Anda di halaman 1dari 25

SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. PERSYARATAN UMUM

PASAL 1
PERATURAN TEKNIS YANG DIGUNAKAN

1.1 Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali ditentukan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat(RKS) berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan seperti dibawah ini,
termasuk segala perubahan dan tambahannnya.
a. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 Tahun 1999.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
c. Keppres No. 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan
lampiran-lampirannya.
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
339/KPTS/M/2003, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh
Instansi Pemerintah;
e. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene
VoorwaardenVoor De Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) 1941.
f. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
g. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1993 (PBI 1973).
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) Tahun 1961.
i. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
j. Peraturan Semen Portland Indonesia NI No. 08.
k. Peraturan Muatan Indonesia (NI - 18) tahun 1970
l. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang berkaitan dengan permasalahan bangunan dan perpipaan air
bersih.
m. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Untuk melaksanakan pekerjaan berlaku dan mengikat pula :
a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta Gambar Kerja yang dibuat
olehPerencana yang telah disahkan oleh Instansi Teknis terkait.
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
c. Surat Keputusan PPK Tentang Penunjukan Kontraktor
d. Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK)
e. Surat Penyerahan Lapangan ( SPL )
f. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedulle) yang telah disetujui Pengawas

PASAL 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

2.1 Kontrakor wajib meneliti (RKS) dan Gambar Kerja termasuk perubahan dan
tambahanyang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan bilamana terdapat
perbedaan antara RKS dan Gambar Kerja maka yang mengikat dan berlaku adalah RKS.
2.2 Bila mana dalam suatu gambar kerja terdapat perbedaan antara yang satu dengan yang
lainnya, maka gambar yang mempunyai skala lebih besar dan lebih jelas yang berlaku.
2.3 Bila perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
mungkin terjadi kesalahan maka Kontraktor wajib menanyakan kepada Konsultan
Pengawas dan kontraktor mengikuti keputusan yang diberikan.

PASAL 3
JADWAL PELAKSANAAN

3.1 Sebelum Pelaksanaan dilapangan dimulai, Kontraktor wajib membuat


RencanaPelaksanaan (Time schedulle) berupa Barchart dan Curva – S paling lambat 7
(tujuh) hari setelah diterimanya SPMK, Time Schedulle tersebut sudah diserahkan oleh
Kontraktor kepada Pengawas untuk diperiksa.

3.2 Rencana Kerja yang telah mendapat persetujuan dari Pengawas diserahkan kepada
pemberi tugas untuk mendapatkan persetujuan.
3.3 Kontraktor wajib memberi salinan Time Schedulle yang telah mendapat persetujuan
dariPemberi tugas Kepada Pengawas.
3.4 Pengawas akan menilai Prestasi pekerjaan berdasarkan grafik rencana kerja tersebut.

PASAL 4
PERSONIL PELAKSANAAN LAPANGAN

4.1 Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya dilapangan yang mempunyai


kemampuanuntuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
4.2 Penempatan ini harus dibuat secara resmi oleh kontraktor dengan surat secara resmi
yang ditujukan kepada Pengawas.
4.3 Bila kemudian hari menurut Pengawas ternyata pelaksana tidak menjalankan
tugasnya, maka Pengawas berhak minta kepada Kontraktor untuk menganti personil
yang dianggap tidak mampu tersebut, dan Kontraktor harus segera mengganti personil
dimaksud dengan yang ahli, paling lambat 7 ( tujuh ) hari setelah Surat Pemberitahuan
akan hal tersebut diterima.
PASAL 5
KEAMANAN PROYEK

5.1 Kontraktor wajib menjaga keaamanan terhadap barang milik proyek, milik Kontraktor
danPengawas serta Pihak Ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun terhadap pengerusakan.
5.2 Bila terjadi kehilangan, pengrusakan, baik barang maupun pekerjaan, tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan hal tersebut tidak dapat diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.

PASAL 6
JAMINAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

6.1 Bilamana terjadi kecelakaan dilapangan yang dianggap serius, Kontraktor harus
segeramembawanya ke Rumah Sakit terdekat dan segera melaporkan kepada pemberi
tugas.
6.2 Segala hal yang menyangkut dengan Jaminan Sosial dan Keselamatan para pekerja
wajib di berikan oleh Kontraktor sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
6.3 Dengan demikian Kontraktor wajib untuk menyelenggarakan program asuransi
Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai dengan peraturan pemerintah yang belaku.

PASAL 7
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua peralatan yang akan diperguakan dalam pelaksanaan pekerjaan, harus
disediakan olehKontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai.

B. PERSYARATAN UMUM BAHAN


1. JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri dan sesuai
dengan
Standard SII yang berlaku.AN
A. UMUM
a. Referensi Standard
Referensi pada standard dalam dokumen lelang ini dimaksudkan
untukmemberikan gambaran mengenai jenis dan kualitas material yang
diminta.Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SII. Bila ternyata belum ada SII berkenaan dengan produk tertentu atau
belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat menggunakan
standar lain, dengan syarat bahwa kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya
dengan apa yang ditetapkan dalam dokumen lelang ini. Semua material-
material yang dikirim harus 100% baru (bukan material bekas), dalam keadaan
baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.
Standard yang diterima adalah :
 SII - Standar Industri Indonesia
 ISO - Internasional Organization For Standardization
 IS - Japanese Industrial Standard
 BS - British Standard
 DIN - Deustsche Industrie Norm
 AWWA - American Water Works Association
 ASTM - American Society For Testing and Materials
 ANSI - American National Standard Institute
 SNI - Standard Nasional Indonesia
b. Bahan Pipa dan Fitting
Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang
tercantumdalam dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa bahan pipa yang
ditawarkan mempunyai kualitas keseluruhan yang sekurang-kurangnya sama
dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang ini. Dalam hal bahan pipa
yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang
ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar-gambar detail junction (
gambardetail peyambungan pipa ) disertai dengan jumlah dan spesifikasi dari
tiap material yang ditawarkan. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan harus
dapat digunakan didaerah tropis dengan temperatur air yang mengalir antara
15-35 derajat celcius dan pH antara 6 sampai dengan 8. Seluruh pipa dan fitting
pipa akan ditanam didalam tanah kecuali untuk hal-hal khusus yang
membutuhkan lain.
Tekanan kerja dari pipa minimal 100 m kolom air atau 10 kg/cm2, dan tekanan
pengujian minimal 2 kali tekanan kerja pipa.Rekanan harus menyertakan tanda
bukti hasil pemeriksaan tekanan kerja dari pipa/fitting pipa yang
ditawarkan.Bila dianggap perlu, atas permintaan Direksi Pengawas, rekanan
harus melakukan pengujian kekuatan tekanan kerja pipa/fitting pipa
dilapangan pada pipa/fitting pipa yang dikirim kelapangan atas biaya Rekanan.
Jumlah pipa/fitting pipa yang akan diuji dilapangan akan ditentukan kemudian
oleh Direksi Pengawas. Bila ternyata hasil pengujian tersebut tidak sesuai
dengan spesifikasi ini, maka Rekanan harus menggantinya dengan yang baru
sampai memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.Untuk pekerjaan ini
jointing system menggunakan rubber ring joint, kecuali bahan gip
menggunakan flange.

B. PIPA PVC DAN FITTINGNYA


a. Standard
Standard pipa PVC yang digunakan sesuai SII I344-82 atau ISO 4065 Pipa
yangditawarkan harus buatan pabrik yang sudah mendapat izin untuk
penggunaan SII yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian/Perdagangan.
Setiap pipa harus
mempunyai tanda/cap, pada bagian luar yang menunjukkan diameter nominal,
kelas, nama pabrik pembuat, dan trade mark.
Setiap pipa mempunyai ketebalan menurut kelasnya dan merata, baik pada
ujung maupun bagian tengah pipa.Bila dilapangan terdapat material yang tidak
memenuhi standard dalam kelasnya maka Rekanan dapat dikenakan sangsi
untuk mengganti sebagian ataupun seluruh material yang telah dikirim dan
segala biaya ditanggung Rekanan.
b. Kelas
Bila tidak disebutkan dalam volume pekerjaan (Bil Of Quantity) yang
digunakanadalah jenis pipa PVC minimal dengan tekanan kerja 10 kg/cm 2,
menurut standard SII yang berlaku dan mempunyai panjang efektif 6 meter.
c. Sambungan
Bila tidak disebutkan lain dalam uraian pekerjaan, pipa PVC terdiri dari
sambunganbell end / rubber ring joint dengan cincin karet. Bila digunakan
sambungan solvent
cement, Rekanan harus menyediakan solvent cement sejumlah yang sesuai
dengan
rekomendasi pabrik ditambah imbuhan sebesar 10%.
d. Fitting
Fitting, sambungan harus sesuai dengan SII 0950 – 84 atau PN 10 kg/cm2 dan
bilatidak disebutkan lain dalam volume pekerjaan (Bill of Quantity), maka
system sambungan menggunakan sistem rubber ring joint.

