HUSIN SUKIRMAN OZY RIFANDI IING SETIAWAN YOLANDA DESRI ANDANI NITA AYU WANDIRA ROBBY ANUGRAH ABRAM S NAPITU THORIQ AMMAR DZIYAB Defenisi Istilah palinologi berasal dari bahasa Yunani, Palunein yang artinya serbuk atau debu. Moore dan Web (1978), mendefenisikan palinologi sebagai ilmu yang mempelajari polen tumbuhan tingkat tinggi dan spora dari tumbuhan Cryptogamae.
Palinologi adalah ilmu yang mempelajari fosil palinomorf termasuk
polen, spora, dinoflagelata, acritarch, chitonozoa, dan scolecodont bersama dengan material organic dan kerogen yang ditemukan dalam batuan sedimen (Traverse, 1988) Polen Palinologi dibagi menjadi 2 group (Morley, 1990): AKTUOPALINOLOGI Studi morfologi modern polen dan spora untuk taksonomi tanaman. Kegunaan lain: Melissopalinologi (asal-usul madu), kriminologi dan forensik, arkeologi dan penyerbukan PALEOPALINOLOGI Studi mikrofosil organik yang ditemukan dalam preparat batuan sedimen. Umumnya akan lebih sering dijumpai polen dan spora, tapi mungkin juga ditemui mikrofosil organik tipe lain, terutama pada batuan Pre-Mesozoikum dan lingkungan laut Paleopalinologi digunakan untuk 3 tujuan utama : 1. Geokronologi merupakan ilmu untuk menentukan umur absolut batuan, fosil, dan sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang melekat dalam metode yang digunakan. 2. Korelasi 3. Paleoekologi/biostratigrafi Merupakan ilmu yang mempelajari tentang perlapisan berdasarkan penyebaran fosilnya Ruang Lingkup
Dalam palinologi juga dipelajari mengenai struktur, bentuk maupun
preservasinya dalam kondisi tertentu. Palinologi banyak digunakan dalam aplikasi yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang lain, contohnya geokronologi, biostratigrafi, paleoekologi, perubahan iklim, migrasi, evolusi flora, stratigrafi, paleoekologi, paleoklimatologi, dan arkeologi Analisis palinologi secara vertikal terhadap urutan lapisan sedimen merupakan cara yang tepat dalam menelusuri perubahan iklim yang terjadi selama proses sedimentasi berlangsung.
Dengan diketahuinya tipe polen maupun spora dapat diketahui tumbuhan
penghasilnya. Analisis polen dan spora yang terendapkan pada suatu sedimen juga dapat mengungkapkan latar belakang perubahan vegetasi dan bentang alam suatu daerah pada satu periode waktu tertentu Penerapan data palinologi dapat dipergunakan secara luas, dikarenakan :
Polen merupakan serbuk sari yang melimpah dan terawetkan
dalam sedimen Kuarter dan jumlahnya dapat dihitung sehingga dapat dihasilkan suatu spectrum Polen resisten terhadap kerusakan, oleh karena terawetkan dalam sedimen dalam berbagai keadaan. Polen berukuran kecil (5-80m) dan melimpah dalam sedimen, sehingga hanya diperlukan sedikit sedimen sebagai sampel yang memadai. Polen berasal dari tumbuhan yang pada mulanya membentuk bentang vegetasi pada suatu area. Preparasi Laboaraturium Diagram Palinologi
Diagram ini menyajikan persentase tiap takson polen, spora,
dinoflagelata, dan foraminifera test lining dalam tiap sampel. Keseluruhan takson yang telah dihitung persentasenya kemudian dikelompokkan berdasarkan ekologinya, seperti tumbuhan mangrove, back mangrove, riparian, dan tumbuhan darat. Tumbuhan paku dipisahkan menjadi kelompok tersendiri karena kuantitasnya digunakan untuk menginterpretasi kelembaban suatu lingkungan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan tiap takson adalah : Penentuan Umur (Rahardjo dkk, 1994) Untuk menginterpretasi umur sedimen, zonasi ini membagi zaman tersier menjadi 8 zona dari tua ke muda : Zona Proxaperties operculatus Zona Meyeripollis naharkotensis Zona Florschuetzia trilobata Zona Florschuetzia levipoli Zona Florschuetzia meridionalis Zona Stenochlaenidites papuanus Zona Dacrycarpidites australiensis Zona Monoporites annulatus Penentuan Lingkungan Pengendepan (Haseldonckx, 1974) Interpretasi lingkungan pengendapan membagi lingkungan pengendapan 8 kelompok palinofasies berdasarkan asosiasi takson pencirinya : Hinterland (Montane Rain Forest, Lowland Rain Forest, Lake dan Riparian Fringe). Flood Plain dan Alluvial Plain Sandy Beach dan Barrier Island Lagoon Delta dan Estuary Back Mangrove dan Mangrove Coastal Plain (Delta dan Estuary, Lagoon, Sandy Beach, Barrier Island) Marine (Sublitoral dan Open Marine) lingkungan montane dicirikan oleh kehadiran Pinus, Podocapus sp, dan Dacrycarpidites australiensis. Lingkungan pengendapan riparian dicirikan dengan kehadiran Barringtoriia sp, Pandanus sp, Ilex, Canthium, Myrtaceae dan Pometia sp. Lingkungan fresh water dicirikan oleh kehadiran Arenga, Nenga, Palmae, Calamus, Calophyllum, Graminae, Altingia, Quercus, Macaranga, Bluemedendron, Achantaceae, Croton, Euphorbiceae, Trema, apindaceae, Acacia, Polygonum, Shorea, Zalacca, Randiapollis, Bombacidites, dan Malvaceae. Lingkungan pengendapan backmangrove dicirikan oleh kehadiran Acrotischum aureum, Nypa fruticans, Oncosperma, dan Sonneratia caseolaris. Lingkungan mangrove dicirikan oleh kehadiran Sonneratia alba, Rhizoporaceae, Acicennia, dan Camptostemon. Lingkungan marine dicirikan oleh kehadiran Dinoflagelata cyst dan Foraminifera test lining. Fosil fosil Polen Fosil fosil Spora Terimakasih
Referat - Brahmantya Anjas S - 111.150.056 - Kelas A - Distribusi Foraminifera Sebagai Petunjuk Endapan Paleotsunami Studi Kasus Antara Cuddalore Dan Nagapattinam, Pantai Timur India