Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam tubuh manusia, oksigen berperan
penting dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang buruk bagi
tubuh, jaringan vital seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lebih lama tanpa suplai
oksigen secara terus-menerus. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menjamin agar
dasar oksigenasi dalam tubuh dapat terpenuhi.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia dalam
mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan
oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006).
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen.
Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti
adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya
oksigen.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami memandang perlu adanya penjabaran
konsep pemahaman tentang kebutuhan oksigen bagi kelangsungan hidup manusia dan
bermanfaat bagi manusia itu sendiri dengan judul “Konsep Pemenuhan Oksigen Bagi
Manusia”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja sistem yang berperan dalam kebututhan oksigen abgi tubuh?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan dalam pemenuhan oksigen?
3. Apa saja gangguan yang terjadi akibat kekurangan pemenuhan kebutuhan oksigen?
4. Bagaimana proses terjadinya kebutuhan oksigen?

1
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan beberapa tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Mengetahui sistem yang berperan dalam kebututhan oksigen abgi tubuh
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan dalam pemenuhan oksigen
3. Mengetahui gangguan yang terjadi akibat kekurangan pemenuhan kebutuhan oksigen
4. Mengetahui proses terjadinya kebutuhan oksigen

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigen


Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam tubuh manusia, oksigen berperan
penting dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang buruk bagi
tubuh, jaringan vital seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lebih lama tanpa suplai
oksigen secara terus-menerus. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menjamin agar
dasar oksigenasi dalam tubuh dapat terpenuhi. Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proses
pernafasanrespirasi yang melibatkan sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri atas
serangkaian organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan flasma
melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transportasi oksigen, dan perfusi ke jaringan.
Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan homeostasis dengan
mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi sisa
metabolisme karbondioksida. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.
2.1.1 Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan
udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari:
a. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior saluran dalam lubang hidungyang memuat kelenjar
sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga
hidung yang dilapisi oleh selaputlendir yang mengandung pembuluh darah. Proses
oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu
yang adadalam vestibulum bagian rongga hidung, kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasartengkorak sampai
esofagus yang terletak di belakang nasofaring di belakang hidung, di belakang mulut
orofaring, dan di belakang laringlaringofaring.
c. Laring Tenggorokan.
Laring merupakan saluran pernapasan setelahfaring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garistengah.
d. Epiglotis

3
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugasmembantu menutup laring pada
saat proses menelan.

2.1.2 Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan. Saluran ini terdiri atas:
a. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjangkurang lebih sembilan
sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima. Trakea tersusun atas enam belassampai dua puluh lingkaran tidak lengkap
berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat
mengeluarkan debuatau benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan daritrakea yang terdiri atas dua
percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri
yang memiliki tiga lobus atas,tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang
dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

2.1.3 Paru-Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang
berisi cairansurfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu
parukanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncakdisebut apeks. Paru memiliki jaringan
yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


a. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk devirat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat
yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropine,
ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2)

4
dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta
bloker nonselektif.
b. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
c. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia
organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
d. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,
ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adapatsi.
e. Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan
(status nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan
paru, kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.

2.3. Gangguan Oksigenasi


Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari
organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya
gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem
respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/ frekuensi pernapasan, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia.
2.3.1 Gangguan irama/ frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernapasan, antara lain: – Pernapasan “Cheyne-stokes” yaitu
siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian
menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan
tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini
terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan
laut dan pada bayi saat tidur. Pernapasan “Biot” yaitu pernapasan yang mirip

5
dengan pernapasan Cheyne- stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea.
Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
Pernapasan “Kussmaul” yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan
pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernapasan – Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi
pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasa normal. –
Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti: – Kelumpuhan otot
pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal. – Penyakit yang
meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
2) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain. Kondisi yang menyebabkan
penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan
lain-lain. Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3) Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-
paru ke jaringan yaitu: – Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin
yang tersedia untuk transpor oksigen. Keracunan karbondioksida dimana
sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung
yang rendah.
c. Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik. a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik).
Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi
dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin
sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.

6
Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendungan) Hipoksia hipokinetik
yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan. Hipoksia
hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan
hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana
kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke
jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi
akibat penumpukan darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun
umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn
kekurangan oksigen. Overventilasi hipoksia Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia
yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
oksigen lebih rendah dari penggunaannya. Hipoksia histotoksik Hipoksia
histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal
tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang
lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
Gangguan fungsi respirasi dapat menganggu fungsi fisiologis secara bermakna,
bahkan dapat mengancam nyawa. Suatu kondisi berupa berkurangnya availabilitas
atau ketersediaan O2, di dalam sel disebut dengan anoksia. Anoksia akan
menimbulkan gejala yang sama berupa sesak nafas, dimana terjadi peningkatan
intensitas dan frekuensi pernafasan. Anoksia dapat dibagi menjadi beberapa jenis
Anoksia anoksia Anoksia anoksia terjadi karena gangguan pada system respirasi
dan sumber oksigen. Oksigen kesulitan atau gagal mencapai eritrosit di kapiler
paru. Penyebabnya dapat karena memang kadar oksigen yang sangat rendah atau
tidak ada di atmosfir. Penyebab lain berupa obstruksi jalan nafas karena trauma
atau PPOK (Asma bronkial, Bronkitis kronis, Emfisema dan Bronkiektasis).
Terjadi penebalan membrane pulmonal karena jaringan perkejuan dari TBC atau
karena kerusakan paru-paru yang luas akibat penyakit kronis (TBC) Stagnan
anoksia Gangguan availabilitas oksigen karena gangguan transportasi di pembuluh
darah akibat kemampuan jantung sebagai pompa tidak adekuat (missal gagal
jantung) Anemik anoksia Gangguan anoksia ini terjadi karena gangguan ikatan
oksigen dengan Hb akibat jumlah eritrosit sebagai pembawa oksigen berkurang
(anemia), atau eritrosit cukup tapi kadar Hb yang rendah (anemia hipokrom) atau
keracunan gas CO.

7
2.4. Proses Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel. (wahit iqbal Mubarak, 2007). Udara
masuk secara berurutan, yaitu : Rongga hidung – faring – laring –trakea – bronkus –
bronkiolus- alveolus. Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,
yaitu :
2.4.1 Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk
mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.

2.4.2 Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari
kapiler ke alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Luasnya permukaan paru-paru
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
d. Afinitas gas

2.4.3 Transportasi

8
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan
berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi
HCO3 berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya :
a. Kardiak output
b. Kondisi pembuluh darah
c. Latihan (exercise )
d. Hematokrit
e. Eritrosit dan kadar Hb

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Proses pemenuhan oksigenisasi dalam
tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan transpor. Selain itu, ada juga cara
untuk dapat mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan
batuk efektif, pemberian oksigen, dan fisioterapi dada.
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan
bagian atas, bagian bawah, dan paru. Adapun faktor dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
selanjutnya berasal dari diri kita sendiri. Bagaimana kita beradaptsi dengan kondisi
lingkungan dan berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi jalannya asupan kebutuhan
oksigen dalam tubuh manusia. Cara yang dapat kita lakukan adalah bisa dengan menjaga diri
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi dan pola makan yang sehat serta
teratur. Sehingga tidak akan terjadi gangguan akibat faktor yang ada untuk kurangnya asupan
kebutuhan oksigen bagi tubuh manusia.

10

Anda mungkin juga menyukai