Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat
dari sudut pandang yanglebih luas, proses penuaan merupakan suatu
perubahan progresif pada organisme yangtelah mencapai kematangan
intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanyakemunduran
sejalan dengan waktu.Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telahmelalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu :
masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua.Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran baik fisik maupun psikis.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Bagaimana terapi medik nyeri pada lansia ?
1.2.2. Bagaimana terapi medik cairan pada lansia ?
1.2.3. Hal-hal apa saja yang diperhatikan selama lansia sakit ?

1.3. TUJUAN
1.3.1 Mengetahui tentang terapi medik nyeri pada lansia
1.3.2 Mengetahui tentang terapi medik cairan pada lansia
1.3.3 Mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperhatikan selama lansia sakit

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. TERAPI MEDIK NYERI PADA LANSIA


Pada populasi lansia gangguan ketidakmampuan merupakan keadaan yang
sering dijumpai, termasuk keluhan nyeri. Karena dengan semakin
bertambahnya usia seseorang maka kondisi jaringan dan organ tubuh akan
semakin berkurang kuantitas dan kualitas fungsionalnya.

Rasa nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan suatu potensi kerusakkan jaringan.
Nyeri merupakan respon normal dari tubuh sebagai pertahanan diri.
Merupakan peringatan dari tubuh karena adanya bagian badan yang tidak
normal atau rusak.

Penyebab rasa nyeri pada lansia berbeda dengan usia muda, pada lansia rasa
nyeri bersifat kompleks dan sering bersifat tidak reversible. Pada lansia sering
dijumpai nyeri yang bersifat kronik, dimana sifatnya menetap dan melampaui
batas kesembuhan penyakit dan biasanya tidak ditemukan suatu penyakit atau
kerusakkan jaringan. Nyeri kronik ini dapat menyebabkan lansia sangat
tergantung pada orang lain, depresi, dan kehilangan rasa percaya diri. Nyeri
berlebihan dapat menurunkan kualitas hidup lansia tersebut.

Program Rehabilitasi Medik:

Tujuan Rehabilitasi Nyeri: mengurangi/ menghilangkan rasa sakit;


memperbaiki fungsi; mengembangkan strategi menghadapi nyeri; mencegah
terulangnya kembali.

 Terapi fisik berupa diatermi, elektroterapi, terapi latihan, terapi


manipulasi, terapi rekreatif.
 Terapi okupasi: mengajarkan posisi bekerja dan aktifitas sehari-hari
yang baik dan benar, memodifikasi alat yang dipakai sehari-hari, dsb.
 Ortotik prostetik: alat bantu jalan, korset lumbal atau lutut, dsb.

2
 Psikologi: konseling psikososial, menghilangkan stress dan support
mental penting karena lansia sering menderita nyeri kronik.
 Pendidkan/ edukasi pada pasien lansia dan pendampingnya dalam
penatalaksanaan rasa nyeri sangat diperlukan dan efektif. Hal ini
mendorong pasien dan pendampingnya memahami patofisiologi nyeri
dan jenis terapi yang diberikan. Peningkatan kognitif dan perilaku juga
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan dan pencegahan
timbulnya nyeri.
 Penatalaksanaan yang optimal bagi lansia yang menderita serangan rasa
nyeri, baik nyeri akut maupun kronik adalah melakukan diagnosis dan
penilaian yang tepat terhadap sindroma nyeri yang dirasakan.
 Obat-obatan
 Analgesik sederhana
Parasetamol dan aspirin merupakan analgesik sederhana, dimana
aspirin juga mempunyai efek anti-inflamasi. Dalam
penatalaksanaan nyeri, aspirin tidak lebih baik dari obat AINS lain
dan penggunaannya tidak di rekomendasikan untuk pemakaian
rutin yang teratur.
 Obat AINS
Obat AINS merupakan analgesik efektif dengan daya anti-
inflamasi. Obat ini sering digunakan pada artritis dan nyeri
muskuloskeletal serta keluhan nyeri lain yang berdasar atas
peradangan.
Untuk pemakaian pada usia lanjut, harus diperhatikan bahwa
ekskresi ginjal sudah menurun, oleh karena itu obat AINS yang
diekskresikan lewat ginjal (diflunisal, indometasin, naproksen, dan
ketoprofen) harus diberikan dengan agak hati-hati. Perlu
diperhatikan pula efek samping pada saluran cerna, yang seringkali
meningkat dengan lunjutnya usia.
Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain konfusio, tinnitus,
agitasi dan retensi cairan. Pada usia lanjut, harus diperhatikan

