TITRASI
TITRASI
Volumetri merupakan suatu metode yang didasarkan pada pengukuran volume sejumlah larutan
pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang hendak ditentukan. Salah satu
I. PRINSIP
Dalam analisis volumetri, zat yang akan dianalisis dibuat dalam bentuk larutan kemudian direaksikan
dengan larutan baku (titran) yang kadarnya telah diketahui. Penambahan titran dilakukan sampai
A. Reaksi antara zat yang dititrasi dan reagen harus berlangsung cepat
Kondisi ini dipenuhi pada reaksi asidimetri, alkalimetri dan pada reaksi pembentukan senyawa yang
sedikit terdisosiasi serta senyawa kompleks. Pada reaksi presipitasi, presipitat tidak selalu terpisah
secara spontan. Perak halida hampir terbentuk seketika; presipitat mikrokristalin seperti barium sulfat
dan timbal sulfat terpisah lebih lambat, terutama pada larutan yang encer. Pada kasus-kasus ini
penambahan alkohol dapat memberikan hasil yang lebih baik, karena alkohol menurunkan kelarutan
dari garam-garam anorganik yang sedikit larut sehingga meningkatkan kecepatan pengendapan.
Berbagai reaksi redoks tidak terjadi seketika. Pada kondisi ini penambahan katalis tertentu dapat
meningkatkan laju reaksi. Bila laju reaksi lambat atau bila titik akhir tidak dapat dideteksi dengan cara
yang sederhana, maka dapat ditambahkan reagen berlebih, dan kelebihan reagen dititrasi kembali
dengan larutan standar yang sesuai setelah reaksi yang sebelumnya sempurna.
Untuk mempercepat reaksi:
B. Reaksi harus jelas secara stoikiometris, dan tidak ada reaksi samping
Persamaan reaksi antara titran dengan analit harus terdefinisi dengan pasti. Reaksi harus spesifik, jika
ada zat pengganggu harus dihilangkan terlebih dahulu. Terkadang dimungkinkan untuk
mengembangkan metoda empiris di mana terdapat reaksi sampingan. Dalam hal ini kondisi percobaan
C. Zat lain yang ada dalam larutan tidak bereaksi atau tidak terlibat dengan reaksi utama
Reduktor sering bereaksi perlahan dengan oksigen atmosfer sehingga larutan hanya stabil sesaat
(larutan akan teroksidasi dan kehilangan sifat reduksinya. Pada titrasi reduktor sering ditemukan
reaksi utama yang terjadi memicu (menginduksi) reaksi antara zat yang direduksi dengan oksigen.
Contohnya larutan sulfit atau bisulfit dioksidasi oleh udara, karena reaksi sulfit atau bisulfit diinduksi
oleh iodin.
potensial elektroda tertentu (titrasi potensiometri), perubahan konduktivitas listrik larutan selama
titrasi (titrasi konduktometri), atau perubahan arus selama elektrolisis larutan yang dititrasi (titrasi
amperometri).
yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air atau dalam lingkungan bebas air
(TBA). Asam dan garam dari basa yang sangat lemah dapat dititrasi dengan basa standar
(ALKALIMETRI); basa dan garam dari asam yang sangat lemah dapat dititrasi dengan asam standar
(ASIDIMETRI).
H+ + OH- H2O
H+ + A- HA
B+ + OH- BOH
2. TITRASI PERSIPITASI (PENGENDAPAN) didasarkan pada terjadinya endapan yang sukar larut
Metode dengan pembentukan lapisan endapan ini biasanya disebut proses presipitasi. Salah satu
reagen yang umum adalah perak nitrat. Analisis volumetrik menggunakan reagen ini sering
oksidasi-reduksi yang berlangsung secara kuantitatif. Titik akhir reaksi dapat ditentukan secara
Oksidator yang terkenal dan sering digunakan antara lain kalium permanganat, seri sulfat, kalium
dikromat, iodin, kalium iodat, kalium bromat, dan bromin. Reduktor yang sering digunakan antara
lain natrium tiosulfat (untuk titrasi iodin), ferro sulfat, arsenik trioksida, titan klorida, dan krom
klorida.
