Anda di halaman 1dari 9

EPISTAXIS

A. Definisi
Hidung berdarah (Kedokteran:epistaksis atau Inggris:epistaxis) atau mimisan adalah
satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung.
Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang
terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah
Mimisan, baik yang bersifat menetes (epistaxis) maupun mengalir (rhinorhagia),
secara harafiah berarti pendarahan hidung. Dalam pengertian sehari-hari semua perdarahan
yang melalui rongga hidung, tanpa memandang asalnya, disebut mimisan.

Gambar 1. Epistaxis pada kuda.


(By permission from Knottenbelt DC, Pascoe RR, Diseases and Disorders of the Horse, Saunders, 2003)

Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal
dari pleksus Kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior
melalui cabang arteri sfenopalatina (merupakan tipe yang biasa terjadi).
B. Etiologi
Kasus epistaxis pada hewan besar banyak dijumpai pada kuda. Epistaxis sendiri dapat
disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi trauma kepala,
abses pada septum nasi, sinus nasi, dan pharynx, adanya benda asing yang melukai vasa
darah, sinusitis, tumor, mikosis saccus gutturalis, dan EIPH.
Trauma kepala bisa terjadi akibat benturan kepala ke dinding kandang, tersepak oleh
kawan, terjatuh, dan juga luka iatrogenic, yaitu kelukaan akibat pemasukan alat bantu ke
dalam atau melalui cavum nasi, misalnya sonde. Trauma ini menyebabkan membran mukosa
dan atau os turbinata terluka. Biasanya disertai dengan fraktur dan kebengkakan pada daerah
yang terluka. Kondisi akan nampak lebih parah jika hewan menundukkan kepala.
Adanya abses di septum nasi, sinus nasi, maupun pharynx bisa menyebabkan
hemoragi, baik unilateral maupun bilateral. Pada saat makan, terkadang jerami yang masuk
juga bisa melukai pembuluh darah sehingga menyebabkan hemoragi. Pada kasus sinusitis,
terjadi pengikisan pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan, dan biasanya disertai
dengan pus yang sama banyak dengan jumlah darah yang keluar. Pada domba epistaxis
biasanya disebabkan oleh infeksi larva Oestrus ovis.
Tumor biasanya terjadi pada saluran nafas bagian atas, antara lain polip nasal,
ethmoid hematoma, squamous cell carcinoma, granuloma pada sapi dan kuda
akibat Rhinosporodium seeberi. Umumnya kuda yang sering terkena ethmoid hematoma
adalah kuda yang telah berumur lebih dari 8 tahun, antara lain kuda jenis Thoroughbred,
Arabian, or Warmblood horses. (Pascoe, 2008)
Mikosis saccus gutturalis dapat menyerang satu bahkan kedua sisi saccus gutturalis
yang menyebabkan hemoragi secara tiba-tiba dan tanpa gejala. Fungi menyerang dan
mengikis dinding arteri (cabang a.carotis interna) penyuplai area saccus gutturalis daerah
dorsocaudal dari kompartemen medial saccus gutturalis. Walaupun lesinya juga bisa terlihat
sampai ke kompartemen lateral dan menyebabkan terjadinya hemoragi berat.. Invasi fungi
pada struktur neurovaskuler dinding saccus gutturalis bisa menimbulkan gejala yang nampak.
Walaupun penyebab pasti mikosis saccus gutturalis masih belum diketahui, beberapa fungi
terutama Aspergillus (Emericella) nidulans, dapat terisolasi dari lesi yang ada (Pascoe,
2008). Biasanya kondisi ini berakhir dengan ditemukannya hewan mati dalam kolam darah.
Exercise Induced Pulmonary Hemorrhage (EIPH) biasanya terjadi pada kuda pacu
yang over exercised. Epistaxis terjadi akibat ruptur kapiler pulmo karena perbedaan tekanan
ekstrim yang terjadi selama latihan. Kondisi ini tidak mempengaruhi performa kuda, kecuali
pada kasus EIPH berat akibat ruptur pada vasa yang lebih besar. Hal ini bisa berakibat fatal.
Faktor sekunder meliputi radang limpa, hipertensi, arteriosclerosis, thrombus,
toxicitas obat, nekrosis choncae, gangguan nutrisi, abnormalitas homeostasis. Faktor
pendukung lainnya TBC, abnormalitas darah (hemofilis, leukemia, anemia sel sabit,
trombositopenia, defisiensi vitamin C,D,K), gangguan homeostasis (pembekuan darah :
turunnya faktor IX). Epistaxis juga merupakan gejala klinis yang terjadi pada kasus anthrax,
malleus, dan strangles pada kuda, dan distemper serta chronic nasal catarrhal pada anjing.
C. Patogenesis
Penyebab umum pada epistaxis anterior adalah pecahnya pembuluh darah pada
plexus Kiesselbach yang terletak di bagian anterior (depan) nasal septum (bagian yang
membagi lubang hidung menjadi dua). Sedangkan epistaxis posterior berasal dari cabang-
cabang arteri sfenopalatina yang berada di bagian posterior (belakang) rongga hidung atau
nasofaring .

