahan yang dimiliki dapat di
katakan bahwa petani di Kecamatan Permata tergolong petani yang memiliki lahan luas,
jumlah petani yang memiliki luas lahan tanaman kentang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Tanaman Usahatani
Kentang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
No Luas Lahan Tanam Kentang Jumlah Responden Persentase %
(Ha) (orang)
1 1-2 40 62.5
2 >3 24 37,5
Jumlah 64 100
Sumber : Analisis data primer pengkajian 2014

44
Berdasarkan Tabel 10. luas lahan usahatani dibawah satu hektar tidak ada untuk
tanaman kentang. Lahan usahatani satu sampai dua hektar berjumlah 40 petani atau
sebanyak 62,5 persen, luas lahan yang tiga hektar lebih berjumlah 24 petani atau sebanyak
37,5 persen, dari jumlah petani responden 64 orang.
Luasnya lahan petani yang di kelola petani di sebabkan oleh adanya pergantian
tanaman perkebunan kopi dengan tanaman kentang karena perbandingan hasil, kopi
musiman di mana setiap tahun satu kali panen sedangkan tanaman kentang dalam satu
tahun bisa panen mencapai tiga kali panen, dan harga kentang masih bertahan antara lima
sampai enam ribu rupiah perkilogramnya dari petani. Lahan usahatani yang sudah lama di
tinggalkan pada saat komplik Aceh, kini sudah mulai di garap dan di tanami kembali
dengan tanaman kentang serta tumpangsari dengan tanaman kopi.
Lahan petani sebagian lagi di ambil dari hutan rakyat, yang di garap bebas oleh petani,
tanpa memikirkan akibatnya. Karena para petani membuka lahan menggunakan bantuan
alat berat dan traktor dalam pengolahan lahan pertnian khususnya kentang.

e. Pengalaman Petani Responden dalam Usahatani Kentang


Keberhasilan usahatani kentang tidak terlepas dari pengalaman petani dalam
berusahatani kentang. Semakin lama usahatani kentang yang dilakukan oleh petani
mengindikasikan bahwa telah melalui berbagai macam keadaan dalam menjalankan
usahataninya. Pengalaman yang lalu merupakan referensi bagi petani dalam pengambilan
keputusan dimasa yang akan datang, baik dalam usahatani kentang maupun pemasarannya.
Data mengenai lamanya usahatani di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Merih
disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Data Lamanya Usahatani Kentang (Pengalaman) Petani Kentang di Kecamatan
Permata Kabupaten Bener Meriah.
No Lama Usahatani Kentang Jumlah Responde Persentase (%)
(tahun) (orang)
1 1-5 10 15,62
2 6-10 12 18,75
3 11-15 25 39,06
4 16-20 12 18,75
5 ≥ 21 5 7,81
Jumlah 64 100
Sumber : Analisis Data Primer pengkajian 2014

45
Berdasarkan Tabel 11. sebagian besar petani telah menjalankan usahatani kentang
selama 11-15 tahun yaitu sebanyak 25 Petani atau sebesar 39,06 persen, dan yang
melaksanakan usahatani kentang 16-20 tahun, sebanyak 12 petani atau 18,75 persen, dan
yang melaksanakan 6-10 tahun sebanyak 12 orang petani atau sebesar 18,75 persen. Yang
telah menjalankan usahatani kentang selama ≥ 21 tahun sebanyak 5 petani atau sebanyak
7,81 persen.
Lamanya menjalankan usahatani kentang menunjukan bahwa usahatani kentang tetap
berjalan dan bertahan walaupun harga jual kentang tidak setabil. Hal ini di karenakan
usahatani kentang dianggap lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani
tanaman lain yang dapat dikembangkang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah
dan dapat memberikan pendapatan bagi petani untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga
petani dan sebagai modal untuk masa tanam berikutnya.

e. Status Pekerjaan
Setatus pekerjaan usahatani kentang terbagi menjadi dua, yaitu usahatani kentang
sebagai pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Bedasarkan hasil pengkajian, sebanyak
70 persen atau sebanyak 45 orang petani responden menjadikan usahatani kentang sebagai
usaha pokok, dan 30 persen atau sebanyak 19 orang petani kentang menjadikan usahatani
kentang sebagai usahatani sampingan. Pendagang kopi, pegawai Negeri, pegawai swasta
yang melaksanakan usahatani kentang ini sebagai usaha sampingan, di mana untuk
menambah pendapatan baik perdagang, pegawai dan petani di mana terkadang harga kopi
mengalami pluktuasi harga yang tidak menentu atau mengalami kerugian, para pedagang,
pegawai negeri, pegawai swasta mempunyai penghasian lain selain usaha yang di geluti
oleh petani responden, di mana rata-rata petani mempunyai kebun kopi untuk menambah
pendapatan serta memenuhi kebutuhan hidup.
Pegawai pemerintahan ikut berusahatani kentang dengan sistem kerjasama dengan
petani atau dengan kata lain bagi hasil antara pemodal dengan pengelola. Di mana pada
umumnya di Kabupaten Bener Meriah, walaupun seorang pejabat tinggi di Daerah
Kabupaten Bener Meriah pasti mempunyai usaha pertanian baik itu kebun kopi atau usaha
holtikultura karena di Kabupaten Bener Meriah penghasilan terbesar dari sektor pertanian.
Hal ini di karenakan, jika di lihat dari besarnya pendapatan yang di terima, usahatani
kentang lebih menguntungkan jika di banding dengan usahatani lainnya atau pekerjaan
yang lain. Selain itu, masa tanam kentang yang relatif singkat yaitu antara 100-120 hari

46
serta kemudahan dalam pemasaran menyebabkan perputaran uang berlangsung relatif
cepat dan menguntungkan petani.

B. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentag


Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata pada pengkajian ini meliputi pendidikan, self efficacy, pengalaman,
kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi dan teknologi. Analisis yang di gunakan adalah
model regresi linier berganda.
Hasil analisis regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani kentang di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah dengan variable
dependen keberhasilan usahatani kentang dan variable independen pendidikan, self
efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran, komunikasi dan teknologi. Analisis
regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang
disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani
Kentang di Kecamatan Permata
No Variabel Koefesien regresi t. hitung
1 Pendidikan (X1) 0,226 2,109*
2 Self efficacy (X2) 0,110 1,915*
3 Pengalaman (X3) 0,010 0,671ns
4 Kesesuaian Lahan (X4) 0,182 3,517**
5 Pemasaran (X5) 0,236 5,213**
6 Komunikasi (X6) 0,192 2,868**
7 Teknologi (X7) 0,158 3,062**
R2 0,980
F-hitung 390,688
Konstanta -2,936
F-tabel 2.16
T-tabel 1,671
Sumber : analisis data primer pengkajian 2014

Keterangan : ** = signifikan pada tingkat kesalahan 1 %


* = signifikan pada tingkat kesalahan 5 %
ns = tidak signifikan pada tingkat kesalahan 5 %
Berdasarkan Tabel 12. nilai R2. sebesar 0,980. Hal ini memberi arti bahwa 98,0 %.
Variasi keberhasilan usahatani kentang dapat di jelaskan oleh variable independen, yaitu

47
pendidikan (X1), self efficacy (X2), pengalaman (X3), kesesuaian lahan (X4), pemasaran
(X5), komunikasi (X6) dan teknologi (X7) dengan hubungan keeratan yang tinggi,
sedangkan sisanya sebesar 2,0 % variasi dependen tidak dapat di jelaskan oleh variable
tersebut atau variable lain yang tidak di kaji dalam pengkajian ini.
Hasil uji ANOVA dengan analisis F (Fisher) di ketahui nilai F-hitung sebesar 390,688,
Pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap keberhasilan usahatani
kentang digunakan uji F (fisher). Berdasarkan uji F di peroleh F hitung (390,688) lebih
besar dari F-tabel (2,16) pada tingkat kesalahan 5% berarti variable independen secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang. Sehingga H1 di
terima dan Ho di tolak dan artinya pendidikan, self efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan,
komunikasi dan teknologi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi keberhasilan
usahatani kentang.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan keberhasilan usahatani kentang di
pengaruhi oleh faktor pendidikan, self efficacy, pengalaman, kesesuaian lahan, pemasaran,
komunikasi dan teknologi di terima atau terbukti, sehingga H1 di terima dan Ho di tolak.
Dari output SPSS tabel coefficients maka persamaan regresinya adalah Y= -2,936+ 0,
226X1 + 0, 110X2 + 0, 010X3 + 0,182X4 + 0, 236X5 + 0, 192X6 +0, 158X7 + e.
Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda adalah :
1. Jika segala sesuatu pada variabel-variabel independent dianggap konstan jika
keberhasilan usahatani kentang meningkat sebesar -2,936 atau -93,6 persen.
2. Jika terjadi peningkatan aktivitas pendidikan dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar 22,6
persen.
3. Jika terjadi penambahan aktivitas self efficacy dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen, maka keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar 11
persen.
4. Jika terjadi penambahan aktivitas pengalaman dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen, maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 1persen.
5. Jika terjadi penambahan aktivitas kesesuaian lahan dalam keberhasilan usahatani
kentang sebesar 1 persen , maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan
meningkat sebesar 18,2 persen.

48
6. Jika terjadi penambahan aktivitas pemasaran dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 23,6 persen
7. Jika terjadi penambahan aktivitas komunikasi dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 19,2 persen.
8. Jika terjadi penambahan aktivitas teknologi dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 15,8 persen.
Hasil uji t secara persial di ketahui bahwa :
1. Nilai t hitung pendidikan sebesar 2,109 < 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,039 > 0,05 sehingga H1 di terima Ho di tolak artinya pendidikan signifikan
mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
2. Nilai t hitung self efficacy sebesar 1,915 < 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,061 > 0,05 sehingga H1 di terima Ho di tolak artinya self efficacy
signifikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
3. Nilai t hitung pengalaman sebesar 0,671 >1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,505 > 0,05 sehingga H1 di tolak Ho di terima artinya pengalaman tidak
signifikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
4. Nilai t hitung kesesuaian lahan sebesar 3,517 < 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian
nilai signifikan 0,001 < 0,05 sehingga H1 di terima Ho di tolak artinya kesesuaia lahan
sangat signifikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
5. Nilai t hitung pemasaran sebesar 5,213 > 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,000 > 0,05 sehingga H1 di terima Ho di tolak artinya pemasaran sangat
signifikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
6. Nilai t hitung komunikasi sebesar 2,868 > 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,006 > 0,05 sehingga H1 di terima Ho di tolak artinya komunikasi signifikan
mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
7. Nilai t hitung teknologi sebesar 3,062 > 1,671 (n-2=64-2=62 a5%) kemudian nilai
signifikan 0,003 > 0,05 sehingga H1 terima dan Ho di tolak artinya teknologi sangat
signifikan mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable indevenden secara
parsial terhadap variable dependen di gunakan uji-t, dari hasil uji-t sebagaimana yang telah

49
di sajikan pada tabel 12. variable pendidikan, kemampuan petani utuk berhasil (self
effivacy), dan komunikasi berpengaruh secara nyata pada tingkat kesalahan 5 persen,
terhadap keberhasilan usahatani kentang, sedangkan kesesuaian lahan, pemasaran dan
teknologi berpengaruh sangat nyata pada tingkat kesalahan 1persen, sedangkan variable
pengalaman tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat kesalahan 5 persen.
Adapun pengaruh dari masing-masing variable indevenden terhadap keberhasilan
usahatani kentang di Kecamatan Permata dapat di jelaskan pada bagian berikut.

1. Pendidikan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi pendidikan petani
adalah 0,226 dengan nilai t-hitung (2,109) lebih besar dari t-tabel (1,671) pada tingkat
kesalahan 5%. Hal ini berarti bahwa pendidikan petani berpengaruh secara nyata terhadap
keberhasilan usahatani kentang. karena pendidikan petani responden tergolong tinggi rata-
rata 53,12 persen tamatan SMA, akademi dan perguruan tinggi. Karena dengan pendidikan
manusia mempunyai kemampuan, kecerdasan, pengetahuan, wawasan, berpikir lebih
sistematis, dan tahu akan kebutuhan dirinya dalam melihat masadepan bertani yang
berorientasikan agribisnis.
Peningkatan aktivitas pendidikan dalam keberhasilan usahatani kentang sebesar 1
persen maka keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar 22,6 persen, dan
pengaruhnya terhadap keberhasilan usahatani kentang sebesar 7,8 persen, yang artinya
semakin tinggi pendidikan akan semakin luas wawasan dan poa pikir petani dalam
mencari pemasaran, dengan menggunakan teknologi yang moderen, menggunakan
komunikasi baik kepada stekholder atau mitra kerja antara petani dengan petani atau
dengan pemerintahan di dukung dengan kesesuaian lahan yang sudah beradaptasi/cocok,
serta didukung semangat kerja atau kemempuan petani untuk berhasil (self efficacy) petani
yang tinggi akan menjadikan usahatani yang berhasil dalam budidaya kentang yang
berorientasi agribisnis.
Pendidikan (education) adalah kegiatan manusia untuk membangun pengertian,
wawasan, keyakinan kapasitas kognitif, konatif dan motorik dari dirinya agar prilaku
manusia tersebut trampil sebagai “khalifah di atas bumi” dan karena itu pendidikan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur sejak lahir sampai mati, dalam keluarga,
sekolah dan di masyarakat (Arintadisastra, S., 2001).

50
Keterbatasan pendidikan juga berpengaruh dalam faktor kebutuhan hidup, apa lagi
memasuki lapangan kerja di mana pendidikan yang cukup menjadi syarat mutlak bagi
pencari kerja. Akibatnya sebagian besar penduduk Kecamatan Permata mengandalkan
sektor pertanian yang tidak memerlukan keterampilan khusus, termasuk yang
berpendidikan rendah.
Orang yang berpendidikan tinggi sekalipun ikut berkecimpung di dalam kegiatan
usahatani kentang, namun mempunyai cara-cara bertani yang berbeda dengan petani yang
berpendidikan rendah, dimana petani yang mempunyai pendidika tinggi sudah menjadi
petani berdasi, petani yang mempunyai pendidikan rendah tetap menjadi petani yang
mengusahakan usahatani yang intensif dan sebagai pekerja di dalam usahatani sendiri. Para
petani juga mempunyai usaha lain selain tanaman kentang, seperti berdagang, berkebun
kopi, sebagai Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan pegawai kelurahan. Sudah menjadi
tradisi secara turun temurun dalam usahatani baik berkebun karena kebun merupakan
warisan dari orang tua, dan di Kabupaten Bener Meriah setiap hari libur baik petani atau
pegawai ke kebun, menambah pendapatan di mana untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pendidikan magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar
sesama petani, di mana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu
usahatani, dalam keadaan sesungguhnya di lapangan, dengan bimbingan petani yang
berhasil menjalankan usahanya.
Dilihat lagi dari pengalaman petani yang sudah lama dalam usahatani kentang,
walaupun pendidikannya rendah tetapi pengalaman dalam berusahatani sudah lama,
sehingga pendidikan berpengaruh dalam keberhasilan usahatani kentang ini, serta
kemampuan diri petani untuk berhasil mengalahkan segala keraguan yang ada pada benak
petani, dimana terdorong oleh kebutuhan hidup yang semakin meningkat, di mana petani
lain bisa berhasil kenapa saya tidak, inilah moto petani yang ada di Kecamatan Permata.
Para petani, pegawai baik negri maupun swasta rata-rata menyekolahkan anaknya dari
hasil bertani selain pendapatan yang lainnya.
Mengemukakan bahwa kesadaran kritis dalam diri seseorang dapat dicapai dengan
cara “melihat ke dalam dirinya sendiri” serta menggunakan apa yang didengar, dilihat,
dialami untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam kehidupannya. Orang tidak akan
sadar terhadap kebutuhannya, kalau dia belum mampu mengevaluasi kondisi dirinya
sendiri. Oleh sebab itu, harus ada suatu strategi pemberdayaan yang dapat menyadarkan
orang untuk mengevaluasi dirinya sendiri sehingga dapat mengetahui kemampuan serta

51
kelemahannya dan pada akhirnya dia akan mampu mengidentifikasi kebutuhannya sendiri
(Tamba,M, dkk., 2007).
Usahatani kentang, ada yang menjadikannya sebagai usaha pokok dan ada yang
mengusahakannya sebagai usaha sampingan, sesuai dengan status pekerjaan yang mereka
geluti, jika ia petani yang mengusahakan usahatani kentang sebagai usaha pokoknya,
petani setiap hari beraktifitas ke lahan usahataninya di karenakan memang itu tugas
pokoknya, jika ia pegawai atau mempunyai usaha lain selain usahatani kentang ini, para
petani keladang hanya sebagai pengawas orang kerja, karena sistemnya semua di bayar
mulai dari pengolahan lahan sampai panen.
Orang yang berpendidikan dapat berpikir lebih sistematis, lebih luas cakrawalanya,
dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang di hadapi. Pendidikan atau pengetahuan
tentang teknologi pertanian baru adalah bukan suatu hal yang baru. Banyak peneliti yang
mendukung pertanyaan ini, asumsinya adalah bahwa pendidikan merupakan sarana belajar,
di mana selanjutnya di perkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktik pertanian yang lebih modern, dalam
(Soekartawi, 2005).

