Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Visi, Misi, Nilai Dasar


Adapun visi, misi serta nilai dasar yang dimiliki pada Rumah sakit Budi Asih,
yaitu.
a. Visi;
Meningkatkan taraf kesehatan dan pekerja secara promotif, preventif
dan kuratif.
b. Misi;
Menjadi Rumah sakit yang responsive dan profesional dengan
pelayanan yang transparan, akuntable dan sesuai dengan
perkembangan jaman.
c. Nilai dasar
Dalam upaya peningkatan mutu perusahaan tentu saja didasari oleh
nilai-nilai dasar atau budaya perusahaan yaitu pengabdian,
kebersamaan, transparansi, kemitraan, profesional dan berorientasi
pada masa depan.

4.1.1 Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-
posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan
tanggungjawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Struktur organisasi Rumah
sakit Budi Asih berbentuk bagan dengan type organisasi ini yang menghubungkan
langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan dari pemimpin tertinggi
sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah yang masing-masing dihubungkan
dengan garis wewenang atau komando tugas dan tanggungjawab setiap jabatan
disesuaikan dengan tingkatan dalam struktur organisasi perusahaan.
A. Direksi
1. Bertanggungjawab secara penuh terhadap seluruh aktifitas dan kinerja
perusahaan;
2. Mewakili perusahaan dalam berhubungan dengan pihak luar terutama
dalam melakukan ikatan kerjasama atau perjanjian yang mengikat
perusahaan secara hukum;
3. Melakukan evaluasi kinerja perusahaan secara periodik serta melakukan
perbaikan dan membuat keputusan-keputusan strategis yang mengikat
semua elemen perusahaan untuk kemajuan perusahaan.
B. Marketing
1. Memberikan informasi;
2. Menjalin kerjasama dengan channel seperti, rumah sakit atau klinik,
dokter;
3. Meminjamkan peralatan.
C. Accounting – Payroll

1. Membuat slip gaji karywan setiap bulan;


2. Membuat laporan bulanan gaji karyawan;
3. Menangani permasalah yang ada pada karyawan mengenai gaji;
4. Kontrol absensi karyawan seluruh departemen;
5. Menyimpan data – data failing sistem;
6. Record karyawan baru;
7. Mengerjakan slip gaji karyawan yang di phk;
8. Membuat laporan jamsostek setiap bulan.
D. HRD (Human Resources Development)
1. Mencari, mensortir dan memilih karyawan potensial sesuai kualifikasi;
2. Menciptakan dan memelihara kondisi kerja yang kondusif;
3. Melakukan pengembangan kualitas sumber daya manusia melaui
edukasi dan training.
E. Koordinator Perawat
1. Menyiapkan fasilitas dan lingkungan poliklinik untuk kelancaran
pelayanan serta memudahkan pasien dalam menerima pelayanan;
2. Mengkaji kebutuhan pasien;
3. Membantu pasien selama pemeriksaan dokter dengan memberikan;
penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan;
4. Memelihara peralatan medis keperawatan dalam keadaan siap.

4.2 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan


hitungan Pihak Rumah sakit Budi Asih
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar rekap
penghasilan dokter sebagai tenaga ahli dan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal
21, tanggal penyetoran dan tanggal pelaporan untuk tenaga ahli pada Rumah sakit
Budi Asih dalam tahun pajak 2015, 2016 dan 2017. Pembahasan analisis ini
menggunakan data yang sama yaitu data perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21
dengan tahun yang berbeda yaitu 2015, 2016 dan 2017, dimana akan digunakan
data perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 dr. Aang Rahardja atau dr. A sebagai
contoh perhitungan data utama.
Terkait dengan kebijakan bagi hasil rumah sakit dan dokter, pihak Rumah
sakit Budi Asih menerapkan peraturan bagi hasil 80% untuk dokter dan 20%
untuk pihak rumah sakit. Dalam kebijakan bagi hasil, pihak rumah sakit
menerapkan peraturan bagi hasil dihitung sebelum perhitungan pajak penghasilan
dilakukan. Itu artinya pihak rumah sakit akan melakukan pemotongan Pajak
Penghasilan pasal 21 dari penghasilan neto dokter setelah dilakukan perhitungan
bagi hasil antara rumah sakit dan dokter bukan dari penghasilan bruto. Untuk
menentukan tarif pph 21, rumah sakit tidak menggunakan DPP kumulatif
walaupun penghasilan yang didapat oleh dokter bersifat berkesinambungan
dikarenakan pendapatan yang diterima dokter bersifat fluktuatif hal ini dilakukan
sudah keputusan direksi dan sesuai dengan perjanjian pada waktu saat pertama
kali diminta praktek. Jadi, setelah menghitung DPP yang dihitung 50% dari
penghasilan netto, kemudikan dikalikan tarif Pasal 17 UU PPh. Sedangkan untuk
penghasilan bersih yang diterima dokter dihitung dari penghasilan bruto dikurangi
dengan bagi hasil untuk pihak rumah sakit dan dikurangi Pajak Penghasilan pasal
21.
Tahapan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 terhadap penghasilan
dokter sebagai tenaga ahli yang diterapkan di Rumah sakit Budi Asih adalah
sebagai berikut.
Penghasilan bruto (A)
Bagi hasil :
Rumah sakit = 20% x A = (B)
Dokter = 80% x A = (C)

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x C = (E)

PPh pasal 21 = Tarif Pasal 17 UU PPh x E = (G)

4.2.1 Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21


Rumah sakit Budi Asih melakukan perhitungan PPh pasal 21 untuk dokter
sebagai tenaga ahli, berbeda dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia
pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Sebagai contoh, penulis akan menjabarkan
perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 dr. A pada tahun 2015 sesuai dengan
peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh pihak Rumah sakit Budi Asih sebagai
berikut.

4.1 Tabel perhitungan PPh pasal 21 tenaga ahli menurut Rumah sakit Budi
Asih tahun 2015 (dalam rupiah)
Tahun Penghasilan Penghasilan DPP Tarif PPh pasal
2015 bruto 100% netto 80% Pajak 21
Januari 20.840.000 16.672.000 8.336.000 5% 416.800
Februari 19.440.000 15.552.000 7.776.000 5% 388.800
Maret 13.760.000 11.008.000 5.504.000 5% 275.200
April 11.170.000 8.936.000 4.468.000 5% 223.400
Mei 11.690.000 9.352.000 4.676.000 5% 233.800
Juni 10.690.000 8.552.000 4.276.000 5% 213.800
Juli 9.820.000 7.856.000 3.928.000 5% 196.400
Agustus 10.600.000 8.480.000 4.240.000 5% 212.000
September 11.390.000 9.112.000 4.556.000 5% 227.800
Oktober 11.330.000 9.064.000 4.532.000 5% 226.600
November 12.040.000 9.632.000 4.815.000 5% 240.800
Desember 11.040.000 8.832.000 4.416.000 5% 220.800
JUMLAH 153.810.000 123.048.000 61.523.000 3.076.200
Sumber: Rumah sakit Budi Asih 2015
Dari perhitungan tabel di atas, penghasilan bruto didapat dari jumlah
penghasilan dokter dalam satu bulan. Mencakup penghasilan dokter dari rawat
jalan, kunjungan dokter, dll. Sebelum melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
pasal 21, pihak rumah sakit akan melakukan perhitungan bagi hasil. Kebijakan
bagi hasil 80% untuk dokter dan 20% untuk pihak rumah sakit adalah kebijakan
yang telah disepakati antara pihak Rumah sakit Budi Asih dengan para dokter
yang bekerja di Rumah sakit Budi Asih. Setelah diketahui penghasilan netto,
selanjutnya menentukan Dasar Pengenaan Pajak yang dihitung dari 50% total
penghasilan netto. Kemudian dikalikan dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Contoh
analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr. Aang
Rahardja menurut Rumah sakit Budi Asih.
a. Perhitungan bulan Januari 2015 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 20.840.000
Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 20.840.000 = 4.168.000
dokter = 80% x 20.840.000 = 16.672.000

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 16.672.000 8.336.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 8.336.000 416.800

b. Perhitungan bulan Februari 2015 (dalam rupiah)


Penghasilan bruto 19.440.000
Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 19.440.000 = 3.888.000
dokter = 80% x 19.440.000 = 15.552.000
Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 15.552.000 7.776.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 7.776.000 388.800

4.3 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan


Peraturan Perpajakan Tahun 2015
Dalam proses analisis perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan
pasal 21 atas penghasilan dokter sebagai tenaga ahli di Rumah sakit Budi Asih,
penulis menggunakan beberapa dasar hukum aturan perpajakan yang berlaku,
salah satunya adalah Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015
tentang Pedoman Teknis Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
Dokter sebagai tenaga ahli dikategorikan sebagai penerima penghasilan
Bukan Pegawai, yaitu orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
Tetap / Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun dari Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah
pemberi penghasilan.
Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada Bukan Pegawai
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan, antara lain
berupa honorarium, komisi, fee dan penghasilan sejenis lainnya. Dokter menerima
imbalan yang bersifat berkesinambungan yaitu imbalan kepada Bukan Pegawai
yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Pada pasal 10 ayat (6) PER-32/PJ/2015 dalam hal jumlah penghasilan
bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan kepada dokter yang
melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah
penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui
rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh
rumah sakit dan atau klinik.
Dasar Pengenaan Pajak untuk tenaga ahli adalah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 3 huruf c PER-
32/PJ/2015. Pada perhitungan pajak penghasilan pasal 21 untuk tenaga ahli baik
berkesinambungan maupun tidak sama-sama tidak menggunakan Penghasilan
Tidak Kena Pajak.
Tarif pajak yang berlaku untuk tenaga ahli adalah tarif pajak berdasarkan
pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. Bagi penerima
penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21
dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) dari tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Tahapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap penghasilan
dokter sebagai tenaga ahli sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku
adalah sebagai berikut.
Penghasilan bruto (A)
Dasar Pengenaan Pajak (50% x A) (B)
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif (C)
DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya

PPh pasal 21 terutang :


Tarif pasal 17 UU PPh x B (D)

Penghasilan netto dokter :


Penghasilan bruto – PPh pasal 21 terutang (E)

Bagi hasil:
rumah sakit 20% x E (F)
penghasilan dokter 80% x E (G)

4.3.1 Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21


Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 untuk tenaga ahli diatur dalam
PER-32/PJ/2015. Perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas
dokter sebagai tenaga ahli di Rumah sakit Budi Asih pada tahun 2015 berdasarkan
aturan perpajakan perhitungannya berbeda dengan perhitungan yang dilakukan
oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Untuk bahan perbandingan dan analisis
berikut disajikan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan data utama yang
sama dengan data yang disajikan dalam analisis perhitungan pihak Rumah sakit
Budi Asih yaitu perhitungan PPh pasal 21 dr. A pada tahun 2015 (dalam rupiah).

4.3 Tabel perhitungan PPh pasal 21 berdasarkan Peraturan Perpajakan


yang berlaku (dalam rupiah)

Tahun penghasilan Dpp dpp tarif pasal 17 pph 21


2015 bruto 50% kumulatif ayat (1) huruf a
UU PPh
Jan 20.840.000 10.420.000 10.420.000 5% 521.000
Feb 19.440.000 9.720.000 20.140.000 5% 486.000
Mar 13.760.000 6.880.000 27.020.000 5% 344.000
Apr 11.170.000 5.585.000 32.605.000 5% 279.250
Mei 11.690.000 5.845.000 38.450.000 5% 292.250
Jun 10.690.000 5.345.000 43.795.000 5% 267.250
Jul 9.820.000 4.910.000 48.705.000 5% 245.500
Ags 10.600.000 1.295.000 50.000.000 5% 64.750
4.005.000 54.005.000 15% 600.750
Sep 11.390.000 5.695.000 59.700.000 15% 854.250
Okt 11.330.000 5.665.000 65.365.000 15% 849.750
Nov 12.040.000 6.020.000 71.385.000 15% 903.000
Des 11.040.000 5.520.000 76.905.000 15% 828.000
JUMLAH 153.810.000 76.905.000 6.535.750
Sumber : Data diolah peneliti.
Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto didapat dari total
penghasilan dokter dalam satu bulan. Sesuai pasal 10 ayat (6) PER-32/PJ/2015
jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien
melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil
oleh rumah sakit dan/atau klinik. Penghasilan bruto ini akan digunakan sebagai
dasar untuk menghitung DPP.
Dasar Pengenaan Pajak untuk tenaga ahli adalah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto. DPP digunakan untuk menghitung PPh terutang,
sedangkan DPP kumulatif digunakan untuk menentukan tarif pajak. Untuk
menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang digunakan DPP dikalikan tarif
pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan,
berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan dikenakan
tarif 5%, setelah melebihi Rp. 50.000.000,- akan dikenakan perhitungan dua lapis
yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku untuk satu kali
perhitungan pada satu tahun pajak. Begitu seterusnya sampai DPP Kumulatif
menunjukkan lapisan penghasilan kena pajak untuk lapis yang ketiga dan
selanjutnya.
Analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr.Aang
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
a. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan januari 2015 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 20.840.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 20.840.000 10.420.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 10.420.000

PPh pasal 21 terutang 521.000


5% x 10.420.000

Penghasilan netto dokter :


20.840.000 – 521.000 20.319.000

Bagi hasil:
rumah sakit 20% x 20.319.000 4.063.800
penghasilan dokter 80% x 20.319.000 16.255.200

b. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan februari 2015 (dalam rupiah)


Penghasilan bruto 19.440.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 19.440.000 9.720.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 20.140.000
DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya
9.720.000 + 10.420.000
= 20.140.000

Karena DPP Kumulatif masih kurang dari 50.000.000 maka dikenakan


tarif pajak 5%
PPh pasal 21 terutang 486.000
5% x 9.720.000

Penghasilan netto dokter :


19.440.000 – 486.000 18.954.000
Bagi hasil:
rumah sakit 20% x 18.954.000 3.790.800
penghasilan dokter 80% x 20.319.000 15.163.200
4.4 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan
hitungan Pihak Rumah sakit Budi Asih
4.4.1 Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21
Rumah sakit Budi Asih melakukan perhitungan PPh pasal 21 untuk dokter
sebagai tenaga ahli, berbeda dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia
pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Sebagai contoh, penulis akan menjabarkan
perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 dr. Aang sebagai dr. A pada tahun 2016
sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh pihak Rumah sakit Budi
Asih sebagai berikut.

4.5 Tabel perhitungan PPh pasal 21 tenaga ahli menurut Rumah sakit Budi
Asih tahun 2016 (dalam rupiah)
Tahun 2016 Penghasilan Penghasilan DPP Tarif PPh pasal
bruto 100% netto 80% Pajak 21
Januari 17.000.000 13.600.000 6.800.000 5% 340.000
Februari 20.750.000 16.600.000 8.300.000 5% 415.000
Maret 31.890.000 25.512.000 12.756.000 5% 637.800
April 24.910.000 19.928.000 9.964.000 5% 498.200
Mei 24.240.000 19.392.000 9.696.000 5% 484.400
Juni 32.460.000 25.968.000 12.894.000 5% 649.200
Juli 31.530.000 25.224.000 12.612.000 5% 630.600
Agustus 27.620.000 22.096.000 11.048.000 5% 552.400
September 28.410.000 22.728.000 11.364.000 5% 568.200
Oktober 29.270.000 23.416.000 11.708.000 5% 585.400
November 29.450.000 23.560.000 11.780.000 5% 589.000
Desember 25.590.000 20.472.000 10.236.000 5% 511.800
JUMLAH 323.120.000 258.496.000 129.248.000 6.462.000
Sumber : Rumah sakit Budi Asih 2016
Dari perhitungan tabel di atas, penghasilan bruto didapat dari jumlah
penghasilan dokter dalam satu bulan. Mencakup penghasilan dokter dari rawat
jalan, kunjungan dokter, dll. Sebelum melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
pasal 21, pihak rumah sakit akan melakukan perhitungan bagi hasil. Kebijakan
bagi hasil 80% untuk dokter dan 20% untuk pihak rumah sakit adalah kebijakan
yang telah disepakati antara pihak Rumah sakit Budi Asih dengan pada dokter
yang bekerja di Rumah sakit Budi Asih. Setelah diketahui penghasilan netto,
selanjutnya menentukan Dasar Pengenaan Pajak yang dihitung dari 50% total
penghasilan netto. Kemudian dikalikan dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Contoh
analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr. Aang
Rahardja menurut Rumah sakit Budi Asih.
a. Perhitungan bulan Januari 2016 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 17.000.000
Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 17.000.000 = 3.400.000
dokter = 80% x 17.000.000 = 13.600.000

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 13.600.000 6.800.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 6.800.000 340.000


b. Perhitungan bulan Februari 2016 (dalam rupiah)

Penghasilan bruto 20.750.000


Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 20.750.000 = 4.150.000
dokter = 80% x 20.750.000 = 16.600.000

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 16.600.000 8.300.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 8.300.000 415.000

4.5 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan


Peraturan Perpajakan Tahun 2016
4.5.1 Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 untuk tenaga ahli diatur dalam
PER-16/PJ/2016. Perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas
dokter sebagai tenaga ahli di Rumah sakit Budi Asih pada tahun 2016 berdasarkan
aturan perpajakan perhitungannya berbeda dengan perhitungan yang dilakukan
oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Untuk bahan perbandingan dan analisis
berikut disajikan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan data utama yang
sama dengan data yang disajikan dalam analisis perhitungan pihak Rumah sakit
Budi Asih yaitu perhitungan PPh pasal 21 dr. A pada tahun 2016.

4.7 Tabel perhitungan PPh pasal 21 berdasarkan Peraturan Perpajakan


yang berlaku (dalam rupiah)
Tahun penghasilan Dpp dpp kumulatif tarif pasal 17 ayat pph 21
2016 bruto 50% (1) huruf a UU
PPh
Jan 17.000.000 8.500.000 8.500.000 5% 425.000

Feb 20.750.000 10.375.000 18.875.000 5% 518.750

Mar 31.890.000 15.945.000 34.820.000 5% 797.250

Apr 24.910.000 12.455.000 47.275.000 5% 622.750


Mei 24.240.000 2.725.000 50.000.000 5% 136.250

9.395.000 59.395.000 15% 1.409.625

Jun 32.460.000 16.230.000 75.625.000 15% 2.434.500

Jul 31.530.000 15.765.000 91.390.000 15% 2.364.750

Ags 27.620.000 13.810.000 105.200.000 15% 2.071.500

Sep 28.410.000 14.205.000 119.405.000 15% 2.130.750

Okt 29.270.000 14.635.000 134.040.000 15% 2.195.250

Nov 29.450.000 14.725.000 148.765.000 15% 2.208.750

Des 25.590.000 12.795.000 161.560.000 15% 1.919.250

JUMLAH 323.120.000 173.680.000 19.234.000

Sumber : Data diolah peneliti.


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto didapat dari total
penghasilan dokter dalam satu bulan. Sesuai pasal 10 ayat (6) PER-16/PJ/2016
jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien
melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil
oleh rumah sakit dan/atau klinik. Penghasilan bruto ini akan digunakan sebagai
dasar untuk menghitung DPP.
Dasar Pengenaan Pajak untuk tenaga ahli adalah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto. DPP digunakan untuk menghitung PPh terutang,
sedangkan DPP kumulatif digunakan untuk menentukan tarif pajak. Untuk
menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang digunakan DPP dikalikan tarif
pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan,
berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan dikenakan
tarif 5%, setelah melebihi Rp. 50.000.000,- akan dikenakan perhitungan dua lapis
yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku untuk satu kali
perhitungan pada satu tahun pajak. Begitu seterusnya sampai DPP Kumulatif
menunjukkan lapisan penghasilan kena pajak untuk lapis yang ketiga dan
selanjutnya.
Analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr.Aang
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
a. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan januari 2016 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 17.000.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 17.000.000 8.500.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 8.500.000

PPh pasal 21 terutang 5% x 8.500.000 425.000


Penghasilan netto dokter :
17.000.000 – 425.000 16.575.000
Bagi hasil:
rumah sakit 20% x 16.575.000 3.315.000
penghasilan dokter 80% x 16.575.000 13.260.000

b. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan februari 2016 (dalam rupiah)


Penghasilan bruto 20.750.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 20.750.000 10.375.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 18.875.000
DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya
10.375.000 + 8.500.000
= 18.875.000

Karena DPP Kumulatif masih kurang dari 50.000.000 maka dikenakan


tarif pajak 5%
PPh pasal 21 terutang 5% x 10.375.000 518.750

Penghasilan netto dokter :


20.750.000 – 518.750 20.231.250
Bagi hasil:
rumah sakit 20% x 20.231.250 4.046.250
penghasilan dokter 80% x 20.231.250 16.185.000
4.6 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan
hitungan Pihak Rumah sakit Budi Asih
4.6.1 Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21
Rumah sakit Budi Asih melakukan perhitungan PPh pasal 21 untuk dokter
sebagai tenaga ahli, berbeda dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia
pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Sebagai contoh, penulis akan menjabarkan
perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 dr. A pada tahun 2017 sesuai dengan
peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh pihak Rumah sakit Budi Asih sebagai
berikut.

4.5 Tabel perhitungan PPh pasal 21 tenaga ahli menurut Rumah sakit Budi
Asih tahun 2017 (dalam rupiah)
Tahun 2017 Penghasilan Penghasilan DPP Tarif PPh pasal
bruto 100% netto 80% Pajak 21
Januari 15.130.000 12.104.000 6.052.000 5% 302.600
Februari 15.260.000 12.208.000 6.104.000 5% 305.200
Maret 13.720.000 10.976.000 5.488.000 5% 274.400
April 15.680.000 12.544.000 6.272.000 5% 313.600
Mei 15.600.000 12.480.000 6.240.000 5% 312.000
Juni 14.480.000 11.584.000 5.792.000 5% 289.600
Juli 11.900.000 9.520.000 4.760.000 5% 238.000
Agustus 13.390.000 10.712.000 5.356.000 5% 267.800
September 15.140.000 12.112.000 6.056.000 5% 302.800
Oktober 15.540.000 12.432.000 6.216.000 5% 310.800
November 16.450.000 13.160.000 6.580.000 5% 329.000
Desember 14.980.000 11.984.000 5.992.000 5% 299.600
JUMLAH 177.270.000 141.816.000 70.908.000 3.545.400
Sumber : Rumah sakit Budi Asih 2017
Dari perhitungan tabel di atas, penghasilan bruto didapat dari jumlah
penghasilan dokter dalam satu bulan. Mencakup penghasilan dokter dari rawat
jalan, kunjungan dokter, dll. Sebelum melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
pasal 21, pihak rumah sakit akan melakukan perhitungan bagi hasil. Kebijakan
bagi hasil 80% untuk dokter dan 20% untuk pihak rumah sakit adalah kebijakan
yang telah disepakati antara pihak Rumah sakit Budi Asih dengan pada dokter
yang bekerja di Rumah sakit Budi Asih. Setelah diketahui penghasilan netto,
selanjutnya menentukan Dasar Pengenaan Pajak yang dihitung dari 50% total
penghasilan netto. Kemudian dikalikan dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Contoh
analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr. Aang
Rahardja menurut Rumah sakit Budi Asih.
a. Perhitungan bulan Januari 2017 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 15.130.000
Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 15.130.000 = 3.026.000
dokter = 80% x 15.130.000 = 12.104.000