3
bahwa terapi dengan obat AINS tidak harus diberikan selamanya,
dan secara periodik harus diadakan reviu. Apabila inflamasi sudah
terkontrol, fisioterapi mungkin dapat mempertahankan fungsi
tubuh dan analgesik sederhana sudah cukup untuk mengobati nyeri
ringan yang timbul.
 Antidepresan
Nyeri kronik sering didapatkan dalam bentuk campuran dengan
depresi klinik. Depresi dapat diterapi dengan obat anti-depresan
dan/atau psikoterapi. Apabila pengobatan ditujukan untuk
depresinya dan bukan untuk nyeri neuropatik maka golongan
SSRI, moklobemit atau anti-depresan merupakan pilihan karena
efek sampingnya lebih baik.
 Anti-konvulsan
Karbamasepin, valproat sodium dan fenitoin sering digunakan
pada nyeri neuropatik. Pada usia lanjut, nyeri pasca-herpetika,
nyeri pasca stroke dan nyeri neuropati perifer sering terdapat dan
obat anti konvulsan ini lebih efektif dibanding analgesik untuk
mengontrolnya. Efek samping sentral berupa sedasi, konfusio dan
penurunan konsentrasi.
Pemberian terapi obat-obatan dan program Rehabilitasi Medik
yang tepat dengan diagnosis sangat efektif untuk mengobati rasa
nyeri, terutama nyeri kronik pada lansia.

2.2. TERAPI MEDIK CAIRAN PADA LANSIA


Terapi cairan adalah suatu tindakan pemberian air dan elektrolit dengan atau
tanpa zat gizi kepada pasien-pasien yang mengalami dehidrasi dan tidak bisa
dipenuhi oleh asupan oral biasa melalui minum atau makanan.
Tindakan pemberian terapi cairan bertujuan untuk menggantikan volume
cairan tubuh yang hilang sebelumnya, menggantikan cairan hilang yang
sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehari-hari. Pemberian

4
cairan juga bertujuan untuk mengatasi syok dan menggantikan volume cairan
yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa,
yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat,
kristaloid sebagian besar akan keluar dari intravaskular . Sehingga
volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah
yang hilang). Salah satu jenis cairan kristaloid yang tersedia adalah
NaCl 0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk
akal.
 NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
 Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-
produk darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat
mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta
kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat
memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang
berlangsung.

5
 Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor
atau pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah
meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah
banyak selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik
dan menjadi faktor perancu terhadap defisit intravaskular.
Penggunaan dextrose dapat menyebabkan hiperglikemi pada
pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan
maintainance selama fase post resusitasi
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih
kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah
albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran, haemacel,
albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung molekul-molekul
besar berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam
intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam),
sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah.
Kekurangan dari koloid yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat
dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma
lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil. Secara umum koloid
dipergunakan untuk :
 Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok
hemoragik) sebelum transfusi tersedia
 Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.

6
2.3. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT LANSIA SAKIT
a. Jangan Dibantah, Dengarkan saja
Lansia terkadang suka sekali berbicara, bahkan terkesan cerewet bagi
sebagian orang. Hal ini dikarenakan mereka sudah mengalami banyak
sekali hal dan merasa bahwa mereka lebih tau tentang suatu hal dari pada
anak-anak mereka.
Ketika menghadapi orang tua yang seperti ini,kita tidak boleh
menanggapinya sambil lalu atau malah mencibir mereka cerewet. Karena
sebenarnya kitapun ketika anak-anak seperti itu.
Ketika kita masih anak kecil, kita sering sekali mengomentari apapun
yang terjadi pada lingkungan kita. Yang parahnya kita mengomentari hal-
hal tanpa mengerti apakah itu yang kita komentari, bahkan cenderung
ngawur, dan orang tua kita dengan sabar mendengarkan kita.
Nah sekarang, marilah kita sebagai anak mendengarkan juga orang tua
kita yang sudah lansia ketika mereka bicara. Jangan dibantah atau
dibentak, karena itu dapat menyakiti hatinya. Insya ALLAH hal ini akan
menjadi pahala untuk Anda.
b. Bicaralah kepada mereka dengan tutur kata yang santun
Orang tua kita yang telah lansia mungkin akan berbicara terus tentang
apapun. Terkadang semua hal tidak akan luput dari komentar mereka.
Atau terkadang mereka memiliki pendengaran yang berkurang, sehingga
kita harus agak sedikit mengeraskan volume suara kita ketika berbicara
dengan mereka.
Kedua hal tersebut jangan sampai membuat kita jadi bertutur kata kasar
terhadap orang tua kita. Sabarlah, Insya ALLAH nanti akan menjadi
pahala dengan ganjaran yang besar untuk kita anak-anaknya.
c. Jawablah Setiap pertanyaan mereka, walaupun berulang ulang
Orang tua kita yang sudah lansia, terkadang agak berkurang penglihatan,
pendengaran dan ingatannya. Sehingga terkadang kalau kurang jelas akan
terus bertanya berulang ulang.