2. Self efficacy
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa self efficacy berpengaruh nyata nilai
koefesien regresi self efficacy petani adalah 0.110 dengan nilai t-hitung (1,915) lebih besar
dari t-tabel (1,671) pada tingkat kesalahan 5 persen. Hal ini berarti bahwa kemampuan diri
untuk berhasil (self efficacy) petani berpengaruh nyata terhadap keberhasilan usahatani
kentang, dimana para petani terus termotivasi dengan melihat orang berhasil dalam
usahatani kentang.
Jika terjadi penambahan aktivitas self efficacy dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen, maka keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar 11 persen,
dan pengaruhnya terhadap keberhasilan usahatani kentang sebesar 11,3 persen, yang
artinya semakin tinggi self efficacy akan semakin yakin dan mampu mengerjakan usahatani
yang berhasil didukung dengan pemasaran permintaan pasar semakin tinggi, dengan
menggunakan paket teknologi yang moderen dalam peningkatan produksi kentang, dengan
berkomunikasi yang baik dengan stekholder atau mitra kerja antara petani dengan petani
atau dengan pemerintahan di dukung dengan kesesuaian lahan yang sudah beradaptasi atau
cocok dengan syarat tumbuh tanaman kentang, serta didukung dengan pengalaman kerja

52
para petani yang selalu merubah cara budidaya dan pola tanaman kentang yang bersifat
usaha komersial dalam menjadikan usahatani yang berhasil dalam budidaya kentang yang
berorientasi agribisnis dan mampu bersaing dengan produk lain.
Melihat petani lain berhasil dalam usahatani kentang, petani dari luar Kecamatan
Permata berlomba-lomba untuk berusahatani kentang di Kecamatan Permata, ada yang
menyewa lahan, ada yang memang lahan milik sendiri, dan juga ada yang membeli
langsung lahan usahatani kentang, hanya saja tempat tinggalnya yang di Kecamatan lain.
Karena pada saat komplik para masyarakat atau penduduk yang sudah lama tinggal di
Kecamatan Permata pindah ke Kecamatan Bandar untuk menyelamatkan diri, dimana pada
waktu konflik Kecamatan Permata merupakan daerah yang terisolir atau tertinggal.
Mengingat jarak yang di tempuh dari Kabupaten Bener Meriah lebih kurang 2 jam
perjalanan, dengan kondisi jalan yang kurang bagus, sehingga sulit di jangkau. Apalagi
kecamatan Permata yang berbatasan langsung dengan Nisam Aceh Utara merupakan salah
satu basis rawan konflik Aceh, sehingga para masyarakat baik petani atau pegawai
meninggalkan Kecamatan Permata.
Kecamatan Permata kini menjadi sentra produksi tanaman kentang, dan kini banyak
petani menanam kentang di Kecamatan Permata, petani berdatangan dari luar daerah baik
itu dari Kecamatan lain maupun dari daerah lain seperti Bandung, Kecamatan Permata
setelah dilihat dari kesesuaian lahannya ternyata tidak jauh beda dengan di Pengalengan,
Brastagi yang cocok untuk tanaman ketang, karena Kecamatan Permata merupakan salah
satu lahan yang cocok untuk lahan tanaman kentang, setelah di tanami kentang ternyata
tumbuh sangat bagus, dan hasilnya mencapai 30 ton/ hektar.

Kentang yang biasa di budidayakan oleh petani di Kecamatan Permata hanya


mencapai rata-rata 20 ton perhektar, setelah adanya percobaan tanaman kentang secara
mandiri oleh petani, inilah awalnya self efficacy para petani mulai tumbuh dan meningkat.
Dimana para petani yang dulunya meninggalkan lahannya, kini sudah menggarap kembali
lahannya dan membudidayakan kentang secara intensif.
Kemampuan diri petani ini untuk berhasil juga di pengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, faktor jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pengalaman petani selama
berusahatani, jadi kemampuan petani untuk berhasil ini di dorong juga oleh tuntutan
ekonomi atau kebutuhan hidup dan tujuan hidup sebagai mana kriteria keberhasilan
usahatani meningkatnya produksi, memperoleh keuntungan, berkesinambungan dalam arti

53
tersedianya modal untuk musim tanam berikutnya, keamanan atau resiko kecil dan
memberikan kehidupan yang layak.
Menurut Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di
seluruh kegiatan dan konteks, juga mengatakan bahwa self-efficacy adalah bagaimana
seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal.
Schunk dalam Komandyahrini & Hawadi, (2008) juga mengatakan bahwa self-
efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa
kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan self-efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri
atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu
tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.

3. Pengalaman
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi pengalaman petani
adalah 0,010 dengan nilai t-hitung (0,671) lebih kecil dari t-tabel (1,671) pada tingkat
kesalahan 5%. Hal ini berarti bahwa pengalaman petani tidak berpengaruh secara nyata
terhadap keberhasilan usahatani kentang. Jika terjadi penambahan aktivitas pengalaman
dalam keberhasilan usahatani kentang sebesar 1 persen, maka keputusan keberhasilan
usahatani kentang akan meningkat sebesar 1persen dan hubungannya dengan keberhasilan
usahatani kentang sebesar 1,6 persen saja.
Hal ini terjadi karena petani di daerah pengkajian memiliki rata-rata pengalaman
berusahatani 10-20 tahun sehingga petani tersebut akan sulit untuk menerima inovasi baru
yang dapat meningkatkan produksi, karena petani sudah merasa lebih berpengalaman dan
nyaman dengan kondisi usahataninya sekarang. Petani cenderung akan bertahan pada
budidaya yang sudah terbiasa diterapkan pada usahataninya karena petani merasa lebih
tahu akan budidaya tanaman kentang. Karena di dasari oleh usaha mandiri dan kebiasaan
bertani yang sudah turun temurun, yang dilaksanakan sehingga sulit untuk menerima
inovasi baru, tentang budidaya kentang.
Keberhasilan usahatani kentang ini tidak terlepas dari kegagalan usahatani yang lain,
yang pernah mengalami kegagalan seperti yang di alami oleh sebagia besar petani kentang,
di mana petani menanam cabai, gagal akibat harga tidak stabil dan tidak tahan di simpan

54
mudah busuk, sama halnya seperti tanaman kubis, buncis, wortel dan tomat, dari
pengalaman inilah petani beralih ketanaman kentang.
Pengalaman berusahatani inilah yang membuat petani memilih komoditi yang
mempunyai harga stabil dan tahan untuk di simpan beberapa minggu, belajar dari
pengalaman, inilah petani sulit untuk menerapkan teknologi baru yang belum pernah di
terapkan, karena pengalaman usahatani kentangnya sudah lama, walaupun hanya
pengelolaan atau di budidayakan seperti biasa petani masih berhasil dan masih mendapat
untung dalam berusahataninya.
Petani rata-rata tidak menganalisis secara rinci modal usaha yang telah di keluarkan
untuk usahatani kentang, mereka hanya memperkirakan secara gambaran dari biaya yang
di keluarkan, seperti saprodi, sewa lahan, tenaga kerja sendiri ini tidak di hitung, sehingga
pengalaman usahatani mereka hanya tergantung pada harga jual kentang, tidak berdasaran
kepada manajemen usahatani kentang yang sebenarnya.
Menurut Suhardiyono, dalam Kasmawati, M., (2011) Pengalaman belajar harus
memberikan kepuasan dan rasa telah di capainya sesuatu oleh peserta. Hal ini penting
untuk di ingat karena orang yang belajar mengharapkan keberhasilan sehingga proses ini
harus di tumbuhkan sebagai hasil yang di peroleh dari pengalaman mereka. Pengalaman
artinya mengalami, melakoni, menempuh, mengurangi, menghadapi, menyeberangi,
menanggung, mendapat, menyelami, menikmati atau merasakan. Pengalaman merupakan
sumber pengetahuan mengenali pentingnya pengalaman usahatani yang dilakukan seorang
petani.
Pendidikan magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar
sesama petani, di mana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu
usahatani, dalam keadaan sesungguhnya di lapangan, dengan bimbingan petani yang
berhasil menjalankan usahanya. Pengalaman kerja pada usahatani yang lebih berhasil
tersebut dapat di pelajari oleh petani secara perseorangan atau secara berkelompok. Belajar
dari pengalaman kerja ini berguna bagi petani untuk menambah pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang sudah di punyai atau untuk memperoleh suatu yang baru,
(Soekartawi, 2005).

