Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Sejarah muhammadiyah

DISUSUN OLEH :

Rafsanjani
2015440052

FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan


rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “SEJARAH MUHAMMADIYAH”. Kemudian sholawat beriring
salammarilah sama-sama kita sanjungkan kepada Sang Refolusioner Nabi
Muhammad s.a.w yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah sampai ke
zaman yang penuh ilmu ini.
Kami harapkan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini,
sehingga dapat menambah wawasan kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan.Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala ikhtiar kita.Amin.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis
merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam
dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana
dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan
berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha
untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan
kemasyarakatan yang sedang dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-
sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang
merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan
pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi
atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30
tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang
politik, sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan
kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai
hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika
dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh
dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha dan
konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual.
Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran
Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan
permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 1


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah
sebagai organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia bahkan
banyak yang mengatakan yang terbesar di dunia, maka sangat menarik sekali
jika kita lebih mendalami untuk memahami tentang bagaimana sebenarnya
latar belakng berdirinya Muhammadiyah dan apa saja faktor-faktor yang
melatarbelakangi pendiriannya, sehingga sampai saat ini masih bisa tetap
terjaga eksistensinya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar
di Indonesia bahkan dunia.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
perkuliahan yang diberikan oleh dosen pembimbing kami, mata kuliah Al
Islam dan Kemuhammadiyahan. Disamping itu penulis juga ingin mengetahui
lebih dalam tentang bagaimana Muhammadiyah didirikan serta apa saja
faktor-faktor yang melatarbelakangi pendiriannya.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Muhammadiyah


Perserikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh
tahun yang lalu oleh masyarakat Internasioanal, khususnya oleh masyarakat
alam Ialamy. Nama Muhammadiyah sudah sangat akrab di telinga
masayrakat pada umumnya. Adapun arti nama Muhammadiyah dapat dilihat
dari dua segi, yaitu arti bahasa atau etimologis dan arti istilah atau
terminologis.
1. Arti Bahasa atau estimologis :
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu
nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya
nisbiyah" yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti
umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu semua orang
yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah
yang terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka
dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh
perbedaan organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis dan
sebagainya.
2. Arti Istilah atau terminologis :
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, berasas Islam dan bersumber dari Al Qur'an dan Sunah
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H,
bertepatan tanggal 18 November 1912 M di kota Yogyakarta .

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 3


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Muhammadiyah Sebelum Menjadi Organisasi


KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai upaya
penyempurnaan pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam dengan sebenar-
benarnya dan sebaik-baiknya. Sebelum resmi menjadi organisasi, embrio
Muhammadiyah merupakan gerakan atau bentuk kegiatan dalam rangka
melaksanakan agama Islam secara bersama-sama. Perkumpulan ini
diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan dan bermula di kampung Kauman.
Dengan didirikan di Kauman memberikan kesan bahwa KH. Ahmad Dahlan
sangat memperhatikan lingkungannya. Mungkin dijiwai oleh ayat Alquran
yang berbunyi : Quu anfusakum wa ahlikum naara, yang artinya “Jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Gerakan yang digetarkan oleh
motivasi seperti itulah yang nantinya barhak mempunyai landasan dan akar
yang kuat.
Dalam gerakannya itu beliau dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Ini
membuktikan bahwa untuk melaksanakan Islam tidak bisa sendirian, tetapi
harus bersama-sama dengan yang lain. Karenanya belakangan KH. Ahmad
Dahlan memilih orang-orang yang sepaham, yang juga mempunyai pikiran
jangka jauh. Sebabnya karena gerakan ini tidak cukup hanya untuk satu-dua
tahun saja, melainkan untuk terus menerus. Untuk itulah diangkat beberapa
orang murid (santri).
Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 (bertepatan tanggal 18
november 1912) Muhammadiyah diresmikan menjadi organisasi
persyarikatan dan berkedudukan di Yogyakarta yang dipimpin langsung oleh
KH. Ahmad Dahlan. Jadi organisasi yang didirikannya merupakan
penyempurnaan dari pelaksanaan gerakan yang telah dilakukan sebelumnya.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 4


