Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik
terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau
disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Rangkaian listrikdalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen
listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen
memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen
atau komponen listrik pada Rangkaian listrik dapat dikelompokkan kedalam
elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang
menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus.
Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan
energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat menyerap energi
dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak juga yang
menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R. (Liwang,2014)
Cedera akibat listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik
yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik
tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang
serius, terutama pada jantung, otot atau otak. (Czuczman AD, 2016)
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).
Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme
yaitu terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan.
Pemanasan akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan

1
akan menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada
sel-sel saraf pembuluh darah dan otot.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Definisi trauma listrik
2. Bagaimana Etiologi Trauma Listrik
3. Bagaimana Patofisiologi Trauma Listrik
4. Apakah Manifestasi Klinis Trauma Listrik
5. Apakah Komplikasi Trauma Listrik
6. Bagaimanakah KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Trauma Listrik

1.3 Tujuan
1. Mendisripsikan Definisi trauma listrik
2. Mendiskripkan Etiologi Trauma Listrik
3. Mendiskripsikan Patofisiologi Trauma Listrik
4. Mendiskripsikan Manifestasi Klinis Trauma Listrik
5. Mendiskripsikan Komplikasi Trauma Listrik
6. Mendiskripsikan KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Trauma Listrik

1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan pertimbangan manfaat yang dimilikinya. Manfaat
dari penyusunan makalah ini sebagai berikut .
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca
2. Sebagai masukan kepada orang tua untuk lebih mengawasi anak-
anaknya
3. Bagi peneliti bisa menambah pengetahuan tentang KARYA ILMIAH .

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda
yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Arus listrik bergerak dari tempat
yang berpotensial tinggi ke potensial rendah. Arahnya sama dengan arah gerak
muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan elektron-elektron).
(Liwang,2014)
Bagian-bagian listrik, antara lain : 2
a. Arus listrik (I)
Arus listrik searah atau direct current (DC) mengalir secara terus menerus ke
satu arah, dipakai dalam industri elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan
pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan
kereta listrik (600-1500 volt). Sumber misalnya baterai dan accu. Arus listrik
bolak-balik atau alternating current (AC) mengalir bolak-balik, digunakan di
rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih
berbahaya daripada arus DC, tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap
arus AC.
b. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau Hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60
Hertz, yang paling tinggi 1 juta Hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak
begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka
terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang
dari 40 Hertz atau lebih dari 1.000 Hertz.
c. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan
intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar)
yang memiliki tahanan sebesar 1 ohm.

3
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy
dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu
volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO
CURRENT = kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa
melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama
dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari
medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
V
1. banyaknya arus
2. lamanya kontak I = ---
3. besarnya hambatan R
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere) W = I2 R t
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)

2.2 Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada
saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan
accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah
maupun pabrik.
2.3 Patofisiologi

4
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera
dengan atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama
elektrik pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal
maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat
menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang
lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas.
Seluruh aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan
mioglobinuria dan berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka
bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat
sengatan arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan
intensitas 70-80 mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan arus DC
dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan
kerusakan.
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi
biologis kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat
menimbulkan kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan
menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun
general. +60% kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt.
Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya
fibrilasi ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena
trauma elektrotermis.
c. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar

5
terdapat pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat
saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal
ini bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut,
kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit
yang kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan
tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau
saline, maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm.
Tahanan tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan
demam atau adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi
keringat meningkat.
Pertimbangkan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan
yang menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor
dengan tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan
karet, sepatu karet, dan lain-lain.
d. Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat
tertentu perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus
yang di atas 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan
fibrilasi ventrikel.
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh :
mA Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari
aliran listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel

6
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,
pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan
terjadi pada kuat arus 100 mA atau lebih.
e. Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada
tanah yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang
berdiri dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan
pertama tahanannya rendah.
f. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak
jumlah arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah
besar & luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot
sehingga korban malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan
mengalir lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang
mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau
melepaskan konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus
listrik dengan tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya
kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.
g. Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak
masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of
entry) & letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut
bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah
tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya
terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik
tersebut. Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki
lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik, alas kaki dapat berfungsi sebagai
isolator, terutama yang terbuat dari karet.
1. Sebab Kematian

7
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai
trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari
ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam
waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang
paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan
kiri dan keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik
masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang
lain maka 60% yang meninggal dunia.
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal
karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih
tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang
memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi
masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut
Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA,
sedangkan ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.
c. Paralisis pusat nafas
Paralisis pusat pernapasan terjadi jika arus listrik masuk melalui di
batang otak, dan dapat disebabkan juga oleh trauma pada pusat-pusat vital
di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek hipertermia. Bila aliran listrik
diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun masih berdenyut,
oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan korban masih dapat
ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur arus listrik.
2.4 Manifestasi Klinis
Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan
otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat

8
menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api
listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500 derajat celcius. Tegangan lebih dari
500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik
menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui
jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan
gangguan jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang oleh
tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut
menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau otot
menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tegangan tinggi
mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila mengenai kepala,
dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah tidak
berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik.
Kelancaran arus masuk ke tubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit
yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan
mudah masuk ke dalam tubuh. Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak
luka masuk yang berupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan
terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang
timbul yang mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Kadang luka bakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan
jaringan yang lebih dalam luas dan berat. Kerusakan otot yang berat dapat terlihat
pada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang
dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam-macam. Mulai dari sekedar
terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau yang tergolong fatal berupa kematian.
Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek langsung arus
listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari panas yang diteruskan oleh
jaringan. Energy terbesa rterjadi pada titik kontak sehingga kerusakan jaringan
pada daerah tersebut harus diobservasi lebih baik.

9
Luka keluar sengatan listrik lebih besar dari pada luka masuk. Bila sengatan
listrik masuk kedalam tubuh, kerusakan terbesar terjadi pada jaringan saraf,
pembuluh darah dan otot. Sengatan listrik dapat mengakibatkan nekrosis berupa
koagulasi, kematiansaraf, dan kerusakan pembuluh darah. Luka yang
ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis atau kerak dari pada luka bakar
termal. Karena ukuran dari luka karena sengatan listrik tidak berkolerasi baik
dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang dalam
sangat penting. Luka traumatic sering terjadi bersamaan dengan sengatan listrik.

2.5 Komplikasi
 Kardiovaskular. Kematian mendadak (fibrilasi ventrikel, asistol), nyeri dada,
disritonia, abnormalitas segmen ST-T, blok cabang berkas, kerusakan
miokardium, disfungsi ventrikel, infark miokardium, hipotensi (volume
depresi), hipertensi (pelepasan katekolamin).
 Neurologis. Status mental agitasi, koma, kejang, edema serebral, ensefalopati
hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah, paraplegia, kuadriplegia, disfungsi
sumsum tulang, neuropati perifer, insomnia, emosi labil.
 Kulit. Luka akibat sengatan listrik, luka bakar.
 Vaskular. Thrombosis, nekrosis koagulasi, DIC, ruptur pembuluh darah,
aneurisma, sindrom kompartemen.
 Pulmonal. Henti napas (sentral atau perifer), pneumonia aspirasi, edema
pulmonal, kontusio pulmonal, kerusakan inhalasi.
 Metabolik atau renal. Gagal ginjal akut, mioglobinuria, asidosis metabolik,
hipokalemia, hipokalsemia, hiperglikemia.
 Gastrointestinal. Perforasi, stress ulcer, perdarahan gastrointestinal.
 Muskular. Mionekrosis, sindrom kompartemen.
 Skeletal. Fraktur kompresi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu (anterior
dan posterior), fraktur skapula.

10
 Oftalmologi. Cornels burns, delayed cataract, thrombosis atau hemoragia
intraokular, uveitis, fraktur orbita.
 Pendengaran. Hilangnya pendengaran, tinitus, perforasi membran timpani,
mastoiditis.
 Luka bakar oral. Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas fasialis,
gangguan bicara, perubahan bentuk mandibula, dan gangguan pembentukan
gigi.
 Obstetri. Aborsi spontan, kematian janin.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan.
b) Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan
SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada
kehilangan air.
c) Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
interstitial/ gangguan pompa natrium.
d) Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein.
e) Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
f) Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
g) EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka
bakar listrik.
h) BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
i) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
j) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
k) Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema
cairan.
l) Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

11
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit. Bila riwayat tidak jelas,
ciri-ciri luka pada kulit dapat membantu diagnosis. Sengatan listrikdapat
menyebabkan cedera kulit, mulai dari eritem lokal hingga luka bakar derajat
berat. Keparahan luka tergantung dari intensitas arus listrik, area yang terpajan,
serta durasi pajanan.

Gambar 1. Karakteristik Klinik Akibat Sengatan Listrik3


a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar
atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit

12
diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan
ukurannya tergantung dari benda yang berarus listrik yang mengenai
tubuh.

Gambar 2. Electric mark4


2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark
dapat menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar 3. Joule burn4


3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda
yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah
mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh
korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak
jarang disertai patahnya tulang-tulang.