Zat yang diuji juga dapat diubah secara kuantitatif menjadi suatu kompleks yang larut, atau menjadi
pengoksidasi atau pereduksi, bisa asam atau basa, bisa membentuk kompleks atau tidak, bisa
mengendap atau tidak. Misalkan senyawa yang akan ditentukan konsentrasinya bersifat asam lemah,
maka digunakan titrasi asam basa dengan peniter/titran berupa basa kuat (NaOH) kemudian
ditentukan titik dimana kedua zat tersebut bereaksi secara sempurna dengan menggunakan indikator
Titrasi langsung untuk asam lemah. PH larutan ekivalen adalah di atas 7, indikator yang seringkali
Titrasi langsung untuk basa kuat. Indikator yang seringkali digunakan adalah metil jingga/oranye
(Beckett,138).
Titrasi langsung untuk basa lemah. PH larutan ekivalen adalah di bawah 7, indikator yang seringkali
dalam jumlah berlebih kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Kesalahan menjadi lebih
b. senyawa yang sukar larut (kalsium karbonat). Cara : senyawa dikocok dengan air, ditambah pereaksi
c. senyawa hanya bereaksi cepat jika ada pereaksi berlebih (asam laktat)
d. senyawa yang membutuhkan pemanasan, sedangkan pereaksi yang digunakan terurai oleh
pemanasan.
dimurnikan, bersifat stabil, tidak higroskopis dan mudah diperoleh. Larutan baku sekunder adalah
Larutan yang konsentrasinya diketahui dengan penentuan oleh baku primer, di mana larutan ini
mengandung sejumlah ekivalen tertentu reagen perliter (konsentrasi : N/L),umumnya mudah terurai
dan tidak stabil. Larutan ini ditambahkan dari buret pada larutan yang mengandung sampel uji.
Perlakuan ini dikenal sebagai titrasi dan Larutan baku itu sendiri biasa disebut dengan titran. Prinsip:
sejumlah larutan baku ditambahkan dari buret pada larutan uji sampai sejumlah yang ekivalen dengan
zat yang diuji. Titik ekivalen ini disebut juga titik akhir teoritis (TEP ‘Theoretical End Point’).
Untuk menunjukkan titik akhir ini digunakan indikator yang ditambahkan dari luar atau dari dalam
ke dalam sistem titrasi. Bila reaksi visual titrasi telah sempurna, indikator akan memberikan
perubahan visual (perubahan warna maupun kekeruhan) pada larutan yang dititrasi. Titik di mana
terjadi perubahan warna ini disebut titik akhir titrasi (EPT ‘End Point of Titration’). EPT tidak
harus selalu sama dengan TEP. Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan indikator sehingga
Ada 4 macam indikator : i. asam-basa, i. redoks, i. Logam, dan i. Elektrometrik (alat penunjuk titik
akhir). Yang juga memegang peranan penting dalam analisis volumetrik adalah amilum sebagai
indikator pada iodometri dan indikator adsorpsi pada pengendapan (H.J. Roth, 176). Bila sifat dari
indikator dan sistem yang dititrasi diketahui, kita dapat menghitung perbedaan TEP dan EPT yang
dinyatakan dalam % zat yang diuji. Perbedaan ini disebut dengan kesalahan titrasi dan
membutuhkankoreksi blanko-indikator (KBI) untuk mengoreksi jumlah volume titran untuk EPT
dibandingkan dengan volume titran yang dibutuhkan untuk TEP. KBI ini hanya dapat digunakan jika
perbedaan antara TEP dan EPT relatif kecil, dan tergantung dari jenis kesalahan titrasi yang terjadi
maka hasil KBI ini dapat ditambahkan atau dikurangkan pada volume titran untuk EPT (Analitycal
Chemistry).