3.2 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Lahirnya Muhammadiyah
Terdapat cukup banyak penjelasan tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, kalau penjelasan-penjelasan ini
diasumsikan sebagai teori, maka Djindar Tamimi berpendapat bahwa faktor-
faktor subjektif dan objektif adalah mendorong berdirinya Muhammdiyah.
Faktor subjektif berkenaan dengan pribadi Ahmad KH. Ahmad Dahlan
sendiri. Sedangkan faktor objektif dibedakan atas dua macam, yaitu intern
dan ekstern. Teori lain yang hanya mempertimbangkan aspek realitas sosial
yang mendorong lahirnya Muhammadiyah yaitu hanya ada dua faktor,
internal dan eksternal. Faktor Internal berkenaan dengan kondisi
keberagamaan umat Islam di Jawa, sedangkan faktor eksternalnya adalah
adanya pengaruh gerakan pembaruan Islam di Timur Tengah dan politik
Islam-Belanda tarhadap kaum muslimin di Indonesia.
Selain itu, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa telaah mengenai
latar belakang berdirinya Muhammadiyah berhubungan dengan masalah yang
saling terkait, yaitu aspirasi Islam KH. Ahmad Dahlan, realitas sosio-agama
di Indonesia, realitas sosio-pendidikan di Indonesia dan relitas politik Islam
Hindia-Belanda.
Dan selanjutnya adalah teori yang mengatakan ada tiga faktor yang
mendorong berdirinya Muhammadiyah, yaitu gagasan pembaruan Islam di
Timur Tengah, Pertentangan internal dalam masyarakat jawa dan yang paling
penting adalah penetrasi misi Kristen di Indonesia. Faktor yang terakhir
dianggap yang paling menentukan dilihat dari berbagai kebijakan politik
pemerintah kolonial terhadap Islam dan proteksinya terhadap Nasrani,
misalnya adalah ordonansi guru, pelanggaran-pelanggarannya terhadap
kebudayaan lokal dan pembentukan freemasonry.
Ordonansi guru adalah Suatu kebijakan pemerintah kolonial yang
oleh umat Islam dirasakan sangat menekan. Ordonansi pertama yang
dikeluarkan pada tahun 1905 mewajibkan setiap guru agama Islam untuk
meminta dan memperoleh izin terlebih dahulu, sebelum melaksanakan
tugasnya sebagai guru agama, sedangkan ordonansi kedua yang dikeluarkan
pada tahun 1925, hanya mewajibkan guru agama untuk melaporkan diri.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 5


Kedua ordonansi ini dimaksudkan sebagi media pengontrol bagi pemerintah
kolonial untuk mengawasi sepak terjang para pengajar dan penganjur agama
Islam di negeri ini.
Pada tahun yang sama pula yakni tahun 1925 Pemerintah kolonial
mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi terhadap pendidikan agama
Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kiyai) boleh memberikan pelajaran
mengaji.
Freemason adalah organisasi underground orang Yahudi. Mereka
melakukan gerakan secara tersembunyi untuk men-support semua maslahah
para pembesar Yahudi dan merintis berdirinya negara Yahudi yang disebut
sebagai the Great Israel. Organisasi ini melakukan beberapa manuver politik
diantaranya :
1. Membangun sebuah masyarakat internasional yang tanpa menunjukkan
tendensi agama, namun di bawah kepemimpinan kaum Yahudi agar
mudah menguasai mereka ketika berdirinya negara the Great Israel.
2. Memerangi kaum Muslimin dan juga kaum Nasrani serta menyokong
negara-negara atheis. Adapun agama-agama yang lain, mereka tidak
berminat mengusiknya.
3. Tujuan utama mereka adalah mendirikan negara the Great
Israel serta menobatkan para raja Yahudi di Yerusalem sebagai
keturunan Nabi Daud, menurut klaim mereka. Lalu para raja itu di-
set untuk menguasai dunia internasional dan mereka sangat dielu-
elukan. Contohnya, orang Yahudi menyebut para raja itu dengan
sebutan sya’abullah al mukhtar (hamba-hamba Allah yang terpilih).
Organisasi ini memiliki peranan penting terhadap banyak peristiwa-
peristiwa tragis di dunia secara keseluruhan dan juga dunia Islam secara
khusus. Mereka menggunakan berbagai macam cara untuk mewujudkan misi-
misi mereka. Diantaranya adalah dengan merusak kaum muda dan
menebarkan moral yang bobrok diantara mereka. Dan menjadikan ambisi-
ambisi para pemuda berupa syahwat dan kesenangan-kesenangan, sehingga
kontrol terhadap kaum muda ada di tangan orang Yahudi, dan akhirnya
mereka bisa mengarahkan kaum muda sesuai keinginan mereka.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 6


Dan mereka senantiasa mengendalikan media agar dapat diarahkan
untuk melayani tujuan-tujuan mereka sebagaimana mereka juga berusaha
mengendalikan ekonomi internasional. Oleh karena itu anda dapati bahwa
orang-orang terkaya di dunia dan para pemilik perusahaan-perusahaan
raksasa itu berasal dari kaum Yahudi. Mereka telah menghancurkan
perekonomian banyak negara dan menyebabkan ditutupnya banyak
perusahaan dengan cara mereka yang licik dan culas, sebagaimana yang
terjadi di Indonesia dan negara lainnya.