7
Kadang Orang tua kita yang telah lansia, bahkan lupa dengan anaknya
dengan bertanya “Ini Siapa ya?” Jika itu terjadi, jawablah dengan sabar
dan sopan.
Ingatlah bahwa kitapun ketika kecil seperti itu, dan orang tua kita
sedikitpun tidak pernah marah .walau kita mengucapkan hal yang sama
dan bertanya pertanyaan yang sama berulang kali.
d. Jangan Biarkan orang tua melamun, berilah aktifitas
Masalah terbesar yang dialami oleh para pensiunan atau orang tua lansia
yang sudah tidak bekerja adalah post power syndrome. Yang berarti
mereka akan merasa lumpuh dan bingung karena tidak ada hal lain lagi
yang dapat mereka kerjakan serta membuat mereka aktif setelah tidak lagi
berdinas.
Kondisi ini, jika berlangsung lama dapat membuat orang tua menjadi
cepat pikun bahkan sakit. Maka dari itu untuk mengatasinya berilah orang
tua kita kesibukan. Jika mereka suka membaca buku, ajaklah ke toko buku
dan berikan buku-buku yang mereka senangi.
Ajak mereka ke majelis ta’lim, atau organisasi untuk para senior. Mudah-
mudahan hal ini akan memberikan mereka semangat hidup yang baru
sehingga pikiran orang tua kita yang telah lansia tidak kosong dan
senantiasa terhindar dari kepikunan.
e. Masaklah makanan yang mudah mereka makan
Jangan memasak makanan yang sukar dikunyah atau pun keras untuk
orang tua kita. Berikan mereka nasi yang agak lembut, serta lauk yang
mudah dikunyah.
f. Pastikan Lantai Kering dan Tidak Licin
Selalu perhatikan lantai di rumah kita, terutama yang berada di kamar
mandi. Orang tua yang telah lansia tidak memiliki keseimbangan tubuh
seperti kita yang masih muda. Mereka mudah sekali terjatuh dan
sekalinya terjatuh terkadang bisa fatal sekali.

8
Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi pada orang tua kita bukan?
Maka dari itu selalu pastikan lantai kering dan tidak licin untuk keamanan
orang tua kita yang telah lansia.
g. Perhatikan makanan dan minuman mereka
Orang yang sudah tua, seperti layaknya anak bayi. Mereka tidak boleh
makan dan minum sembarangan seperti kita yang masih muda. Perhatikan
makanan apa saja yang di pantang, periksa juga riwayat kesehatannya.
Jangan sampai kita memberi mereka makanan yang dapat memicu
penyakit, seperti memberi kacang-kacangan pada orang tua yang
menderita asam urat.
Nah demikianlah 7 Tips dari BabySitter Jakarta tentang apa saja yang
harus diperhatikan ketika merawat lansia. Mudah-mudahan bapak dan ibu
dapat mempraktekannya.

9
BAB III
3.1 Kesimpulan
Terapi medis adalah teraoi yang dapat meningkatkan kesehatan dan
kualitas hidup pasien. Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif,
pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat
serta adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan
berdasarkan informasi terkini.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik
diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh
manfaat dari makalah yang kami buat.

10
DAFTAR PUSTAKA

H.Wahjudi N, 2008, Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, edisi 3, Jakarta : EGC


R. Siti Maryam, 2008, Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya, Jakarta :
Salemba Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai