Titra Si
Titra Si
gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
melakukan laparoskopi. Dalam laparoskopi, dokter akan memberi bius umum atau
setengah badan pada pasien, kemudian membuat beberapa sayatan kecil di sekitar
area pusar.
Selanjutnya, dokter akan memasukkan tabung kecil yang dilengkapi kamera
(laparoskop) untuk melihat bagian dalam perut pasien. Melalui laparoskopi, dokter
dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diteliti di laboratorium.
Laparoskopi adalah satu-satunya metode yang digunakan untuk mendiagnosis
endometriosis. Selain untuk mendiagnosis, laparoskopi juga dapat digunakan
sebagai metode pengobatan.
Pengobatan Endometriosis
Pengobatan endometriosis bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan kesuburan, dan
mencegah endometriosis kambuh. Metode pengobatan meliputi pemberian obat,
terapi hormon, dan prosedur bedah, tergantung kepada tingkat keparahan gejala
dan apakah masih ada keinginan untuk mempunyai keturunan.
Obat-obatan
Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi gejala nyeri pada
endometriosis, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac atau
ibuprofen.
Terapi hormon
Terapi hormon bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometriosis,
dengan membatasi atau menghentikan produksi hormon estrogen. Meskipun
demikian, terapi hormon tidak dapat meningkatkan kesuburan dan mencegah
komplikasi seperti adhesi atau perlengketan.
Terapi hormon yang digunakan untuk mengobati endometriosis, antara lain adalah:
- Kontrasepsi hormonal. Pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD) dapat
menghambat proses penebalan jaringan endometrium hingga menghentikan
menstruasi, sehingga nyeri yang dirasakan bisa berkurang.
- Obat penghambat aromatase. Misalnya anastrozole, exemestane, dan
letrozole, berfungsi untuk menurunkan kadar hormon estrogen dalam tubuh.
- Analog hormon pelepas gonadotropin (Gn-RH). Obat ini memicu kondisi
yang menyerupai menopause, dengan menghambat produksi hormon estrogen.
Akibatnya, menstruasi menjadi terhenti dan ukuran endometriosis akan mengecil.
- Progestogen. Progestogen adalah hormon sintetis yang menyerupai
progesteron. Obat ini mencegah proses ovulasi, yaitu keluarnya sel telur dari
ovarium ke tuba falopi, sehingga memicu penyusutan endometriosis. Salah satu
contoh obat dengan kandungan progesteron sintetis adalah norethisterone.
- Danazol. Merupakan obat yang menyerupai testosteron, dan bekerja dengan
menurunkan produksi hormon yang dihasilkan indung telur, yaitu estrogen dan
progesteron, sehingga mewujudkan kondisi serupa menopause.
Prosedur Operasi
Operasi akan dilakukan bila metode di atas sudah tidak efektif dalam mengobati
endometriosis. Sejumlah prosedur untuk mengatasi endometriosis adalah:
Laparoskopi
Pada pasien endometriosis yang masih ingin memiliki keturunan namun merasakan
nyeri parah, dokter akan menyarankan prosedur laparoskopi atau operasi lubang
kunci. Melalui laparoskopi, dokter dapat mengangkat jaringan endometriosis, dan
bisa juga membakar jaringan tersebut menggunakan laser atau arus listrik.
Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila endometriosis sudah sangat parah dan ukurannya cukup
besar. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan lebar di area perut, agar
dokter dapat mengakses organ yang terkena dan mengangkat jaringan
endometriosis.
Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, serviks, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium akan memicu menopause dini. Namun demikian,
histerektomi juga tidak menjamin endometriosis tidak akan kambuh.
Perlu diketahui bahwa prosedur ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir. Hal ini
karena pasien yang menjalani histerektomi tidak bisa hamil lagi, serta memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh
karena itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan sebelum
memutuskan menjalani histerektomi.
Selama ovulasi, endometrium dan sel-sel endometrium yang salah tempat menebal.
Tidak seperti endometrium, sel-sel endometrium salah tidak bisa meninggalkan
tubuh melalui menstruasi. Mereka berdarah, menyebabkan peradangan dan rasa
sakit dan kemudian sembuh. Seiring waktu, proses ini dapat membuat jaringan parut.
Gejala Endometriosis
Rasa sakit endometriosis bisa begitu buruk yang menghentikan Anda dari pergi
bekerja atau sekolah. Biasanya, hal itu menyebabkan rasa sakit di sekitar waktu haid
Anda, tetapi untuk beberapa wanita, rasa sakit hampir konstan. Jika Anda
membutuhkan perawatan, Anda mungkin perlu dukungan emosional serta fisik.
Banyak wanita berpikir bahwa haid yang menyakitkan adalah normal. Jika Anda
memiliki sakit haid yang buruk, Anda harus menemui dokter Anda.
Penyebab Endometriosis
Karena saluran tuba terbuka (mereka tidak bergabung ke ovarium), cairan menstruasi
dapat menetes ke dalam rongga panggul.
Menstruasi retrograde terjadi pada hampir semua wanita, tetapi hanya tiga sampai
10 persen dari wanita menstruasi mengalami endometriosis. Satu teori menunjukkan
bahwa sistem kekebalan tubuh beberapa wanita memungkinkan endometriosis
berkembang karena gagal untuk mengontrol atau menghentikan pertumbuhan
jaringan endometrium di luar rahim.
latihan aerobik selama lima jam per minggu – studi menunjukkan 50 persen pengurangan
risiko kekambuhan
melahirkan – untuk beberapa wanita, hal ini mengurangi risiko endometriosis akan terulang
pil kontrasepsi – mencegah ovulasi dan menekan endometriosis.
Diagnosis Endometriosis
Diagnosis biasanya dimulai dengan riwayat medis secara rinci untuk membantu
dokter menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala Anda. Diagnosis
endometriosis bisa sulit. Adanya gejala khas endometriosis dan nyeri yang tidak
membaik dengan obat-obatan biasa saat periode sakit tertentu dapat menunjukkan
adanya kondisi tersebut.
Jika perlu, pemeriksaan lebih lanjut yang dapat membantu diagnosis meliputi:
Sel-sel endometrium yang salah tempat sensitif terhadap hormon dan menanggapi
fluktuasi siklus estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi. Hal ini
menyebabkan perdarahan dan nyeri yang terapi hormon kadang-kadang dapat
secara efektif mengelola.
Operasi laparoskopi (operasi lubang kunci) dapat digunakan untuk mendiagnosa dan
mengobati endometriosis. Sebuah tabung ramping dimasukkan ke dalam rongga perut
melalui sayatan kecil dan endometrium yang salah, kista dan perlengketan dipotong (eksisi)
atau dibakar (diatermi).
Laparotomi adalah operasi besar yang digunakan untuk memotong atau membakar jaringan
atau kista endometriosis ketika lebih parah.
Operasi usus mungkin diperlukan jika usus telah mengembangkan jaringan parut dari
endometriosis.
Histerektomi (pengangkatan rahim) dapat menjadi pilihan jika endometriosis secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup Anda dan pengobatan lain tidak bekerja. Jika
ovarium Anda dihapus selama histerektomi, Anda akan perlu untuk membahas penggantian
hormon dengan dokter Anda.
Beberapa wanita menemukan terapi alami dapat membantu. Adalah penting bahwa
Anda selalu memberitahu dokter Anda tentang jenis terapi komplementer yang Anda
gunakan (atau mempertimbangkan) karena dapat mempengaruhi perawatan lain
yang Anda mungkin sedang digunakan.
jamu
homeopati
obat tradisional Cina
terapi gizi
pijat
yoga.