3.3 Faktor Obyektif


Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak
murnian amalan Islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai
rujukan.
Realitas sosio agama di Indonesia
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan
kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan kepercayaan dan praktik
ibadah yang menyimpang dari Islam. Kepercayaan dan praktik ibadah
tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat. Khurafat adalah
kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-
Hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.
Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar
pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek
moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong KH. Ahmad Dahlan
untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya
dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru
dilakukan pada tahun 1916. Dalam konteks sosio-agama ini,
Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan
pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang
terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 7


Realitas sosio pendidikan di Indonesia
KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia
terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya
mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.
Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat
pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan
sekuler. Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana,
berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad KH. Ahmad Dahlan mengkaji
secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad
KH. Ahmad Dahlan, oleh karena itu cita-cita pendidikan Ahmad KH.
Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan
memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan
masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga
pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak
(Iman dan Takwa) dan Iptek.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan
politik kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan
perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.
1. Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
 Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama
Islam tidak memberontak.
 Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan
yang sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi
penduduk Indonesia.
 Dalam pelarangan pengalaman ajaran Islam, Belanda
membatasi masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi
pelarangan ini justru kontraproduktif bagi Belanda karena
menjadi sumber pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai
penjajah karena menghalangi kesempurnaan Islam seseorang.
2. Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi
penasihat Belanda untuk urusan pribumi di Indonesia)

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 8


 Dalam hal ini, tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi
bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas
pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar
sebagai seorang muslim bernama Abdul Ghaffar.
 Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama, yaitu : Pertama
rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah
ritual keagamaan seperti ibadah; Kedua pemerintah berupaya
mempertahankan dan menghormati keberadaan lembaga-
lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam Islam; Ketiga
pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan
kaum muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-
Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata
menentang pemerintah kolonial Belanda.

3.4 Faktor Subyektif


Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor
sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang
dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyah maka harus
dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah bisa
dibawa kemana saja.
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan KH. Ahmad
Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirkan tahun 1868 dan
wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta
hayat yang dikecap selama 55 tahun, berarti meninggal dalam usia relative
muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan
agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat
lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH. Ahmad Dahlan tidak
hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan
kepadanya.
Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan
bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang
diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan,

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 9


dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Di sinilah yang menentukan KH. Ahmad Dahlan sebagai subjek
yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud
dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua
(1902 M) dan sempat bermukim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu
beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-
kitab yang disusun oleh alaim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali
kepada al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan
bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan
pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.

3.5 Profil KH. Ahmad Dahlan


KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur 54
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari KH. Ahmad Dahlan adalah puteri dari
H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada masa itu.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang
kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di
antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya
tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru
Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu
Bakar, dan Muhammad Darwisy (KH. Ahmad Dahlan).

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 10


Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima
tahun. Pada periode ini, KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan
pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh,
Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama
dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib
yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
KH. Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat
enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj KH. Ahmad Dahlan, Siti Busyro,
Irfan KH. Ahmad Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH.
Ahmad KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. KH.
Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.
Pengalaman Organisasi
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan
dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang
cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi
wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, KH. Ahmad Dahlan juga dengan
mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia
juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi
Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad
SAW.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 11


Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi
Nusantara. KH. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam
cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak
umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunanal-Qur'an dan al-
Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912.
Dan sejak awal KH. Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di
bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan ini juga
mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat
sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama
Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan
tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan
bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu KH. Ahmad Dahlan sempat
mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan
sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang
yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-
cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua
rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad KH. Ahmad Dahlan
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk
mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun
1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914.
Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya
boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul
kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya
dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti
Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang
Muhammadiyah.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 12


Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya
dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta
memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung
Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq
Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang
Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan
menjalankan kepentingan Islam.
KH. Ahmad Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh
agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur
pertama yang diajak dialog oleh KH. Ahmad Dahlan. Pastur van Lith di
Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat
itu KH. Ahmad Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH.
Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga
melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata
mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di
Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya
untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah
makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 7 Mei 1921 KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas
gerakan dakwah Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi
para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan
pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan
dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan
anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene
Vergadering (persidangan umum).