perubahan warna larutan. Indikator ini disebut dengan indikator internal (dalam). Pada beberapa
kasus, interaksi indikator dan sistem yang dititrasi terjadi sebelum titik akhir dicapai, akibatnya titik
akhir dicapai lebih awal, misalnya titrasi fosfat dengan uranil asetat dengan indikator kalium
ferrosianida. Uranil ferrosianida yang berwarna coklat kemerahan sangat sedikit larut sehingga kalium
ferrosianida bereaksi dengan ion uranil sebelum titik akhir dicapai. Hasil yang baik diperoleh hanya
bila sejumlah kecil cairan supernatan ataupun filtrat diuji pada pelat tetes atau secarik kertas saring
dengan menggunakan kalium ferrosianida sebagai indikator eksternal (luar). Yang lebih umum
adalah indikator eksternal pada titrasi dengan menggunakan I2 sebagai peniter atau hasil antara
seperti pada titrasi iodometri atau iodimetri. Hasil reaksi antara peniter dengan titrat diteteskan pada
kertas saring baru kemudian ditambahkan larutan kanji (indikator) di kertas saring (penambahannya
dilakukan di luar erlenmeyer). Bila memungkinkan penggunaan indikator internal lebih disukai
daripada indikator eksternal. Indikator eksternal merupakan indikator yang ditambahkan pada sistem
menjelang TEP (titik ekivalen) atau digunakan di luar sistem (misal pada pelat tetes), umumnya
karena cenderung tidak stabil atau bisa juga karena alasan lain (misal bereaksi dengan peniter sebelum
Interval perubahan warna ini dapat diketahui secara eksperimental dengan penambahan larutan dapar,
dan sisanya bergantung penilaian subjektif pengamat. Perubahan warna indikator disetai dengan
perubahan strukturnya.
2 Timol biru Etanol, larutan alkali encer Merah → kuning 1,2 – 2,8
13 kuning biru
Etanol, larutan alkali
Bromtimol biru 6,0 - 7,6
hidroksida
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima
proton (basa)
w/w), kalium hidrogen sulfat, asam sulfat, thiamin HCl, dan penentuan aldehid dan keton dalam
Indikator yang digunakan adalah yang mempunyai rentang pH dari 4-10 ( H.J.Roth., 202)
b. Titrasi basa kuat dengan peniter asam kuat (misal : HCl atau H2SO4) (Beckett, 110, 138-139).
Menghasilkan garam yang tidak terhidrolisis dalam larutan air dan larutan menjadi kristal pada titik
Contoh: penentuan boraks dalam larutan air sebagai campuran borat dan natrium tetraborat, natrium
Karena asam peka terhadap CO2 maka harus menggunakan air bebas CO2 dan NaOH bebas Na2CO3.
Contoh : penentuan asam formiat, asam maleat, asam nikotinat, asam salisilat, asam askorbat, asam
sulfanilat, penentuan bilangan asam lemak nabati, asam borat, fenilbutazon, furosemida, sikloserin
Digunakan indikator yang berubah warna pada daerah alkali, misalnya : fenolftalein,biru timol
d. Titrasi basa lemah (pKb 6) dengan asam kuat (Beckett, 116, 143-144).
Indikator yang digunakan adalah indikator dengan rentang pH 3,5-6 seperti metil jingga, metil merah,
4. LARUTAN BAKU
Baku primer digunakan sebagai standarisasi/ pembakuan. Baku primer sudah diketahui komposisinya.
Sebelum menentukan konsentrasi analit, peniter dibakukan dengan baku primer agar konsentrasi
Larutan baku asam biasanya dibakukan terhadap Na2CO3 , Na tetraboraks atau tris (hidroksi metil)
amino metan. Larutan baku basa dibakukan terhadap kalium biftalat atau asam benzoat. Larutan baku
asam yang sering digunakan dalam asidi alkalimetri umumnya dibuat dari HCldan H 2SO4 . HCl lebih
disukai untuk senyawa yang memberikan endapan dg H2SO4 seperti Ba(OH)2. H2SO4 lebih disukai
untuk titrasi dengan pemanasan karena kemungkinan terjadi penguapan pada pemanasan dengan HCl
Larutan baku alkali yang sering digunakan NaOH, KOH, dan Ba(OH)2. Larutan ini mudah menyerap
CO2 dari udara membentuk karbonat sehingga konsentrasinya dapat berubah dengan cepat.
Karena itu, larutan baku alkali dibuat bebas karbonat dan penyimpanannya dilengkapi dengan ’soda
lime tube’. Air yang digunakan untuk pembuatan larutan basa atau untuk melarutkan sampel asam
harus dididihkan dan didinginkan dalam hampa udara. Larutan basa harus diproteksi terhadap gas
CO2 dari udara. Selama titrasi berlangsung, gas CO2 dapat terabsorpsi ke dalam larutan yang
menyebabkan pH larutan menurun. Larutan dapat dititrasi pada titik didihnya atau aliri gas N2 untuk
mengusir CO2 dari permukaan dan dalam larutan. Semua larutan baku alkali harus sering dibakukan
ulang.