Hal yang perlu diingat
Ringkasan
Definisi Endometriosis
Endometriosis didefinisikan sebagai ditemukannya dan bertumbuhnya kelenjar dan
stroma endometrium di lokasi heterotopik jauh dari endometrium normal. 3 Endometriosis
merupakan suatu gangguan ginekologi kronik, bersifat jinak, tergantung estrogen, yang
berhubungan dengan nyeri pelvik dan infertilitas.5
Implan endometrium ektopik ini biasanya terletak di dalam panggul,3 dengan
karakteristik ditemukannya endometrial-like tissue di luar uterus terutama pada peritoneum
pelvis, ovarium,1,2 dan septum rektovaginal,1 tetapi dapat ditemukan di tempat lainnya
dalam tubuh,3 misalnya diafragma, pleura, dan perikardium1 dan sering dikaitkan dengan
nyeri dan peningkatan risiko infertilitas.3
B. Epidemiologi Endometriosis
Endometriosis merupakan penyebab umum morbiditas pada wanita usia
reproduktif.2 Endometriosis mempengaruhi 6–10% dari wanita usia reproduktif, 50–60%
dari wanita dan remaja putri dengan nyeri panggul, dan sampai 50% wanita dengan
infertilitas.1
Meskipun endometriosis ini berhubungan dengan siklus menstruasi, dapat juga
mengenai wanita postmenopause (2–5%), dan umumnya terjadi sebagai efek samping dari
pengunaan hormon.5Endometriosis postmenopause meningkatkan risiko rekurensi dan
transformasi keganasan. Beberapa lesi endometriosis berpredisposisi untuk terjadinya
kanker clear cell dan endometriod ovarium. Endometrioma ovarium yang berdiameter 9 cm
atau lebih merupakan prediktor kuat perkembangan kanker ovarium pada wanita
postmenopause yang berumur 45 tahun atau lebih. 5
A. Patofisiologi Endometriosis
Etiologi pasti dari endometriosis masih belum diketahui. Namun, banyak teori telah
diusulkan untuk menjelaskan presentasi klinis penyakit. Teori menstruasi retrograd oleh
Sampson merupakan penjelasan yang paling dapat diterima untuk penyakit ini. Teori ini
didukung dengan penelitian eksperimen dengan binatang dan juga oleh pengamatan klinis
selama laparoskopi yang mencatat situs umum dari keterlibatan sekitar ovarium dan dalam
kantung Douglas. Endometriosis pelvis adalah lokasi anatomi yang paling umum untuk
penyakit ini. Hemipelvis dan ovarium kiri lebih sering terkena daripada yang kanan, yang
dapat dijelaskan oleh adanya colon sigmoid di sebelah kiri yang menurunkan pergerakan
cairan peritoneal. Signifikansi klinis lateralisasi ini tidak diketahui. Keterlibatan ovarium
sering dikaitkan dengan kista endometriosis yang dikenal sebagai endometrioma atau "kista
coklat". Peritoneum pelvis, posterior cul-desac, kantong uterovesical dan uterosakral,
ligamen rotundum dan latum juga merupakan tempat-tempat umum untuk endometriosis.
Keterlibatan limfonodi pelvis ditemukan sampai dengan sepertiga dari kasus. Kadang-
kadang, cervix, vagina, dan vulva juga terlibat. Meskipun traktus genitalis merupakan sistem
yang paling sering terlibat, saluran pencernaan merupakan situs extragenital yang paling
sering untuk endometriosis. Saluran kemih adalah sistem ketiga yang paling sering terlibat,
yang mempengaruhi 10% perempuan dengan endometriosis. Bintik endometriotik kecil
superfisial ditemukan paling sering pada kandung kemih, diikuti oleh ureter. Endometrioma
ovarium bervariasi dalam ukuran, mulai dari 1 mm sampai kista coklat besar yang dapat
lebih besar dari 8 cm diameter.3
Jaringan dan sel-sel endometrium transplantasi retrograde melekat pada permukaan
peritoneal, membentuk suplai darah, dan menginvasi struktur di dekatnya. Mereka disusupi
oleh saraf sensorik, simpatik, dan parasimpatis dan mendatangkan respons inflamasi.