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 12.104.000 6.052.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 6.052.000 302.600

b. Perhitungan bulan Februari 2017 (dalam rupiah)


Penghasilan bruto 15.260.000
Bagi hasil:
rumah sakit = 20% x 15.260.000 = 3.052.000
dokter = 80% x 15.260.000 = 12.208.000

Dasar Pengenaan Pajak = 50% x 12.208.000 6.104.000

PPh pasal 21 terutang = 5% x 6.104.000 305.200

4.7 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Tenaga Ahli berdasarkan


Peraturan Perpajakan Tahun 2017
4.7.1 Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 untuk tenaga ahli diatur dalam
PER-16/PJ/2016. Perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas
dokter sebagai tenaga ahli di Rumah sakit Budi Asih pada tahun 2017 berdasarkan
aturan perpajakan perhitungannya berbeda dengan perhitungan yang dilakukan
oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Untuk bahan perbandingan dan analisis
berikut disajikan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan data utama yang
sama dengan data yang disajikan dalam analisis perhitungan pihak Rumah sakit
Budi Asih yaitu perhitungan PPh pasal 21 dr. A pada tahun 2017.

4.7 Tabel perhitungan PPh pasal 21 berdasarkan Peraturan Perpajakan


yang berlaku (dalam rupiah)

Tahun penghasilan Dpp dpp kumulatif tarif pasal 17 ayat pph 21


2017 bruto 50% (1) huruf a UU
PPh
Jan 15.130.000 7.565.000 7.565.000 5% 378.250

Feb 15.260.000 7.630.000 15.195.000 5% 381.500

Mar 13.720.000 6.860.000 22.055.000 5% 343.000

Apr 15.680.000 7.840.000 29.895.000 5% 392.000

Mei 15.600.000 7.800.000 37.695.000 5% 390.000

Jun 14.480.000 7.240.000 44.935.000 5% 362.000

Jul 11.900.000 5.065.000 50.000.000 5% 253.250

885.000 5.885.000 15% 132.750

Ags 13.390.000 6.695.000 57.580.000 15% 1.004.250

Sep 15.140.000 7.570.000 65.150.000 15% 1.135.500

Okt 15.540.000 7.770.000 72.920.000 15% 1.165.500

Nov 16.450.000 8.225.000 81.145.000 15% 1.233.750

Des 14.980.000 7.490.000 88.635.000 15% 1.123.500

JUMLAH 177.270.000 88.635.000 8.295.250

Sumber : Data diolah peneliti


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto didapat dari total
penghasilan dokter dalam satu bulan. Sesuai pasal 10 ayat (6) PER-16/PJ/2016
jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien
melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil
oleh rumah sakit dan/atau klinik. Penghasilan bruto ini akan digunakan sebagai
dasar untuk menghitung DPP.
Dasar Pengenaan Pajak untuk tenaga ahli adalah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto. DPP digunakan untuk menghitung PPh terutang,
sedangkan DPP kumulatif digunakan untuk menentukan tarif pajak. Untuk
menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang digunakan DPP dikalikan tarif
pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan,
berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan dikenakan
tarif 5%, setelah melebihi Rp. 50.000.000,- akan dikenakan perhitungan dua lapis
yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku untuk satu kali
perhitungan pada satu tahun pajak. Begitu seterusnya sampai DPP Kumulatif
menunjukkan lapisan penghasilan kena pajak untuk lapis yang ketiga dan
selanjutnya.
Analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dr.Aang
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
a. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan januari 2017 (dalam rupiah)
Penghasilan bruto 15.130.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 15.130.000 7.565.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 7.565.000

PPh pasal 21 terutang 5% x 7.565.000 378.250

b. Perhitungan PPh pasal 21 dr.Aang bulan februari 2017 (dalam rupiah)


Penghasilan bruto 15.260.000
Dasar Pengenaan Pajak 50% x 15.260.000 7.630.000
Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif 15.195.000
DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya
7.630.0000 + 7.565.000
= 15.195.000

Karena DPP Kumulatif masih kurang dari 50.000.000 maka dikenakan


tarif pajak 5%
PPh pasal 21 terutang (5% x 15.195.000) 381.500

Penghasilan netto dokter :


15.260.000 – 381.500 14.878.500
Bagi hasil:
rumah sakit 20% x 14.878.500 2.975.700
penghasilan dokter 80% x 14.878.500 11.902.800

4.8 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan berdasarkan hitungan


Pihak Rumah sakit Budi Asih
Data utama yang digunakan dalam penilitian ini adalah daftar rekap
penghasilan karyawan tetap dan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk
karyawan tetap pada Rumah sakit Budi Asih. Pembahasan analisis ini
menggunakan data perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 tahun 2015, 2016 dan
2017. Informasi yang peneliti dapatkan, pada Rumah sakit Budi Asih memberikan
sarana dan prasarana tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas karyawan. Sarana dan prasarana yang diberikan perusahaan adalah;
1. tunjangan jabatan;
Rumah sakit Budi Asih memberikan tunjangan jabatan kepada
karyawannya sesuai dengan jabatan yang dibebaninya dalam bentuk
uang dan diterima setiap bulan bersamaan dengan pembayaran gaji.
2. tunjangan makan;
dikarenakan Rumah sakit Budi Asih tidak menyediakan makan
bersama, maka memberikan dalam bentuk uang kepada semua
karyawan. Uang makan ini diterima setiap bulan bersamaan dengan
pembayaran gaji.
3. tunjangan transportasi;
karyawan tidak memperoleh fasilitas antar jemput, sebagai
penggantinya Rumah sakit Budi Asih menyediakan uang transportasi.
Setiap karyawan mendapatkan uang transportasi berupa sejumlah uang
tunai per bulan bersamaan dengan pembayaran gaji.
4.
Tahapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap penghasilan karyawan
yang diterapkan Rumah sakit Budi Asih adalah sebagai berikut.

