Anda di halaman 1dari 16

Dokter dapat menduga pasien menderita endometriosis bila terdapat sejumlah

gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
melakukan laparoskopi. Dalam laparoskopi, dokter akan memberi bius umum atau
setengah badan pada pasien, kemudian membuat beberapa sayatan kecil di sekitar
area pusar.
Selanjutnya, dokter akan memasukkan tabung kecil yang dilengkapi kamera
(laparoskop) untuk melihat bagian dalam perut pasien. Melalui laparoskopi, dokter
dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diteliti di laboratorium.
Laparoskopi adalah satu-satunya metode yang digunakan untuk mendiagnosis
endometriosis. Selain untuk mendiagnosis, laparoskopi juga dapat digunakan
sebagai metode pengobatan.

Pengobatan Endometriosis
Pengobatan endometriosis bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan kesuburan, dan
mencegah endometriosis kambuh. Metode pengobatan meliputi pemberian obat,
terapi hormon, dan prosedur bedah, tergantung kepada tingkat keparahan gejala
dan apakah masih ada keinginan untuk mempunyai keturunan.
Obat-obatan
Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi gejala nyeri pada
endometriosis, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac atau
ibuprofen.
Terapi hormon
Terapi hormon bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometriosis,
dengan membatasi atau menghentikan produksi hormon estrogen. Meskipun
demikian, terapi hormon tidak dapat meningkatkan kesuburan dan mencegah
komplikasi seperti adhesi atau perlengketan.
Terapi hormon yang digunakan untuk mengobati endometriosis, antara lain adalah:
- Kontrasepsi hormonal. Pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD) dapat
menghambat proses penebalan jaringan endometrium hingga menghentikan
menstruasi, sehingga nyeri yang dirasakan bisa berkurang.
- Obat penghambat aromatase. Misalnya anastrozole, exemestane, dan
letrozole, berfungsi untuk menurunkan kadar hormon estrogen dalam tubuh.
- Analog hormon pelepas gonadotropin (Gn-RH). Obat ini memicu kondisi
yang menyerupai menopause, dengan menghambat produksi hormon estrogen.
Akibatnya, menstruasi menjadi terhenti dan ukuran endometriosis akan mengecil.
- Progestogen. Progestogen adalah hormon sintetis yang menyerupai
progesteron. Obat ini mencegah proses ovulasi, yaitu keluarnya sel telur dari
ovarium ke tuba falopi, sehingga memicu penyusutan endometriosis. Salah satu
contoh obat dengan kandungan progesteron sintetis adalah norethisterone.
- Danazol. Merupakan obat yang menyerupai testosteron, dan bekerja dengan
menurunkan produksi hormon yang dihasilkan indung telur, yaitu estrogen dan
progesteron, sehingga mewujudkan kondisi serupa menopause.
Prosedur Operasi
Operasi akan dilakukan bila metode di atas sudah tidak efektif dalam mengobati
endometriosis. Sejumlah prosedur untuk mengatasi endometriosis adalah:
Laparoskopi
Pada pasien endometriosis yang masih ingin memiliki keturunan namun merasakan
nyeri parah, dokter akan menyarankan prosedur laparoskopi atau operasi lubang
kunci. Melalui laparoskopi, dokter dapat mengangkat jaringan endometriosis, dan
bisa juga membakar jaringan tersebut menggunakan laser atau arus listrik.
Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila endometriosis sudah sangat parah dan ukurannya cukup
besar. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan lebar di area perut, agar
dokter dapat mengakses organ yang terkena dan mengangkat jaringan
endometriosis.
Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, serviks, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium akan memicu menopause dini. Namun demikian,
histerektomi juga tidak menjamin endometriosis tidak akan kambuh.
Perlu diketahui bahwa prosedur ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir. Hal ini
karena pasien yang menjalani histerektomi tidak bisa hamil lagi, serta memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh
karena itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan sebelum
memutuskan menjalani histerektomi.

Endometriosis adalah suatu kondisi di mana endometrium, jaringan yang biasanya


pada lajur rahim (uterus), tumbuh di lokasi di luar rahim. Endometrium biasanya
merespon

Endometriosis adalah suatu kondisi di mana endometrium, jaringan yang biasanya


pada rahim (uterus), tumbuh di lokasi di luar rahim. Endometrium biasanya
merespon hormon seks estrogen dan progesteron. Pada wanita dengan
endometriosis, sel-sel endometrium yang salah tempat dalam rongga panggul juga
menanggapi hormon ini.
Pengertian Endometriosis

Selama ovulasi, endometrium dan sel-sel endometrium yang salah tempat menebal.
Tidak seperti endometrium, sel-sel endometrium salah tidak bisa meninggalkan
tubuh melalui menstruasi. Mereka berdarah, menyebabkan peradangan dan rasa
sakit dan kemudian sembuh. Seiring waktu, proses ini dapat membuat jaringan parut.