Pengalaman bertani petani permata sudah cukup lama dalam usahatani baik itu dalam
bidang perkebunan khususnya kopi, serta usahatani holtikultura berbagai macam jenis
sayuran, belajar dari pengalaman pernah mengalami kegagalan usahatani yang pernah

55
dialami sehingga banyak petani saat ini mengusahatanikan tanaman kentang sebagai
usahatani yang tetap, untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Kesesuaian Lahan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi kesesuaian lahan
petani adalah 0,182 dengan nilai t-hitung (3,517) lebih besar dari t-tabel (1,671) pada
tingkat kesalahan 1 persen. Hal ini kesesuaian lahan berpengaruh sangat nyata terhadap
keberhasilan usahatani kentang, karena lahan sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
kentang, baik lahan dataran yang berbukit dengan lahan yang datar atau marjinal sama-
sama berhasil dalam budidaya tanaman kentang, didukung pengalaman petani dalam
usahatani kentang yang sudah lama.
Jika terjadi penambahan aktivitas kesesuaian lahan dalam keberhasilan usahatani
kentang sebesar 1 persen , maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 18,2 persen dan hubungannya dengan kebarhasilan usahatani kentang tidak
terlepas dari pasar yang selalu mempunyai permintaan kentang yang selalu meningkat dari
tahun ketahun, didukung dengan paket teknologi yang modern dan komunikasi yang baik
dan mencarai informasi tentang kentang dan peluang pasar serta kebutahan akan kentang,
didukung pendidikan petani rata-rata bersekolah akan lebih menerima dan akan mencari
informasi tentang pertanian yang bersifat agribisnis dan di dukung kemampuan petani
dalam mengerjakan usahatani yang mendiri dan berhasil.
Dilihat dari suhu udara atau cuacanya dingin, curah hujan yang sudah sesuai,
ketinggian tempat yang sudah sesuai, kelembapan udara dan kelembapan tanah yang sudah
sesuai, pH tanah yang sudah sesuai, dan yang marjinal hanya di beri pengapuran saja untuk
menetralkannya, tanahnya masih subur walaupun di bantu oleh pupuk, lahan kentang
langsung di sinari oleh matahari, walaupun lahan berbukit, bergelombang dan datar tidak
mempengaruhi rendahnya produksi kentang, masih sama-sama berhasil dan petani kentang
melakukan penanaman kentang secara intensif tanpa ada waktu bra atau istirahat lahan,
setelah panen langsung lahan di olah kembali untuk di tanami tanama kentang.
Kecamatan Permata beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Iklim berpengaruh terhadap kehidupan mahluk hidup baik
manusia dan hewan serta tanaman/tumbuhan. Unsur iklim yang terpenting terdiri dari
curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembapan, kecepatan angin, tekanan udara dan
intensitas penyinaran sinar matahari. Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 1.860 mm
dengan rata-rata hari hujan 148 hari per tahun, terdapat 6 bulan basah (CH<100 mm/bulan)

56
dan 4 bulan lembab (CH= 60-100 mm/bulan) serta 2 bualan kering (CH<60 mm/bulan).
Suhu udara maksimum antara 30-40 o C dan suhu minimum 18-23 o C. Kelembapan relatif
rata-rata mencapai 73-84 %. Kecepatan angin rata-rata 3-5 knot/jam. Tekanan udara
berkisar antara 109-111 mb. Intensitas penyinaran matahari 51-84 % dengan lama
penyinaran rata-rata 4-7 jam per hari.
Kentang dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti daerah
pegunungan dengan suhu udara yang ideal berkisar antara 15-18ºC pada malam hari dan
24-30ºC pada siang hari. Terpenuhinya syarat tumbuh tanaman kentang menyebabkan
sebagian besar petani di Kecamatan Permata membudidayakan tanaman kentang, sehingga
kentang menjadi produk unggulan di daerah tersebut. (Dinas pertanian Kabupaten Bener
Meriah 2013).
Menurut Setiyadi., dalam Fatimah, NS., (2011) Tanaman kentang pada mulanya
tumbuh di tempat yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang di
sebarkan kedaerah lain dan ternyata tumbuh dan beradaptasi di daerah-daerah beriklim
sedang (subtropics). Kemudian meluas ke daerah tropis yang memiliki dua musim seperti
Indonesia dan daerah-daerah di sekitar garis khatulistiwa. Suhu udara yang ideal untuk
kentang berkisarantara 15-180C pada malam hari dan 24-300C pada siang hari. Kentang
dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti daerah pegununggan
dengan ketinggian sekitar 500-3000 m dpl, namun tempat ideal berkisar antara 1000-1300
meter dari permukaan laut.
Kesesuaian lahan mencakup kekuatan potensial tanah, kemampuan lahan untuk
menghasilkan (tanaman, ternak dan ikan) dalam suatu proses produksi, kemampuan ini
merupakan suatu hal yang terpendam dan tergantung pada keadaan kesuburan tanah,
keadaan iklim, topografi, dan lain-lain (Daniel Moehar., 2004).
a. Iklim : Kentang yang dapat tumbuh di daerah tropis dan tetap membutuhkan
daerah/lokasi yang berhawa dingin dan sejuk.
b. Suhu Udara dan Kelembaban : Tanaman kentang memerlukan suhu udara ideal yang
berkisar antara 15–18 oC pada malam hari dan 24–32 oC pada siang hari.
c. Ketinggian Tempat : Ketinggian yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah
antara 1000–1500 meter di atas permukaan laut.
d. Curah Hujan dan Angin : Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 1500
milimeter per tahun dan turun secara terus menerus sepanjang hari atau terputus–putus
pada hari tertentu saja. Angin juga berpengaruh terhadap tanaman kentang.

57
e. Sifat Tanah : Tanaman kentang membutuhkan tanah yang gembur atau sedikit
mengandung pasir dan mengandung humus yang tinggi (Kasmawati, M. dkk., 2011).
Penggarapan lahan secara intensif itu dalam jangka panjang berefek negatif terhadap
lingkungan. Tanah dipaksa untuk memproduksi tanaman sejenis tanpa sela sehingga
kesuburan tanah berkurang. Untuk memberikan unsur hara, petani memberi pupuk agar
tanah tetap gembur dan mampu berproduksi. Namun, karena lahan untuk budidaya berada
di lahan miring, tanah mudah terkikis air. Apalagi, guludan atau terasering lahan pertanian
sejajar dengan pegununggan atau bukit. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip konservasi.
Kondisi itu menyebabkan air mengikis tanah yang gembur degan cepat sehingga tanah
lapisan atas semakin tipis. Lambat laun tanah menjadi bero atau keras sehingga sulit di
tanamai dan produktivitasya menurun. Serta pembukaan lahan baru denga menebangi
hutan untuk tanaman kentang terus di lakukan sehingga keseimbangan lingkungan tidak
ada lagi di mana habitat hewan terganggu oleh ulah para pengarap.
Karena tanah di paksa untuk berproduksi terus menerus akan tetapi para petani atau
pemerintah setempat belum melaksanakan evaluasi lahan, Evaluasi lahan merupakan salah
satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (landuse
planning) Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas
kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar
lahan dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan atau ancaman yang ada.
Kegunaannya untuk berbagai tingkat perencanaan ditentukan oleh tingkat pengamatan atau
tingkat survei sumberdaya lahan.
Evaluasi lahan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Pada evaluasi secara langsung, lahan dievaluasi langsung melalui petak-petak
percobaan. Adapun pada evaluasi secara tidak langsung, diasumsikan bahwa tanah tertentu
dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu
jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal banyak sifat dan ciri sumberdaya lahan yang
perlu dievaluasi. Untuk keperluan pertanian, sumberdaya lahan yang penting dapat
dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu: (1) tanah, (2) iklim, (3) topografi dan
formasi geologi, (4) vegetasi, serta (5) sosial ekonomi. Keadaan ini dapat diprediksi karena
kualitas lahan dapat ditentukan secara deduktif dari hasil pengamatan ciri lahan tersebut.
Peningkatan produksi hasil-hasil pertanian tersebut dapat dicapai melalui intensifikasi
pemanfaatan sumberdaya lahan dan ekstensifikasi areal pertanian. Intensifikasi berupa
upaya peningkatan produktivitas lahan, sedangkan ekstensifikasi akan mengarah pada

58
pemanfaatan lahan-lahan yang mempunyai produktivitas lahan yang lebih rendah atau
marjinal, karena lahan yang subur telah lama diusahakan. Kegiatan intensifikasi dan
ekstensifikasi akan menimbulkan tekanan yang cukup berat terhadap sumberdaya lahan,
yang berarti akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam dan kualitas
lingkungan.
Petani akan terdesak ke lokasi dengan sumberdaya lahan yang kemampuan daya
dukungnya rendah, seperti lahan kering, lahan marjinal, atau daerah yang terisolasi secara
ekonomis. Kemampuan mereka sangat terbatas hanya pada pemanfaatan sumberdaya tersebut
tanpa mampu meningkatkan kelestarian produktivitasnya. Seringkali pemanfaatan lahan
tersebut dilakukan sangat intensif karena dorongan kebutuhan hidup yang tinggi. Hal ini
mengakibatkan sumberdaya lahan yang sudah marjinal ini akan mengalami degradasi yang
cepat. Keadaan ini dalam tahap berikutnya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan
hidup di sekitarnya.