www.hughston.com

www.drdavidson.ucsd.edu
Mekanisme pembekuan darah (hemostasis), fungsi trombosit dan faktor pembekuan
yang terganggu, serta suhu relatif rendah dengan kelembaban rendah, dan penggunaan obat
semprot hidung jangka panjang (dekongestan) dapat juga memicu epistaksis.
D. Gejala Klinis
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari
lubang hidung. Jika sumber epistaksis dekat dengan lubang hidung, maka darah yang keluar
berupa merah terang. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu
jelas seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior
melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat. Sumber epistaksis yang
jauh berada di dalam hidung umumnya mengeluarkan darah yang berwarna merah gelap.
Pusing, denyut jantung cepat, dan pernafasan yang dangkal dapat menjadi gejala
klinis epistaksis akut.
E. Cara Diagnosis
Epistaxis akan mudah didiagnosa dari warna darah yang keluar dari satu ataupun
kedua nostril untuk menentukan area perdarahan . Namun hal yang sulit adalah menentukan
penyebabnya. Penentuan diagnosa bisa dilakukan berdasar gejala kinis, misalnya pada kasus
trauma kepala bias terlihat dari adanya tanda-tanda luka dan bengkak di wajah.
Diagnosis epistaksis juga dapat dilakukan dengan membuka hidung menggunakan
spekulum, kemudian dengan alat pengisap semua kotoran dalam hidung dibersihkan baik
cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua lapangan
dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan
Sumber perdarahan dicari oleh dokter dengan bantuan alat pengisap untuk
membersihkan hidung dari bekuan darah. Kemudian tampon kapas yang sudah dibasahi
dengan obat tertentu dimasukkan ke dalam rongga hidung. Tampon dibiarkan selama 3-5
menit. Dengan cara ini dapat diketahui apakah sumber perdarahan dari anterior atau posterior.
Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior
dengan cara yang lebih rumit karena tampon harus dimasukkan ke dalam. Setelah darah
berhasil dihentikan, barulah diteliti lebih lanjut penyebabnya. Pemeriksaan tidak bisa hanya
berdasarkan darah yang keluar saja sebab tidak akan terdeteksi penyebab yang tepat.
Cara yang lebih pasti bias dengan pemeriksaan radiografi yaitu untuk cek keberadaan
fraktur, cairan (darah/pus) pada sinus, perubahan letak struktur jaringan oleh benda asing,
abses, juga tumor. Serta pemeriksaan endoskopi pada saluran nafas bagian atas maupun
bawah. Pemeriksaan endoskopi dapat lebih akurat menemukan penyebab, tapi akan sulit
dilakukan jika darah terlalu banyak. Kasus hemoragi pada sinus nasi bias terlihat melalui
endoskopi daerah sinus. Pada kasus EIPH saat diendoskopi akan ditemukan darah di daerah
trachea. Sedang pada kasus mikosis saccus gutturalis pemeriksaan endoskopi diarahkan ke
area saccus gutturalis.
F. Terapi
Penanganan epistaksis dapat dilakukan dengan cara : membersihkan hidung terlebih
dahulu, kemudian memasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu
larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin 1/1000 ke
dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah
sehingga perdarahan dapat berhenti untuk sementara. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari hidung yang bersifat
kronik memerlukan fokus diagnostik yang berbeda dengan pasien dengan perdarahan hidung
aktif yang prioritas utamanya adalah menghentikan pendarahan.
Tujuan pengobatan epistaksis adalah untuk menghentikan perdarahan.
Hal-hal yang penting adalah :
1. Riwayat perdarahan sebelumnya.
2. Lokasi perdarahan.
3. Apakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior) atau keluar dari hidung
depan (anterior) bila pasien ditegakkan
4. Lamanya perdarahan dan frekuensinya
5. Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
6. Hipertensi
7. Diabetes melitus
8. Penyakit hati
9. Gangguan koagulasi
10. Trauma hidung yang belum lama
11. Obat-obatan, misalnya aspirin, fenil butazon
Pengobatan disesuaikan dengan keadaan penderita, apakah dalam keadaan akut atau tidak.
a) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila
penderita sangat lemah atau keadaaan syok.
b) Pada pasien yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan
dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke
arah septum selama beberapa menit.
c) Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi
dengan adrenalin dan pantokain/lidokain, serta bantuan alat penghisap untuk
membersihkan bekuan darah.
d) Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan
kaustik dengan larutannitras argenti 20%-30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan
elektrokauter. Sebelum kaustik diberikan analgesia topikal terlebih dahulu.
Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan
pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin yang dicampur
betadin atau zat antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga
menyerupai pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai
ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan
dapat dipertahankan selama 1-2 hari.
Pengobatan juga disesuaikan dengan kasus penyebabnya. Hemoragi sinus dengan
trauma minor dapat sembuh hanya dengan istirahat dan pemberian antibiotic selama beberapa
hari, karena perlu diingat bahwa darah merupakan media tumbuh bakteri yang amat baik.
Pemberian antiboik juga dapat mencegah sinusitis sekunder. Sinusitis kadang bisa sembuh
hanya dengan pemberian antibiotic, namun penting untuk mengeluarkan cairan dari cavum
nasi ke pharynx yaitu dengan cara membuat lubang pada sinus. Pada sinusitis berat dan
kronis, perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan kanker.
Untuk kasus mikosis saccus gutturalis perlu dilakukan operasi untuk menambal arteri
dan penyemprotan antifungal pada saccus. Pada kasus ethmoid hematoma, hewan akan
kehilangan banyak darah sebelum atau saat operasi, dan terkadang perlu dilakukan operasi
ulangan karena tumor bias muncul lagi. Sedang pada EIPH tidak ada terapi spesifik, untuk
mengurangi kesakitan bias digunakan diuretic dan nasal dilatators strip.
G. Pencegahan
Karena munculnya kasus epistaksis yang disebabkan trauma terjadi tanpa dapat
diduga, beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka. Peralatan yang
melindungi kepala dapat digunakan selama beraktivitas, sehingga diharapkan dapat
mengurangi kejadian epistaksis.
Hewan harus dihindarkan seminimal mungkin terhadap trauma yang dapat
mengakibatkan epistaksis dan bila terjadi trauma segera dilakukan penanganan. Kasus yang
lain seperti bendung lokal dan tumor harus diobati segera

Selamat sore dok saya mau bertanya keponakan saya berusia kurang lebih 7 tahun dia suka
mimisan tetapi sekalinya mimisan bisa lebih dari 3 jam terus mengeluakan muntah yg
bercampur darah dan daging kejadian seperti ini kadang berulang 2 bulan atau lebih ,disertai
dengan muka yg pucat dan darah2 yg panjang bercampur dengan lendir ,apa yg says harus
lakukan apa perlu saya melakykan CT scan untuk mengetahui diagnosa yg jelas ,kalau saya
ke rumah sakit saya menuju ke poli mana?

dr. Aditya Pratama


Dokter
24 September 2015, 09:00

Halo, Epistaksis atau mimisan merupakan kondisi dimana keluarnya darah dari hidung.
Epistaksis dibagi menjadi 2 berdasarkan sumber perdarahan, Anterior (hidung depan) dan
posterior (hidung belakang). Kejadian ini dapat disebabkan oleh kondisi pada hidung(lokal)
atau kondisi tubuh secara keseluruhan. Penyebab epistaksis lokal:

 Iritasi,
 Trauma (benturan, korekkan, dan gesekan),
 Perubahan suhu yang terlalu tinggi,
 Masuknya benda asing ke hidung,
 Alergi,
 Infeksi,
 Mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
 Tumor.

Dan penyebab lainnya:

 Tekanan darah yang terlalu tinggi,


 Rendahnya trombosit,
 Kelainan darah.

Disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis THT, guna dilakukan
pemeriksaan fisik, dan penunjang medis lainnya (pengambilan sampel, foto ronsen, hingga ct-scan).
Beberapa tips yang dapat dilakukan pada saat sedang mimisan:

 Lakukan penekanan pada hidung,


 Jangan berbaring,
 Condongkan badan ke depan,
 Kompres dingin pangkal hidung.

Berikut saya sertakan artikel tentang Epikstasis. Semoga bermanfaat, dr. Aditya Pratama

2. Bioflavonoid

Bioflavonoid adalah antioksidan alami dan perusak radikal bebas. Senyawa satu ini dapat
membantu mencegah kerusakan jaringan. Jika Anda kekurangan asupan bioflavonoid, maka
hal ini dapat meningkatkan kerentanan Anda pada risiko perdarahan hidung serta masalah
kesehatan lainnya.

