Anda di halaman 1dari 6

Sistem Penyaliran

3.5.1 Limpasan (Run Off)


Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan asal atau
jalan yang di tempuh sebelum mencapai saluran. Debit limpasan dapat dihitung
dengan persamaan rasional (peak run off = Qp) adalah metode rasional (US Soil
Conservation Service, 1973 dalam Asdak, (1995). Sebagai berikut :

Q = 0.278 x C x I x A .........................................................................................3.22

dimana :
Q = Debit limpasan (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.3)
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m2)

Tabel 3.8
Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi
No Kemiringan Tataguna Lahan Nilai C
1. sawah dan rawa 0,2
Datar, <3%
1 2. hutan dan kebun 0,3
3. pemukiman dan taman 0,4
1. hutan dan kebun 0,4
Menengah 2. pemukiman dan taman 0,5
2
3% - 5% 3. alang-alang, sedikit tanaman 0,6
4. tanah gundul, jalan aspal 0,7
1. hutan dan kebun 0,6
Curam, 2. pemukiman dan taman 0,7
3
>15% 3. alang-alang, sedikit tanaman 0,8
4. tanah gundul, jalan aspal, areal penggalian & penimbunan tambang 0,9-1

3.5.2 Curah Hujan


Curah hujan adalah banyaknya hujan yang terjadi pada suatu daerah. Curah hujan
merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan sistem penirisan,
karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi.

14
15

Angka–angka curah hujan yang diperoleh merupakan data yang tidak dapat
digunakan secara langsung untuk perencanaan pembuatan sarana pengendalian air
tambang, tetapi harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai curah hujan
yang lebih akurat. Curah hujan merupakan data utama dalam perencanaan
kegiatan penirisan tambang terbuka.

Pengamatan curah hujan dilakukan dengan alat pengukur curah hujan. Ada dua
jenis alat pengukur curah hujan, yaitu alat ukur manual dan otomatis. Alat ini
biasanya diletakkan ditempat terbuka agar air hujan yang jatuh tidak terhalang
oleh bangunan atau pepohonan. Data tersebut berguna pada saat penentuan hujan
rencana. Analisa terhadap data curah hujan ini dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu : (Soewarno, 1995)

Annual series, yaitu dengan mengambil satu data maksimum setiap tahunnya yang
berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun saja yang dianggap
berpengaruh dalam analisa data.

Partial Duration Series, yaitu dengan menentukan lebih dahulu batas bawah
tertentu dari curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari batas bawah
tersebut diambil dan dijadikan data yang akan dianalisa.

3.5.3 Periode Ulang Hujan dan Resiko Hidrologi


Curah hujan akan menunjukkan suatu kecenderungan pengulangan. Dapat dilihat
pada data yang menganalisis suatu jangka panjang. Analisis curah hujan dikenal
istilah periode kemungkinan ulang (return period) yang berarti
kemungkinan/probabilitas periode terulangnya suatu tingkatan curah hujan
tertentu. Salah satu kriteria perancangan adalah hujan rencana, yaitu curah hujan
dengan periode ulang tertentu atau kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu
jangka waktu tertentu.

Resiko hidrologi dapat dihitung dengan persamaan berikut :

1 𝑇𝐿
Pt = 1 − (1 − 𝑇𝑡) % ................................................................................... (3.23)

Dimana :
16

Pt = Resiko Hidrologi (%)


Tt = Periode Ulang Hujan
TL = umur tambang (tahun)

3.5.4 Curah Hujan Rencana


Hujan rencana adalah hujan maksimum yang mungkin terjadi selama umur
perencanaan penyaliran tersebut.Untuk mendapatkan curah hujan pada periode
ulang hujan tertentu dan intensitas hujan jangka pendek, perlu dilakukan analisis
curah hujan, dalam hal ini intensitas hujan satu jam. Langkah-langkah dalam
perhitungan curah hujan rencana adalah sebagai berikut :

1. Menghitung rata-rata curah hujan maksimum


𝛴𝐶𝐻
𝑋̅ = ............................................................................................................ (3.24)
𝛴𝑛

Dimana :
ΣCH = jumlah Curah hujan
n = tahun
2. Standar deviasi (S)
𝛴(𝑥−𝑥𝑖)2
𝑆=√ .................................................................................................. (3.25)
𝑛−1

Dimana :
x = curah hujan rata-rata
xi = curah hujan maksimum

3. Koreksi variansi (Yt)


𝑇−1
𝑌𝑡 = − 𝑙𝑛 {−𝑙𝑛 } ....................................................................................... (3.26)
𝑇

T = periode ulang (tahun)10

Hubungan periode ulang dengan reduksi variansi dari variabel Y ditunjukkan pada
(Tabel 3.9)

4. Koreksi rata-rata
17

𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = − 𝑙𝑛 [−𝑙𝑛 { }] ............................................................................... (3.27)
𝑛+1
𝛴𝑌𝑛
Rata-rata Yn, 𝑌𝑛 = 𝑛

Dimana :
Yn = koreksi rata-rata
n = jumlah sempel
m = urutan sempel (m = 1,2,3)

5. Koreksi simpangan
̅̅̅
𝛴(𝑌𝑛 −𝑌𝑛)
2
𝑆𝑛 = √ ............................................................................................... (3.28)
𝑛−1

Tabel 3.9
Hubungan Periode Ulang (T) Dengan Reduksi
Variansi Dari Variabel Y
Periode Ulang Reduksi Variansi
(T) (Y)
2 0,3065
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9702
50 3,9019
100 4,6001

6. Curah Hujan Rencana


𝑆
𝐶𝐻𝑅 = 𝑋̅ + (𝑆𝑛) (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛) ........................................................................... (3.29)

Keterangan :
𝑋̅ = rata-rata curah hujan (mm/bulan)
S = Standar Deviasi
Sn = Koreksi Simpangan
Yt = Koreksi Variansi
18

Yn = Koreksi rata-rata

3.5.5 Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah besarnya curah hujan (mm) yang terjadi dalam waktu
tertentu (jam). Intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus :
60.Rt
It = ....................................................................................................... 3.30
t
Dimana :
It = Intensitas hujan (mm/jam)
Rt = Curah hujan dalam t menit (mm)
T = Lama hujan (menit)

Hubungan antara derajat cuarh hujan dengan intensitas curah hujan dapat dilihat
pada (Tabel 3.5)

Tabel 3.10
Hubungan Derajat Hujan dan Intensitas Curah Hujan
Intesitas Curah Hujan
Derajat Hujan Kondisi
(mm/menit)
Hujan lemah 0,02 -0,05 Tanah Basah semua
Hujan Normal 0,05 - 0,25 Bunyi hujan terdengar
Hujan Deras 0,25 - 1,00 Air tergenang dan terdengar bunyi dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan
Hujan Sangat Deras >1,00
saluran air meluap

3.5.6 Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasnya permukaan yang apabila
terjadinya hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih
rendah menuju titik pengaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi),
dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yanag
dapat mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu tempat
19

(daerah penambangan yang lebih lebih rendah). Daerah tangkapan hujan dibatasi
oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan mengumpulkan air
hujan sementara. (Ir. Awang Suwardi, MSc.2004)

3.5.7 Sistem Penirisan


Berdasarkan cara penirisannya, sistem penirisan tambang dapat dibedakan
menjadi :
1. Preventive : Upaya pencegahan air untuk masuk ke dalam lokasi tambang
dengan cara pembuatan saluran di sekeliling pit sehingga air tersebut mengalir
mengelilingi pit.
2. Currative : Air yang masuk ke lokasi tambang untuk ditampung dalam kolam
penampung (sump) dan kemudian di keluarkan ke luar tambang

Anda mungkin juga menyukai