C. PIPA GALVANIS STEEL DAN FITTINGNYA


a. Standard dan Kelas
Material yang digunakan adalah yang menurut Standard Industri Indonesia SII
0301-90 atau ASTM A53/A atau digunakan standar lain yang sama atau lebih
baikmutunya. Pipa yang dikirim harus sudah diberi cap dari pabrik yang dapat
menunjukkan dari / asal pabrik, standar yang digunakan, diameter dominal dan
kelas pipa. Pipa baja untuk diameter 250 mm ke atas jenis spiral welded mampu
memikul tekanan kerja minimal sebesar 25 kg/cm2. Panjang efektif tiap pipa
adalah 6 meter kecuali ditentukan lain. Tebal dinding pipa baja dan fitting pipa
sesuai standar SII atau standar yang memenuhi persyaratan untuk pipa air
minum dengan tekanan kerja minimum 25 kg/cm2.Setiap ujung pipa harus
dibuat berbentuk tirus.
b. Lapisan Dalam dan Luar (Linning and Coating)
Untuk pipa baja yang dilapis dengan galvanis harus dilapis baik bagian luar
maupundalam (linning and coating) dengan tertutup baik dengan ketebalan
merata oleh lapisan galvanis tersebut dengan sistem hot dipped galvanied.
Bagian dalam pipa dilapisi dengan semen (cement mortar linning) sesuai
standar AWWA C205-85, dan bagian luarnya diberi lapisan Black Asphalt
Varnish atau penahan karet lainnya dengan ketebalan minimal 1 mm. Bila
ternyata dalam pengiriman material terdapat sebagian atau pun seluruh
mempunyai ketebalan lapisan yang kurang ataupun tidak merata Rekanan
diwajibkan mengantinya sampai sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan,
dengan segala biaya ditanggung sendiri.
c. Sambungan Pipa Baja dengan Flange
Banyaknya kuantitas pipa baja dengan jenis sambungan dengan flange sperti
yang
ditunjukkan dalam volume pekerjaan (Bill Of Quantity ). Pipa untuk jenis
sambungan ini berbentuk spigot kedua ujungnya dan sudah berbentuk
tirus.Flange untuk penyambungan pipa ini adalah jenis loose flange dibuat dari
baja dan di coating anti karat. Untuk memudahkan pengelasan antara flange dan
diameter lubang flange untuk pipa harus pas masuk dengan pipa. Dimensi
flange dibuat sesuai standar ISO 2531 dan khusus dibuat untuk menerima
tekanan kerja minimal sebesar 10 kg/cm2, dan ukurannya disesuaikan untuk
memudahkan pemasangan / antara pipa dengan fitting ataupun accessories.
Harga penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya, seperti mur
baut, ring dan gasket / packing.
d. Sambungan Pipa Baja dengan Sistem Las
Pipa baja untuk sambungan las diperlukan pipa baja dengan expant joint pipe
yangdilas disalah satu ujung pipa sehingga berbeuntuk mirip socket dan ujung
satu lagi berbentuk spigot. Panjang efektif pipa adalah 6 meter.Expanded pipe
tersebut sudah diberi lapisan karat baik disisi sebelah dalam maupun disisi
sebelah luar.
e. Sambungan Pipa dengan Sistem Ulir
Untuk sambungan pipa ulir harus memenuhi standar Iso 7/1 “Pipe Threads
Where
Pressure Tight Joint Are Made On The Threads”. Pipa jenis sambungan ini,
dikirim sudah diberi ulir dikedua ujungnya dan pipa sudah di galvanis. Kedua
ujung pipa ditutup dop plastik tebal dengan baik untuk melindungi ulir dari
karat. Harga penawaran adalah sudah termasuk sebuah socket setiap satu pipa
untuk penyambungnya.
f. Gasket
Terbuat dari sintetik rubber dengan standar BS.2494 atau semutu
(sederajat).Gasket bekas sama sekali tidak boleh digunakan. Ketebalan minimal
3 mm. Jumlah gasket yang ditawarkan dengan imbuhan 10%.
g. Mur, Baut dan Ring
Terbuat dari low carbon steel yang ukurannya sesuai untuk pemasangan tiap
flangedan kepala baut berbeuntuk hexagonal dan galvanis. Jumlah dan ukuran
mur, baut dan ring yang ditawarkan untuk setiap pasangan flange yang
mempunyai spesifikasi teknis sama dengan imbuhan 10%.
h. Fitting
Fitting untuk pipa baja dengan diameter lebih dari 50 mm terbuat dari besi
tuangkelabu dan memenuhi standar SII 0598-81.Flange dari fitting harus sesuai
standar ISO 2531. Spigot dari fitting harus sesuai ukuran diameter luar pipa
baja.Ulir dari fitting untuk fitting dengan diameter < 100 mm harus sesuai
dengan standar ISO 7/1.
Bagian luar fitting dengan diameter lebih dari atau sama dengan 100 mm harus
diberi lapisan lindung “Coal Tar Enamel” sesuai standar SII 1718-85. Sedangkan
untuk fitting lebih kecil dari 100 mm diberi lapisan galvanized.

D. PIPA DUCTILE COST IRON DAN FITTINGNYA


a. Standar dan Kelas
Material yang digunakan adalah yang memenuhi standar ISO 2531 atau JIS G
5526
dengan panjang efektif tidak lebih dari 6 meter.
Standar lain yang digunakan adalah :
 ISO 2531 Ductile Iron Pipe, Fittings and Accessories for Pressure Pipelines.
 JIS G 5526 Ductile Iron Pipe, Centrifugally Cast for Water Works.
 JIS G 5527 Ductile Iron Pipe, Fittings for Water Works.
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Cast.
 JIS G 5314 Mortal Lining of Ductile Iron Pipe Centrifugally Cast for
WaterWorks.
 AWWA C 104 Cement Mortal Lining for Ductile Iron Pipes and Fitting Water.
 JIS K 6353 Rubber Goods for Water Works.
 JIS K 115 Tar Epoxy Resin Paints for Water Works and Method of Coating.
Pipa Ductile Iron harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :
 Tekanan minimum 42 kg/cm2.
 Panjang minimum untuk diameter < 1.000 mm adalah 10% untuk dia. >
1.000 mmadalah 7%.
 Tekanan kerja minimum 0,98 mpa (100 kg/cm2).
b. Lapisan Luar dan Dalam (Coating dan Lining)
Lapisan bagian luar dari semua pipa dan fitting DCIP harus diberi pelindung
daribahan campuran seng metalik yang memenuhi syarat standar ISO 8199
dengan bahan bitumen baik berupa tar maupun asphalt dengan kekentalan
tidak kurang dari 0,1 mm. Lapisan Dalam Lining Permukaan bagian dalam pipa
DCI harus dilapisi oleh mortal cement yang memenuhi standar JIS A 5314 atau
ISO 4179. Permukaan bagian dalam fittingnya harus dilapisi tar dengan
ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 300 micron. Lapisan tersebut harus
terbuat dari bahan yang tidak beracun yang sesuai dengan ketentuan.
c. Sistem Penyambungan
Sistem penyambungan fitting pada  > 350 mm menggunakan sambungan
jenismechanical joint atau flanges, sedangkan  < 300 mm menggunakan
sambungan jenis push on joint.
d. Sambungan Pipa DCI dengan Sistem Mechanical Joint
1. Sambungan pipa dengan mechanical joint mengikuti standar JIS G 5526 dan
JISG 5527 atau standar internasional lainnya yang setara.
2. Harga penawaran sudah termasuk perlengkapannya seperti mur, baut dan
gasket/packing.
e. Sambungan Pipa DCI dengan Sistem Flange
1. Sambungan pipa dengan sistem sambungan flange mengikuti standar ISO
2531,flange PN 10, atau standar lain yang setara.
2. Harga penawaran sudah termasuk perlengkapannya seperti mur, baut dan
gasket/packing.
f. Sambungan Pipa DCI dengan Sistem Push On Joint
Sambungan pipa dengan sistem Push On Joint mengikuti standar JIS G 5526 dan
JIS
G 5527, atau standar lain yang setara. Harga penawaran sudah termasuk
perlengkapannya seperti mur, baut dan gasket /
packing.
g. Gasket
Gasket packing terbuat dari karet Styrene Butadiene yang sesuai dengan
standar JISK 6353 atau standar internasional lainnya yang setara.
h. Mur, Baut dan Ring
Mur, baut dan ring terbuat dari besi tuang Castings Spheroidal Graphite
yangmengikuti standar JIS G 5502 atau standar lainnya yang setara.