Jaringan parut fibrosa dapat terbentuk di rahim, menyebabkan rahim menempel


pada ovarium, saluran tuba dan usus. Endometriosis dapat menyebabkan menstruasi
sangat menyakitkan dan dapat mengurangi kesuburan, tetapi ada beberapa pilihan
pengobatan.

Gejala Endometriosis

Rasa sakit endometriosis bisa begitu buruk yang menghentikan Anda dari pergi
bekerja atau sekolah. Biasanya, hal itu menyebabkan rasa sakit di sekitar waktu haid
Anda, tetapi untuk beberapa wanita, rasa sakit hampir konstan. Jika Anda
membutuhkan perawatan, Anda mungkin perlu dukungan emosional serta fisik.

Gejala-Gejala Endometriosis Antara Lain:

 Haid yang menyakitkan


 nyeri dengan seks
 nyeri panggul
 nyeri ovulasi
 nyeri di punggung bawah dan paha
 gejala usus
 gejala kandung kemih
 mengurangi kesuburan
 mual dan lesu
 sindrom pramenstruasi (PMS).

Banyak wanita berpikir bahwa haid yang menyakitkan adalah normal. Jika Anda
memiliki sakit haid yang buruk, Anda harus menemui dokter Anda.

Penyebab Endometriosis

Penyebab endometriosis masih belum diketahui, tetapi penelitian menunjukkan


sejumlah kemungkinan penyebab dan faktor risiko.

Endometriosis Dan Menstruasi Retrograde

Menstruasi retrograde juga dikenal sebagai ‘menstruasi mundur’. Lapisan rahim


sebagian besar menumpahkan melalui fagina selama haid tersebut. Namun pada
banyak wanita, beberapa dari cairan menstruasi mengalir mundur ke dalam tuba
falopi bukannya meninggalkan tubuh melalui fagina.

Karena saluran tuba terbuka (mereka tidak bergabung ke ovarium), cairan menstruasi
dapat menetes ke dalam rongga panggul.

Endometriosis Dan Sistem Kekebalan Tubuh

Menstruasi retrograde terjadi pada hampir semua wanita, tetapi hanya tiga sampai
10 persen dari wanita menstruasi mengalami endometriosis. Satu teori menunjukkan
bahwa sistem kekebalan tubuh beberapa wanita memungkinkan endometriosis
berkembang karena gagal untuk mengontrol atau menghentikan pertumbuhan
jaringan endometrium di luar rahim.

Genetika Dan Endometriosis

Penelitian menunjukkan bahwa warisan mungkin memainkan peran dalam


perkembangan endometriosis. Wanita yang memiliki relatif tingkat pertama (ibu atau
saudara perempuan) dengan endometriosis lebih mungkin untuk memiliki kondisi
tersebut.

Faktor Risiko Endometriosis

Beberapa faktor risiko yang diduga meliputi:


Faktor siklus menstruasi – termasuk onset awal menstruasi, haid berat atau
menyakitkan, siklus menstruasi pendek (kurang dari 27 hari) dan haid panjang (lebih
dari satu minggu)
alergi – seperti makanan, eksim dan alergi
obesitas
riwayat keluarga endometriosis
paparan racun – beberapa penelitian menunjukkan bahwa polusi lingkungan
persisten, seperti dioxin, mungkin berkontribusi terhadap perkembangan
endometriosis.

Mengurangi Risiko Endometriosis

Faktor-faktor yang dapat membantu mengurangi risiko endometriosis antara lain:

 latihan aerobik selama lima jam per minggu – studi menunjukkan 50 persen pengurangan
risiko kekambuhan
 melahirkan – untuk beberapa wanita, hal ini mengurangi risiko endometriosis akan terulang
 pil kontrasepsi – mencegah ovulasi dan menekan endometriosis.

Diagnosis Endometriosis

Diagnosis biasanya dimulai dengan riwayat medis secara rinci untuk membantu
dokter menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala Anda. Diagnosis
endometriosis bisa sulit. Adanya gejala khas endometriosis dan nyeri yang tidak
membaik dengan obat-obatan biasa saat periode sakit tertentu dapat menunjukkan
adanya kondisi tersebut.

Jika perlu, pemeriksaan lebih lanjut yang dapat membantu diagnosis meliputi:

 Tes darah – mungkin berguna dalam stadium endometriosis


 Laparoskopi – prosedur bedah dilakukan di bawah anestesi umum, di mana alat medis
dengan kamera video yang terpasang digunakan untuk memeriksa organ panggul Anda
 USG – alat fagina atau perut yang menggunakan gelombang suara untuk menciptakan
gambar video organ panggul Anda
 Kolonoskopi – alat medis dengan kamera video terpasang yang digunakan untuk memeriksa
usus Anda. Hal ini dilakukan jika diperkirakan endometriosis juga dapat mempengaruhi usus
Anda. Anda akan dibius untuk prosedur ini.

Endometriosis mungkin tidak muncul selama pemeriksaan panggul dalam. Dokter


Anda mungkin perlu untuk merujuk Anda ke dokter kandungan.
Pengobatan Untuk Endometriosis

Endometriosis dapat diobati dengan obat atau dengan operasi. Kadang-kadang


keduanya obat dan operasi yang digunakan. Beberapa wanita juga mendapat
manfaat dari terapi alami.

Pengamatan Tanpa Intervensi Medis

Dalam kasus-kasus endometriosis ringan, dimungkinkan untuk hanya memantau


kondisi dengan kunjungan rutin ke dokter atau ginekolog. Obat-obatan yang
menghambat prostaglandin (obat anti-inflamasi non-steroid seperti ibuprofen dan
asam mefenamat) dapat membantu untuk mengontrol rasa sakit yang terkait.

Jika gejala menunjukan kemajuan, membicarakan opsi medis dengan profesional


kesehatan Anda sebelum membuat keputusan akhir. Ingat bahwa kondisi ringan
dapat menjadi sedang sampai parah. Penghapusan jaringan parut dengan operasi
adalah pengobatan yang paling efektif untuk mengurangi kemungkinan
kekambuhan.

Terapi Hormon Untuk Endometriosis

Sel-sel endometrium yang salah tempat sensitif terhadap hormon dan menanggapi
fluktuasi siklus estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi. Hal ini
menyebabkan perdarahan dan nyeri yang terapi hormon kadang-kadang dapat
secara efektif mengelola.

Pilihan untuk terapi hormon meliputi:

 Progestin adalah kelompok hormon sintetis seperti progesteron yang menekan


pertumbuhan salah tempat endometrium. Efek samping dari gestrinone termasuk
penambahan berat badan, pay udara lembut, jerawat, depresi, perubahan suasana hati,
kelelahan, mual dan muntah.
 Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis (zat kimia yang memicu respons dalam sel)
mengontrol jumlah estrogen yang diproduksi, dan ini menghambat pertumbuhan sel-sel
endometrium yang salah tempat. Efek samping dari agonis GnRH termasuk gejala
menopause seperti penipisan tulang, hot flushes, fagina kering, sakit kepala, depresi,
kehilangan libido (gairah seks) dan berkeringat di malam hari. Efek samping ini dapat
dikurangi dengan estrogen dan progesteron.
 Pil kontrasepsi oral sering digunakan untuk mencapai penekanan jangka panjang
endometriosis. Hal ini dapat digunakan untuk menghentikan penyakit berkembang pada
wanita dengan penyakit ringan atau menghentikan penyakit dari berulang setelah perawatan
bedah atau hormonal.
Pastikan Anda mendapat informasi tentang kemungkinan efek samping dari
perawatan ini sebelum Anda dan dokter Anda memutuskan perawatan Anda.

Bedah Untuk Endometriosis

Metode bedah yang digunakan untuk mengobati endometriosis meliputi:

 Operasi laparoskopi (operasi lubang kunci) dapat digunakan untuk mendiagnosa dan
mengobati endometriosis. Sebuah tabung ramping dimasukkan ke dalam rongga perut
melalui sayatan kecil dan endometrium yang salah, kista dan perlengketan dipotong (eksisi)
atau dibakar (diatermi).
 Laparotomi adalah operasi besar yang digunakan untuk memotong atau membakar jaringan
atau kista endometriosis ketika lebih parah.
 Operasi usus mungkin diperlukan jika usus telah mengembangkan jaringan parut dari
endometriosis.
 Histerektomi (pengangkatan rahim) dapat menjadi pilihan jika endometriosis secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup Anda dan pengobatan lain tidak bekerja. Jika
ovarium Anda dihapus selama histerektomi, Anda akan perlu untuk membahas penggantian
hormon dengan dokter Anda.

Pengobatan Gabungan Untuk Endometriosis

Dalam beberapa kasus, seorang wanita akan mendapatkan keuntungan dari


menjalani terapi hormon, serta operasi. Terapi hormon dapat ditawarkan sebelum
atau setelah operasi, tergantung pada keadaan.

Endometriosis Dan Saling Melengkapi Dan Pengobatan Alternatif

Beberapa wanita menemukan terapi alami dapat membantu. Adalah penting bahwa
Anda selalu memberitahu dokter Anda tentang jenis terapi komplementer yang Anda
gunakan (atau mempertimbangkan) karena dapat mempengaruhi perawatan lain
yang Anda mungkin sedang digunakan.

Contoh terapi yang berbeda termasuk:

jamu
homeopati
obat tradisional Cina
terapi gizi
pijat
yoga.
Hal yang perlu diingat

 Endometriosis dapat menyebabkan perlengketan yang menyakitkan pada uterus, ovarium,


saluran tuba dan usus.
 Menstruasi yang menyakitkan tidak selalu normal, sehingga berbicara dengan dokter Anda
jika Anda memiliki nyeri haid yang buruk.
 Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi penelitian menunjukkan bahwa menstruasi
retrograde dan kerentanan keluarga mungkin terlibat.
 Pengobatan dengan obat-obatan atau operasi dapat membantu gejala endometriosis.

Ringkasan

Endometriosis adalah suatu kondisi di mana endometrium, jaringan yang biasanya


pada rahim (uterus), tumbuh di luar rahim. Endometriosis dapat menyebabkan
jaringan parut fibrosa terbentuk di rahim. Hal ini juga dapat mempengaruhi ovarium,
saluran tuba dan usus. Endometriosis dapat menyebabkan menstruasi sangat
menyakitkan dan mengurangi kesuburan atau menyebabkan infertilitas. Perawatan
medis atau bedah dapat membantu endometriosis

Definisi Endometriosis
Endometriosis didefinisikan sebagai ditemukannya dan bertumbuhnya kelenjar dan
stroma endometrium di lokasi heterotopik jauh dari endometrium normal. 3 Endometriosis
merupakan suatu gangguan ginekologi kronik, bersifat jinak, tergantung estrogen, yang
berhubungan dengan nyeri pelvik dan infertilitas.5
Implan endometrium ektopik ini biasanya terletak di dalam panggul,3 dengan
karakteristik ditemukannya endometrial-like tissue di luar uterus terutama pada peritoneum
pelvis, ovarium,1,2 dan septum rektovaginal,1 tetapi dapat ditemukan di tempat lainnya
dalam tubuh,3 misalnya diafragma, pleura, dan perikardium1 dan sering dikaitkan dengan
nyeri dan peningkatan risiko infertilitas.3

B. Epidemiologi Endometriosis
Endometriosis merupakan penyebab umum morbiditas pada wanita usia
reproduktif.2 Endometriosis mempengaruhi 6–10% dari wanita usia reproduktif, 50–60%
dari wanita dan remaja putri dengan nyeri panggul, dan sampai 50% wanita dengan
infertilitas.1
Meskipun endometriosis ini berhubungan dengan siklus menstruasi, dapat juga
mengenai wanita postmenopause (2–5%), dan umumnya terjadi sebagai efek samping dari
pengunaan hormon.5Endometriosis postmenopause meningkatkan risiko rekurensi dan
transformasi keganasan. Beberapa lesi endometriosis berpredisposisi untuk terjadinya
kanker clear cell dan endometriod ovarium. Endometrioma ovarium yang berdiameter 9 cm
atau lebih merupakan prediktor kuat perkembangan kanker ovarium pada wanita
postmenopause yang berumur 45 tahun atau lebih. 5

C. Faktor Risiko Endometriosis


Faktor risiko endometriosis meliputi:
- obstruksi aliran menstruasi (misalnya, anomali mullerian),
- paparan terhadap diethylstilbestrol di dalam uterus,
- paparan berkepanjangan dengan estrogen endogen (misalnya, karena menarche dini,
terlambat menopause, atau obesitas),
- siklus menstruasi pendek,
- berat badan lahir rendah, dan
- paparan terhadap bahan kimia yang mengganggu endokrin. 1
Studi terhadap kembar dan keluarga menunjukkan adanya keterlibatan komponen
genetik. Konsumsi daging merah dan trans fats berhubungan dengan peningkatan risiko
endometriosis yang dikonfirmasi dengan laparoskopi, dan makan buah-buahan, sayuran
hijau, dan asam lemak n-3 rantai panjang dikaitkan dengan penurunan risiko. Laktasi lama
dan kehamilan multipel bersifat protektif. Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan
risiko penyakit autoimun, endometrioid ovarium, clear-cell karsinoma, serta kanker lainnya,
termasuk limfoma non-Hodgkin dan melanoma.1

A. Patofisiologi Endometriosis
Etiologi pasti dari endometriosis masih belum diketahui. Namun, banyak teori telah
diusulkan untuk menjelaskan presentasi klinis penyakit. Teori menstruasi retrograd oleh
Sampson merupakan penjelasan yang paling dapat diterima untuk penyakit ini. Teori ini
didukung dengan penelitian eksperimen dengan binatang dan juga oleh pengamatan klinis
selama laparoskopi yang mencatat situs umum dari keterlibatan sekitar ovarium dan dalam
kantung Douglas. Endometriosis pelvis adalah lokasi anatomi yang paling umum untuk
penyakit ini. Hemipelvis dan ovarium kiri lebih sering terkena daripada yang kanan, yang
dapat dijelaskan oleh adanya colon sigmoid di sebelah kiri yang menurunkan pergerakan
cairan peritoneal. Signifikansi klinis lateralisasi ini tidak diketahui. Keterlibatan ovarium
sering dikaitkan dengan kista endometriosis yang dikenal sebagai endometrioma atau "kista
coklat". Peritoneum pelvis, posterior cul-desac, kantong uterovesical dan uterosakral,
ligamen rotundum dan latum juga merupakan tempat-tempat umum untuk endometriosis.
Keterlibatan limfonodi pelvis ditemukan sampai dengan sepertiga dari kasus. Kadang-
kadang, cervix, vagina, dan vulva juga terlibat. Meskipun traktus genitalis merupakan sistem
yang paling sering terlibat, saluran pencernaan merupakan situs extragenital yang paling
sering untuk endometriosis. Saluran kemih adalah sistem ketiga yang paling sering terlibat,
yang mempengaruhi 10% perempuan dengan endometriosis. Bintik endometriotik kecil
superfisial ditemukan paling sering pada kandung kemih, diikuti oleh ureter. Endometrioma
ovarium bervariasi dalam ukuran, mulai dari 1 mm sampai kista coklat besar yang dapat
lebih besar dari 8 cm diameter.3
Jaringan dan sel-sel endometrium transplantasi retrograde melekat pada permukaan
peritoneal, membentuk suplai darah, dan menginvasi struktur di dekatnya. Mereka disusupi
oleh saraf sensorik, simpatik, dan parasimpatis dan mendatangkan respons inflamasi.
Implan endometriotik mengeluarkan estradiol (E2) serta prostaglandin E2 (PGE2), zat-zat
yang menarik makrofag (monocyte chemotactic protein 1 [MCP-1]), peptida neurotropik
(nerve growth factor [NGF]), enzim untuk remodeling jaringan (matrix
metalloproteinases [MMPs]), tissue inhibitors of MMPs (TIMPs), dan zat proangiogenik
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan interleukin-8. Lesi mengeluarkan
haptoglobin, yang menurunkan adhesi makrofag dan fungsi fagositosis. Lesi dan makrofag
teraktivasi, yang berlimpah dalam cairan peritoneum pada wanita dengan endometriosis,
juga mensekresi sitokin pro inflamasi (interleukin-1β, interleukin-8, interleukin-6, dan tumor
necrosis factor α [TNF-α]). Lokal (dan sistemik) estradiol dapat merangsang lesi untuk
memproduksi PGE2, yang dapat mengaktifkan serabut nyeri, meningkatkan invasi saraf lesi
dengan merangsang produksi NGF dan neurotrophins lainnya, dan meningkatkan
pertumbuhan dari nosireseptor yang berkontribusi terhadap nyeri inflamasi persisten dan
menghambat apoptosis neuron. Terjadi miseksperi dari endometrial bleeding factor (EBAF)
dan dapat mengakibatkan pendarahan rahim. Infertilitas yang merupakan hasil dari efek
racun dari proses inflamasi pada gamet dan embrio, berkompromi dengan fungsi fimbrial,
dan endometrium eutopik yang resisten terhadap aksi progesteron dan tidak cocok
terhadap implantasi embrio. Progesteron tidak meregulasi gen HoxA10, HoxA11 dan
integrin αVβ3, dan dengan demikian endometrium tidak cocok terhadap implantasi embrio.
Bahan kimia yang mengganggu endokrin dapat berkontribusi pada resistensi progesteron
dan juga disfungsi kekebalan tubuh. ERFFI1 (ErbB receptor feedback inhibitor 1) terekspresi
dan adanya kelebihan sinyak mitogenik.1
Patofisiologi Nyeri dan Infertilitas pada Endometriosis

B. Gambaran Klinis Endometriosis


Nyeri panggul yang berkaitan dengan endometriosis biasanya kronis (berlangsung ≥ 6
bulan) dan berhubungan dengan dismenore (di 50 - 90% dari kasus), dispareunia, nyeri
panggul dalam, dan nyeri perut bagian bawah dengan atau tanpa nyeri punggung dan
pinggang. Rasa sakit dapat terjadi tak terduga dan intermiten selama siklus menstruasi atau
bisa terus menerus, dan dapat terasa tumpul, berdenyut, atau tajam, dan diperburuk oleh
aktifitas fisik. Gejala yang berhubungan dengan kandung kemih dan usus (mual, distensi,
dan kenyang awal) biasanya bersifat siklik. Nyeri sering memburuk dari waktu ke waktu dan
dapat berubah sifat, nyeri yang bersifat terbakar atau hipersensitivitas jarang dilaporkan,
gejala yang bersifat sugestif dari komponen neuropatik. Adanya gejala yang tumpang tindih
dengan beberapa kondisi ginekologi lainnya (misalnya, penyakit radang panggul, adhesi
panggul, kista indung telur atau massa, leiomyomata, dan adenomiosis), dan faktor serta
kondisi non ginekologi (misalnya, irritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease,
sistitis interstisial, nyeri myofascial, depresi, dan riwayat pelecehan seksual), membuat
diagnosis menjadi sulit.1

C. Diagnosis dan Staging Endometriosis


Pada sebagian besar penyakit, anamnesis yang lengkap akan merujuk kepada
diagnosis pada mayoritas pasien. Trias klasik gejala dari endometriosis yaitu dismenore
(kram perut pada saat menstruasi), dispareuni (nyeri pada saat bersenggama), dan
Mittleschmerz (nyeri pada pertengahan siklus atau saat ovulasi).6
Nyeri panggul kronis dan infertilitas adalah gejala yang paling umum dari
endometriosis. Nyeri panggul kronis dapat berupa nyeri siklik, nyeri nonsiklik, dismenore
sekunder, dan / atau dispareunia. Rasa sakit biasanya dimulai sebelum timbulnya
menstruasi, meningkat dengan banyaknya menstruasi, dan berkurang secara bertahap
menjelang akhir menstruasi. Dispareunia sering dalam dan sebagian besar merupakan
akibat imobilitas organ panggul akibat adhesi.3
Saat ini, metode definitif untuk mendiagnosis, penilaian stadium endometriosis dan
evaluasi terhadap rekurensi penyakit setelah pengobatan adalah visualisasi dengan tindakan
bedah.1 Saat ini, laparoskopi merupakan gold standar untuk mendiagnosis
endometriosis.3 Sistem penilaian yang telah direvisi dari American Society for Reproductive
Medicine digunakan untuk menentukan stadium penyakit (mulai dari stadium I yang
menunjukkan penyakit minimal, hingga stadium IV yang menunjukkan penyakit parah)
berdasarkan jenis,lokasi lesi, penampilan, dalamnya invasi lesi, luasnya penyakit dan adesi.
Walaupun penilaian stadium berguna dalam menentukan manajemen penyakit, stadium
tidak berkorelasi dengan beratnya nyeri atau memprediksi respons terhadap terapi untuk
nyeri atau infertilitas. Pendekatan diagnostik non-operatif seperti ultrasonografi
transvaginal dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak banyak membantu dalam
mendeteksi adanya adesi dan implantasi di peritoneum dan ovarium. Namun, kedua
metode pencitraan tersebut dapat mendeteksi endometrioma ovarium dengan baik, dengan
kisaran sensitivitas 80 - 90% dan spesifisitas 60 - 98%. Karena biaya yang lebih rendah,
ultrasonografi ransvaginal lebih disukai daripada MRI dalam diagnosis endometrioma.
Doppler ultrasonografi dapat membantu dalam menetapkan diagnosis, karena dapat
menunjukkan karakteristik aliran darah sedikit ke endometrioma, aliran normal pada
jaringan ovarium normal, dan aliran yang meningkat pada tumor ovarium. 1 Kadar CA-125
mungkin meningkat pada endometriosis, tetapi tes ini tidak dianjurkan untuk tujuan
diagnostik karena rendahnya sensitivitas dan spesifisitas.1,3 Interval rata-rata antara
timbulnya rasa sakit dan diagnosis definitif (bedah) adalah 10,4 tahun. 1

D. Penatalaksanaan Endometriosis
Terapi endometriosis memiliki dua tujuan, yaitu mengendalikan rasa sakit dan
penekanan produksi estrogen.4 Terapi jangka panjang terhadap pasien dengan nyeri pelvis
kronis yang berhubungan dengan endometriosis melibatkan rangkaian berulang terapi
medis, terapi bedah, atau keduanya.1,6 Dalam kebanyakan kasus, rasa sakit muncul kembali
dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah selesainya terapi.1
1. Terapi Medis
Terapi medis empiris umumnya dimulai untuk mengontrol rasa sakit tanpa
konfirmasi bedah. Terapi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit melalui
berbagai mekanisme, termasuk meminimalkan peradangan, mengganggu atau menekan
siklus produksi hormon ovarium, menghambat aksi dan sintesis estradiol, dan mengurangi
atau mengeliminasi mens.1
Analgesik merupakan terapi nonspesifik, tetapi merupakan bagian terapi medis yang
penting dan satu-satunya modalitas terapi yang tepat untuk wanita yang menginginkan
kehamilan.6 Anti inflamasi non-steroid (AINS) biasanya efektif, karena implan endometriosis
mengeluarkan prostaglandin dan sitokin, yangmana produksinya diturunkan oleh AINS.
Asetaminofen saja memang kurang efektif tapi cukup baik bila dikombinasi dengan AINS
lainnya, atau sebagai monoterapi pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap
AINS.6 AINS biasanya digunakan untuk mengurangi dismenore, meskipun suatu studi acak
terkontrol tidak menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan akibat endometriosis dengan
menggunakan AINS dibandingkan dengan plasebo dan tidak ada keunggulan salah satu AINS
di atas lainnya.1 Haruslah dicatat bahwa AINS sebaiknya dihindari pada masa sekitar ovulasi
pada wanita yang menginginkan kehamilan, karena penggunan AINS kronik berhubungan
dengan sindrom luteinized unruptured follicle wall; blokade terhadap prostaglandin
menghambat pecahnya dinding folikel yang menyebabkan keluarnya ovum, sehingga
fertilisasi dicegah. Pada nyeri hebat, terutama pada dismenore yang berat diperlukan suatu
narkotik.6
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan secara siklis atau kontinu untuk nyeri
terkait endometriosis dan biasanya dikombinasikan dengan AINS, meskipun berhubungan
dengan tingkat kegagalan 20 - 25%. Pendekatan ini merupakan terapi lini pertama pada
pasien tanpa kontraindikasi terhadap penggunaan kontrasepsi oral kombinasi. Agonis GnRH
efektif mendeplesi pituitari dari gonadotropin endogen dan menghambat sintesisnya lebih
lanjut, sehingga mengganggu siklus menstruasi dan mengakibatkan keadaan hipoestrogenik,
atrofi endometrium, dan amenore. 1
Karena terapi agonis GnRH memiliki efek samping yang cukup besar, termasuk
hipoestrogenik yang dapat menyebabkan hilangnya tulang hingga 13% selama 6 bulan (yang
sebagian reversibel pada penghentian terapi), maka terapi penambahan kembali estrogen-
progestagen yang direkomendasikan. Estrogen threshold hypothesis menunjukkan bahwa
mempertahankan tingkat estradiol antara 30 dan 45 pg per mililiter (109 dan 164 pmol per
liter) akan mempertahankan kepadatan mineral tulang tanpa menstimuli penyakit.
Meskipun, skor untuk nyeri panggul, pelunakan, dan dismenore diperbaiki dengan
penggunaan regimen kombinasi norethindrone asetat dengan dosis 5 mg sehari dengan
agonis GnRH yang merupakan suatu estrogen kuda terkonjugasi pada dosis 0,625 mg, atau
keduanya, tetapi tidak ketika 5 mg asetat norethindrone dikombinasikan dengan dosis yang
lebih tinggi (1,25 mg) estrogen kuda terkonjugasi. Dalam waktu 1 tahun, kepadatan mineral
tulang dipertahankan pada baseline pada semua kelompok yang menerima terapi
penambahan kembali. Efek terapi penambahan kembali hanya progestin terhadap
kepadatan tulang menunjukkan hasil yang tidak konsisten pada orang dewasa dan remaja. 1
Sejak lesi endometriotik mengekspresikan aromatase dan mensintesis estradiol
mereka sendiri, penekanan produksi estradiol ovarium mungkin tidak sepenuhnya
mengontrol rasa sakit. Studi terbatas yang melibatkan sejumlah kecil pasien menunjukkan
bahwa inhibitor aromatase (pada dosis lebih rendah daripada yang digunakan untuk
pengobatan kanker payudara) adalah efektif dalam mengurangi nyeri panggul, dengan efek
yang mirip dengan terapi hormon lainnya. Aromatase inhibitor, bagaimanapun, tidak
disetujui oleh FDA untuk nyeri terkait endometriosis.1
Danazol merupakan pengobatan awal untuk endometriosis, namun efek samping
androgeniknya membatasi penggunaannya secara klinis. Dalam studi kecil, antiprogestagens
seperti mifepristone menunjukkan dapat mengurangi rasa sakit, namun data studi acak yang
lebih besar masih kurang.1
2. Terapi Bedah
Pendekatan bedah untuk menghilangkan nyeri yang berhubungan dengan
endometriosis dapat digunakan sebagai terapi lini pertama atau dimulai setelah terapi
medis gagal. Prosedur bedah termasuk eksisi, fulgurasi, atau ablasi laser dari implan
endometriosis pada peritoneum, eksisi atau drainase atau ablasi endometrioma, reseksi
nodul rektovaginal, lisis adhesi, dan gangguan jalur saraf. Percobaan random terkontrol
telah menunjukkan bahwa pada 6 bulan, ablasi laparoskopi dari implan endometriosis
adalah 65% efektif dalam mengurangi nyeri, dibandingkan dengan pengurangan nyeri oleh
laparoskopi diagnostik saja (22%). Suatu percobaan kecil yang membandingkan ablasi
laparoskopi dengan pengobatan agonis GnRH menunjukkan pengurangan rasa sakit yang
sama dengan dua pendekatan. Rekurensi nyeri yang membutuhkan terapi adalah hal yang
umum (30 - 60% dari pasien) dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan. Analisis
data gabungan dari dua percobaan acak yang melibatkan 164 perempuan yang
membandingkan antara eksisi laparoskopi dengan drainase atau ablasi endometrioma
dengan diameter lebih besar dari 3 cm menunjukkan bahwa penurunan rekurensi
dismenore, dispareunia, dan nyeri pada eksisi sebanding dengan tindakan bedah lebih
lanjut. Sebuah strategi alternatif untuk mengontrol nyeri yang berhubungan dengan
endometriosis adalah dengan interupsi pada jalur saraf. Sedangkan ablasi segmen ligamen
uterosakral belum terbukti efektif, percobaan random terkontrol telah menunjukkan
keunggulan laparoskopi ablasi jaringan endometriotik dikombinasikan dengan neurektomi
presakral (pengangkatan bundel saraf di dalam segitiga interiliaca) di atas ablasi laparoskopi
saja dalam memperbaiki dismenore dan mengurangi nyeri berat. Penggantian hormon
pascaoperasi harus mencakup estrogen dan progestagen, karena estrogen saja dapat
merangsang pertumbuhan penyakit mikroskopis. 1
3. Terapi Ajuvan
Pada wanita dengan penyakit lanjut (stadium III atau IV), dismenore sedang sampai
parah, dan nyeri panggul nonsiklik, terapi medis pascaoperasi dapat memperbaiki
manajemen nyeri dengan menyediakan kontrol terhadap rekurensi sisa penyakit
mikroskopis. Sebuah meta-analisis dari 6 penelitian random bahwa dibandingkan 3 sampai 6
bulan pengobatan pasca operasi dengan agonis GnRH, danazol, atau kontrasepsi oral
kombinasi tanpa perawatan pasca-operasi atau plasebo menunjukkan penurunan yang
signifikan dalam skor nyeri pada akhir terapi dalam kelompok terapi aktif, meskipun
manfaatnya tidak konsisten dengan follow up yang lebih lama (untuk 18 bulan) setelah
penghentian terapi. Interval rata-rata antara operasi dan rekurenai gejala membutuhkan
terapi alternatif secara signifikan lebih lama bagi pasien yang menerima pengobatan pasca
operasi dengan agonis GnRH (> 24 bulan) dibandingkan dengan pasien yang menerima
plasebo (12 bulan). 1
Ketika membandingkan pilihan terapi pasca operasi yang berbeda-beda, suatu studi
lainnya menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung
levonorgestrel-releasing pasca operasi menghasilkan penurunan rekurensi dismenore yang
lebih besar daripada pengobatan dengan agonis GnRH, meskipun pengobatan ini belum
diadopsi secara luas.3
4. Managemen Infertilitas
Sebuah meta analisis besar dari percobaan acak mengevaluasi suprei ovarium
dengan kontrasepsi oral kombinasi, agonis GnRH, medroxyprogesterone acetate, atau
danazol dibandingkan dengan plasebo atau tanpa pengobatan pada wanita dengan berbagai
stadium endometriosis tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kehamilan
spontan atau tingkat kelahiran hidup. Dengan demikian, agen ini tidak dianjurkan untuk
pengobatan infertilitas dan tidak harus menunda terapi kesuburan efektif. Terapi
gonadotropin dan inseminasi intrauterine, serta fertilisasi in vitro (IVF), merupakan terapi
efektif pada wanita dengan infertilitas dan endometriosis. Ablasi lesi endometriosis dengan
melisiskan adesi dianjurkan untuk pengobatan infertilitas yang terkait dengan endometriosis
stadium 1 atau 2.1