Kebanyakan amin alifatik dan sedikit amin aromatik dapat dititrasi dengan asam kuat dalam
lingkungan air. Sedangkan senyawa amida tidak dapat dititrasi, karena bersifat amfoter (N+).
Beberapa asam dan basa cukup kuat untuk dititrasi tetapi tidak cukup larut dalam air. Pelarut
hidroalkohol dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutannya sehingga titrasi dapat berlangsung
dengan baik dan memuaskan. Cara lain untuk mengatasi ketidaklarutan sampel adalah dengan cara
titrasi kembali. Beberapa alkaloida dapat dititrasi dengan cara ini. Kadang-kadang produk titrasi
berupa endapan yang tidak larut. Hal ini dapat menganggu pengamatan perubahan warna indikator
pada penentuan titik akhir titrasi. Titrasi dua fase dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini dengan
menggunakan pelarut yang tidak campur seperti kloroform atau eter yang ditambahkan pada sistem.
Dengan pengocokan kuat produk titrasi tidak larut air akan pindah ke lapisan organik (modul).
5. INDIKATOR ASAM-BASA
Indikator yang digunakan baik pada asidimetri maupun alkalimetri adalah asam organik lemah
(indikator asam) atau basa organik lemah (indikator basa), di mana bentuk yang terdisosiasinya
mempunyai warna yang berbeda dengan bentuk yang tidak terdisosiasi. Kekuatan asam/basa dari
indikator ini harus lebih kecil dari kekuatan senyawa yang hendak ditentukan dan larutan pengukur
yang digunakan. Perubahan warna tersebut terjadi akibat adanya reaksi disosiasi dan konstitusi
[terjadi akibat tautomeri / valensiometri] (H.J. Roth, 176-177). Pemilihan indikator asam-basa
didasarkan pada besarnya persentase rentang kesalahan yang dapat diperoleh dari kurva titrasi. Jika
rentang kesalahan yang diperoleh masih kecil, maka indikator tersebut dapat digunakan.
Warna indikator asam dapat diketahui dengan membandingkan konsentrasi dua bentuk yang berbeda,
[H3O+] [HIn]
= < 0,1
KI [In-]
Sehingga :
[H3O+]
= 0,1 s.d. 10
KI
6. INDIKATOR CAMPURAN
Pada kasus tertentu kita dapat menggunakan campuran dua indikator dengan pewarna tertentu yang
tepat untuk menghasilkan perubahan warna yang lebih jelas pada pH tertentu sehingga menjadi
pilihan bila dengan indikator yang umum perubahan warna tidak jelas. Contoh campuran indikator:
- Bromkresol hijau (0,1%) + metil merah (0,1%) (3:1), berubah di pH 5,1, warna asam: merah, basa: hijau
- Merah kresol (0,1%) + timol biru (0,1%) (1:3), warna asam: kuning, basa: violet, pH 8,2 – 8,4: pink.
Pemilihan indikator campuran ini berdasarkan kemiripan rentang pH (rentang pH berdekatan) dan
perubahan warna di daerah asam/basa yang berbeda satu sama lain antar indikator.
7. KAPASITAS PENETRALAN
Fungsi antasid adalah menetralkan HCl yang disekresi oleh sel pariteal. Secara kuantitatif antasid
dibandingkan berdasarkan KPA-nya. KPA adalah jumlah HCl 1 N (dalam mEq) yang dapat
Reaksi:
B. TITRASI PENGENDAPAN
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa
lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode
Argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena memerlukan pembentukan senyawa
halogen (Cl-, Br-, atau I-) dalam suasana netral dengan AgNO3 menggunakan indikator K2CrO42-. Pada
permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida (AgCl) dan setelah tercapai titik ekivalen, maka
penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak
Pada titrasi ini kesalahan akan meningkat jika larutannya makin encer. Metode Mohr terbatas untuk
larutan dengan nilai pH netral antara 6,5-9 karena dalam larutan yang lebih basa, perak oksida akan
mengendap dan dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat berkurang.
3. TITRASI ARGENTOMETRI
Merupakan salah satu bagian dari titrasi presipitimetri (pengendapan) menggunakan Peniter Larutan
Terbentuknya kekeruhan dari perak iodida digunakan sebagai penunjuk titik akhir.