E. PIPA GIP DAN FITTINGNYA


a. Standar
Material yang digunakan adalah yang memenuhi standar SII 0646-82 atau
standarASTM D 3262-80 “Reinforced Plastic Mortal Pipe” , ASTM D 3517-80
“Reinforced Plastic Mortal Pipe”, dan ASTM D 2992-71 “Obtaining Hidrostatic
Design Basic for
Reinforced Thermosetting Pipe and Fitting”.
Standar lain yang digunakan adalah :
SME Case N-155-1 (1792-1) Fiberglass Reinforced Thermo Setting Resin
Pipe
ASTM D 3753-79 Glassfibre Reinforced Polyester Manholes
ASTM D 3839-79 Underground Instalation of Flexible
Reinforced Thermo Reinforced Setting Resin
Pipe and Reinforced Plastic Mortar Pipe
AWWA C-950-81 Glassfibre Thermo Reinforced Setting Resin
Pressure Pipe
ISO/TC 138/WG 6 TG 4/N 56 Reinforced Plastic Pipes Socket and Spigot
Joints (Second Draft)
ISO/TC 138/WG 6 TG 4 (US-11) 39 Fabricattion of Bult Joints (Fifth Drafth)
b. Konstruksi
Konstruksi lapisan pipa terdiri dari :
1. Lapisan luar mempunyai tebal 0,3 mm dengan 10% berat “C” Glass
VeilReinforcement menurut Chemical Resistant Laminate 25 – 35% berat
“E” GlassChopped Roving.
2. Komponen bahan terdiri atas :
a. Hoop Roving
b. Chopped Fibre
c. Polyester Resin
c. Tekanan Kerja
Pipa harus dapat menerima tekanan kerja sebesar 10 bar.
d. Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan pipa adalah 5.000 (N/m2)
e. Sistem Penyambungan
Sistem penyambungan pipa menggunakan Butt Joint atau Flange Joint
biladiperlukan sesuai dengan volume pekerjaan (bill of quantity).

F. V A L V E
a. Rekanan harus melengkapi valve sesuai dengan yang dibutuhkan dan
menurutstandar yang disetujui. Seluruh valve sesuai dengan ukuran yang
disebutkan, dan bila mungkin dari jenis atau model yang sama dan dikeluarkan
oleh suatu pabrik.
b. Seluruh valve pada bagian luar harus tercetak asli dari pabrik yang dapat
menunjukan nama / lambang pabrik, tekanan kerja dan diameter nominal.
c. Valve dengan diameter 50 mm dan lebih kecil harus terbuat dari brass, bila
tidak disebutkan lain, kecuali untuk handwheel terbuat dari besi tuang atau besi
tempa dan jenis sambungan ulir betina (female screw).
d. Ulir valve sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa Threads Where Pressure Tight Joints Are
Made On The Threads”.
e. Valve diameter 80 mm ke atas menggunakan sambungan sistem dengan flange.
f. Bila tidak disebutkan dalam volume pekerjaan (bill of quantity) maka seluruh
valve harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja minimal 10 bar dan
untuk flange harus mempunyai dimensi yang sesuai dengan standar ISO 2531.
g. Seluruh unit yang beroperasi harus di sain untuk pembukaan berlawanan arah
jarum jam, dan searah jarum jam untuk penutupan.
h. Harga penawaran yang sudah termasuk perlengkapan untuk penyambungan
seperti gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange dengan imbuhan 10%.
Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi teknis
dari flange valve. Mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan material
bekas dan sudah tergalvanis dengan merata dan baik.Ketebalan gasket minimal
3 mm terbuat dari karet sintetis.
i. Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force pada
handwheel, engkol (crank), T bar dan perlengkapan lain sehingga tidak
menimbulkan kesulitan pada operator. Rekanan harus menyertakan besarnya
maksimum torque yang dibutuhkan untuk setiap valve yang dikirim.
j. Coating, seluruh permukaan logam seperti badan valve, flange, surface, box dan
lain-lain yang berkontak dengan air bersih atau tanah harus dilapisi dengan non
toxic coaltar epoxy, enamel, bitumen atau bahan lain yang sama dan disetujui
oleh Direksi Pengawas.
k. Permukaan harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan.
Coating dengan cara penyemprotan harus dilakukan dipabrik. Ketebalan
minimum setelah kering + 400 microns (16 mils).Material yang berkontak
dengan air harus dari jenis non toxic sedangkan bahan yang dapat larut tidak
boleh digunakan.
l. Rekanan harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang menerangkan bahwa
setiap valve telah memenuhi persyaratan yang diminta dalam spesifikasi ini.

G. G A T E V A L V E
a. Valve harus memenuhi standard “Gate Valve for Water and Other Liquid” (
SII1005-84 atau ISO 5752-1982 )atau standard internasional lain yang sama
atau yang lebih tinggi kualitasnya ; dan didisain khusus untuk tekanan kerja
yang tidak lebih kecil dari 10 Bar.
b. Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel kecuali bila disebut lain dalam
volume pekerjaan ( Bill OF Quantity ), maka gate valve harus dilengkapi dengan
cap untuk stem nya , dan sudah dibaut.
c. Untuk gate valve tanpa Hand Wheel harus dilengkapi dengan kunci T (Tee Key),
minimal satu buah dan maksimum satu untuk setiap 20 buah yang seukuran.
Tee key tersebut dilengkapi dengan pendongkel untuk surface box/street cover,
dan terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis.
d. Bila dalam volume pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extention spindle
maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yeng tela tergalvanis. Harga
penawaran extention spindle sudah termasuk potongan pipa PVC untuk
melindungi extention spindle tersebut dari urugan tanah.
e. Badan dari Gate Valve, Hand Wheel/Cap terbuat dari besi yang kelabu atau
bahan dengan kualitas lebih tinggi.
f. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
g. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.

H. KATUP UDARA ( AIR RELEASE VALVE )


1. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-
halsebagai berikut :
 dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa
 dapat memasukkan udara selama pengelontoran
 dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa
 dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan
 aman terhadap vakum.
Seluruh air valve dengan standard SII 1005-84 atau ISO 5752-1982 setiap
valvelengkap dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai
dengan yang diberikan pada uraian pekerjaan.
2. Badan valve terbuat dari cast iron atau ducstile iron dan pelampung dari
ebonit,steinless steel atau Acrynolitrile Butadiene Steel.
3. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari steinless steel, bronze atau ABS.
4. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan tidak
menunjukkan gejala kebocoran. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan
minimum 0,1 bar.
5. Rekanan harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara terpisah
untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu ( buttervly valve) dengan
spesipikasi sebagai berikut :
a. Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ducktile iron dengan rubber
seat,disc valve shaft dan peralatan mekanisme operasional yang mengikuti
“standards for rubber seated butterfly Valves” (AWWA designatoin C 504)
atau standard internatoinal lain yang disetujui yang sama atau lebih tinggi
kwalitasnya dari yang disebutkan.
b. Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90 derajat
dari posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve harus
horizontal.
c. Mekanisme operational harus terkait pada badan valve dan sesuai dengan
standard AWWA C 504.
d. Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk pengawasan dan
perbaikan.
e. Mekanisme opersional untuk pengoperasian valve secara manual harus
dapat mengunci sendiri, sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak
mengakibatkan piringan berpindah dari tempat semula.
f. Setiap valve didesign untuk tekanan melintang pada piringan (bila tertutup
rapat) sama dengan rate tekanan pada pipa.
g. Seluruh valve harus mengikuti spesipikasi ini dan harus dapat membuka
atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang lama.
h. badan valve dan flange terbuat dari cast iron dan mengikuti “Specification
for Grey Iron Casting For Valves, flanges and pipe fittings” kelas B
(ASTMDesignation A 126) atau ductile iron (ASTM 536). Flange harus
,mengikutistandard JIS-B 2213.
i. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.

I. CHECK VALVE
a. Rekanan harus menyediakan check valve jenis Swing Check Valve/KlepTabok
dengan sambumgan flange
b. Bagian atasnya tertutup dengan flange buta ( Blank-flange ) yang dapat dibuka
sewaktu-waktu bila diperlukan.
c. Pada bagian luar badan check valve terdapat cap ( Tercetak ) yang dapat
menunjukan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya, besarnya
diameter, tekanan kerja dan arah aliran air.
d. Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi tuang.
e. Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang
berkualitas baik.
f. Tekanan kerja dari Check Valve mampu menahan 10 kg/cm2.

J. METER AIR
a. Umum
Meter air dengan DN 250 mm dari jenis multi jet, drydial, magnetik
drivelengkap dengan register. Bila tidak disebutkan lain dalam kontrak ini atau
standard yang tercantum, jenis bahan dapat dipilih oleh Rekanan dengan
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas. Harga penawaran
meteran air sudah termasuk strainer.Material yang dapat digunakan baik
sendiri-sendiri, maupun bersamaan secara mekanis, kimiawi dan elektro kimia
tidak saling mempengaruhi dan tidak mempengaruhi lingkungan.
Material yang dipilih harus dari bahan yang tahan terhadap abrasi dan korosi,
bila diperlukan Rekanan harus melakukan atau membuat pelapisan tertentu
(coating atau linning).
Material yang kontak dengan air bersih harus dari bahan yang tidak beracun
dan tidak menurunkan kwalitas air bersih yang dialirkan.
Semua meter air dan penyambungannya harus dapat digunakan pada kondisi
tropis dengan temperatur air sampai dengan 50° C dan pada tekanan kerja
mininmum 10 kg/cm2. Meter air yang dikirim harus sudah siap pakai atau
dipasangan bila diperlukan dan harus sudah ditera/kalibrasi dan disegel.
b. Konstruksi
 Moduler Design
Meter air terdiri dari bagian luar yang dapat melindungi komponen-
komponen
bagian dalam yang dapat berputar dan piringan untuk pembacaan meter.
 Coupling
Coupling harus terdiri dari magnet
 Registrasi
Registrasi harus dapat dibaca secara langsung atau dengan kombinasi
pembacaanlangsung dengan skala. Penghitung (Counter) dapat bergerak
dengan caraperubahan gerak digit terendah berurutan sampai yang terbesar
secara baik. Meter kubik dan desimal dari meteran harus ditunjukkan
dengan jelas pada dial.Kalibrasi dan pengaturan meter air harus memiliki
perlengkapan untuk kalibrasi, berupa ajusting screw dan lainnya yang dapat
diatur daru luar, tanpa harus membuka meter.Finishing permukaan Seluruh
bagian yang berkontak dengan air harus mempunyai permukaan yang licin
untuk mencegah pelapukan.
 Penutup Dial/Register.
Penutup dial ditempatkan diatas dan untuk melindungi dial tanpa
mengganggupembacaan-pembacaan registrasi dan jarum skala lainnya pada
dial
 Strainer
Strainer ditempatkan pada bagian masuk dari meter air.Strainer
merupakanbagian yang rigid dan mudah dilepaskan.
 Perlindungan terhadap permukaan secara liar.
Lead seal harus dipasangan untuk mengamankan register dan ditempatkan
padasekerup pengatur.
 Penutup.
Penutup harus bersatu dan overlap dengan tempat registrasi untuk
melindungi
kaca.
1. Spesipikasi Material.
Untuk komponen-komponen yang disebut dibawah ini digunakan
material
sebagai berikut :
Badan meter / meter casing : besi tuang kelabu
Tutup / lid : plastik atau metal
Penutup dial : plastik berkekuatan tinggi
Rotor shaft : Stainless steel
Maximum pembacaan : 100 x 10 m3
2. Meter Perfomance
a. Pressure Ratting
Meter air dan bagian-bagian penyambungnya harus dari kelas PN 10
b. Metrologic Perfomance
Berdasarkan hal yang umum dan ketelitian metrologis, range debit
alirandibagi kedalam beberapa hal dengan batasan-batasan yang
didefinisikan berdasarkan debit aliran sebagai berikut :
Qs = kecepatan aliran awal, yang berhubungan dengan
kepekaanmeteran air.Dibawah nilain aliran ini,
register/rotor belummenujukkan reaksi bergerak.
Qmin = Ketelitian minimum untuk dapat diregistrasi.
Kesalahan yang dapat diperbolehkan sampai dengan + 5%.
Qt = Batas debit aliran untuk menaikkan ketelitian registrasi.
Untuk debit aliran diatas Qt kesalahan yang dizinkan hanya
+2%
Qn = Kecepatan aliran rata-rata nominal untuk berfungsinya
meter air Secara kontinyu maupun intermiten.
Kesalahan yang diperbolehkan pada Qn adalah Lebih
kurang2%
Qmax = Kecepatan aliran maximum.
Pada kecepatan ini, meter air masih dapat berfungsi baik
padainterval waktu tertentu tanpa mengalami kerusakan
dengan kesalahan yang diizinkan +2%.Untuk meter air
domistik Qmax harus 2 x Qn.
Meter air domistik harus dapat memenuhi batasan-batasan
perfomance
operasional sebagai berikut :
Dia. 250 mm
Qs ( M3/jam ) 3
Qmin ( m3/jam ) 10
Qt ( m3/jam ) 15
Qn (m3/jam ) 600
Qmax ( m3/jam) 1200
c. Penurunan tekanan
Dinginkan pressure loss yang rendah. Pressure loss tidak boleh
melampaui10 m kolom air pada Qmax.
d. Lifetime Meter Air
Meter air didisain untik lifetime selama 10 tahun pada kondisi,
operasionalyang normal.
e. Tanda-Tanda
Meter air harus menunjukkan tanda-tanda dan indikasi sebagai
berikut :
 Ada arah panah yang menunjukkan arah aliran yang dicetak pada
bodymeter sebelah luar.
 Ukuran nominal yang dicetak pada badan atau ditulis pada dial
(permukaan register )
 Model identifikasi, nomor seri indifidual, tahun pembuatan
dicetak padabulan atau ditulis pada dial.
 Nama pabrik dan nomor seri dicetak pada tutup meter.
f. Pengujian.
Bila diperlukan Rekanan harus dapat memberikan surat hasil
pengujian
meter air dari pabrik yang memproduksi meter air konsumen yang
dikirim ke gudang pemberi Tugas, sesuai dengan standard pengujian
SII untuk meter air (bila ada )

2. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


A. UMUM
Persyaratan Umum
a. Rekanan harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipasesuai dengan yang disyaratkan dengan spesifikasi ini.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercakup dalam spasifikasi ini dapat
dilaksanakanberdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yang berlaku di
Indonesia dan sesuaidengan petunjuk-petunjuk Direksi Pengawas.
Pemeriksaan dan Trase Jalan pipa
Trase jalan pipa akan diberikan oleh Pemberi Tugas lengkap denga
gambargambarnya. Segala biaya yang timbul untuk menentukan trase ini termasuk
pematokannya menjadi tanggung jawab Rekanan.