Implan endometriotik mengeluarkan estradiol (E2) serta prostaglandin E2 (PGE2), zat-zat
yang menarik makrofag (monocyte chemotactic protein 1 [MCP-1]), peptida neurotropik
(nerve growth factor [NGF]), enzim untuk remodeling jaringan (matrix
metalloproteinases [MMPs]), tissue inhibitors of MMPs (TIMPs), dan zat proangiogenik
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan interleukin-8. Lesi mengeluarkan
haptoglobin, yang menurunkan adhesi makrofag dan fungsi fagositosis. Lesi dan makrofag
teraktivasi, yang berlimpah dalam cairan peritoneum pada wanita dengan endometriosis,
juga mensekresi sitokin pro inflamasi (interleukin-1β, interleukin-8, interleukin-6, dan tumor
necrosis factor α [TNF-α]). Lokal (dan sistemik) estradiol dapat merangsang lesi untuk
memproduksi PGE2, yang dapat mengaktifkan serabut nyeri, meningkatkan invasi saraf lesi
dengan merangsang produksi NGF dan neurotrophins lainnya, dan meningkatkan
pertumbuhan dari nosireseptor yang berkontribusi terhadap nyeri inflamasi persisten dan
menghambat apoptosis neuron. Terjadi miseksperi dari endometrial bleeding factor (EBAF)
dan dapat mengakibatkan pendarahan rahim. Infertilitas yang merupakan hasil dari efek
racun dari proses inflamasi pada gamet dan embrio, berkompromi dengan fungsi fimbrial,
dan endometrium eutopik yang resisten terhadap aksi progesteron dan tidak cocok
terhadap implantasi embrio. Progesteron tidak meregulasi gen HoxA10, HoxA11 dan
integrin αVβ3, dan dengan demikian endometrium tidak cocok terhadap implantasi embrio.
Bahan kimia yang mengganggu endokrin dapat berkontribusi pada resistensi progesteron
dan juga disfungsi kekebalan tubuh. ERFFI1 (ErbB receptor feedback inhibitor 1) terekspresi
dan adanya kelebihan sinyak mitogenik.1
Patofisiologi Nyeri dan Infertilitas pada Endometriosis
D. Penatalaksanaan Endometriosis
Terapi endometriosis memiliki dua tujuan, yaitu mengendalikan rasa sakit dan
penekanan produksi estrogen.4 Terapi jangka panjang terhadap pasien dengan nyeri pelvis
kronis yang berhubungan dengan endometriosis melibatkan rangkaian berulang terapi
medis, terapi bedah, atau keduanya.1,6 Dalam kebanyakan kasus, rasa sakit muncul kembali
dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah selesainya terapi.1
1. Terapi Medis
Terapi medis empiris umumnya dimulai untuk mengontrol rasa sakit tanpa
konfirmasi bedah. Terapi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit melalui
berbagai mekanisme, termasuk meminimalkan peradangan, mengganggu atau menekan
siklus produksi hormon ovarium, menghambat aksi dan sintesis estradiol, dan mengurangi
atau mengeliminasi mens.1
Analgesik merupakan terapi nonspesifik, tetapi merupakan bagian terapi medis yang
penting dan satu-satunya modalitas terapi yang tepat untuk wanita yang menginginkan
kehamilan.6 Anti inflamasi non-steroid (AINS) biasanya efektif, karena implan endometriosis
mengeluarkan prostaglandin dan sitokin, yangmana produksinya diturunkan oleh AINS.