Selama titrasi perak iodida tetap larut karena adanya kelebihan ion sianida, sampai titik ekivalen
tercapai.
d. Cara Mohr
Prinsip : prinsipnya adalah titrasi ion halogen (Cl-, Br-, atau I-) dalam
suasana netral dengan AgNO3 menggunakan indikator K2CrO42-. Pada
permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida (AgCl) dan setelah
tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah.
Reaksi :
Cl- + Ag+ AgCl putih SAgCl = 1,56 x 10-10
CrO42- + Ag+ Ag2CrO4 merah SAg2CrO4 = 9 X 10-12
Pada titrasi ini kesalahan akan meningkat jika larutannya makin encer.
Metode Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH netral antara 6,5-9
karena dalam larutan yang lebih basa, perak oksida akan mengendap dan
dalam larutan asam, konsentrasi ion kromat akan sangat berkurang.
Cara untuk membuat larutan Netral :
- dari larutan Asam (+) CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan.
- dari larutan Alkalis (+) Asam asetat kemudian di(+) sedikit demi sedikit berlebihan CaCO3.
Cara pengerjaan :
- Untuk pembuatan NaCl (baku primer) dan AgNO3 (baku sekunder) : kedua zat dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 250-300oC selama 2 jam kemudian didinginkan dalam eksikator.
tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan perak klorida atau perak tiosianat
- Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga
pengocokan yang kuat mendekati TAT diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna
biru akan hilang pada saat TAT dan warna putih kuning dari endapan
perak iodida (AgI) akan muncul.
e. Cara Volhard
Prinsip : dilakukan Titrasi ion Ag+ dengan CNS- menggunakan indikator
Fe3+ (harus dalam suasana asam).
Reaksi : Ag+ + CNS- AgCNS
CNS- berlebih + Fe3+ Fe(CNS)3 (merah muda)
Dilakukan penentuan kadar ion halogen (Cl-, Br-, atau I- ) menggunakan
metode titrasi balik. Larutan ion halogen ditambahka AgNO3 berlebih.
kelebihan AgNO3 dititrasi dengan KCNS menggunakan indikator
Fe3+ (dalam suasana asam).
Reaksi :
X + AgNO3 AgX
- Perak klorida disaring sebelum titrasi kembali. Suspensi ini harus dididihkan beberapa menit supaya
terjadi koagulasi perak klorida dan melepaskan ion perak yang diadsorbsi oleh permukaan perak
- Setelah penambahan larutan baku perak nitrat , ditambah kalium nitrat sebagai koagulan, suspensi
didihkan selama 3 menit. Terjadi desorbsi dan pada pendinginan desorbsi dicegah oleh kalium nitrat.
- Ditambah cairan yang tidak bercampur dengan air untuk melapisi perak klorida, sehingga mencegah
interaksi dengan tioasianat. Yang paling baik adalah nitrobenzena (1 mL nitrobenzena untuk setiap 50
mg klorida).
- Untuk hasil yang teliti titrasi dikocok kuat-kuat supaya ion ion perak yang diadsorbsi oleh endapan
- besi (III) tidak boleh ditambahkan sebelum iodida diendapkan semua oleh perak nitrat.
Cara pengerjaan (modul AFA) :
- 2 mL larutan klorida diasamkan dengan 1 mL HNO3 6N
- Tambahkan larutan AgNO3 0,05 N (5 mL)
- Endapan disaring dan dicuci dengan 3 kali 1 mL HNO3 2N
- Filtrat dan cucian disatukan + 5 tetes ferri ammonium sulfat 40%
- Titrasi dengan NH4CNS (KCNS) 0,1 N sampai merah jingga (maksimal
10 tetes).
f. Cara Fajans
Menurut pustaka (H.J. Roth., 251), metode ini sudah tidak digunakan dalam farmakope yang kini
berlaku.