3. Vitamin C

Vitamin C bekerja dengan bioflavonoid sebagai antioksidan untuk mempromosikan


penyembuhan dalam tubuh manusia. Kekurangan vitamin C dalam diet akan meningkatkan
risiko perdarahan hidung.
Selain itu, vitamin C juga membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Sistem
kekebalan tubuh yang sehat dan kuat membuat anak tidak mudah terkena infeksi penyakit
yang bisa menjadi salah satu penyebab perdarahan pada hidung.

Mimisan mungkin menakutkan, namun mimisan jarang menunjukkan masalah


medis yang serius. Sebagian besar kasus mimisan dapat dihentikan tanpa
memerlukan pertolongan medis. Namun terkadang, diperlukan pengobatan
lebih lanjut untuk mengatasi mimisan. Jika Anda mengalami mimisan, Anda
dapat menggunakan obat mimisan seperti asam traneksamat, semprotan
hidung, phenylephrine hydrochloride, methylsalicylate atau mentol, dan lain-
lainnya.
Hidung memiliki banyak pembuluh darah. Pembuluh darah tersebut terletak dekat
permukaan di bagian depan dan belakang hidung. Pembuluh darah ini sangat rapuh
dan mudah berdarah. Hal inilah yang menyebabkan Anda mengalami mimisan.
Biasanya, mimisan sering terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia
antara 3 dan 10 tahun.

Ini Cara Mengobati Mimisan


Mimisan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni mimisan anterior atau
posterior, tergantung pada sumber perdarahannya. Terdapat dua penyebab mimisan
yang paling umum, yakni udara kering yang membuat membran hidung Anda kering
dan rentan terhadap pendarahan atau infeksi, serta mengorek atau mencungkil
hidung. Kedua hal ini dapat menyebabkan Anda mengalami mimisan.

 Biasanya, mimisan dapat diatasi dengan pertolongan pertama, di antaranya:


 Duduklah dan pencet bagian hidung Anda (tepat di atas lubang hidung),
setidaknya selama 10-15 menit.

 Menunduk dan bernapaslah melalui mulut Anda. Hal ini akan mengalirkan
darah ke hidung Anda, bukannya di bagian belakang tenggorokan Anda.

 Tempatkan es atau sekantong sayuran beku yang ditutupi handuk di atas


hidung Anda.

 Jangan berbaring. Posisi duduk atau berdiri dapat mengurangi tekanan darah
di pembuluh darah bagian hidung Anda dan dapat menghalangi terjadinya
pendarahan lebih lanjut.

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan beberapa obat mimisan untuk meredakan
kondisi yang Anda alami. Salah satunya adalah asam traneksamat, yakni obat yang
dapat mengurangi perdarahan dengan membantu darah Anda menggumpal. Obat ini
bertujuan agar mimisan dapat dihentikan. Selain itu, ada juga obat mimisan
Oxymetazoline, phenylephrine hydrochloride, atau semprotan hidung phenylephrine-
DM-guaifenesin yang dapat digunakan dalam jangka pendek untuk membantu
hidung tersumbat dan perdarahan ringan, namun obat ini hanya digunakan jika Anda
tidak memiliki tekanan darah tinggi. Semprotan hidung ini juga tidak disarankan
untuk digunakan lebih dari beberapa hari berturut-turut, karena bisa membuat
hidung tersumbat dan mimisan menjadi lebih buruk.
Untuk mengobati mimisan yang terjadi, Anda disarankan untuk tidak meminum obat
apa pun yang berfungsi mengencerkan darah seperti aspirin, ibuprofen, clopidogrel
bisulfate, atau warfarin.
Beberapa cara ini juga dapat mencegah Anda mengalami mimisan, seperti:

 Tetap menjaga kelembapan hidung karena kekeringan dapat meningkatkan


risiko mengalami mimisan. Anda dapat menggunakan petroleum jelly pada
bagian dalam hidung Anda. Gunakan tiga kali dalam sehari sebelum Anda
tidur. Anda juga dapat menggunakan produk saline nasal. Penyemprotan di
lubang hidung juga dapat membantu bagian dalam hidung Anda tetap
lembap.

 Gunakan alat pelembap udara (humidifier) di rumah Anda.

 Hindari merokok, karena merokok dapat mengiritasi dan membuat kering


bagian dalam hidung Anda.

Jika obat mimisan dan beberapa cara untuk menanggulangi mimisan tidak
membuahkan hasil, Anda disarankan untuk segera konsultasikan keadaan Anda
pada dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih tepat. Selain itu,

Anda mungkin juga menyukai