Asetaminofen saja memang kurang efektif tapi cukup baik bila dikombinasi dengan AINS
lainnya, atau sebagai monoterapi pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap
AINS.6 AINS biasanya digunakan untuk mengurangi dismenore, meskipun suatu studi acak
terkontrol tidak menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan akibat endometriosis dengan
menggunakan AINS dibandingkan dengan plasebo dan tidak ada keunggulan salah satu AINS
di atas lainnya.1 Haruslah dicatat bahwa AINS sebaiknya dihindari pada masa sekitar ovulasi
pada wanita yang menginginkan kehamilan, karena penggunan AINS kronik berhubungan
dengan sindrom luteinized unruptured follicle wall; blokade terhadap prostaglandin
menghambat pecahnya dinding folikel yang menyebabkan keluarnya ovum, sehingga
fertilisasi dicegah. Pada nyeri hebat, terutama pada dismenore yang berat diperlukan suatu
narkotik.6
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan secara siklis atau kontinu untuk nyeri
terkait endometriosis dan biasanya dikombinasikan dengan AINS, meskipun berhubungan
dengan tingkat kegagalan 20 - 25%. Pendekatan ini merupakan terapi lini pertama pada
pasien tanpa kontraindikasi terhadap penggunaan kontrasepsi oral kombinasi. Agonis GnRH
efektif mendeplesi pituitari dari gonadotropin endogen dan menghambat sintesisnya lebih
lanjut, sehingga mengganggu siklus menstruasi dan mengakibatkan keadaan hipoestrogenik,
atrofi endometrium, dan amenore. 1
Karena terapi agonis GnRH memiliki efek samping yang cukup besar, termasuk
hipoestrogenik yang dapat menyebabkan hilangnya tulang hingga 13% selama 6 bulan (yang
sebagian reversibel pada penghentian terapi), maka terapi penambahan kembali estrogen-
progestagen yang direkomendasikan. Estrogen threshold hypothesis menunjukkan bahwa
mempertahankan tingkat estradiol antara 30 dan 45 pg per mililiter (109 dan 164 pmol per
liter) akan mempertahankan kepadatan mineral tulang tanpa menstimuli penyakit.
Meskipun, skor untuk nyeri panggul, pelunakan, dan dismenore diperbaiki dengan
penggunaan regimen kombinasi norethindrone asetat dengan dosis 5 mg sehari dengan
agonis GnRH yang merupakan suatu estrogen kuda terkonjugasi pada dosis 0,625 mg, atau
keduanya, tetapi tidak ketika 5 mg asetat norethindrone dikombinasikan dengan dosis yang
lebih tinggi (1,25 mg) estrogen kuda terkonjugasi. Dalam waktu 1 tahun, kepadatan mineral
tulang dipertahankan pada baseline pada semua kelompok yang menerima terapi
penambahan kembali. Efek terapi penambahan kembali hanya progestin terhadap
kepadatan tulang menunjukkan hasil yang tidak konsisten pada orang dewasa dan remaja. 1
Sejak lesi endometriotik mengekspresikan aromatase dan mensintesis estradiol
mereka sendiri, penekanan produksi estradiol ovarium mungkin tidak sepenuhnya
mengontrol rasa sakit. Studi terbatas yang melibatkan sejumlah kecil pasien menunjukkan
bahwa inhibitor aromatase (pada dosis lebih rendah daripada yang digunakan untuk
pengobatan kanker payudara) adalah efektif dalam mengurangi nyeri panggul, dengan efek
yang mirip dengan terapi hormon lainnya. Aromatase inhibitor, bagaimanapun, tidak
disetujui oleh FDA untuk nyeri terkait endometriosis.1
Danazol merupakan pengobatan awal untuk endometriosis, namun efek samping
androgeniknya membatasi penggunaannya secara klinis. Dalam studi kecil, antiprogestagens
seperti mifepristone menunjukkan dapat mengurangi rasa sakit, namun data studi acak yang
lebih besar masih kurang.1
2. Terapi Bedah
Pendekatan bedah untuk menghilangkan nyeri yang berhubungan dengan
endometriosis dapat digunakan sebagai terapi lini pertama atau dimulai setelah terapi
medis gagal. Prosedur bedah termasuk eksisi, fulgurasi, atau ablasi laser dari implan