gaji pokok -
tunjangan jabatan -
tunjangan makan -
tunjangan transport -
uang lembur -

penghasilan bruto -
biaya jabatan (5%) (-)
iuran THT (2%) (-)

(a) penghasilan netto -


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) -

-/-
PTKP setahun
wajib pajak -
kawin -
tunj anak -
(-)

penghasilan kena pajak -


(c) PPh pasal 21 terutang
5% x - = .....
15% x - = .....
-
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) -

4.8.1 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap oleh pihak


Rumah sakit Budi Asih

4.9 Data perhitungan PPh pasal 21 karyawan tetap yang dihitung oleh pihak
Rumah sakit Budi Asih selama Tahun 2015. (dalam rupiah)
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%

Anton H.B K2 10.570.000 500.000 82.000 9.988.000 119.856.000 45.000.000 74.856.000 6.228.400 519.033
Nunung S K1 9.755.000 487.750 80.600 9.186.650 110.239.800 42.000.000 68.239.800 5.235.970 436.331
Ristia S TK0 8.920.000 446.000 73.000 8.401.000 100.812.000 36.000.000 64.812.000 4.721.800 393.483
Eka K3 9.175.000 458.750 75.100 8.641.150 103.693.800 48.000.000 55.693.800 3.354.070 279.506
Syahputra
Gunawan K0 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 39.000.000 47.279.280 2.363.964 196.997
Frendi K1 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 42.000.000 44.279.280 2.213.964 184.497
Iin K TK0 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 36.000.000 50.279.280 2.779.280 231.607
Irni TK0 6.983.500 349.175 49.000 6.585.325 79.023.900 36.000.000 43.023.900 2.151.195 179.266
Cahyo Ari K2 6.983.500 349.175 49.000 6.585.325 79.023.900 45.000.000 34.023.900 1.701.195 141.766
Irawan K1 6.516.000 325.800 44.500 6.145.700 73.748.400 42.000.000 31.748.400 1.587.420 132.285
Teguh
Nova Tria TK0 6.255.500 312.775 39.600 5.903.125 70.837.500 36.000.000 34.837.500 1.741.875 145.156
Sainah TK0 6.244.000 312.200 39.600 5.892.200 70.706.400 36.000.000 34.706.400 1.735.320 144.610
Herman K0 7.155.000 357.750 54.000 6.743.250 80.919.000 39.000.000 41.919.000 2.095.950 174.663
Albar Syah K0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 39.000.000 14.845.800 742.290 61.858
Dewi TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Alif Alfian TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Afif TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Septiadi
Indah TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008
Lestari
Virgi TK0 4.715.500 235.775 46.740 4.432.985 53.195.820 36.000.000 17.195.820 859.791 71.649

Matsuroh TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008
Wuri H TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008
Nurmah TK0 4.729.000 236.450 46.740 4.445.810 53.349.720 36.000.000 17.349.720 867.486 72.291
Handayani TK0 4.729.000 236.450 46.740 4.445.810 53.349.720 36.000.000 17.349.720 867.486 72.291

Hasan TK0 3.162.000 158.100 35.600 2.968.300 35.619.600 36.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

Naman TK0 3.162.000 158.100 35.600 2.968.300 35.619.600 36.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 155.153.000 7.729.150 1.312.020 146.111.830 797.102.760 46.480.614 3.873.387

Sumber : Rumah sakit Budi Asih 2015

Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto di jumlahkan dari gaji


pokok, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang
lembur dalam satu bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar
5% dari penghasilan bruto dan iuran THT 2% dari gaji pokok. Setelah diketahui
penghasilan netto dan dikalikan setahun atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pajak berlapis yaitu 5%, 15%, 25%, 30%. Dibawah ini
adalah perhitungan pajak penghasilan pasal 21 karyawan tetap menurut pihak
Rumah sakit Budi Asih.

1. Ristia Septiani, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur medis, berstatus TK/0, belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 3.650.000 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.850.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 3.650.000


tunjangan jabatan Rp. 1.850.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -
penghasilan bruto Rp. 8.920.000
biaya jabatan (5%) (Rp. 446.000)
iuran THT (2%) (Rp. 73.000)

(a) penghasilan netto Rp. 8.401.000


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 100.812.000

-/-
PTKP setahun
wajib pajak (Rp. 36.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 64.812.000

(c) PPh pasal 21 terutang


5% x 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x 14.812.000 = Rp. 2.221.800
Rp. 4.721.800
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 393.483

2. Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan
3 orang anak. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 3.755.000 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 3.755.000


tunjangan jabatan Rp. 2.000.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 9.175.000


biaya jabatan (5%) (Rp. 458.750)
iuran THT (2%) (Rp. 75.100)

(a) penghasilan netto Rp. 8.641.150


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 103.693.800

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 36.000.000
kawin Rp. 3.000.000
3 tanggungan Rp. 9.000.000
(Rp. 48.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 55.693.800

(c) PPh pasal 21 terutang


5% x 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x 5.693.800 = Rp. 854.070
Rp. 3.354.070
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 279.506

3. Gunawan, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai HRD


(Human Resources Departement), berstatus K/0, telah menikah dan tidak
memiliki tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 2.833.000
serta tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.575.000,
tunjangan makan Rp 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.625.000, bonus
Rp. 425.000 dan dipotong iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut
perhitungan PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 2.833.000


tunjangan jabatan Rp. 1.575.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.625.000
bonus Rp. 425.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 7.628.000


biaya jabatan (5%) (Rp. 381.400)
iuran THT (2%) (Rp. 56.660)

