Anda di halaman 1dari 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Enhanced Oil Recovery (EOR)

Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih
banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara alami) yaitu menggunakan
energi alami yang berasal dari reservoir itu sendiri (natural reservoir drive) (Hyne, 1991).
EOR pada umumnya digunakan untuk meningkatkan produksi minyak setelah menggunakan
energi ilmiah proses produksi primer. Setelah energi ilmiah proses produksi primer habis, produksi minyak
akan menurun maka digunakan teknologi produksi sekunder dengan cara menginjeksikan air. Namun,
teknologi injeksi air, maka digunakan teknologi produksi tersier yaitu menggunakan injeksi panas dan
kimia yang disebut dengan Enhanced Oil Recovery (EOR). Diharapkan dengan menggunakan teknologi
EOR, dapat meningkatkan produksi minyak [Donaldson,1985].

Salah satu cara EOR adalah dengan cara menginjeksikan kimia atau disebut Chemical EOR.
Chemical EOR atau chemical flooding (Teknik injeksi kimia) adalah salah satu metode EOR yang berhasil
me-recovery minyak dari depleted reservoir pada tekanan rendah [Moghny,2006].

Proses chemical flooding yang biasa digunakan adalah injeksi polimer, injeksi surfaktan, dan
injeksi alkalin. Teknologi injeksi polimer menggunakan sifat polimer yang dapat larut dalam air, dapat
meningkatkan viskositas injeksi air dan lebih efisien untuk minyak yang cukup kental. Teknologi injeksi
surfaktan pada formulasi polimer dapat mengurangi tegangan antar muka air dan minyak hingga
mendekati nol, membuat minyak terperangkap sehingga dapat mengalir. Teknologi injeksi alkali dapat
mengubah asam dalam minyak dan membantu me-recovery untuk beberapa jenis minyak. Alkali
bermanfaat dalam mengurangi retensi surfaktan dalam batuan.

2.2. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan
sifat penyebaran dengan menurunkan tegangan permukaan cairan. Kemampuan surfaktan dalam
menurukan tegangan dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic yaitu mempunyai
struktur molekul yang terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Surfaktan telah diaplikasikan
secara luas pada berbagai industri antara lain sebagai emulsifier, emuliency, defoaming, detergency, dan
lainnya. Kebutuhan surfaktan di Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan industri sedangkan
produksi surfaktan terbatas.

Struktur molekul surfaktan terdiri dari :

1. Gugus hidrofilik (kepala surfaktan)


a. Bermuatan negatif adalah surfaktan anionik.
b. Bermuatan positif adalah surfaktan kationik.
c. Bermuatan positif dan negatif adalah surfaktan amfoter (zwitterion).
d. Tidak bermuatan adalah surfaktan non ionik.
2. Gugus hidrofobik (ekor surfaktan)
a. Hidrokarbon,
b. Perfluorohidrokarbon,
c. Polyoxypropylene atau polyoxybutylene.

Surfaktan banyak digunakan dalam industri antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat pencegah korosi, dan lain-lain. Surfaktan dapat juga digunakan
sebagai bahan pencuci yang bersih karena mengandung zat antikuman yang membuat surfaktan banyak
digunakan di rumah sakit.

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen


pada permukaan. Surfaktan dapat membentuk misel (micelles), suatu molekul surfaktan yang
mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.

Konsentrasi terbentuknya misel disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan


permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya.

2.3.Alga Coklat

Alga terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga (alga uniseluler) dan makroalga (alga
membentuk koloni). Alga mengandung bahan organik alamiah seperti karbohidrat atau polisakarida,
protein, slipid, vitamin, dan mineral (Jung et al, 2012). Alga dapat dimanfaatkan sebagai gelling agent,
stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri
makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan
ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain. Namun, pemanfaatan alga di Indonesia masih belum
optimal dan sebagian diekspor dalam bentuk mentah dengan nilai ekonomi yang rendah. Untuk
meningkatkan nilai ekonomi alga, maka diperlukan diversifikasi produk alga, misalnya alga sebagai
surfaktan (penurun tegangan muka).

Alga coklat Sargassum. Sargassum sp. sangat melimpah serta tersebar luas di perairan Indonesia.
Menurut Kadi (2005), Sargassum sp. mengandung bahan alginat dan iodin yang digunakan pada industri
makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. Selain itu juga,Sargassum sp. mengandung senyawasenyawa aktif
steroida, alkaloida, fenol, dan triterpenoid berfungsi sebagai antibakteri, antivirus, dan anti jamur
(Kusumaningrum et al. 2007).

Pada penelitian ini dipakai Alga coklat karena dari semua jenis makroalga, daya emulsi surfaktan
yang paling tinggi adalah alga coklat (Mahreni et al.2015).

Anda mungkin juga menyukai