B. PATOK DAN TANDA-TANDA.


1. Kewajiban Rekanan
Rekanan berikewajiban dan bertanggung jawab agar pipa yang sudah
dipasangbaik valve dan saluran-saluran lainnya yang diperlukan berada pada
jalur yang ditentukan, baik kedalaman maupun kemiringannya.
Untuk maksud ini, pada setiap yang dikehendaki Direksi Pengawas, Rekanan
harus mengeset pekerjaanya dari tolok ukur atau titik reference tertentu.
2. Pekerjaan Penggalian
Pekerjaan Penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian
rupasehingga pekerjaan penggalian pada jalur yang tepat.
Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah tanah yang ada
sebagai
akibat penggalian, Rekanan harus memperbaikinya kembali sesuai dengan
keadaan semula dengan biaya Rekanan.
3. Penyelidikan Sarana-Sarana Dibawah Tanah.
Bilamana menurut Direksi Pengawas, diperlukan untuk menyelidiki
danmenggali untuk menentukan bangunan-bangunan tanah yang ada, Rekanan
harus melaksanakan penyelidikan penyuntikan pendahuluan trase pipa yang
akandigali dibawah Direksi Pengawas atas biaya Rekanan.
4. Kedalaman Pipa
Kedalaman pemasangan pipa sesuai dengan gambar atau atas petunjuk
DireksiPengawas.

C. PENGGALIAN DAN PERSIAPAN PARIT UNTUK PEMASANGAN PIPA


1. Umum
a. Galian tanah dilaksanakan untuk :
 Semua pemasangan pipa dan peralatannya serta bangunan
pelengkapyang termasuk dalam pekerjaan ini.
 Semua bagian-bagian bangunan yang masuk ke dalam tanah
b. Pekerjaan galian dan pemaritan hendaknya dilakukan dengan cara-cara
yanglayak, aman dan tepat untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan
timbulnya bahaya.
c. Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman.
Penggalian harus bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah pipa yang dapat
dipasang untuk setiap harinya.Pekerjaan penggalian tanah untuk parit
pemasangan pipa harus segera diikuti dengan pelaksanaan pemasangan
pipa dan perlengkapannya, serta diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan segera.
d. Parit galian harus dijaga sehingga efisiensi dan keselamatan pekerja dapat
terjamin.
2. Lebar dan Kedalaman Parit Galian
a. Tempat galian, lebar dan kedalaman minimum untuk pemasangan pipa
berikutperlengkapannya serta bangunan-bangunan yang nyata-nyata
termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar
pelaksanaan (gambar situasi, profil memanjang, profil melintang dan
potongan), atau bila tidak digunakan akan dipakai ketentuan-ketentuan
minimal dalamnya galian untuk pemasangan pipa menurut buku petunjuk
pemasangan pipa dan peralatannya dari pabrik pipa yang bersangkutan.
b. Patokan / pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari
atas pipa sampai permukaan jalan / tanah asal, ditambah diameter luar pipa.
c. Parit pipa harus digali dengan kedalaman yang dikehendaki, sehingga
terdapat pembebanan yang merata dan menerus pada dasar galian (yang
tidak terganggu antara 2 sambungan pipa).
d. Kedalaman galian hendaknya selalu diperiksa untuk mendapatkan
kedalaman jalur pipa yang tepat.
e. Bila tidak dinyatakan lain lebar parit galian disesuaikan dengan besarnya
pipa yang akan dipasang dan lebar galian tersebut harus menjamin
pekerjaan penyambungan pipa dengan baik, sehingga kebocoran-kebocoran
pada sambungan pipa dapat dihindarkan. Bila perlu lebar galian diperbesar
untuk memudahkan penempatan alat-alat penyangga dan sebagainya.
f. Parit dan tempat sambungan atau peralatan pipa hendaknya digali hingga
didapatkan suatu lebar yang cukup untuk ruang bekerja, pemasangan,
penyambungan, penanaman maupun pekerjaan konstruksi.
g. Bila pada bagian galian parit pipa terdapat galian-galian berlumpur atau
penggalian terlalu dalam maka dapat diurug dengan pasir ataupun diurug
dengan bahan-bahan lainnya yang disetujui oleh Direksi Pengawas. Urugan
tersebut kemudian dipadatkan dengan alat pemadatan atau dengan tangan
untuk memperoleh permukaan yang rata pada tempat pemasangan pipa.
h. Batu-batu besar pada penggalian parit pipa, harus dipindahkan.
i. Dasar parit galian hendaknya rata, rapat, terkonsolidasi dan digali pada
ketinggian yang tepat untuk peletakan pipa dan hendaknya tetap rata akibat
injakan kaki pada pekerja. Dasar parit yang sebelumnya padat tapi menjadi
lunak bagian atasnya akibat konstruksi hendaknya diperkuat dengan satu
atau lebih lapisan batu pecah atau kerikil. Lapisan lumpur atau tanah tidak
Lebih dari 1,25 cm.

3. Galian Pada Tanah Jelek


a. Apabila ternyata di dalam pelaksanaan penggalian terjadi
kelongsorankelongsorandan keruntuhan-keruntuhan terus-menerus yang
menganggu, haruslah diadakan konstruksi penguat (dari turap kayu atau
lainnya) agar terjamin keselamatan dan keamanan pekerja, efisien kerja,
struktur dan fasilitas lain yang ada. Penurapan hendaknya direncanakan dan
dibuat untuk menahan semua beban dan muatan yang mungkin timbul
akibat pergerakan tanah atau tekanan.Konstruksi ini hendaknya kaku hingga
tidak terjadi perubahan bentuk dan posisi dalam keadaan apapun.Biaya
yang mungkin timbul akibat adanya konstruksi penguat tersebut harus
sudah diperhitungkan dalam harga penawaran dan tidak diterima adanya
tuntutan tambahan biaya untuk pekerjaan ini.
b. Bila pada bagian bawah parit galian ternyata tidak stabil atau dijumpai
lapisanlapisan bekas sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus
dibuang. Bila dianggap perlu, Direksi Pengawas dapat memerintahkan untuk
memindahkan tanah pada lokasi galian dan mengisinya kembali dengan
bahan-bahan yang sesuai.
4. Pengamanan Jalur Pipa
a. Pada tempat-tempat parit, pipa yang digali dan ternyata mudah longsor
dapatdiberi turap-turap pengaman.
b. Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering sampai konstruksi yang harus
dibangun atau pipa yang harus dipasang selesai dilaksanakan.
c. Apabila ternyata bahwa di dalam galian dijumpai air yang menganggu
pengeringan, maka Rekanan harus menyediakan pompa atau peralatan
lainuntuk pengeringan. Biaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan
pengeringan tersebut berikut pompa dan peralatannya adalah tanggungan
Rekanan.
d. Semua penggalian untuk struktur beton dan parit yang diperdalam hingga
mencapai atau di bawah elevasi statik air, hendaknya dikeringkan dengan
menurunkan permukaan air tanah sampai jarak tidak kurang 30 cm di
bawah dasar galian.
e. Air permukaan hendaknya dipintaskan atau dengan cara-cara lain dicegah
tidak memasuki daerah pemaritan sejauh mungkin tanpa mengakibatkan
kerusakan kerusakan pada tanah milik sekitarnya, dan biaya yang timbul
akibat pekerjaan ini merupakan tanggung jawab Rekanan.
5. Penimbunan Tanah Galian
Semua tanah galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak
menganggubagi pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat.Bila diperlukan
Direksi Pengawas dapat memerintahkan kepada Rekanan untuk mengangkut
tanah lebih bekas galian tersebut.Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan
tersebut menjadi tanggungan Rekanan.Galian ini dinyatakan selesai setelah
diperiksa / disetujui oleh Direksi Pengawas.

D. PEMASANGAN PIPA
1. Umum
a. Bila ada pipa, perlengkapan pipa dan bangunan perlengkapannya
yangdisediakan Pemberi Tugas, maka pengangkutan dari gudang ke tempat
pemasangan menjadi tanggung jawab Rekanan termasuk pembiayaannya,
dan apabila ternyata di dalam pelaksanaan pemasangan pipa dan
perlengkapannya terdapat keLebihan pipa atau perlengkapannya, Rekanan
harus mengembalikannya ke gudang / tempat pengumpulan yang
ditentukan oleh Direksi Pengawas. Biaya untuk mengembalikan pipa dan
potongan-potongan pipa serta perlengkapan pipa menjadi tanggungan
Rekanan.
b. Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan
ketentuan teknis cara pemasangan akan diberikan petunjuk oleh Direksi
Pengawas. Pengembalian keLebihan ini dilengkapi dengan Berita Acara
Pengembalian Barang.
c. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diserahkan kepada Rekanan untuk
dilaksanakan pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang
atau rusak. Kerusakan atau hilang setelah diserahkan kepada Rekanan harus
diganti sesuai dengan kualitas / bentuk aslinya dan biaya yang timbul akibat
penggantian tersebut menjadi tanggungan Rekanan.
d. Sebelum dan sesudah dipasang, pipa-pipa dan perlengkapan pipa, harus
dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak-retak.
2. Menurunkan Pipa Ke Dalam Parit Galian
a. Pipa yang akan dipasang diturunkan ke dalam parit galian dengan bantuan
alatalatkhusus yang disediakan oleh Rekanan. Semua pipa, alat-
alatbantuvalve dan perlengkapan lainnya harus dengan hati-hati diturunkan
ke dalam parit galian satu persatu dengan derek, tali-tali dan lain-lain yang
sesuai agar terhindar dari kerusakan.
b. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian
Rekanan, Rekanan harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki
(bila masih dapat diperbaiki) kembali seperti semula dengan persetujuan
Direksi Pengawas.
3. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu
untuk
pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati sesaat
sebelum
pipa-pipa / perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi yang
sebenarnya.
Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan hal tersebut harus
dihindarkan, atau ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Direksi Pengawas.Pipa atau fitting yang rusak harus
dipisahkan untuk diperiksa oleh Direksi Pengawas.
4. Pembersihan Pipa dan Alat-alat Bantu
Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis
kotoran.Bagian luar ujung pipa (flange spigot) yang akan dipasang harus dicuci
terlebih dahulu sampai bersih dan bagian dalam pipa dari flange socket harus
dibersihkan, dan harus bebas dari minyak dan gemuk sebelum pipa dipasang
sehingga diperoleh sambungan pipa yang stabil dan baik.
5. Pemasangan Pipa
a. Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai
kemasukansegala macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing, alat-
alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat menganggu kebersihan
dan kelancaran aliran air di dalam pipa.
b. Setiap pipa yang sudah dimasukkan ke dalam parit galian harus langsung
dipasang dan distel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-
bahan yang disetujui oleh Direksi Pengawas serta dipadatkan dengan
sempurna kecuali pengurugan pada tempat-tempat sambungan pipa harus
diperiksa dan disetujui terLebih dahulu oleh Direksi Pengawas. Setelah
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pengawas baru diperbolehkan untuk
diurug.
c. Semua ujung pipa yang terakhir yang ada saat pemasangannya berhenti,
harus ditutup sehingga kotoran maupun air buangan masuk ke dalam pipa.
Cara-carapenutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui Direksi
Pengawas.
d. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh
lebih besar dari yang diizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk
itu akandiberikan Lebih lanjut petunjuk oleh Direksi Pengawas.
e. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan), harus dilasanakan
dengan penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu pula untuk
percadangan harus dengan tee atau tee cross (sesuai kebutuhannya ).
f. Membengkokkan atau merubah beuntuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan ) tanpa
persetujuan Direksi Pengawas.
g. Peil dari perletakan pipa saerta dalamnya terhadap muka jalan/tanah asal
harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas.
h. Pada pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar pipa yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil
yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras
yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
i. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk perletakan pipa harus
kering, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus
bersih.Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
j. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend, dan
sebagainya harus diberi blok-blok anker dari beton (beton campuran 1:2:3 ),
kecuali dinyatakan lain.
k. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-
jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk
mencegah masuknya kotoran /benda-benda asing/air kotor kedalam pipa.
l. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak /oli, ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas
lainnnya.
m. Semua ujung pipa yang terakhir yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
dan diberi penahan dari beton ( campuran 1:2:3 )dan dop.
6. Pemotongan Pipa.
Apabila benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat dilakukan
Rekanandengan persetujuan Direksi Pengawas dan harus dilaksanakan dengan
alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau bahan pipa yang dipasang, agar benar-
benar terjamin penyambungannya yang baik sesuai dengan syarat-syarat
teknis/petunjuk dari pabrik pipa yang bersngkutan ( misalnya baja dengan
pemotong dan sniy pipa kemudian dengan alat perapih ujung pipa ).
7. Penyingkiran Sarana-sarana Yang Ada.
Segala sarana yang perlu disingkirkan akibat penggalian pekerjaan
pemasanganpipa, harus diperbaiki dan dikembalikan seperti keadaan dan
kondisi semula.Biaya-biaya yang timbul akibat kerusakan tersebut menjadi
tanggung jawab Rekanan.

E. PENYAMBUNGAN PIPA
1. Umum
a. Penyambungan pipa-pipa harus dilaksanakan sesuai dengan
petunjukpenyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau
berdasarkan petunjukpetunjuk dari Direksi Pengawas
b. Penyambungan pipa yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
 Pipa baja ( steel ) dengan sambungan mekanikal ( mechanical joint
),sambungan flange atau dengan las.
 Pipa PVC dengan sambungan Rubber Ring.
 Pipa-pipa lainnya disesuaikan dengan standar pabriknya.
2. Sambungan Pipa Jenis Mechanical Joint
a. Sebelum pipa disambung, bagian luar ujung spigot dan bagian dalam
darisocket harus bersih dari segala macam jenis kotoran, disikat dan
dibrsihkan dengan air.
b. Kemudian cincin karet pipa dimasukkan kedalam ujung spigot pipa dan
gland distel sedemikian rupa kedalam socket pipa dan kemudian dibaut.
c. Pelaksanaan pembautan pada sambungan pipa hars betul-betul
menjaminkesempurnaan sambungan dengan memasukkan cincin karet
secara tepat dan benar didalam socket, sehingga tidak akan memungkinkan
timbulnya kebocoran-kebocoran air pada sambungan pipa. Semua baut
diskrup dan diputar dengan alat sampai putaran tertentu.Untuk semua pipa
yang sudah disambung dan dibaut Rekanan harus meminta persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan
disetujui, kemudian pelaksanaan pengurugan pada tiap-tiap sambungan
baru dapat dilaksanakan.
d. Bila diinginkan jalur pipa yang agak melengkung, maka defleksi yang
diizinkan untuk tiap-tiap sambungan pipa harus disetujui Direksi Pengawas.
3. Sambungan Flange.
a. Setelah flange pipa sudah bersih permukaannya, kemudian dipasang dan
dibautdengan putaran secukupnya.
b. Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga dapat
menjamin kesama-rataan baut-baut pipa dengan kedudukan flange pipa,
sehingga terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flens.
c. Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi gemuk dengan
sempurna.
4. Sambungan Dengan Pengelasan.
a. Umum.
 Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar
galianperlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi
pipadijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
 Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa
yangdilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang
tertentu daripipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang
benar, sehinggapada waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam
parit galian, pipa tidakmengalami kerusakan. Dalam hal ini Rekanan
terlebih dahulu harusmeminta persetujuan dari Direksi Pengawas.
 Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus dites.
Pengetesandilaksanakan dengan cara radiographic atau dengan cara lain
yang disetujuiDireksi Pengawas.
b. Tukang Las
Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman
dalambidangnya.
c. Kawat Las
 Kawat las yang dipergunakan adalah jenis JIS Z 3211 atau semutu
dengandan disetujui oleh Direksi Pengawas.
 Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembeban
haruskurang dari 2,5 % untuk kawat yang dapat memancarkan sinar
(cahaya)dan 0,5 % untuk kawat yang ,mengandung zat cair yang rendah.
d. Mesin Las
Mesin las yang dipakai harus disetujui Direksi Pengawas.
e. Pemebersihan dan Perbaikan Lapisan Pipa
 Sebelum sambungan pipa dilas, sepanjang yang diperlukan bagian
dalamdan luar pipa baja yang berdiameter 600 mm keatas lapisan dalam
(lining)dan luar (coating) harus dibuka secara pelan-pelan dan hati-hati.
 Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa
dipasangkembali seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan
peraturanperaturanpabrik pembuat pipa.
5. Sambungan Rubber Ring.
a. Bersihkan ujung pipa spigot yang telah dikikir dan socket serta bagian
dudukancincin karet yang akan disambung dengan cairan pembersih
(cleanner).
b. Masukkan cincin karet kedalam socket tepat dikedudukannya.
c. Masukkan ujung pipa spigot kedalam socket. Posisi kedua pipa harus sejajar.
d. Rapatkan sambungan spigot dengan socket sampai batas yang dikehendaki
dengan tuas perapat. Apabila cincin karet teradap spigot dan socket yang
dikehendaki sudah benar, maka tuas perapat dapat dibuka.

F. PEMASANGAN EXPANSION
1. Setiap pemasangan expansion dan flexible join harus dipasang denga
ketinggianyang tepat.
2. Sebelum dipasang, ujung-ujung flange ataupun ujung coupling dari sambungnan
terlebih dahulu harus dibersihkan.

G. PEMASANGAN VALVE
1. Lokasi pemasangan Valve dan box Valve sesuai dengan gambar.
2. Air Valve (katup udara)
a. Air Valve yang akan dipasang pada pipa baja dilaksanakan seperti
terteradidalam gambar.
b. Pipa baja untuk kedudukan air Valve terLebih dahulu dibalut dengan plat baja,
setelah plat pembalut tersebut selesai dilas dengan pipa, baru valve dipasang.
Pada plat pembalut tersebut harus dibuat ulir yang disetujui Direksi
Pengawas. Air valve harus dibaut dan dikunci dengan sempurna pada plat
pembalut pipa sehingga kedap air.

H. PERLINTASAN PIPA
Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya dan sungai, seperti
yang
terlihat dalam gambar. Rekanan hendaknya mendapatkan izin-izin yang diperlukan
untuk membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi
tanggung jawab Rekanan.
1. Perlintasan Sungai.
a. Untuk pipa-pipa yang melintasi sungai, bila mengizinkan pipa-
pipadigantungkan pada jembatan yang ada dengan konstruksi sederhana,
yaitu dengan memakai gantungan dari besi plat yang dikuatkan pada gelegar
jembatan. Bila tidak dinyatakan lain dalam gambar, maka pipa yang
digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa baja.
b. Apa bila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada, harus
diadakan jembatan pipa tersendiri.
c. Bila pemasangan pipa digantung pada jembatan yang ada, ataupun
digantung pada bangunan-bangunan yang lain, persetujuan dari pemilik
atau instansi yang berwenang mengenai rencana pelaksanaan
penggantungan pipa pada bangunan-bangunan tersebut menjadi tanggung
jawab Rekanan dan biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi
tanggungan Rekanan.
2. Jembatan pipa
a. Umum
 Rekanan harus mempersiapkan semua tenaga, alat-alat dan
perlengkapanlainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
ini.
 Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksanakan
pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus memasang pipanya
danpenyambungan didalam tanah dengan pipa tanah dengan pipa
yangberdekatan sesuai dengan petunjuk Direksi Pengawas.
 Rekanan harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai dengah hasil survey yang dilakukan
sendiridilapangan. Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan ini
menjaditanggung jawab Rekanan.
 Pada setiap bentangan jembatan pipa, pipa-pipa yang dipasang
harusberbentuk cembung (camber) bila tidak ditentukan lain,
kemiringan lengkungan tersebut adalah 1 : 350 diambil dari as
bentangan ketumpuan.
 Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan pier.
Ringsupport harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan standard
yangditentukan. Setelah semua klem pengaman dipasang pada posisi
yangdikehendaki kemudian dilas pada sekeliling dan dicat.
 Rekanan harus mempersiapkan kayu-kayu ataupun batang-batang
kelapamelintasi sungai dengan lebar seperlunya untuk perancah
pemasangan pipa,penyambungan, pengelasan dan untuk pengecatan
pipa. Perancah tersebutharus dibuat dalam keadaan kuat, sehingga
terjamin pelaksanaan yangaman waktu pemasangan pipa ataupun waktu
pelaksanaan pemancanganpondasi tiang pancang (bila ada).
 Dari hasil survey dan pengecekan lapangan, Rekanan
harusmempersiapkan gambar-gambar kerja dan rencana
pelaksanaanpemasangan jembatan pipa.
 Sebelum pelakasanaan pemasangan jembatan pipa, gambar
yangmenunjukan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment,
tiangpancang dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus
diserahkankepada Direksi Pengawas untuk terLebih dahulu diperiksa
dan disetujui.Rekanan tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan
jembatan pipasebelum gambar kerja disetujui Direksi Pengawas.

I. PENGURUGAN
Umum
a. Pengurugan kembali bekas galian harus dilakukan tidak langsung kebagianpipa
atau struktur.
b. Urugan baru dapat dilaksanakan setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Pengawas.
c. Bahan urugan tidak boleh mengandung bahan organis, sepertirumput
rumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan bahan
yang melar (non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu dengan
dia. lebih besar dari 2 cm.
d. Urugan ganah untuk pipa setiap pekerjaan harus diadakan selapis demi selapis
yang setiap lapis dipadatkan.
e. Pengurugan lapisan tanah dilakukan lapis demi lapis sampai kepermukaan yang
direncanakan. Ketebalan setiap lapis tidak lebih dari 20 cm. Urugan tanah untuk
pemasangan pipa baru dilaksanakan setelah pengurugan pasir sekeliling pipa
yang dipasang setelah selesai disetujui Direksi Pengawas.
f. Pengurugan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat sambungan pipa,
sambungan fitting dan tempat-tempat lain yang ditentukan Direksi Pengawas
sebelum pengujian pemasangan dinyatakan disetujui ole Direksi Pengawas.
Pengurugan pada tempat-tempat ini tidak boleh dilaksanakan tanpa
perserujuan Direksi Pengawas.Bila sebelum pengujian pipa, ada bagianbagian
yang harus diurug untuk kepentingan lalu lintas ataupun untuk keperluan lain,
Rekanan harus melaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi Pengawas.Jumlah
dan jenis elektrikal yang harus disediakan dan diapasang pada pekerjaan ini
adalah sesuai.

J. PERBAIKAN KEMBALI
Rekanan berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali
sepertikeadaan/konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa) dengan konsruksi
dan kwalitas yang minimal sama, untuk semua bangunan dan konsruksi lainnya
yang rusak oleh Rekanan akibat pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, antara
lain :
- Jalan aspal harus kembali beraspal.
- Jalan batu harus kembali berbatu.
- Trotoir beton harus kembali berbeton.
- Bidang tanah berumput/tanaman-tanaman yang rusak harus kembali
berumput/tanaman-tanaman seperti semula.
- Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan.
Biaya yang timbul akibat perbaikan ini adalah tanggung jawa Rekanan.Setelah
pemasangan pipa, sisa-sisa tanah/material bekas galian/urugan harus diangkut dan
dibuang ketempat yang disetujui Direksi Pengawas, sehingga bersih/rapih dan
biaya yang timbul akibat pekerjaan ini adalah tanggung jawab rekanan.

J. PENGETESAN PIPA
1. Umum
a. Pipa yang sudah dipasang harus dites/diuji per sambungannya
untukmengetahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan
sempurna.
b. Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan
oleh Direksi Pengawas. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila
hasil pengetesan belum mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengawas.
Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang itmbul akibat pekerjaan
pengetesan ini menjadi tanggung jawab Rekanan.
c. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian-demi bagian dari
panjang pipa dengan panjang pipa untuk setiap kali pengetesan tidak lebih
dari 200 m.
d. Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan pengujian inimenjadi tanggung
jawab Rekanan.
2. Hydrostatic Pressure Test
a. Umum.
- Setelah pipa dipasang dan sebagian telah diurug, pada pipa tersebut
harusdilakukan pengujian tekanan hidrostatis (Hydrostatic Pressure Test).
- Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disediakan oleh
Rekanan, cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan
dari Direksi Pengawas.
b. Pelaksanaan Pengujian
- Sebelum dilaksanakan pengujian, semua udara harus dikeluarkan
daridalam pipa dengan cara mengisi pipa dengan air sampai penuh. Bila
pada jalur pipa yang diuji tidak terdapat valve pembuagan udara (air
valve), rekanan dapat memasang kran pembuang udara pada tempat yang
disetujui Direksi Pengawas.Setelah udara habis terbuang dari dalam pipa,
kran pembuang udara ditutup rapat-rapat dan kemudian pengujian dapat
dilakukan.
- Saat-saat dilaksanakan pengujian semua kran harus dalam keadaan
tertutup.
- Lama pengujian minimum 30 menit, dengan tekanan 10 kg/cm2 (Atm)
c. Hasil Pengujian
Pada waktu pengujian, semua sambugan pipa, fitting maupun
perlengkapannyaharus diuji/dites pada galian parit yang terbuka (belum
diurug).Bila kelihatan ada kebocoran pada sambungan tersebut, maka
sambungan tersebut harus diperbaiki, sehingga tidak terdapat kebocoran
pada sambungan tersebut. Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa, fitting dan
perlengkapan pipa lainnya yang rusak atau retak pada waktu pengujian
tersebut, maka pipa, sambungan pipa, fitting dan perlengkapannya harus
diganti dengan baru dan pengetesan harus diulang kembali.