(a) penghasilan netto Rp. 7.189.940


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 86.279.280

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 36.000.000
kawin Rp. 3.000.000
(Rp. 39.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 47.279.280

(c) PPh pasal 21 terutang


5% x 47.279.280 Rp. 2.363.964
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 196.997

4. Frendi, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai marketing,


berstatus K/1, sudah menikah dan memiliki tanggungan 1 orang anak.
Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 2.833.000 serta tunjangan
berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.575.000, tunjangan makan Rp.
1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.625.000, bonus Rp. 425.000 dan
potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan PPh Pasal
21.

gaji pokok Rp. 2.833.000


tunjangan jabatan Rp. 1.575.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.625.000
bonus Rp. 425.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 7.628.000


biaya jabatan (5%) (Rp. 381.400)
iuran THT (2%) (Rp. 56.660)

(a) penghasilan netto Rp. 7.189.940


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 86.279.280

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 36.000.000
kawin Rp. 3.000.000
1 tanggungan Rp. 3.000.000
(Rp. 42.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 44.279.280

(c) PPh pasal 21 terutang


5% x 44.279.280 Rp. 2.213.964
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 184.497

5. Irni, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai supervisor,


berstatus TK/0, belum menikah dan tidak memiliki tanggungan. Setiap
bulan mendapatkan gaji pokok Rp 2.450.000 serta tunjangan berupa,
tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.435.000, tunjangan makan Rp. 936.000,
tunjangan transport Rp. 1.625.000, bonus Rp. 410.000 dan potongan iuran
THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 2.450.000


tunjangan jabatan Rp. 1.435.000
tunjangan makan Rp. 963.000
tunjangan transport Rp. 1.625.000
bonus Rp. 410.000
uang lembur Rp. 127.500

penghasilan bruto Rp. 6.983.500


biaya jabatan (5%) (Rp. 349.175)
iuran THT (2%) (Rp. 49.000)

(a) penghasilan netto Rp. 6.585.325


(b) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 79.023.900

-/-
PTKP setahun
wajib pajak (Rp. 36.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 43.023.900

(c) PPh pasal 21 terutang


5% x 41.855.400 Rp. 2.151.195
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 179.266

4.9 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan peraturan


perpajakan tahun 2015
Dalam proses analisis penghitungan dan pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di rumah sakit budi asih, penulis
menggunakan beberapa dasar hukum aturan perpajakan yang berlaku, salah
satunya ketentuan peraturan direktur jendral pajak nomor: PER-32/PJ/2015 berisi
tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
penghasilan pasal 21 dan/atau pajak penghasilan 26 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.
Pegawai tetap merupakan pegawai yang memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu
jangka waktu tertentu yang memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.
Pada pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa jumlah penghasilan bruto yang
diterima penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26
adalah seluruh jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang
diterima dalam suatu priode atau saat dibayarkan.
Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 10 ayat (2) yaitu, sebesar
penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya
penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh pasal 21 adalah jumlah
seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan;
a. biaya jabatan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau
Rp. 6.000.000 (enam juta rupiah) setahun; dan
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.
Terkait dengan pengurangan penghasilan tidak kena pajak, terhitung mulai
tanggal 1 Januari 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 122/PMK.010/2015 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena
pajak, pertahunnya adalah sebagai berikut.
a. Rp. 36.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp. 3.000.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

c. Rp. 3.000.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan


keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap
keluarga.

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a undang-undang pajak penghasilan untuk


pegawai tetap diterapkan atas PKP. Untuk perhitungan PPh pasal 21 yang harus
dipotong setiap Masa Pajak, kecuali Masa Pajak terakhir, tarif diterapkan atas
perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun, dengan
ketentuan perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah
penghasilan teratur dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas).
Jumlah PPh pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap Masa Pajak atas
penghasilan yang bersifat teratur adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang
selama 1 (satu) tahun dibagi 12 (dua belas). Apabila penerima penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21 yang tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak, maka
akan dikenakan pemotongan PPh pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi daripada
tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak, yaitu sebesar 20% (dua puluh peresen).
Tahapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap sesuai
ketentuan Peraturan Perpajakan yang berlaku adalah sebagai berikut.

gaji satu bulan xxx


tunjangan lainnya xxx
penghasilan bruto xxx
biaya jabatan (xxx)
(5% x peng.bruto)
Iuran pensiun (xxx)
penghasilan neto xxx
penghasilan neto setahun xxx
(dikalikan 12)

(pengurangan)
PTKP
wajib pajak Rp. 36.000.000
kawin Rp. 3.000.000
1 tanggungan Rp. 3.000.000
total PTKP (xxx)
penghasilan kena pajak xxx

pph 21 terutang xxx


5% x ............
pph 21 terutang sebulan xxx
(dibagi 12)

4.9.1 Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21


Perhitungan untuk menentukan jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang
terutang atas penghasilan pegawai tetap diatur dalam PER-32/PJ/2015.
Perhitungan PPh pasal 21 atas pegawai tetap di Rumah sakit Budi Asih pada
tahun 2015 berdasarkan aturan perpajakan, perhitungannya tidak berbeda dengan
perhitungan yang dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Sebagai contoh
untuk perbandingan dan analisis, berikut disajikan salah satu perhitungan PPh 21
karyawan tetap dengan data utama yang sama dengan data yang disajikan dalam
analisis perhitungan pihak Rumah sakit Budi Asih, yaitu perhitungan PPh pasal 21
Eka Syahputra pada tahun 2015 (dalam rupiah).
Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai direktur
keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan 3 orang anak.
Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 3.755.000 serta tunjangan berupa,
tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan makan Rp. 1.170.000,
tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp. 450.000 dan potongan iuran THT
2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan PPh Pasal 21.

gaji satu bulan Rp. 3.755.000


tunjangan lainnya Rp. 5.420.000
penghasilan bruto Rp. 9.175.000

biaya jabatan (Rp. 458.750)