KESIMPULAN

Endometriosis merupakan penyebab signifikan nyeri pelvis kronik dan berhubungan


dengan rendahnya fertilitas pada wanita (tapi tidak semuanya). Diagnosis dini dan terapi
yang tepat akan menurunkan morbiditasnya terhadap nyeri sehingga memperbaiki
produktivitasnya.6
Pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri yang merujuk pada endometriosis,
maka setelah dilakukan serangkaian pameriksaan medis, bedah, genekologi dan riwayat
keluarga, maka perlu dilakukan pemeriksaan pelvis lebih lanjut. Jika pemeriksaan pelvis
menunjukkan adanya nyeri adneksa, pelunakan dengan atau tanpa rasa penuh, pasien harus
disarankan melakukan pemeriksaan USG transvaginal untuk melihat adanya endometrioma
ovarium atau penyakit panggul lainnya, meskipun penyakit peritoneal tidak akan terdeteksi
dengan metode pencitraan ini.1
Bagi kebanyakan wanita, hilangnya gejala nyeri merupakan tujuan utama dalam
pengobatan endometriosis. Meskipun ada banyak pilihan terapi medis yang tersedia,
tindakan bedah mungkin diperlukan pada pasien yang gagal dengan pengobatan medis,
disertai komplikasi akut, atau mengalami efek samping obat yang signifikan. Intervensi
bedah baik konservatif maupun definitif dapat dilakukan dengan mempertimbangkan usia
pasien, ekstensi penyakit, tujuan reproduksi, risiko pengobatan, efek samping, dan
pertimbangan biaya.3
Anti inflamasi non-steroid dan kontrasepsi oral kombinasi siklik direkomendasikan
sebagai terapi lini pertama bila tidak ada kontraindikasi. Bila nyeri menetap, maka
direkomendasikan untuk beralih pada kontrasepsi oral kombinasi kontinu selama 3 – 6
bulan atau sistem levonogestrel intrauterin. Jika pendekatan ini tidak efektif, terapi GnRH
agonis dengan terapi penambahan kembali estrogen-progestin merupakan pilihan yang
tepat. Laparoskopi diindikasikan untuk mengevaluasi dan mengobati nyeri persisten, massa
pada panggul, atau keduanya. Pasien harus dikonseling tentang hubungan antara
endometriosis dengan infertilitas, tetapi juga harus diyakinkan bahwa mungkin tidak
bermasalah dengan kehamilan dan bahwa pengobatan untuk infertilitas terkait
endometriosis sering efektif. 1

Anda mungkin juga menyukai