13
Gambar 4. Exogenous burn3
4. Kissing burn, merupakan luka bakar pada daerah lipatan fleksor dan
biasanya berhubungan dengan kerusakan ang luas pada jaringan
dibawahnya.

Gambar 5. Kissing burn3

b. Pemeriksaan Dalam
Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling
banyak adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi
fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru didapatkan edema dan
kongesti. Organ viseral menunjukkan kongesti yang merata. Ptekie atau
perdarahan mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal
akibat listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada
tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka jika ada

14
aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang meleleh dan terbentuklah
butiran-butiran kalsium fosfat yang menyerupai mutiara atau pearl like
bodies. Otot korban putus akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan
konjungtiva korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas,
pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi
pendarahan kemudian terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric
mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh
listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah
mengalami trauma listrik. Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian
sel yang memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna
lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan
vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun
secara palisade. Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian
sel-sel yang rusak dari stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar
keringat memanjang dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.

Gambar 5. Histologis Luka Listrik3

3 Luka akibat Petir3

15
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang
dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi. Seseorang yang disambar petir
pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor
panas dan faktor ledakan:
a. Ada 2 efek listrik akibat sambaran petir :
- Current mark / electric mark / electric burn. Efek ini termasuk salah satu
tanda utama luka listrik (electrical burn).
- Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul
tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai
reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang
sendiri setelah beberapa jam.

Gambar 6. Aborescent marking2


b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
- Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh
tubuh korban dapat terbakar atau hangus.
- Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan
dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat
kita gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga
termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

16
Gambar 7. Metalisasi1
c. Efek ledakan:
- Efek ledakan akibat sambaran petir terjadi akibat perpindahan volume
udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat
menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga menimbulkan
suara menggelegar/ledakan.
- Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul,
misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural
bleeding.

17
Gambar 8. Komplikasi Trauma Listrik pada Berbagai Organ3
2.8 Penatalaksanaan
1. Lakukan resusitasi (A-B-C) atau pertimbangkan rawat
ICU pada korban dengan hemodinamik tidak stabil.

2. Lakukan rehidrasi pada pasien dengan trauma listrik.


Cairan resusitasi yang digunakan adalah Ringer Laktat atau Normal
Saline. Cairan resusitasi diberikan terutama pada keadaan mioglobinuria,
luka bakar, dan kecurigaan adanya kerusakan jaringan yang luas.
Penggunaan rumus pemberian cairan tidak disarankan mengingat
kemungkinan luasnya daerah yang rusak tidak dapat ditentukan.
Pemberian cairan resusitasi dapat diberikan 10- 20 ml/kgbb secara bolus
intravena. Pemberian cairan harus disertai pengukuran keluaran urin. Pada
keadaan mioglobinuria, produksi urin harus mencapai setidaknya 70-100
ml/jam pada orang dewasa atau sekitar 1-1,5 ml/kgbb/jam pada orang
dewasa dan 2-3 ml/kgbb/jam pada anak sampai urin jernih.

3. Penggunaan diuretika dapat diberikan untuk


mempertahankan diuresis. Manitol dan furosemid dapat digunakan
terutama pada keadaan mempertahankan produksi urin seperti
mioglobinuria. Tujuan dari pemberian diuretika adalah untuk menjaga
produksi urin tetap ada demi mencegah terjadinya ATN dan gagal ginjal
akibat mioglobinuria. Dosis manitol yang disarankan adalah 25 gram IV
sebagai dosis inisial dilanjutkan dengan 12,5 gram IV perjam selama 4-6

18
jam. Dosis inisial furosemide yang disarankan adalah 20-40 mg IV bolus
pelan .

4. Evaluasi menyeluruh terhadap cedera tersembunyi,


terutama cedera medula spinalis, serta trauma toraks dan abdomen, meski
tidak ada riwayat trauma.

5. Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap,


elektrolit, kalsium, urea nitrogen darah, kreatinin, analisis gas darah,
mioglobin(MC), kreatinin kinase (CK), CK-MB dapat meningkat pada
kerusakan otot yang ekstensif, meski tanpa adanya kerusakan otot jantung.

6. Pemeriksaan EKG dapat dilakukan untuk evaluasi


apakah terdapat aritmia atau tidak. Pada pasien trauma listrik voltase
rendah dengan gambaran EKG normal, dapat dipulangkan apabila tidak
terdapat penyebab kegawatdaruratan lain. Pemantauan ekg yang ketat
diperlukan pada pasien trauma listrik voltase tinggi atau pasien trauma
listrik voltase rendah dengan EKG abnormal. Durasi pemantauan
setidaknya dalam 4 jam pertama.

