Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hasil jumlah estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar

248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki sebesar

125.058.484 jiwa dan jumlan penduduk perempuan 123.364.472 jiwa. Jumlah

penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yang relatif cepat. Sehingga

diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar

kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat

(Kemenkes RI, 2014).

Keluarga Berencana (KB), merupakan salah satu cara yang paling efektif

untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu,

anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan,

dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan

akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak antara usia

anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2014).

Pemerintah mengantisifasi tingginya laju pertambahan penduduk dengan

membentuk sebuah badan yang secara spesifik dan khusus bertanggung

jawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia yaitu

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), suatu program

yang disebut Keluarga Berencana (KB) adalah program pemerintah yang

telah dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan serta jumlah


penduduk. Jumlah keluarga yang telah direncanakan dengan pembatasan

yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrsepsi atau

penanggulangaan kelahiran (Irianto, 2014).

Program KB dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau

menjarangkan kelahiran. Sasran program KB adalah Pasangan usia Subur

(PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita usia subur (WUS)

yang berad pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2014). Hal tersebut

menyebabkan berkembangnya berbagai metode kontrasepsi. KB merupakan

salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi

wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Pelayanan KB merupakan

salah satu didalam paket pelayanan kesehatan reproduksi essensial yang perlu

mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan KB

berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan (Handayani, 2010).

Kontrasepsi suntik banyak dipilih karena merupakan alternatif yang

sangat baik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang

sangant efetif. Selain itu karena mudah, praktis, dan murah. Namun jenis

kontrasepsi suntik yang progestin itu sendiri menimbulkan berbagai efek

samping, yaitu gangguan haid, kembalinya kesuburan lebih lambat serta

banyak yang mengalami kenaikan berat badan sejak menggunakan KB suntik

(Saifuddin , 2012).

Kenaikan berat badan adalah salah satu keluhan yang sering ditemukan

para pengguna KB suntik menurut hasil penelitian Depo Provera dan depkes
RI kenaikan berat badan rata-rata setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 Kg

setiap tahunnya. Kenaikan berat badan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti kelebihan makanan, kurang olah raga atau aktivitas fisik,

fisiologis, kebudayaan, lingkungan dan hormon. Penyebab kenaikan berat

badan kemungkinan karena hormon progesteron mempermudah perubahan

karbohidrat yang meningkat dan menjadi lemak sehingga lemak di bawah

kulit semakin bertambah. Selain itu hormon progesteron juga dapat

meningkatkan nafsu makan dan menurunkan aktifitas fisik. Akibatnya

pemakaian KB suntik dapat menyebabkan berat badan bertambah (Irianto,

2014).

Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif

adalah suntukan yaitu sebanyak 46,78% kedua adalah pil sebanyak 24,54%,

dan terbanyak ketiga IUD (intra Uterine Device ) yaitu sebanyak 11,41%

sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB

aktif, adalah kondom sebanyak 3,22%, terakhir MOP yakni sebanyak

(0,69%) (Kemenkes RI, 2014).

Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan yaitu

menunda kehamilan pasangan dengan isteri di bawah 20 tahun,

menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan), mengakhiri kesuburan

(Icemi dan Wahyu, 2013). Sekarang ini telah banyak beredar berbagai

macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil,

suntik, IUD dan implan. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu

aman pemakainannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan


tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu

hubungan seksual harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami

isteri. Meskipun demikian, masih banyak dari PUS yang masih enggan untuk

menggunakan alat kontrasepsi, hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode

yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan

keamanan metode kontrasepsi tersebut, berbagai faktor harus

dipertimbangkan termasuk status kesehatan.

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakakukan penulis di

Puskesmas Talaga, pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi

bulan maret 2018 diperoleh data kontrasepsi suntik sebesar 259 orang,

kontrasepsi implan 74 orang, pil 68 orang, kontrasepsi MOW sebanyak 9

orang, kondom 13 orang, dan kontrasepsi MOP 1 orang.

Berdasarkan dari data diatas peneliti tertarik untuk melakukan

pengkajian lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada

peserta KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga tahun 2018.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan yang diberikan kepada

peserta KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga tahun 2018?

C. TUJUAN

1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian yang diberikan kepada peserta

KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka

tahun 2018.
2. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis yang diberikan kepada

peserta KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga Kabupaten

Majalengka tahun 2018.

3. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan yang diberikan

kepada peserta KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga Kabupaten

Majalengka tahun 2018.

4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan yang diberikan kepada

peserta KB suntik di wilayah kerja puskesma Talaga Kabupaten

Majalengka tahun 2018.

5. Mampu mendeskripsikan evaluasi yang diberikan kepada peserta KB

suntik di wilayah kerja Puskesmas Talaga Kabupaten majalengka tahun

2018.

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada

peserta KB suntik di wilayah kerja di puskesmas Talaga Kabupaten

Majalengka tahun 2018.

D. MANFAAT

1. Bagi peneliti

Laporon kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan anemia yang telah dipelajari.

2. Bagi Tempat Penelitian

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anemia.


3. Bagi Pendidikan

Data dan hasil yang diperoleh dari laporan kasus ini dapat digunakan

sebagai perbandingan dan bahan untuk penelitian selanjutnya dibidang

kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai