Sistem Penyaliran
Sistem Penyaliran
Q = 0.278 x C x I x A .........................................................................................3.22
dimana :
Q = Debit limpasan (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.3)
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m2)
Tabel 3.8
Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi
No Kemiringan Tataguna Lahan Nilai C
1. sawah dan rawa 0,2
Datar, <3%
1 2. hutan dan kebun 0,3
3. pemukiman dan taman 0,4
1. hutan dan kebun 0,4
Menengah 2. pemukiman dan taman 0,5
2
3% - 5% 3. alang-alang, sedikit tanaman 0,6
4. tanah gundul, jalan aspal 0,7
1. hutan dan kebun 0,6
Curam, 2. pemukiman dan taman 0,7
3
>15% 3. alang-alang, sedikit tanaman 0,8
4. tanah gundul, jalan aspal, areal penggalian & penimbunan tambang 0,9-1
14
15
Angka–angka curah hujan yang diperoleh merupakan data yang tidak dapat
digunakan secara langsung untuk perencanaan pembuatan sarana pengendalian air
tambang, tetapi harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai curah hujan
yang lebih akurat. Curah hujan merupakan data utama dalam perencanaan
kegiatan penirisan tambang terbuka.
Pengamatan curah hujan dilakukan dengan alat pengukur curah hujan. Ada dua
jenis alat pengukur curah hujan, yaitu alat ukur manual dan otomatis. Alat ini
biasanya diletakkan ditempat terbuka agar air hujan yang jatuh tidak terhalang
oleh bangunan atau pepohonan. Data tersebut berguna pada saat penentuan hujan
rencana. Analisa terhadap data curah hujan ini dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu : (Soewarno, 1995)
Annual series, yaitu dengan mengambil satu data maksimum setiap tahunnya yang
berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun saja yang dianggap
berpengaruh dalam analisa data.
Partial Duration Series, yaitu dengan menentukan lebih dahulu batas bawah
tertentu dari curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari batas bawah
tersebut diambil dan dijadikan data yang akan dianalisa.
1 𝑇𝐿
Pt = 1 − (1 − 𝑇𝑡) % ................................................................................... (3.23)
Dimana :
16
Dimana :
ΣCH = jumlah Curah hujan
n = tahun
2. Standar deviasi (S)
𝛴(𝑥−𝑥𝑖)2
𝑆=√ .................................................................................................. (3.25)
𝑛−1
Dimana :
x = curah hujan rata-rata
xi = curah hujan maksimum
Hubungan periode ulang dengan reduksi variansi dari variabel Y ditunjukkan pada
(Tabel 3.9)
4. Koreksi rata-rata
17
𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = − 𝑙𝑛 [−𝑙𝑛 { }] ............................................................................... (3.27)
𝑛+1
𝛴𝑌𝑛
Rata-rata Yn, 𝑌𝑛 = 𝑛
Dimana :
Yn = koreksi rata-rata
n = jumlah sempel
m = urutan sempel (m = 1,2,3)
5. Koreksi simpangan
̅̅̅
𝛴(𝑌𝑛 −𝑌𝑛)
2
𝑆𝑛 = √ ............................................................................................... (3.28)
𝑛−1
Tabel 3.9
Hubungan Periode Ulang (T) Dengan Reduksi
Variansi Dari Variabel Y
Periode Ulang Reduksi Variansi
(T) (Y)
2 0,3065
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9702
50 3,9019
100 4,6001
Keterangan :
𝑋̅ = rata-rata curah hujan (mm/bulan)
S = Standar Deviasi
Sn = Koreksi Simpangan
Yt = Koreksi Variansi
18
Yn = Koreksi rata-rata
Hubungan antara derajat cuarh hujan dengan intensitas curah hujan dapat dilihat
pada (Tabel 3.5)
Tabel 3.10
Hubungan Derajat Hujan dan Intensitas Curah Hujan
Intesitas Curah Hujan
Derajat Hujan Kondisi
(mm/menit)
Hujan lemah 0,02 -0,05 Tanah Basah semua
Hujan Normal 0,05 - 0,25 Bunyi hujan terdengar
Hujan Deras 0,25 - 1,00 Air tergenang dan terdengar bunyi dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan
Hujan Sangat Deras >1,00
saluran air meluap
(daerah penambangan yang lebih lebih rendah). Daerah tangkapan hujan dibatasi
oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan mengumpulkan air
hujan sementara. (Ir. Awang Suwardi, MSc.2004)