7. Evaluasi serial untuk fungsi hati, pankreas, dan ginjal


untuk cedera iskemik atau trauma. Lakukan pencitraan radiologi yang
sesuai, bila diperlukan. Pemeriksaan radiologi dengan xray diindikasikan
untuk pasien dengan riwayat trauma tumpul, jejas, dan deformitas akibat
trauma listrik.

8. CT-scan kepala harus dilakukan pada seluruh sengatan


listrik berat, penurunan kesadaran, cedera dengan jatuh, dan ada temuan
abnormalitas neurologis.

9. Pada kasus dengan cedera voltase tinggi, lakukan:

a. evaluasi rhabdomiolisis dan mioglobinuria

19
b. fasiotomi, bila ada compartement syndrome

c. dukungan nutrisi yang adekuat apalagi kebutuhan energi meningkat

d. evaluasi oftalmologis dan otoskopis

10. Tatalaksana preventif untuk stress ulcer, misalnya agen


H2-antagonis (ranitidin IV 50 mg/ 8 jam) atau penghambat pompa proton
(omeprazol 40 mg/12 jam atau pantoprazol IV 40-80 mg/ 12-24 jam)

11. Pemeriksaan psikiatri dan dukungan segera setelah


pasien sadar.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas Ego

20
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
7. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka
bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

21
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran
dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh
pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera
kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
10. Pemeriksaan Diagnostik
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

B. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa
Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis

22
yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka
bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area
1. Data
Data Subjektif : -
Data Objektif :
- ensitivitas terhadap nyeri
- Penurunan kemampuan fungsi tubuh
Etiologi: Adanya stimulus nyeri → merangsang susunan saraf otonom→
mengaktifkan norephineprin → merangsang saraf simpatis → mengaktifasi
RAS → mengaktifasi kerja organ→ menurunkan REM → pasien terjaga
Masalah : Kurang tidur berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan saat
tidur.
NOC (Tujuan) :
- Pemulihan energi saat tidur
- Perasaan segar setelah tidur
- Tidak ada gangguan pada jumlah jam tidur
- Tidak ada gangguan pada pola, kualitas, dan rutinitas tidur

NIC ( Intervensi ) :

- Monitor pola tidur pasien dan catat hubungan faktor- faktor fisik
( nyeri / ketidaknyamanan)
- Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang menyebabkan
kurang tidur
- Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu untuk tidur pasien
atau keperluan sebelum tidur, serta benda- benda familiar
- Memonitor TTV (tanda- tanda vital) ⇒untuk melihat pemulihan energi
- Membatasi pengunjung
2. Data
Data Subjektif : -
Data Objektif :
- HB : 10,2 Gr/dl
- Leukosit : 13000
- Suhu : 37,8 ’C
- Albumin : 1,9 ( Imunosupresan )
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma
jaringan )

23
Etiologi : Luka bakar → kehilangan barier kulit → problem
thermoregulasi → Netrofil terjebak di zona statis → jika invasi
mikroorganisme patogen → resiko infeksi

Masalah : Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan resiko


masuknya organisme patogen

NOC ( Tujuan) :

- Terbebas dari tanda dan gejala infeksi


- Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
- Menunjukan hygine pribadi yang adekuat

NIC ( Intervensi ) :

- Monitor tanda dan gejala infeksi


- Monitor hasil laboratorium ( Albumin, HB, Leukosit )
- Instruksikan untuk menjaga hygine pribadi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarganya akan tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan
- Berikan terafi antibiotik ( Amicasin )
3. Data
Data Subjektif : -
Data Objektif :
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 26 kali/menit
- Perubahan dalam nafsu makan
- Gangguan tidur

Etiologi : Luka bakar → kerusakan jaringan → pelepasan histamin,


bradikinin, serotinin, dan prostaglandin → merangsang serabut saraf
afferen dan saraf- saraf nyeri → medula spinalis → Neospinothalamus →
Cortex Cerebri → nyeri dipersepsikan

Masalah : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

NOC ( Tujuan ) :

24
- Perubahan dalam kecepatan pernapasan, denyut jantung atau TD
- Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri
- Menunjukan teknik relaksasi secara individu yang efektif untuk
mencapai kenyamanan

NIC ( Intervensi ) :

- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,


karakteristik, awitan/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri, dan faktor prespitasinya.
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa
lama akan berlangsung, dll
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakolgi, misalnya : relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, hipnosis, dll
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terafi analgetik ( Tramadol
).

