Anda di halaman 1dari 10

MATERI PEMBELAJARAN

1. Definisi Sehat Menurut Undang-Undang


Menurut WHO (1947), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
Definisi Sehat Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1992 :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan.
2. Visi Misi Kemenkes
a. Nawacita
Kementerian Kesehatan berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan
Nawa Cita, sebagai berikut:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6) Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

b. VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik
Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut diwujudkan dengan
7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
c. Nilai-Nilai
1) Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang
terbaik untuk rakyat.
2) Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak,
karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen
masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan
masyarakat akar rumput.
3) Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat,
serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi
setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi
dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
4) Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang
telah ditetapkan dan bersifat efisien.
5) Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.

3. Desa Siaga, Poskesdes, Posyandu


a. Desa Siaga
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu.
Tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :
1) Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.

2) Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta


peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh
masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :

 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi


menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.

 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB


serta kekurangan gizi.

 Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan


kesehatan.

 Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.

 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,


penyehatan lingkungan dan lain-lain.

Indikator keberhasilan desa siaga :


1) Indikator Input
a) Jumlah kader desa siaga.
b) Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
c) Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e) Tersedianya dana operasional desa siaga.
f) fTersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
g) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
h) Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi
kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2) Indikator proses
a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
b) Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c) Berfungsi/tidaknya poskesdes.
d) Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
e) Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan
berbasis masyarakat.
f) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g) Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
3) Indikator Output
a) Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b) Jumlah kunjungan neonates (KN2).
c) Jumlah BBLR yang dirujuk.
d) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e) Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
f) Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
g) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
h) Jumlah keluarga yang punya jamban.
i) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j) Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k) Adanya data kesehatan lingkungan.
l) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu
yang menjadi masalah setempat.
m) Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4) Indikator outcome
a) Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
b) Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
b. Poskesdes

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.Poskesdes
dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara
upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.Pelayanannya meliputi
upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela
Iainnya.
Pembentukan POSKESDES didahulukan pada Desa yang tidak memiliki Rumah
Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU), dan bukan ibu Kota
Kecamatan atau Ibu Kota Kabupaten. POSKESDES di harapkan sebagai pusat
pengembangan dan kordinator berbagai UKBM yang dibutuhkan masyarakat
Desa, misalnya POS Pelayanan Terpadu atau POSYANDU dan warung obat
desa (WOD).
Fungsi Poskesdes
Begitu banyak fungsi poskesdes yang sebenarnya dapat kita manfaatkan antara
lain :
1) Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.
2) Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah
kesehatan
3) Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan
kesehatan
4) Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa
Manfaat Poskesdes
1) Bagi masyarakat
a) Permasalahan di desa dapat terdeteksi dini, sehingga bisa ditangani
cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi potensi dan kemampuan yang ada
b) Memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dekat
2) Bagi kader
a) Mendapat informasi awal di bidang kesehatan
b) Mendapat kebanggaan, dirinya lebih berkarya bagi masyarakat
3) Bagi puskesmas
a) Memperluan jangkauan pelayanan puskesmas dengan mengoptimalkan
sumber data secara efektif dan efisien
b) Mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertama
4) Bagi sektor lain
a) Dapat memadukan kegiatan sektornya di bidang kesehatan
b) Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih afektif dan
efisien
ORGANISASI POSKESDES
Tenaga poskesdes
Tenaga masyarakat : Kader, Tenaga sukarela lainnya, Tenaga masyarakat
minimal 2 orang yang telah mendapat pelatihan khusus
Tenaga kesehatan Minimal terdapat seorang bidan yang menyelenggarakan
pelayanan
Kepengurusan dipilih melalui musyawarah mufakat masyarakat desa, serta
ditetapkan oleh kepala desa. Struktur minilmal terdiri dari Pembina ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota
Kedudukan dan hubungan kerja
a. Poskesdes merupakan kooedinator dari UKBM yang ada (misalnya:
posyandu, poskestren, ambulan desa).
b. Poskesdes dibawah pengawasan dan bimbingan puskesmas setempat.
Pelaksanan poskesdes wajib melaporkan kegiatannya kepada puskesmas,
adapun pelaporan yang menyangkut pertanggungjawaban keuangan
disampaikan kepada kepala desa
c. Jika wilayah tersebut terdapat puskesmas pembantu maka poskesdes
berkoordinasi dengan puskesmas pembantu yang ada tersebut
d. Poskesdes di bawah pimpinan kabupaten/ kota melalui puskesmas.
Pembinaan dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya
kesehatan perorangan
Kegiatan :

a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit


menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB), dan faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil
yang beresiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang
gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensi. Pelayanan tersebut di
laksananakan baik di dalam poskesdes maupun di luar poskesdes (dalam
gedung maupun luar gedung).
e. Adapun kegiatan pengembangan meliputi promosi kesehatan untuk :
Peningkatan keluarga sadargizi, Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat(PHBS), Penyehatan Lingkungan.
c. Posyandu
Kegiatan Pokok Posyandu : KIA, KB, Imunisasi, Gizi, Penanggulangan diare.
Pelaksanaan Layanan Posyandu :
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa: Imunisasi, Pemberian vitamin A dosis
tinggi, Pembagian pil KB atau kondom, Pengobatan ringan, Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V
merupakan meja pelayanan medis.
Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
Kegiatan Posyandu :

a. Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak


Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan
khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan penimbangan,
pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak yang
pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.
Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.
Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari
200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis
merah KMS.
Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh
layu.
Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.
b. Pelayanan Tambahan yang Diberikan
1) Pelayanan bumil dan menyusui.
2) Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya.
3) Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus
dan sebagainya.
4) Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
5) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
6) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
7) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
8) Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
9) pemanfaatan pekarangan.
10) Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
11) Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.
4. MDGS (2000-2015)
a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
d. Menurunkan angka kematian anak
e. Meningkatkan angka kesehatan ibu
f. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
g. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

SDGS (2016-2030) 17 Tujuan : 3. Good health and well-being (mencakup MDGS


no. 4, 5, 6)
5. IMUNISASI
Jika anak sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka
pemberian vaksin MMR dilakukan pada usia 15 bulan (minimal jarak pemberian 6 bulan
dari vaksin campak). Pemberian vaksin MMR kedua (booster) dilakukan saat anak
berusia 5 tahun. Pada usia 18 bulan, vaksin polio booster dapat diberikan. Imunisasi
DPT yang keempat diberikan pada usia 18 bulan dan terakhir diberikan pada usia 5
tahun.

Setelah itu, anak dapat diberikan vaksin Td atau Tdap pada usia 10-12 tahun sebagai
booster untuk melindungi anak dari tetanus dan difteri. Selanjutnya, booster ini dapat
diberikan setiap 10 tahun.

6. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

KEWAJIBAN dan HAK PASIEN

(UU no. 44 Tahun 2009 : UU tentang Rumah Sakit pasal 31 dan 32)

Kewajiban Pasien

(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang
diterimanya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan
Menteri.

Hak Pasien

Setiap pasien mempunyai hak:


a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

HAK dan KEWAJIBAN PASIEN

(UU no. 29 Tahun 2004 : UU tentang Praktik Kedokteran pasal 50 dan 51)

Hak Pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan para praktik kedokteran, mempunyai hak:

I. a.Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :
- Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

- Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

- Alternatif tindakan lain dan resikonya;

- Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan

- Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

I. b.Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

II. c.Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

III. d.Menolak tindakan medis; dan

IV. e.Mendapat isi rekam medis.

V.
Kewajiban Pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

I. a.Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah


kesehatannya;

II. b.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

III. c.Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

IV. d.Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

7.

Anda mungkin juga menyukai