endometriosis pada peritoneum, eksisi atau drainase atau ablasi endometrioma, reseksi
nodul rektovaginal, lisis adhesi, dan gangguan jalur saraf. Percobaan random terkontrol
telah menunjukkan bahwa pada 6 bulan, ablasi laparoskopi dari implan endometriosis
adalah 65% efektif dalam mengurangi nyeri, dibandingkan dengan pengurangan nyeri oleh
laparoskopi diagnostik saja (22%). Suatu percobaan kecil yang membandingkan ablasi
laparoskopi dengan pengobatan agonis GnRH menunjukkan pengurangan rasa sakit yang
sama dengan dua pendekatan. Rekurensi nyeri yang membutuhkan terapi adalah hal yang
umum (30 - 60% dari pasien) dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan. Analisis
data gabungan dari dua percobaan acak yang melibatkan 164 perempuan yang
membandingkan antara eksisi laparoskopi dengan drainase atau ablasi endometrioma
dengan diameter lebih besar dari 3 cm menunjukkan bahwa penurunan rekurensi
dismenore, dispareunia, dan nyeri pada eksisi sebanding dengan tindakan bedah lebih
lanjut. Sebuah strategi alternatif untuk mengontrol nyeri yang berhubungan dengan
endometriosis adalah dengan interupsi pada jalur saraf. Sedangkan ablasi segmen ligamen
uterosakral belum terbukti efektif, percobaan random terkontrol telah menunjukkan
keunggulan laparoskopi ablasi jaringan endometriotik dikombinasikan dengan neurektomi
presakral (pengangkatan bundel saraf di dalam segitiga interiliaca) di atas ablasi laparoskopi
saja dalam memperbaiki dismenore dan mengurangi nyeri berat. Penggantian hormon
pascaoperasi harus mencakup estrogen dan progestagen, karena estrogen saja dapat
merangsang pertumbuhan penyakit mikroskopis. 1
3. Terapi Ajuvan
Pada wanita dengan penyakit lanjut (stadium III atau IV), dismenore sedang sampai
parah, dan nyeri panggul nonsiklik, terapi medis pascaoperasi dapat memperbaiki
manajemen nyeri dengan menyediakan kontrol terhadap rekurensi sisa penyakit
mikroskopis. Sebuah meta-analisis dari 6 penelitian random bahwa dibandingkan 3 sampai 6
bulan pengobatan pasca operasi dengan agonis GnRH, danazol, atau kontrasepsi oral
kombinasi tanpa perawatan pasca-operasi atau plasebo menunjukkan penurunan yang
signifikan dalam skor nyeri pada akhir terapi dalam kelompok terapi aktif, meskipun
manfaatnya tidak konsisten dengan follow up yang lebih lama (untuk 18 bulan) setelah
penghentian terapi. Interval rata-rata antara operasi dan rekurenai gejala membutuhkan
terapi alternatif secara signifikan lebih lama bagi pasien yang menerima pengobatan pasca
operasi dengan agonis GnRH (> 24 bulan) dibandingkan dengan pasien yang menerima
plasebo (12 bulan). 1
Ketika membandingkan pilihan terapi pasca operasi yang berbeda-beda, suatu studi
lainnya menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung
levonorgestrel-releasing pasca operasi menghasilkan penurunan rekurensi dismenore yang
lebih besar daripada pengobatan dengan agonis GnRH, meskipun pengobatan ini belum
diadopsi secara luas.3
4. Managemen Infertilitas
Sebuah meta analisis besar dari percobaan acak mengevaluasi suprei ovarium
dengan kontrasepsi oral kombinasi, agonis GnRH, medroxyprogesterone acetate, atau
danazol dibandingkan dengan plasebo atau tanpa pengobatan pada wanita dengan berbagai
stadium endometriosis tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kehamilan
spontan atau tingkat kelahiran hidup. Dengan demikian, agen ini tidak dianjurkan untuk
pengobatan infertilitas dan tidak harus menunda terapi kesuburan efektif. Terapi
gonadotropin dan inseminasi intrauterine, serta fertilisasi in vitro (IVF), merupakan terapi
efektif pada wanita dengan infertilitas dan endometriosis. Ablasi lesi endometriosis dengan
melisiskan adesi dianjurkan untuk pengobatan infertilitas yang terkait dengan endometriosis
stadium 1 atau 2.1
KESIMPULAN