K. PENGURASAN PIPA
Rekanan harus mencuci semua pipa yang sudah dipasang.Air yang dipakai
untukmencuci pipa tersebut adalah air bersih (potable) yang disetujui oleh Direksi
Pengawas.Pengurasan dilaksanakan mulai dari hulu pipa yang suda dipasang dan
dibuang kedalam saluran-saluran dreinase, secara berangsur-angsur segala kotoran
kotoran yang ada dalam pipa dibersihkan. Lamanya pelaksanaan pengurasan
akanditentukan oleh Direksi Pengawas.

L. DESINFEKSI
a. Setelah semua pipa terpasang dan dikuras, semua pipa-pipa tersebut
seluruhnya didesinfeksi oleh rekanan. Pekerjaan desinfeksi tidak dapat
dilaksanakan tanpa ada persetujuan dari Direksi Pengawas
b. Air dan bahan-bahan kimia yang dipakai untuk desinfeksi menjadi tanggung
jawab Rekanan.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur dengan
chloor sebanyak 10 mg /liter kedalam pipa.
d. Setelah 24 jam, sisa chloor harus diperiksa dan bila dari hasil pemeriksaan
tersebut ternyata sisa chloor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi
tersebut sudah memenuhi persyaratan
e. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan sisa chloor kurang dari 5
mg/liter, maka chloor harus ditambah dan pemeriksaan dilakukan kembali.
Demikian seterusnya sampai sisa chloor lebih dari 5 mg/liter.

M. PENGECATAN
a. Semua pipa baja yang terbuka terhadap, harus diberi dua lapisan cat dasar
setelahdipermukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering.
b. Semua bagian-bagian besi baja yang dapat pada jembatan pipa seperti pipe
support, klem pipa, anchor dan lain-lain harus pula diberi cat.
c. Semua sambungan pipa baja yang pengelasannya dilaksanakan dilapangan,
maka setelah selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki
kembali. Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dilapisi kembali
dengan ter ataupun cat dasar meni merah seperti sebagaimana keadaan semula.

C. PERSYARATAN BRONCAPTERING / INTAKE


Pasal 1
UMUM
Uraian dan syarat syarat ini menjelaskan mengenai pemasangan / pelaksanaan
pekerjaansecara lengkap, mengenai pekerjaan perpipaan dan perlengkapannya.
Dengan demikian kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ruang
lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercantum
dalam spesifikasi dapat dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yang
berlaku di Indonesia atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

Pasal 2
PERATURAN DAN PERSYARATAN
Dalam Pelaksanaan pekerjaan ini, berlaku peraturan – peraturan, persyaratan dan
ketentuan-ketentuan sebagai mana tercantum dalam :
1. A.V.41, yang mana telah disetujui dengan Surat Pemerintah Tanggal 28 Mei 1941 No.
9 dan Lampiran Lembaran Negara Nomor : 14571 harus ditaati.
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1993 (PBI 1973).
3. Untuk pemeriksaan bahan bangunan PUBBI 1983
4. Untuk Konstruksi Kayu berlaku PPKI – NI- 5 / 1971
5. Semua ukuran yang ditentukan adalah ukuran bersih
6. Jika terdapat keraguan tentang ukuran gambar segera menanyakan kepada Direksi.

Pasal 3
BRONKAPTERING (INTAKE)
1. Lokasi tempat bronkaptering (intake) harus di bersihkan terlebih dahulu sebelum
pekerjaandimulai.
2. Pemasangan bouwplank menggunakan papan dan kasau.Untuk menentukan peil
tinggirencana bangunan.
3. Pekerjaan galian tanah/batuan dilakukan hingga mencapai lapisan batu keras atau
menurutpetunjuk Direksi.
4. Batu yang digunakan untuk pekerjaan ini harus berkualitas baik keras dan tidak
mengandung unsur organik yang dapat mengurangi mutu batu tersebut.
5. Setelah pekerjaan pasangan beton bertulang selesai dikerjakan dan diplester sesuai
gambarkerja atau mendapat petunjuk direksi lapangan ,campuran plesteran
menggunakan campuran 1 Pc : 2 Psr.
6. Pekerjaan Broncaptering harus padat,rapi tidak ada rongga-rongga yang kosong
sehingga dapat mengurangi kualitas maupun kuantitas dari bronkaptering.
7. Pek.Penempatan dan kebutuhan accessories untuk
bronkaptering(intake)disesuaikan ataumenurut petunjuk direksi.
8. Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan untuk pekerjaan plesteran ini harus
baikmutunya dan memenuhi syarat untuk pekerjaan plesteran,pasir harus diayak
supaya bersihdari kotoran sampah maupun tanah.

Pasal 4
SPESIFIKASI TEKNIS PENGADAAN PIPA
1. Syarat-syarat Teknis Barang Dan Accessories.
* Barang yang ditawarkan harus Produksi Dalam Negri dan berstandar SII atau SNI.
* Barang yang ditawarkan harus dalam keadaan baik dan 100%(seratus
persen)baru.
2. Pipa GIP.
* Setiap batang pipa harus disupley sesuai dengan standar industri
Indonesia(SII)klas Medium dengan Panjang efektip 6 meter.
* Setiap Batang pipa harus di suplay dengan mur dan bout sebagai alat
penyambung,pipatersebut kedua ujungnya harus dilengkapi dengan Flange yang
telah diberi lobang baut dan dilas pada kedua ujung pipa
* Penyuplay barang harus melengkapi alat penyambung pipa seperti packing dari
bahan karet agar tidak terjadi kebocoran pada sambungan.
3. Valve
* Valve dibawah Dia.Nominal 50 mm harus dengan dody bronze dan hand wheel
dari Cast Iron serta ujungnya berulir(Treaded Socket).
* Valve mulai Dia.50mm keatas harus dengan Cast Iron Body dilapisi Coalter atau
sejenisnya atau ujungnya berbentuk flens.
4. Perlengkapan Sambungan Pipa Fitting dan Valve.
Setiap pipa Fitting dsn Valve harus di kirim lengkap dengan perlengkapan
sebagaiberikut;
 All Flanged Gate Valve mulai Dia.50 mm keatas harus dilengkapi dengan Packing
danHend Wheel (untuk memutar Gate Valve)serta sebagai Flanged harus sudah
diberilubang untuk baut.
 Flanged Spigot mulai Dia 50 mm harus dilengkapi dengan flens dari Cas Iron dan
Spigotterbuat dari pipa PVC.
 Flenged Socket dengan hubungan Rubbering untuk mulai Dia.50 mm keatas
harusdilengkapidengan Cincin karet,lengkap dengan karet packingnya.
 Untuk Tee,Bend,Crossing di atas Dia.50 mm system penyambungan harus
menggunakan Rubber Joint.
 Untuk baut –baut Flanged digunakan baut Dia ¾ dengan 2,5 -3 dengan kwantitas
bautyaitu baut baja.

D. PERSYARATAN TENAGA AHLI DAN PERALATAN


Pasal 1
PERSYARATAN TENAGA AHLI
Memiliki Tenaga Ahli dengan kualifikasi sebagai berikut : (Disesuaikan)

Pasal 2
PERSYARATAN PERALATAN
Memiliki kemampuan untuk menyediakan fasilitas/peralatan/perlengkapan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu : (Disesuaikan)
Di Buat,
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
SYARIF USMARDAN, ST.M.Sc
NIP. 19730630 200003 1 006

Anda mungkin juga menyukai