5. Pemasaran
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi pemasaran petani
adalah 0,236 dengan nilai t-hitung 5,213 lebih besar dari t-tabel (1.671) pada tingkat
kesalahan 1 persen. Hal ini berarti bahwa pemasaran berpengaruh secara sangat nyata
terhadap keberhasilan usahatani kentang. hal ini karena petani sudah mempunyai pasar
dengan kata lain pasar kentang sudah ada dan sudah ada kerjasama dengan pedagang
kentang, jika terjadi penambahan aktivitas pemasaran dalam keberhasilan usahatani
kentang sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat
sebesar 23,6 persen dan pengaruhnya terhadap keberhasilan usahatani sangat erat dan
berpengaruh besar, dimana tanpa adanya pasar produk tidak dapat di salurkan, dengan kata
lain hasil kentang tidak tertampung atau tidak ada yang membeli, jadi pasar sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan usahatani, dan paket teknologi yang digunakan akan
mampu meningkatka hasil dengan berusahatani yang efektif serta efisien dalam
memanfaatkan potensi yang ada dengan informasi atau komunikasi yang baik, seta
didukung kesesuain lahan yang memenuhi syarat tumbuh yang ideal, sehingga self efficacy
petani terus tumbuh didukung dengan pengalaman dan pengetahuan selama mengusahakan
usahatani yang berhasil, ini semua tidak terlepas dari paket teknologi yang digunakan, serta
informasi dan komunikasi, kemampuan lahan untuk berproduksi serta kemampuan petani.

59
Daerah pengkajian memasarkan kentangnya secara sendiri-sendiri dan petani masing-
masing memiliki pemasaran kentang yang berbeda-beda ada yang langsung ke pedagang
pengumpul, ada ke pedagang tengkulak, serta ada yang langsung memasarkan ke padagang
antar kota, di mana para pedagang yang mengambil hasil panen ke lahan kentang para
petani sehingga petani tidak terlalu kesulitan dalam pemasarkan kentang untuk saat ini
tepatnya pada tahun 2014, dan kebutuhan kentang meningkat, pasar meminta pasokan
kentang dalam jumlah besar tetapi kentangnya masih kurang, tingginya permintaan
kentang membuat pasar kualahan dalam memenuhi pasokan kebutuhan konsumen. Adapun
pemasaran kentang di Kabupaten Bener Meriah sudah menjalin hubungan kerjasama
dengan pemerintah Malaysia di mana pemerintah Malaysia meminta pasokan kentang di
kirim ke Malaysia, pengiriman kentang melalui pelabuhan Kerunggeukuh Lokseumawe
Aceh, dan kentang juga di kirim ke Sumatra Utara kepedagang besar kota Medan.
Meskipun pemasaran tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani
kentang, karena banyak hal-hal yang mempengaruhi, baik dari lembaga pemasaran,
pedagang pengumpul desa dan Kecamatan, pedagang pengecer, salauran pemasaran,
efisiensi pemasaran, margin pemasaran selisih atau perbandingan harga yang di terima oleh
petani dan harga yang di bayarkan oleh konsumen. Dan keuntungan pemasaran yang di
terima dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran
kentang, biaya pemasaran, harga jual petani ini semua perlu adanya pengkajian khusus
tentang analisis usahatani kentang.
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem pemasaran yang
efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan
kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu produk, pengamanan harga,
kemitraan usaha, serta promosi pemasaran, melalui komunikasi dan penyebaran informasi
baik sacara langsung atau tidak langsung, baik itu dalam media elektronik atau media cetak
Tujuan akhir rantai pemasaran menadi pendek dan menjadi lebih efisien, sehinga
petani dapat meperoleh harga yang sesuai dan meningkatkan pendapatannya, dengan
penerapan model konsep system pengelolaan lahan satu hamparan secara efisien oleh
sekelompok petani dalam satu manajemen bersama (cooperative farming complex),
diharapkan menjadi strategi pemerintah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
petani di pedesaan. Sehingga tercapai tujuan para petani untuk meningkatkan produksi,
mendapat keuntungan, mempunyai modal untuk tanam pada musim berikutnya,
meminimalisir resiko dalam berusahatani dan mendapatkan kehidupan yang layak.

60
Terciptanya keterkaitan subsektor hulu (usahatani) dan subsektor hilir (pascapanen
dan pemasaran) di harapkan dapat meningkatkan efisiensi rantai pemasaran produk
tanaman pangan khususnya padi dan palawija serta produk pertanian pada umunya, hal
terpenting adalah konsisten kebijakan pemerintah dalam setiap program yang di
inflementasikan, dan tetap mendorong tercapainya kolaborasi antara pihak pemerintah dan
pihak swasta dan masyarakat, dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani (Sinta Agustina., 2011).
Untuk menentukan atau mempasilitasi pemasaran kentang, agar petani kentang tidak
kesulitan untuk memasarkan kentang di waktu panen raya atau panen berlimpah baik itu
dari Kabupaten Bener meriah dan Aceh Tengah untuk antisipasi hal ini terjadi, apalagi
kalau keadaan Brastagi atau Sumatra Utara pulih dari keadaan meletusnya gunung merapi
Sinabung, tentunya akan pulih kembali perekonomian mereka di bidang pertanian di mana
di ketahui produksi kentang yang terbaser di wilayah Sumatra adalah Medan. Untuk itu
para pelaku uaha dan pemerintah untuk membuat satu unit koprasi tempat penampungan
hasil kentang, para petani dapat menjual hasil panennya kekoprasi yang telah di bentuk.
Apalagi pasar dan pedagang pengumpul jauh dari tempat usahatani kentang.
Sesuai dengan pendapat Kotler dalam Naibaho, T., (2012) Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajemen dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu
sama lain. Dalam kegiatannya, pemasaran akan melibatkan produsen, pemasar, pasar dan
komsumen. Jadi pemasaran sangat mempengaruhi segala sesuatu kegiatan dalam berusaha
tani, dimana sebelum melaksanakan usahatani terlebih dahulu dilihat peluang pasarnya,
supaya usahatani yang di usahakan tidak rugi dan diusahakan cara bertani yang bersifat
agribisnis.
Sesuai juga dengan pendapat Anindita., dalam Fatimah NS., (2011) Pemasaran adalah
suatu runtutan kegiatan atau jasa yang di lakukan untuk memindahkan suatu produk dari
titik produsen ke titik konsumen. Dari defenisi ini paling tidak ada tiga hal yang perlu
menjadi perhatian, yaitu kegiatan yang disebut sebagai jasa adalah suatu fungsi yang di
laksanakan dalam kegiatan pemasaran. Fungsi ini bertujuan untuk mengubah bentuk
berdasarkan bentuk (form), waktu (time), tempat (place) atau kepemilikan (possession).
yang ke dua adalah titik produsen adalah asal dari produk itu di jual pertama oleh produsen
atau petani. Yang ketiga adalah titik konsumen, tujuannya dari satu pemasaran adalah
menyampaikan produk kekonsumen akhir sebagai sebagai transaksi akhir. Pemasaran

61
merupakan tempat utama seluruh kegiatan transaksi jual beli, untuk mendukung pemasaran
produk, dimana untuk memenuhi permintaan pasar atau konsumen.

6. Komunikasi
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi komunikasi petani
adalah 0,192 dengan nilai t-hitung 2.868 lebih besar dari t-tabel (1.671) pada tingkat
kesalahan 5 persen. Hal ini berarti bahwa komunikasi berpengaruh secara nyata terhadap
keberhasilan usahatani kentang, karena dengan komunikasi yang baik hubungan antara
petani dan mitra kerja akan harmonis, baik berkomunikasi secara langsung, konsultasi
dengan para penyuluh, dengan petani berhasil yang ada di Kecamatan Permata.
Komunikasi tidak langsung, berupa mencari informasi baru tentang usahatani kentang,
baik melalui media cetak atau media elektronik.
Jika terjadi penambahan aktivitas komunikasi dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar
19,2 persen dan pengaruhnya terhadap usahatani kentang sebesar 19,4 persen artinya
dengan komunikasi yang baik antara petani dengan petani, petani dengan pemerintahan,
petani dengan stekholder, dan petani dengan pelaku usaha atau mitra kerja, saling member
informasi baik dalam hal pemasaran, paket teknologi yang sesuai ddengan kesesuaian
lahan untuk budiday tanaman kentang, dimana di dukung dengan kemampuan petani dalam
melaksanakan usahatani kentang yang berhasil (self efficacy), didukung dengan
pengetahuan, wawasan serta pengalaman bertani yang pernah dilaksanakan sehingga petani
mampu mengevaluasi usahataninya sendiri dengan sumber dayaya yang digunakan selama
berusahatani kentang, sehingga petani dapat berusahatani kentang yang berhasil.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh penyuluh kepada petani kentang
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)
ataupun tidak langsung.
Pejabat dan penentu kebijakan pertanian baik daerah maupun dari tingkat provinsi
sudah turun mendatangi usahatani kentang, serta pemberitaan di media elektronik, media
masa, di mana para pedagang kopi kini banyak terjun dalam usahatani kentang, para
pegawai pemerintahan kabupaten banyak menjalin hubungan kerjasama dalam usahatani
kentang dan para pemodalpun berdatangan untuk menawarkan tambahan modal untuk
petani kentang khususnya.