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 13


3.6 Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Islam dan Umatnya
Aksi sosial Ahmad Dahlan bukan semata gerakan keagamaan dalam
arti ritual, melainkan bisa disebut sebagai “revolusi kebudayaan”. Berbagai
gagasan dan aksi sosial KH. Ahmad Dahlan tidak hanya mencerminkan nalar
kritisnya, melainkan juga menunjukkan kepedulian pada nasib rakyat
kebanyakan yang menderita, tidak berpendidikan dan miskin.
Aktualisasi Islam tidak hanya secara pribadi, manusia diwajibkan
menegakkan Islam ditengah-tengah masyarakat. KH. Ahmad Dahlan tidak
menginginkan masyarakat Islam yang seperti dahulu, ataupun masyarakat
baru yang membentuk budaya Islam baru. Jalan yang ditempuh KH. Ahmad
Dahlan adalah dengan menggembirakan umat Islam Indonesia untuk beramal
dan berbakti sesuai dengan ajaran Islam. Bidang pendidikan misalnya, KH.
Ahmad Dahlan mengadopsi sistem pendidikan Belanda karena diangap
efektif. Bahkan membuka peluang bagi wanita Islam untuk sekolah, padahal
di Arab, India dan Pakistan ini menjadi masalah.
Sedangkan dibidang sosial Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan
untuk memelihara anak yatim dan anak-anak terlantar lainnya. Yang
kemudian banyak berkembang Yayasan-yayasan Yatim Piatu
Muhammadiyah, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, dan tersbesar adalah
lembaga pendidikan Muhammadiyah baik TK, SD, SMP, SMU dan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang jumlahnya terbesar di Indonesia.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 14


VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH
A. Visi Sekolah
Visi Sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam
menentukan tujuan atau keadaan masa depan sekolah yang secara khusus
diharapkan oleh Sekolah. Visi Sekolah merupakan turunan dari Visi Pendidikan
Nasional, yang dijadikan dasar atau rujukan untuk merumuskan Misi, Tujuan
sasaran untuk pengembangan sekolah dimasa depan yang diimpikan dan terus
terjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

A.Visi
Terwujudnya generasi muslim berkualitas yang menguasai risalah islamiyah dan
mampu mengimplementasikan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Indikator :
1. Mendorong aktifitas dan kreatifitas secara optimal kepada seluruh komponen
sekolah terutama para siswa
2. Mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa
supaya mereka memiliki prestasi yang dapat dibanggakan.
3. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga kecerdasan
siswa terus diasah agar terciptanya kecerdasan intelektual dan emosional yang
mantap.
4. Antusias terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5. Menanamkan cinta kebersihan dan keindahan kepada semua komponen
sekolah.
6. Menimbulkan penghayatan yang dalam dan pengalaman yang tinggi terhadap
ajaran agama (Religi) sehinggan tercipta kematangan dalam befikir dan bertindak.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 15


B. MISI
1. Mewujudkan kehidupan sekolah yang kondusip dan islami sesuai dengan Al
Quran dan As-Sunnah.
2. Membentuk pribadi muslim berakhlakul karimah dan memiliki kepedulia
sosial.
3. Menumbuhkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
4. Meningkatkan kualitas kelulusan dalam bidang ilmu pengetahuan, yang
berorientasi pada kecakapan hidup.
5. Meningkatkan profesionalisme kerja guru dan karyawan.
6. Meningkatkan system pengelolaan sekolah yang dinamis, demokrati dan dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah dengan msyarakat dan instansi
terkait.
8. Meningkatkan loyalitas guru, karyawan, siswa sebagai kader dan penggerak
persyarikatan Muhammadiyah

C. Tujuan Jangka Panjang Sekolah


Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan dalam kurun waktu 5 tahun
kedepan, tujuan yang diharapkan tercapai oleh sekolah pada tahun 2017/2018
adalah :
1. Terwujudnya kepribadian warga sekolah yang taat beragama sesuai ajaran Al-
Qur’an dan As- Sunnah dalam di kehidupan masyarakat.
2. Peseta didik memiliki kemampuan membaca dan manghapal Al-
Qur’an dengan baik dan benar.
3. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan kondusif
4. Terwjudnya hubungan yang harmonis dan dinamis antar warga sekolah dengan
masyarakat
5. Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan partisipatif, melibatkan
seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait
6. Peserta didik memiliki sikap dan prilaku yang sesuai dengan ajaran dan Syariat
agama serta budaya yang positif.
7. Perolehan nilai Ujian Nasional rata- rata peserta didik meningkat.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 16


LAMPIRAN

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 17


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan
menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu
kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali
kepada Al-Qur’an dan As -unnah Rasullullah sesuai dengan arti
Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya
Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah
1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebar luas
hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan
sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus
mempertahankan dan meneruskan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dari
segala bentuk yang dapat menghancurkan agama Islam.
2. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak
seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul,
bid’ah, khurofat. Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa
yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
3. Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam
segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa
membedakan, dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai
dengan ajaran Islam.
4. Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita
sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 18


DAFTAR PUSTAKA

http://violetaindriani.blogspot.com/2013_11_01_archive.html (di akses tanggal 10


November 2016)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan (di akses tanggal 10 November 2016)

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 19

Anda mungkin juga menyukai