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke
dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi organ dalam. Klasifikasi luka listrik secara garis besar
dibagi dua yaitu luka listrik akibat kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit (AC/DC),
lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus dan luas
area kontak. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan

25
adalah resusitasi A-B-C terlebih dahulu. Penggunaan cairan resusitasi tidak
mengikuti rumus maintenance cairan tertentu untuk mengantisipasi kerusakan
jaringan yang lebih luas.Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan penting untuk
pemantauan kondisi pasien dengan trauma listrik.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna , kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang banyak tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
saran bisa berisi kririk atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Liwang F, Mansjoer A. Sengatan listrik. Dalam: Kapita selekta kedokteran.


Jakarta: Media Aesculapius.2014. p.855-6.
2. Spies C, Trohman RG. Narrative review: electrocution and life-threatening
electrical injuries. Ann Intern Med. 2006;145:531-537.
3. Czuczman AD, Zane RD, Cooper MA, Daley BJ. Electrical injuries: a review for
the emergency clinician. Accessed in January 9th 2016. Available at:
https://www.ebmedicine.net/topics.php?paction=dLoadTopic&topic_id=201
4. Alharbi et al. Treatment of burns in the first 24 hours: simple and practical guide
by answering 10 questions in a step-by-step formWorld Journal of Emergency
Surgery 2012, 7:13 http://www.wjes.org/content/7/1/13
5. ACI. Clinical practice guidelines: burn patient management. Accessed in January
9th 2016. Available at: www.health.nsw.gov.au/gmct/burninjury

26
6. Lilard P. Guidance for emergency medical management of electrical injuries.
Accessed in
January9th2016.Availableat:www.masscosh.org/sites/default/files/documents/Guid
ance%20for%20Emergency%20Medical%20Management%20of%20Electrical
%20Injuries.doc
7. Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
8. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • 02 Lembar Persetujuan Benar1
    02 Lembar Persetujuan Benar1
    Dokumen4 halaman
    02 Lembar Persetujuan Benar1
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Baru
    Bab 1 Baru
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Baru
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • LP Resiko Jatuh Print
    LP Resiko Jatuh Print
    Dokumen7 halaman
    LP Resiko Jatuh Print
    kidicid
    50% (2)
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik Ifa
    Askep Gerontik Ifa
    Dokumen22 halaman
    Askep Gerontik Ifa
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Form Askep KLG
    Form Askep KLG
    Dokumen5 halaman
    Form Askep KLG
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Sdsdasd
    Sdsdasd
    Dokumen3 halaman
    Sdsdasd
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • 01 Cover
    01 Cover
    Dokumen1 halaman
    01 Cover
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Def New PSTW
    Def New PSTW
    Dokumen23 halaman
    Def New PSTW
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Padi
    Padi
    Dokumen36 halaman
    Padi
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • SOAL1
    SOAL1
    Dokumen7 halaman
    SOAL1
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Dokumen8 halaman
    Kuisioner
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • LP
    LP
    Dokumen11 halaman
    LP
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Pengesahan
    Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Pengesahan
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Woc Partway
    Woc Partway
    Dokumen1 halaman
    Woc Partway
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Sap Terapi Bermain Bola
    Sap Terapi Bermain Bola
    Dokumen6 halaman
    Sap Terapi Bermain Bola
    Nasrullah
    Belum ada peringkat
  • Sap Terapi Bermain Bola
    Sap Terapi Bermain Bola
    Dokumen6 halaman
    Sap Terapi Bermain Bola
    Nasrullah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan Picu
    Lembar Persetujuan Picu
    Dokumen3 halaman
    Lembar Persetujuan Picu
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Pembanding 5.en - Id
    Jurnal Pembanding 5.en - Id
    Dokumen41 halaman
    Jurnal Pembanding 5.en - Id
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Pres Jur
    Pres Jur
    Dokumen18 halaman
    Pres Jur
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Cover Stroke
    Cover Stroke
    Dokumen3 halaman
    Cover Stroke
    Lalha Shelya
    Belum ada peringkat
  • Sap Dekubitus Melati
    Sap Dekubitus Melati
    Dokumen9 halaman
    Sap Dekubitus Melati
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Fezeriandy Aris Dapus
    Fezeriandy Aris Dapus
    Dokumen1 halaman
    Fezeriandy Aris Dapus
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Yayik Dwi Cahyanti KTI
    Yayik Dwi Cahyanti KTI
    Dokumen94 halaman
    Yayik Dwi Cahyanti KTI
    Sundari Rizky Yusniar
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Def
    Abstrak Def
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Def
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Seminar
    Makalah Seminar
    Dokumen1 halaman
    Makalah Seminar
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Asfiksia
    Laporan Pendahuluan Asfiksia
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pendahuluan Asfiksia
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat
  • KLK
    KLK
    Dokumen13 halaman
    KLK
    Yoga Madani
    Belum ada peringkat