Anda di halaman 1dari 6

BAB V

DISKUSI KASUS

Teori Diskusi
Definisi dan Epidemiologi Pasien laki-laki, 31 tahun datang dengan
keluhan sesak napas sejak 2 minggu, Os
Brokopleural fistula (BPF) adalah menyatakan bahwa sesaknya bertambah
terdapatnya saluran antara rongga apabila berbaring. Os kemudian berobat ke
pleura dengan pohon bronkial. BPF RS Mitra Medika, Amplas, dilakukan
sendiri merupakan komplikasi terberat pemasangan WSD, dan dirujuk ke RS USU
dari operasi toraks. Insidensi yang untuk penanganan lanjut. Riwayat
dilporkan adalah sekitar 1,5 – 28% penggunaan OAT regimen kedua sejak
setelah dilakukannya reseksi paru.2,4 Kamis lalu. Riwayat putus obat OAT
selama 1 bulan dijumpai. Riwayat darah
Sampai sekarang, komplikasi post tinggi dan sakit gula disangkal.
opertif dari tindakan reseksi paru
merupakan sebab yang paling sering,
diikuti dengan infeksi yang berujung
hingga nekrosis paru, kemterapi
ataupunradioterpi (pada kasus kanker
paru), pneumotoraks simple yang
persisten dan tuberculosis (paling
jarang).
Diagnosis Anamnesis
Kondisi BPF akut dapat mengancam Keluhan Utama : Sesak napas
nyawa yang diakibatkan terjadinya
Telaah :
tension pneumotoraks atau asfiksia
Hal ini telah dialami pasien sudah ± 2
karena pulmonary flooding. Gejala
minggu yang ini. Os menyatakan bahwa
klinis yang dapat dijumpai antara lain
sesaknya bertambah apabila berbaring. Os
dispnu yang mendadak, hipotensi,
kemudian berobat ke RS Mitra Medika,
emfisema subkutis, pergeseran trakea
Amplas, dilakukan pemasangan WSD, dan
ataupun mediastinum, batuk purulen. dirujuk ke RS USU untuk penanganan
Sementara gejala BPF subakut tidak lanjut. Riwayat penggunaan OAT regimen
khas seperti malaise, demam, batuk kedua sejak Kamis lalu. Riwayat putus obat
yang produktif minimal, sedangkan OAT selama 1 bulan dijumpai. Riwayat
adanya fibrosis pada rongga pleura darah tinggi dan sakit gula disangkal.
dan mediastinum menunjukkan BPF
fase kronik yang sering terjadi pada Status Generalisata
kasus infeksi. 2 Kepala : Dalam batas normal
Radiografi dada merupakan Mata : Konjungtiva palpebra
pemeriksaan penunjang inisial yang inferior anemis (-/-),
harus dilakukan sebagai skrining sklera ikterik (-/-),
untuk diagnosis BPF. BPF pupil isokor,
dipertimbangkan bila terdapat diameter 3 mm / 3
gambaran air fluid level yang baru mm, refleks cahaya
post pneumektomi atau pertambahan (+/+)
residual airspace. Pada pemeriksaan Telinga : Dalam batas normal
ro dada setelah reseksi paru, dapat Hidung : Dalam batas normal
dijumpai adanya gambaran udara pada Tenggorokan : Dalam batas normal
rongga pleura disertai sejumlah cairan. Mulut : Dalam batas normal
Udara tersebut secara bertahap akan Leher : Dalam batas normal
diserap diikuti dengan reabsorpsi
cairan dan berlangsung sampai 48 Jam Toraks
pertama. Adanya cairan dan udara Inspeksi : Simetris fusiformis,
yang persisten membutuhkan drainage. terpasang chest tube
2,5,6,7
di thorax kiri.
Pada kasus non bedah, BPF harus Palpasi : Stem fremitus, ka=ki
dipertimbangkan pada pasien dengan Perkusi : Sonor di kedua
demam, batuk yang produktif, lapangan paru
peningkatan air fluid level di rongga Auskultasi : Suara pernapasan :
pleura pada gambaran foto dada. Pada Bronkial, ka=ki,
pemeriksaan laboratorium dapat Suara Tambahan :
menunjukkan leukositosis. Perlu Wheezing (-).
dilakukan pemeriksaan sputum Rhonki (-)
ataupun analisisi cairan pleura untuk
Abdomen
dilakukan kultur untuk menilai jenis
Inspeksi : Simetris fusiformis
organisme penyebab. Staphylococcus
Palpasi : Soepel, Muskular
aureus and Pseudomonas aeruginosa
rigidity (-), nyeri
merupakan organisme yang paling
tekan (-)
sering dilaporkan.5,6
Perkusi : Timpani
Pemeriksaan yang
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
sederhana namun akurat untuk
menilai adanya BPF adalah Genitalia
dengan pemasangan selang Dalam batas normal
dada kemudian menilai ada
Ekstremitas
nya continous bubble
Superior : Edema (-/-)
ekspiratoar pada WSD yang
Inferior : Edema (-/-)
menunjukkan adanya BPF. 7
DRE :
Inspeksi: perineum dalam batas normal;
tonus sfingter ani: ketat;
Mukosa anus: licin; ampula recti
berisi feses, nyeri tekan (-), Sarung
tangan : feses (+), darah (-).
Diagnosa Kerja : Bronkopleural
fistule o/t thorax (S) + TB paru

Foto Thorax AP SUPINE (27 November


2018)

Hydropneumothorax kiri + sugestif Tb paru


aktif dengan lesi sangat lanjut.
Saran: follow-up foto thorax.

CT-Scan (27 November 2018)


Kesan TB duplex lama yang masih aktif +
bronkoektasis pada kedua paru + bula pada
kedua paru.

Penatalaksanaan Terapi
- O2 2-4 l/m via nasal kanul
Prinsip pertama dari terapi adalah
- IVFD Asering 20 gtt/i
untuk mengatasi langsung setiap
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
kondisi yang mengancam jiwa, seperti
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
kontaminasi endobronkial, banjir paru
- Nebule Ventolin 1 amp / 8jam
dan tension pneumothorax. Hal ini
Rencana
dilakukan dengan menempatkan pasien
 Thoracotomy
dengan sisi yang terkena tergantung
dan melakukan drainase pleura yang
memadai.
Pasien yang datang dengan kondisi
BPF yang terlambat atau yang dating
fistula sebagai komplikasi dari
penyakit pleuropulmoner supuratif
awalnya ditatalaksana secara medis.
Manajemen medis yang mencakup
drainase tergantung dan pengurangan
ruang pleura, antibiotik, suplemen gizi
dan manajemen ventilator memadai
jika berventilasi.8
BAB 6
KESIMPULAN

Pasien laki-laki, 31 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang dialami sejak.
± 2 minggu yang ini. Sesak yang dirasakan bertambah bila berbaring. Riwayat
penggunaan OAT regimen kedua sejak kamis lalu. Riwayat putus obat OAT
selama 1 bulan dijumpai. Os didiagnosa dengan Bronkopleural fistule o/t thorax
(S) + TB paru dan dilakukan tatalaksana awal dengan:
- pemasangan WSD
- - O2 2-4 l/m via nasal kanul
- - IVFD Asering 20 gtt/i
- - Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- - Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- - Nebule Ventolin 1 amp / 8jam
Os direncanakan untuk dilakukan Thoracotomy
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.


Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997. p. 598.
2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus,
Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.
3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic.
Updated: 2010 May 27; cited 2011 January 10. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551
4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179
5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax
(Collapsed Lung). Cited : 2011 January 10. Available from :
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm
6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta :
Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56

Anda mungkin juga menyukai