62
Menurut Shannon dan Weaver dalam Cangara, Hafied (2011) Komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu samalainnya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa
verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya, dengan (1). Membangun hubungan antar sesama manusia, (2).
Melalui pertukaran informasi, (3). Untuk menguatkan sikap dan tingkahlaku orang lain,
serta (4). Berusaha mengubah sikap dan tingkahlaku itu (Cangara, Hafied., 2011).
Menurut Mardikanto,T., (2009), komunikasi, proses perubahan perilaku dapat di
lakukan melalui 4 cara (a) secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang
di lakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau
mengikuti apa yang di kehendaki oleh komunikator, (b) secara pervasion, atau
pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara berulang-ulang, sampai
sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator, (c) secara compulsión, yaitu teknik
pemaksaan tidak langsung dengan cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus
melakukan atau mengikuti kehendak komunikator, (d) secara coersion, yaitu teknik
pemaksaan secara langsung, dengan cara memberikan sanksi (hadiah atau hukuman)
kepada mereka yang menurut atau yang melanggar anjuran yang di berikan.
Freire. dalam Mardikanto,T., (2010) Komunikasi sebagai proses dialog dan partisipasi.
Komunikasi harus di dasarkan sebagai dialog bebas yang memprioritaskan identitas
budaya, kepercayaan, dan komitmen, pendekatan ini di kenal sebagai “poadagogik
dialogis“ yang di defenisikan sebagai pemerataan ditribusi dan partisipasi aktif kelompok
”akar rumput” sebagai prinsip sentralnya. Komunikasi harus mampu mengembangkan rasa
memiliki untuk berpartisipasi melalui berbagi dan rekontruksi pengalaman.
Soekartawi., (1988) Menyatakan, komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia
baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang sifatnya umum dengan
menggunakan lambang-lambang tertentu. Dan di kaitkan dengan bidang pertanian, maka
komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan kegiatan di
bidang pertanian, baik secara perorangan maupun kelompok.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss., dalam Jalaluddin Rakhmat., (2011)
Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal yaitu pengertian, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

63
7. Teknologi
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi teknologi petani
adalah 0,158 dengan nilai t-hitung 3,062 lebih keci dari t-tabel (1.671) pada tingkat
kesalahan 1persen. Hal ini berarti bahwa teknologi berpengaruh sangat nyata terhadap
keberhasilan usahatani kentang, teknologi yang di terapkan dalam usaha budidaya kentang,
di dasarkan pada sapta usahatani (penggunaan benih unggul, teknik pengolahan lahan
pertanian, pengaturan irigasi/pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit,
panen dan pascapanen, serta pemasaran).
Jika terjadi penambahan aktivitas teknologi dalam keberhasilan usahatani kentang
sebesar 1 persen maka keputusan keberhasilan usahatani kentang akan meningkat sebesar
19,6 persen dan sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang, dimana paket
teknologi yang diguakan sudah modern, dan sesuai dengan sapta usahatani yang di
tetapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi tanaman kentang, didukung
dengan pemasaran yang tersedia dan permintaan pasar semakin meningkat, melalui
komunikasi dan informasi untuk menunjang keberhasilan usahatani kentang antara petani
dengan petani, antara petani dengan stekholder, antara petani dengan pelaku utama dan
pemerintahan sehingga petani mampu menembangkan potensi usahatani kentang yang
kesesuaian lahannya sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kentang, sehingga self efficacy
petani atau kemampuan melaksanakan usahatani yang berhasil semakin tinggi dengan
kemudahan menerapkan paket teknologi usahatani kentang dengan pengetahuan,
keterampilan dan penentuan sikap terhadap pertanian yang berorientasi agribisnis dan
mampu bersaing dalam pasar internasional sehingga keberhasilan usahatani kentang
terwujud dengan kriteria mendapatkan keuntungan, peningkatan produksi, tersedianya
modal untuk musim tanam berikutnya, dapat meminimalisir resiko dalam usahatani
kentang dan mendapatkan kehidupan yang layak.
Artinya petani yang menerapkan teknologi sapta usahatani dalam usahatani kentang
sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang, ini dilihat dari penggunaan benih
unggul, teknik pengolahan lahan, pengaturan irigasi atau pengairan, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pascapanen dan pemasaran, ini sudah di
terapkan oleh petani entang di Kecamatan Permata dengan terus memperbaharui cara
bertani yang bersifat komersil dengan melihat petani yang berhasil walaupun lamanya
berusahatani kentang serta kemampuan diri untuk berhasil yang kuat dari petani.

64
Untuk dapat menerima teknologi yang diterapkan oleh pemerintah atau pelaku
pertanian (stekholder) baik itu swasta yang selalu memperbaharui cara bertani kearah lebih
moderen, dan untuk pemerintah agar menyiapkan tempat pemuliaan tanaman terutama
tanaman kentang untuk kebutuhan bibit dan tempat perbanyakan bibit untuk petani
Kabupaten Bener Meriah, agar petani tidak lagi membeli bibit dari luar daerah di
karenakan biaya yang mahal, serta kualitas bibit belum di ketahui apakah bibit sesuai
dengan keadaan lahan yang akan di tanami dan daya adaptasinya dengan kata lain
sebaiknya bibit yang sudah spesipik lokasi, karena Kecamatan Permata merupakan sentra
produksi tanaman kentang dan sudah selayaknya bibit unggul tersedia. Seperti kebun
percobaan yang ada di Berastagi tepatnya Tongkoh.
Tenologi di tigkat petani meskipun paket teknologi sudah di terapkan masih ada petani
yang sulit untuk menerapkan paket teknologi yang di bawa oleh para penyuluh, di mana
petani menganggap jika teknologi itu di terapkan menambah biaya produksi dalam
usahatani kentang, usahatani kentang memerlukan modal yang besar, pada setiap kali awal
tanam yang paling banyak untuk bibit, bibit di datangkan dari luar daerah, yaitu
Pengalengan dan dari Brastagi Medan, di Kabupaten Bener Meriah belum ada pedagang
bibit kentang yang memproduksi secara di perbanyak atau secara kultur jaringan bibit
untuk mendapatkan bibit yang bermutu atau bibit unggul harus di datangkan dari luar
daerah, dari Tongkoh Sumatra Utara dan dari Pengalengan Jawa Barat.
Petani memilih membeli bibit kentang dari pembibit dengan alasan kualitas bibit
kentang baik. Petani biasanya membeli bibit dari penangkar benih di Pengalengan dengan
harga yang bervariasi menurut permintaan petani seperti G3 varietas Granola berkisar
antara Rp 18.000-21.000/kg dan G4 varietas Granola berkisar antara Rp. 16.000-
17.000/kg, ini sudah sampai di lokasi.sedangkan alasan petani membeli bibit dari petani
lain adalah harga yang di tawarkan lebih rendah yaitu Rp 10.000/kg. inipun untuk tanam
pertama tetapi untuk musimtanam berikutnya petani membuat bibit sendiri dari hasil panen
kentang.
Petani kentang di Kecamatan Permata belum sepenuhnya menerapkan teknologi
budidaya kentang, dilihat dari sapta usahataninya, walaupun demikian pengunaan bibit
unggulnya tergolong tinggi karena hampir semua petani responden menggunakan bibit
unggul, pada waktu awal panen setelah itu petani menggunakan bibit hasil dari turunan G3
varietas Granola menjadi G4 dan G5, ini yang di tanam tentunya lama kelamaan akan
kembali lagi ke kentang lokal tidak lagi unggul.

65
Penangkar benih kentang diharapkan dapat memproduksi benih bermutu dengan
tingkat kemurnian tinggi dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan dengan
didukung paket teknologi budidaya yang spesifik lokasi dan ramah lingkungan. dari segi
teknik penggolahan lahannya, sudah canggih menggunakan traktor, dan secara manual
untuk membuat bedengan dan garis.
pemupuka sudah sesuai rekomendasi pemerintah, tanah harus di pupuk untuk
meningkatkan unsure hara di lalam tanah serta memberikan zat pertumbuhan yang di
butuhkan oleh tanaman kentang, penggunaan pupuk sesuai dengan dosis yang di anjurkan,
dari segi pengairan, belum ada pengairan atau irigasi kusus untuk mengairi tanaman
kentang. jika terjadi musim kemarau, petani hanya punya inisiatif membuat sumur bor atau
menampung air dengan membuat bak plastik dengan menggali tanah, drum untuk
menampung air serta air juga di gunakan untuk meberikan pestisida dan obat-obatan pada
tanaman kentang. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman kentang, sebelum penyakit
menyerang, petani sudah memberi obat-obatan untuk tanaman kentang di mana yang
seharusnya jika belum diatas ambang toleransi untuk apa di berantas, dengan kata lain
penyakit kentang belum ada dan muncul, namun petani sudah mengantisipasi supaya
penyakit kentang tidak muncul, padahal yang sebenarya tidak demikian walaupun penyakit
ada namun tidak menyebar keseluruh tanaman yang ada di areal tanaman kentang itu
masih bisa di atasi dengan mengambil satu persatu dari daun atau mengutipi daun yang
terserang oleh penyakit, ini dilakukan untuk menghindari peledakan penyakit tanaman,
dengan katalain masih di ambang tolesansi.
Jika petani tidak jeli dan paham tentang hal ini akan menambah modal usahatani, tidak
tepat guna, tempat dan tidak tepat sasaran, untuk hama yang saat ini monyet turun dari
hutan mengorek umbi kentang untuk makanannya di karenakan habitatnya telah dirusak
oleh penggarap atau petani penanam kentang yang membuka lahan kentang sampai
kehutan.
Panen dan pascapanen, yang di laksanakan oleh petani kentang sudah sesuai dengan
umur panen kentang, dan pascapanen di lakukan di lapangan di mana petani memilih
kentang yang berkualitas super, sedang dan yang kecil ini di pisahkan karena harga jualnya
berbeda-beda, serta memisahkan umbi yang cacat dengan yang busuk. Serta pemasaran
kentang, di distribusikan langsung kepada pedagang pengumpul, pedagang tengkulak dan
pedagang antar kota. Pedagang pengumpul di Kecamatan Permata hanya satu orang dan
yang banyak di kecamatan Bandar dan Bukit.