Prinsip : penentuan ion Cl-, Br-, CNS-, Ag+, I- menggunakan indikator
adsorpsi (senyawa organik yang bersifat asam/basa lemah) yang
mempunyai warna yang berbeda pada keadaan teradsorpsi dan tidak
teradsorpsi
Titran Titer Indikator
Diklofluoresin
Diklofluoresin
g. Cara Budde
Prinsip : dilakukan untuk menentukan kadar asam barbiturat bebas atau
tersubstitusi pada posisi 5,5. Barbiturat dititrasi oleh AgNO3 dalam larutan
yang mengandung alkali-karbonat sampai terjadi kekeruhan. Mula-mula
terbentuk polimer kompleks barbiturat-perak yang larut (perbandingan
1:1). Pada titik akhir titrasi, kelebihan Ag membentuk Barbiturat-perak
yang sukar larut (perbandingan 1:2). (H.J.Roth, 255)
Reaksi:
Ag+ + Barbiturat Ag-Barbiturat (1:1) larut
Timbang 16,989 g serbuk tersebut dan larutkan dalam air secukupnya sampai 1 L dalam labu takar.
Prosedur : Tinbang dengan sekasama ± 2,9 g NaCl murni larutkan dalam air secukupnya dalam labu
takar 500 mL. Pipet 25,0 mL masukkan dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambah 1 mL larutan
indikator kalium kromat( pipet 1 mL). Dari buret tambahkan larutan perak nitrat perlahan, goyangkan
4. TITRASI MERKURIMETRI
Titrasi merkurimetri dilakukan dengan prinsip terbentuknya garam merkuri yang tidak terionisasi.
Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh terbentuknya senyawa berwarna antara ion Hg2+ dengan ion
indikator.
zat pengkompleks organik yang larut air dan praktis tidak terdisosiasi dengan ion logam.
Memungkinkan penentuan analisis pengukuran untuk sejumlah kation bervalensi banyak dalam
Zat yang diuji juga dapat diubah secara kuantitatif menjadi suatu kompleks yang larut, atau menjadi
1. PRINSIP
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation
dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
disosiasi kompleks akan ditentukan oleh pH larutan. Menurunkan pH akan menurunkan kestabilan
kompleks logam EDTA. Pada umumnya kompleks EDTA dengan ion logam divalen stabil pada
larutan basa sedikit asam (pH:4-6;8-10), sedangkan kompleks ion logam tri dan tetravalen stabil pada
Kadmium (II) 4
Magnesium(II) 10,2
2. PENETAPAN T.A.T :
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Indikator logam, yaitu indikator yang
dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara ion logam dan
indikator harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau peniter dan ion logam. Larutan indikator
Reaksi:
xilenol.
a. Untuk logam yang dengan cepat dapat mebentuk senyawa kompleks titrasi langsung.
b. Untuk logam yang dengan lambat membentuk senyawa kompleks titrasi kembali.
Contoh titrasi beberapa logam: Alumunium, Bismut, Kalsium, Magnesium, Seng, Timbal
Jenis titrasi kompleksometri diarahkan pada stabilitas khelat yang terjadi selama titrasi dan kemudian
baru pada apakah ada indikator logam yang memenuhi syarat. Titik akhir suatu titrasi kompleksometri
juga dapat ditentukan secara elektrokimia. Untuk titik akhir potensiometri dibutuhkan elektrode ion
selektif.
a. Titrasi langsung ion logam yang ada dalam larutan dititrasi langsung dengan larutan EDTA
b. Titrasi kembali jika penentuan TAT tidak mungkin dilakukan atau untuk logam yang tidak bisa
dititrasi langsung karena pada pH stabilitas mengendap. Larutan yang hendak ditentukan direaksikan
dengan larutan EDTA berlebih dan dititrasi kembali dengan larutan Mg Sulfat atau larutan Zn sulfat
c. Titrasi substitusi jika tidak ada indikator yang sesuai atau jika ion logam pada pH yang digunakan
pada titrasi akan mengendap sebagai hidroksida atau untuk ion logam yang tidak bereaksi sempurna
dengan indikatr logam. Terutama digunakan untuk penentuan kadar garam kalsium dan magnesium.
(J.Roth, 263)
4. PENGAMATAN T.A.T
b. Potensiometri
c. Amperometri
d. Konduktometri
e. Spektrofotometri
dengan biru)
NaOH
tiourasil
PEMBAKUAN
dengan
Larutan Pb(NO3)2 Dinatrium edetat Eriokrom hitam T Warna merah jadi biru
Larutan Raksa (II) Dinatrium edetat Eriokrom hitam T Warna merah jadi biru
asetat
Daftar pustaka
- FI III,hlm 824-825