Anda di halaman 1dari 4

KULONPROGO

Zona Pegunungan Selatan


Daerah Pegunungan Selatan Jawa secara fisiografi termasuk ke dalam lajur
pegunungan selatan Jawa sedangkan secara tektonik global diperkirakan
padacekungan antar busur sampai busur vulkanik. Daerah Pegunungan Selatan yang
membujur mulai dari Yogyakarta kearah timur, Wonosari, Wonogiri, Pacitan
menerus ke daerah Malang selatan, terus ke daerah Blambangan. Berdasarkan pada
letak yang berada di zona Pegunungan Selatan Jawa Timur, bentang alam yang terdiri
atas rangkaian pegunungan yang memanjang relatif barat - timur dan jenis litologi
penyusunnya yang didominasi oleh material – material volkanikklastik, daerah studi
termasuk dalam zona “Wonosari Plateau”.
Zona Pegunungan Selatan Jawa terbentang dari wilayah Jawa Tengah, di
selatan Yogyakarta dengan lebal' kurang lebih 55 km, hingga Jawa Timur, dengan
lebar kurang lebih 25 km, di selatan Blitar. Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh
Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur
oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di
sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran
K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan
Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-
selatan mempunyai lebar lk. 40 km.
Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona
Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu Subzona Wonosari
merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan
Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona
Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah
K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak sebagai endapan
permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan
batuan dasarnya adalah batugamping.
Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts,
yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut
dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukitbukit ini dijumpai telaga,
luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran
sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di
bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.
Zona Pegunungan Selatan pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan
miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks.
Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta,
sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan
merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu,
dengan luas kurang lebih 1400 km. Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain
tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas
vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit
Formasi Andesit Tua
Gunung Gajahmungkur yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
merupakan gunungapi purba yang berumur Tersier. Produk gunungapi purba ini
tersebar luas dan membentuk elemen penting dalam urutan stratigrafi di Pegunungan
Kidul. Sejauh ini, batuan gunungapi Tersier digolongkan sebagai “Formasi Andesit
Tua”. Penamaan ini tidak sesuai dengan aturan tatanama stratigrafi maupun Sandi
Stratigrafi Indonesia. Karena itu pemerian terhadap gunungapi purba dapat membuka
jalan untuk menyempurnakan tatanama “Formasi Andesit Tua”. Evolusi Gunungapi
Purba Gajahmungkur dimulai dengan pembentukan gunungapi bawah laut dan pada
fase kedua terjadi pembentukan sebuah gunungapi komposit yang membangun
sebuah pulau. Pada fase ketiga terjadi penghancuran diri yang membentuk sebuah
kaldéra. Produk letusan didominasi oleh batuan piroklastika pumis. Pada fase
keempat, aktivitas menurun dan menghasilkan batuan yang lebih basaltis.
Aktivitas gunung berapi Tersier Gunung Selatan sejauh ini telah digambarkan
sebagai formasi tunggal yang disebut "Formasi Andesit Tua" dengan usia yang
berkisar antara Oligosen ke Miosen.Dalam teori plate tectonics, OAF dan semua
formasi ekivalensinya di Jawa Barat (Jampang, Gabon) serta di Jawa Timur
(Puger)merupakan jalur volkanik berumur Oligo-Miosen (Oligosen Akhir-Miosen
Awal) yang sekarang menjadi fisiografi Pegunungan Selatan di selatan Jawa. Jalur
volkanik sejajar poros panjang Jawa ini timbul karena partial melting yang dialami
kerak samudera Hindia di kedalaman 100-200 km di bawahnya dengan zona
subduksinya di submarine ridge selatan Jawa sekarang. Berdasarkan umur mutlak
menggunakan K-Ar (Soeria-Atmadja, 1994) volkanisme ini berakhir pada 18 Ma
(Miosen Awal bagian bawah).

Dome Kulon Progo

Pegunungan Kulon di bagian utara dan timur dibatasi oleh lembah Progo, dan di
bagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah. Dan pada bagian
barat-laut pegunungan ini memiliki hubungan dengan Pegunungan Serayu. Menurut
Van Bemmelen ( 1949, hal. 596), Pegunungan Kulon ditafsirkan sebagai dome
(kubah) besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam, dikenal sebagai
“Oblong Dome”. Dome ini mempunyai arah utara timur laut – selatan barat daya, dan
diameter pendek 15-20 Km, dengan arah barat laut-timur tenggara. Inti dome terdiri
dari 3 gunung api Andesit tua yang pada sekarang ini telah tererosi cukup dalam, dan
mengakibatkan beberapa bagian bekas dapur magmanya telah tersingkap. Bagian
tengah dari dome ini adalah Gunung Gajah yang merupakan gunung api tertua yang
menghasilkan kandungan Andesit hiperstein augit basaltic. Gunung api Ijo adalah
gunung api yang terbentuk setelahnya yang berada dibagian selatan. Dari hasil
aktivitasnya Gunung Ijo menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian Andesit
augit hornblende, kemudian pada tahap akhir adalah intrusi Dasit di bagian intinya.
Setelah aktivitas gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, gunung Menoreh
terbentuk dibagian utara. Gunung Menoreh merupakan gunung terakhir yang
terbentuk di komplek pegunungan Kulon Progo. Hasil dari aktivitas gunung Menoreh
awalnya menghasilkan Andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan Dasit dan yang
terakhir yaitu Andesit. Dome Kulon Progo memiliki bagian puncak yang datar yang
dikenal dengan “Jonggrangan Platoe”. Bagian puncak dome tertutup oleh
batugamping koral dan napal dengan kenampakan topografi kars. Topografi kars ini
dapat dijumpai di sekitar desa Jonggrangan, yang kemudian penamaan litologi pada
daerah ini dikenal dengan Formasi Jonggrangan. Sisi utara dari pegunungan Kulon
Progo telah teropotong oleh gawir-gawir sehingga pada bagian ini banyak yang telah
hancur dan tertimbun di bawah alluvial Magelang (Pannekoek (1939), vide (Van
Bammelen, 1949, hal 601)).

Anda mungkin juga menyukai