66
Pedagang pengumpul berbentuk koprasi sudah ada di Kecamatan Bandar dan
Kecamatan Bukit, khusus penampungan kentang untuk memudahkan pendistribusian antar
kecamatan, mengingat jalan dari Kecamatan Permata menuju usahatani kentang sangat
sulit di lalui oleh kendaraan roda dua atau empat karena jalan rusak parah, jika musim
hujan hanya kendaraan yang khusus saja yang bisa jalan untuk mengangkut hasil kentang,
tetapi jika dari lahan petani di langsir lagi menggunakan kendaraan roda dua ke jalan yang
bisa di lalui oleh kendaraan roda empat, karena lahan petani sudah jauh dari jalan usahatani
yang hanya bisa di lalui oleh kendaraan roda dua, walaupun demikian usahatani tanaman
kentang tetap berhasil.
Banyak orang mengira bahwa pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang
tidak membutuhkan pemikiran, dan semata-mata menggunakan tenaga. Tetapi bukan
demikian, petani harus memikirkan bagaimana usahanya akan memberikan hasil yang
maksimal dan mensejahterakan keluarganya. Untuk itu petani perlu mengetahui cara
bercocok tanam yang tepat, waktu tanam yang tepat, penggunaan varietas atau jenis
komoditas yang sesuai dan sebagainya. Demikian juga halnya dengan petani kentang,
mereka harus mampu dan menguasai teknologi budidaya kentang, kapan saatnya menanam
kentang, jenis atau bibit yang bagaimana digunakan dan berapa luas usahataninya agar
memperoleh keuntungan maksimal.
Tanaman kentang merupakan tanaman sayur-sayuran yang penuh berbagai kendala
dalam mengusahakannya. Kendala tersebut tidak saja datang dari segi kemampuan petani
untuk menguasai teknologi bercocok tanam, tetapi juga datang dari faktor iklim, faktor
kesuburan lahan, mutu bibit dan gangguan hama penyakit, serta pemilikkan modal usaha
yang relatif rendah. masalah yang ditemukan dalam budidaya kentang di lapangan antara
lain bibit bermutu dan harga terjangkau petani, teknologi yang diterapkan petani sudah
maju dan kelembagaan yang lemah.
Seharusnya Teknologi yang di terapkan dalam usaha budidaya kentang. melalui inovasi
teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan dapat terdongkrak,
komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang
diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan,
kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan pengamatan setiap hari dan tidak
memerlukan kontrol terlalu ketat.
Menurut Daniel, M., (2002) teknologi dan sistem usaha di jalakan, di perkirakan hasil yang
akan di capai setelah empat bulan akan di peroleh sesuai dengan kapasitas dan metode

67
penerapannya. Yang di maksut dengan kapasitas adalah kemampuan genetik tanaman yang di
usahakan. Setiap tanaman tergantung varietasnya mempunyai kemampuan genetik tertentu
yang di peroleh maksimum bila semua keadaan yang di inginkannya (syarat tumbuh) dapat
di penuhi. Sedangkan metode penerapan adalah teknologi yang di terapkan, mulai dari
metode pengolahan tanah, metode persemaian, pemupukan awal (cara, waktu, dan dosis),
jarak tanam, jumlah bibit perrumpun, arah baris tanam, cara pemberian pupuk, dosis dan
jenis pupuk yang di berikan, frekuensi pemberian pupuk, penggunaan obat-obatan
(pemberantasan hama dan penyakit atau jenis dan dosis serta waktu), penyiangan sampai
pengaturan air dan panen.
Teknologi kumpulan tanaman dan hewan, memberikan input apa saja dan kemudian
mengharapkan hasil langsung, namun merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri
dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan lingkungan yang
dikelola oleh seseorang petani sesuai kemampuan dan aspirasinya. Petani tersebut
mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.

68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pendidikan berpengaruh nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan


Permata pengaruhnya sebesar 22,6 persen dengan nilai t-hitung 2,109 lebih besar dari t-
tabel 1,671. Ini berarti bahwa pendidikan mempengaruhi keberhasilan usahatani
kentang di Kecamatan Permata dimana dengan pendidikan manusia mempunyai
kemampuan, kecerdasan, pengetahuan, wawasan, berpikir lebih sistematis, dan tahu
akan kebutuhan dirinya dalam melihat masadepan bertani yang berorientasikan
agribisnis.
2. Self efficacy atau kemampuan diri petani untuk berhasil berpengaruh nyata terhadap
keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan Permata pengaruhnya sebesar 11persen
dengan nilai t-hitung 1,915 lebih besar dari t-tabel 1,671. dimana para petani
mempunyai motivasi yang kuat dari dalam diri petani dengan melihat orang berhasil
dalam usahatani kentang iapun merasa bahwa jika ia laksanakan usaha tani kentang ia
pasti berhasil dan belajar dari pengalaman juga di mana pernah mengalami kegagalan
dalam usahatani lainnya.
3. Pengalaman petani tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata pengaruhnya sebesar 1persen dengan nilai t-hitung 0,671lebih besar
t-tabel 1,671. Ini di karenakan pengalaman bertani petani responden sangat tinggi rata-
rata 10-20 tahun sehingga para petani merasa ia lebih tau dan mengalami pahit
manisnya, berhasil dan gagalnya usahataninya sehingga jika di berikan masuka atau
pengarahan kurang di terima.
4. Kesesuaian lahan berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata pengaruhnya sebesar 18,2 persen dengan nilai t-hitung 3,517 lebih
besar dari t-tabel 1,671. karena lahan sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
kentang, baik lahan dataran yang berbukit dengan lahan yang datar atau marjinal sama-

69
sama berhasil dalam budidaya tanaman kentang, didukung pengalaman petani dalam
usahatani kentang yang sudah lama.
5. Pemasaran kentang berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang
di Kecamatan Permata pengaruhnya sebesar 23,6 persen dengan nilai t-hitung 5,213
lebih besar dari t-tabel 1,671. hal ini karena petani sudah mempunyai pasar dengan kata
lain pasar kentang sudah ada dan sudah ada kerjasama dengan pedagang kentang.
6. Komunikasi berpengaruh nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang di Kecamatan
Permata pengaruhnya sebesar 19,2 persen dengan nilai t-hitung 2,868 lebih besar dari t-
tabel 1,671. Dimana komunikasi merupakan pengaruh baik sengaja atau tidak sengaja
dengan komunikasi yang baik hubungan antara petani dan mitra kerja akan harmonis,
baik berkomunikasi secara langsung, konsultasi dengan para penyuluh, dengan petani
berhasil yang ada di Kecamatan Permata. Komunikasi tidak langsung, berupa mencari
informasi baru tentang usahatani kentang, baik melalui media cetak atau media
elektronik baik hp dan internet.
7. Teknologi berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan usahatani kentang di
Kecamatan Permata pengaruhnya sebesar 15,8 persen dengan nilai t-hitung 3,062 lebih
besar dari t-tabel 1,671. Kerena petani menerapkan teknologi sapta usahatani dalam
usahatani kentang, ini sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani kentang, dilihat dari
penggunaan benih unggul, teknik pengolahan lahan, pengaturan irigasi atau pengairan,
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pascapanen serta pemasaran
hasil kentang.

B. Saran
Keberhasilan usahatani kentang di kecamatan Permata dapat dilakukan dengan cara :
a. Penyuluhan pertanian di lakukan dengan menggunakan metode magang, studi banding,
dan karya wisata untuk melihat usahatani kentang yang lebih berhasil.
b. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian menyediakan pasilitas internet di BPP dan
mengajak petani untuk lebih aktif mencari informasi budidaya kentang yang lebih
berhasil.
c. Membuat Memorendum Of Understanding (MOU), atau nota kesepakatan kerjasama
antara petani dan pemerintah dalam pemasaran kentang dan melakukan pembinaan
petani secara intensif dalam meningkatkan produksi usahatani kentang.

70
d. Melakukan komunikasi yang intensif dengan petani, atau petani degan petani melalui
penyuluhan, melihat petani yang lebih berhasil baik secara langsung atau tidak langsung
melalui media elektronik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis, dkk, (2011). Kajian Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Kentang di
Agroekosistem Lahan Kering Dataran Tinggi Provinsi
Aceh.Http://jatim.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/penas/category/14-
semnas-2011?Download=189:kajian-kentang, Aceh: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh.

Arintadisastra,S. 2001. Membangun Pertanian Moderen. Jakarta: Yayasan Pengembangan


Sinar Tani.

Cangara, H. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakatra Utara: Rajawali Perss.

Daniel, M, 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: Bumi Aksara.

Darmawaty, S., 2005. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi


Produktivitas, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Semangka di
Kabupaten Serdang Bedagai. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Fatimah, S,N. 2011. Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberasum L.) Wonosobo.,
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Friyatno,S. 2014. Peran Benih Unggul dalam Peningkatan Produksi Pangan. Bogor:
Departemen Pertanian.

Hariadi, SS., 2009. Penyuluhan Dialogis untuk Menjadikan Petani Penyuluh dan Mandiri
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Ibrahim Tarik, J dkk. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian, Malang: Bayumedia
Publishing.

Mardikanto,T., 2010. Komunikasi Pembangunan. Jawa Tengah: UNS Press Surakarta

_________ 2009, Sistem Penyuluhan Pertanian. Jawa Tengah: UNS Press Surakarta.

_________1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret


University Press.

71
Naibaho, T, 2012. Jurnal Ilmiah, Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap
Produksi Usahatani Sawi. Medan: Fakultas Pertanian USU.

Noor, J, 2012. Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana.

Rakhmat, J. 2011. Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosda.

Rianse, U. 2008. Metodologi penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi),
Bandung: Alfabeta.

Ridwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani, Yogyakarta: Kanisius.

Setiadi, 2009. Budidaya Kentang Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih,
Jakarta: Penebar Swadaya.

Shinta Agustina, 2011. Ilmu Usaha Tani, http://shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Ilmu-


Usaha-Tani.pdf, Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Slamet, M. 2003. Pembentuk Pola Prilaku Manusia Pembangunan, Bogor: IPB Press.

Soekartawi, 2013. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Perss.

________ 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil,
Jakarta: UI-Press.

________ 2005. Prinsip Dasar Komuikasi Pertanian, Jakarta: UI-Press.

Sudjana, 2005. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Tamba, M, dkk, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi Pertanian


Bagi Petani Sayuran di Provinsi Jawa Barat, Bogor: IPB,Bogor.

Usman, H. 2009. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Yunasaf, U, dkk. 2007. Hubungan Keberdayaan Kelompok Peternak Dengan


Keberhasilan Usahatani Anggota, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/02/keberdayaan_kelompok.pdf, Fakultas peternakan:
Universitas padjadjaran.

72
73
Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Linier Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani Kentang di Kecamatan Permata.
Correlations
Pendidikan Self Efficacy Pengalaman Kesesuaian Lahan Pemasaran Komunikasi Teknologi Keberhasilan UT
Pendidikan Pearson Correlation 1 .838** .572** .767** .783** .822** .788** .845**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Self Efficacy Pearson Correlation .838** 1 .534** .887** .900** .912** .916** .946**
Sigp. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Pengalaman Pearson Correlation .572** .534** 1 .493** .536** .534** .502** .556**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Kesesuaian Lahan Pearson Correlation .767** .887** .493** 1 .857** .910** .918** .937**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Pemasaran Pearson Correlation .783** .900** .536** .857** 1 .913** .887** .946**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Komunikasi Pearson Correlation .822** .912** .534** .910** .913** 1 .935** .963**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Teknologi Pearson Correlation .788** .916** .502** .918** .887** .935** 1 .955**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
Keberhasilan UT Pearson Correlation .845** .946** .556** .937** .946** .963** .955** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

74
Regression

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Keberhasilan UT 19.64 2.503 64
Pendidikan 3.59 .868 64
Self Efficacy 18.14 2.569 64
Pengalaman 14.00 3.968 64
Kesesuaian Lahan 34.80 2.521 64
Pemasaran 17.00 2.828 64
Komunikasi 18.25 2.526 64
Teknologi 36.48 3.101 64

75
Correlations

Keberhasilan Kesesuaian
UT Pendidikan Self Efficacy Pengalaman Lahan Pemasaran Komunikasi Teknologi
Pearson Correlation Keberhasilan UT 1.000 .845 .946 .556 .937 .946 .963 .955
Pendidikan .845 1.000 .838 .572 .767 .783 .822 .788
Self Efficacy .946 .838 1.000 .534 .887 .900 .912 .916
Pengalaman .556 .572 .534 1.000 .493 .536 .534 .502
Kesesuaian Lahan .937 .767 .887 .493 1.000 .857 .910 .918
Pemasaran .946 .783 .900 .536 .857 1.000 .913 .887
Komunikasi .963 .822 .912 .534 .910 .913 1.000 .935
Teknologi .955 .788 .916 .502 .918 .887 .935 1.000
Sig. (1-tailed) Keberhasilan UT . .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Pendidikan .000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000
Self Efficacy .000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000
Pengalaman .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000
Kesesuaian Lahan .000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000
Pemasaran .000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000
Komunikasi .000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000
Teknologi .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
N Keberhasilan UT 64 64 64 64 64 64 64 64
Pendidikan 64 64 64 64 64 64 64 64
Self Efficacy 64 64 64 64 64 64 64 64
Pengalaman 64 64 64 64 64 64 64 64
Kesesuaian Lahan 64 64 64 64 64 64 64 64
Pemasaran 64 64 64 64 64 64 64 64
Komunikasi 64 64 64 64 64 64 64 64
Teknologi 64 64 64 64 64 64 64 64

76
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Variables Entered Removed Method
1 Teknologi, . Enter
Pengalaman,
Pendidikan,
dimension0 Pemasaran,
Kesesuaian Lahan,
Self Efficacy,
Komunikasia
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Keberhasilan UT

Model Summaryb
Model Std. Error Change Statistics
R Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-
R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
dime1 .990a .980 .977 .376 .980 390.688 7 56 .000 1.517
nsion
0
a. Predictors: (Constant), Teknologi, Pengalaman, Pendidikan, Pemasaran, Kesesuaian Lahan, Self Efficacy,
Komunikasi
b. Dependent Variable: Keberhasilan UT

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 386.814 7 55.259 390.688 .000a
Residual 7.921 56 .141
Total 394.734 63
a. Predictors: (Constant), Teknologi, Pengalaman, Pendidikan, Pemasaran, Kesesuaian Lahan,
Self Efficacy, Komunikasi
b. Dependent Variable: Keberhasilan UT

Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.936 1.039 -2.824 .007
Pendidikan .226 .107 .078 2.109 .039
Self Efficacy .110 .058 .113 1.915 .061
Pengalaman .010 .015 .016 .671 .505
Kesesuaian Lahan .182 .052 .184 3.517 .001
Pemasaran .236 .045 .267 5.213 .000
Komunikasi .192 .067 .194 2.868 .006
Teknologi .158 .052 .196 3.062 .003
a. Dependent Variable: Keberhasilan UT

77
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimens
Variance Proportions
ion
Eigen Conditio (Const Self Pengala Kesesuaian Pemasar Komunik Teknolo
value n Index ant) Pendidikan Efficacy man Lahan an asi gi
1 1 7.910 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .050 12.517 .01 .02 .00 .64 .00 .00 .00 .00
3 .027 16.970 .02 .24 .00 .35 .00 .01 .00 .00
dime dime
nsio nsio 4 .008 31.876 .05 .59 .01 .00 .00 .18 .01 .00
n0 n1 5 .002 62.466 .11 .14 .35 .01 .00 .74 .05 .01
6 .002 69.039 .03 .00 .47 .00 .00 .06 .46 .00
7 .001 116.933 .80 .01 .14 .00 .44 .01 .45 .19
8 .000 129.928 .00 .00 .02 .00 .56 .00 .03 .79
a. Dependent Variable: Keberhasilan UT

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 14.78 24.41 19.64 2.478 64
Std. Predicted Value -1.964 1.923 .000 1.000 64
Standard Error of Predicted Value .072 .252 .128 .037 64
Adjusted Predicted Value 14.72 24.46 19.66 2.467 64
Residual -.796 .965 .000 .355 64
Std. Residual -2.118 2.567 .000 .943 64
Stud. Residual -2.810 2.685 -.016 1.042 64
Deleted Residual -1.402 1.056 -.015 .442 64
Stud. Deleted Residual -3.005 2.851 -.015 1.076 64
Mahal. Distance 1.333 27.267 6.891 4.924 64
Cook's Distance .000 .751 .036 .131 64
Centered Leverage Value .021 .433 .109 .078 64
a. Dependent Variable: Keberhasilan UT

78
Lampiran 2. Dokumentasi Pendistribusian Kuesioner.

79
Lampiran 3. Dokumentasi Lahan Kentang di Kecamatan Permata.

80
81
82

Anda mungkin juga menyukai