(5% x 9.175.000)
iuran THT (2%) (Rp. 75.100)
penghasilan neto Rp. 8.641.150
penghasilan neto setahun Rp. 103.693.800
(dikalikan 12)

(pengurangan)
PTKP
wajib pajak Rp. 36.000.000
kawin Rp. 3.000.000
3 tanggungan Rp. 9.000.000
total PTKP (Rp. 48.000.000)
penghasilan kena pajak Rp. 55.693.800

pph 21 terutang Rp. 3.354.070


5% x 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x 5.693.800 = Rp. 854.070
pph 21 terutang sebulan Rp. 279.506
(dibagi 12)
Pada perhitungan diatas yang dimaksud dalam tunjangan lainnya yaitu
tunjangan-tunjangan yang didapatkan oleh pegawai tetap yang bekerja di Rumah
sakit Budi Asih seperti, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan
transportasi. Dalam penerapan tarif pajak Pasal 17 Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan
dikenakan tarif 5%, setelah melebihi Rp50.000.000,00 akan dikenakan
perhitungan dua lapis yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku
untuk satu kali perhitungan pada satu tahun pajak.

4.10 Tabel Perhitungan PPh pasal 21 menurut peraturan perpajakan yang


berlaku tahun 2015 (dalam rupiah).
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%

Anton H.B K2 10.570.000 500.000 82.000 9.988.000 119.856.000 45.000.000 74.856.000 6.228.400 519.033
Nunung S K1 9.755.000 487.750 80.600 9.186.650 110.239.800 42.000.000 68.239.800 5.235.970 436.331
Ristia S TK0 8.920.000 446.000 73.000 8.401.000 100.812.000 36.000.000 64.812.000 4.721.800 393.483
Eka K3 9.175.000 458.750 75.100 8.641.150 103.693.800 48.000.000 55.693.800 3.354.070 279.506
Syahputra
Gunawan K0 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 39.000.000 47.279.280 2.363.964 196.997
Frendi K1 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 42.000.000 44.279.280 2.213.964 184.497
Iin K TK0 7.628.000 381.400 56.660 7.189.940 86.279.280 36.000.000 50.279.280 2.779.280 231.607
Irni TK0 6.983.500 349.175 49.000 6.585.325 79.023.900 36.000.000 43.023.900 2.151.195 179.266
Cahyo Ari K2 6.983.500 349.175 49.000 6.585.325 79.023.900 45.000.000 34.023.900 1.701.195 141.766
Irawan K1 6.516.000 325.800 44.500 6.145.700 73.748.400 42.000.000 31.748.400 1.587.420 132.285
Teguh
Nova Tria TK0 6.255.500 312.775 39.600 5.903.125 70.837.500 36.000.000 34.837.500 1.741.875 145.156
Sainah TK0 6.244.000 312.200 39.600 5.892.200 70.706.400 36.000.000 34.706.400 1.735.320 144.610
Herman K0 7.155.000 357.750 54.000 6.743.250 80.919.000 39.000.000 41.919.000 2.095.950 174.663
Albar Syah K0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 39.000.000 14.845.800 742.290 61.858
Dewi TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Alif Alfian TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Afif TK0 4.777.000 238.850 51.000 4.487.150 53.845.800 36.000.000 17.845.800 892.290 74.358
Septiadi
Indah TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008
Lestari
Virgi TK0 4.715.500 235.775 46.740 4.432.985 53.195.820 36.000.000 17.195.820 859.791 71.649

Matsuroh TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008
Wuri H TK0 4.702.000 235.100 46.740 4.420.160 53.041.920 36.000.000 17.041.920 852.096 71.008

Nurmah TK0 4.729.000 236.450 46.740 4.445.810 53.349.720 36.000.000 17.349.720 867.486 72.291
Handayani TK0 4.729.000 236.450 46.740 4.445.810 53.349.720 36.000.000 17.349.720 867.486 72.291

Hasan TK0 3.162.000 158.100 35.600 2.968.300 35.619.600 36.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

Naman TK0 3.162.000 158.100 35.600 2.968.300 35.619.600 36.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 155.153.000 7.729.150 1.312.020 146.111.830 797.102.760 46.480.614 3.873.387

Sumber : Data diolah peneliti


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto yang didapatkan
karyawan tetap Rumah sakit Budi Asih di jumlahkan dari gaji pokok, tunjangan
jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang lembur dalam satu
bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan
bruto setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.
6.000.000 (enam juta rupiah) setahun dan iuran Tunjangan Hari Tua 2% dari gaji
pokok. Setelah diketahui penghasilan netto dan kemudian dijumlahkan dalam satu
tahun atau dikalikan 12 (dua belas) bulan atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Untuk menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 terutang digunakan
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikalikan tarif pasal 17 Undang-undang PPh.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pajak berlapis yaitu 5%, 15%, 25%, 30%.

4.10 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap oleh pihak


Rumah sakit Budi Asih

4.11 Data perhitungan PPh pasal 21 karyawan tetap yang dihitung oleh pihak
Rumah sakit Budi Asih selama Tahun 2016. (dalam rupiah)
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%
Anton H.B K2 11.185.000 500.000 94.300 10.590.700 127.088.400 67.500.000 59.588.400 3.938.260 328.188
Nunung S K1 10.359.500 500.000 92.690 9.766.810 117.201.720 63.000.000 54.201.720 3.130.258 260.855
Ristia S TK0 9.467.500 473.375 83.950 8.910.175 106.922.100 54.000.000 52.922.100 2.938.315 244.860
Eka K3 9.738.250 486.913 86.365 9.164.973 109.979.670 72.000.000 37.979.670 1.898.984 158.249
Syahputra
Gunawan K0 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 58.500.000 32.521.722 1.626.086 135.507
Frendi K1 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 63.000.000 28.021.722 1.401.086 116.757
Iin K TK0 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 54.000.000 37.021.722 1.851.086 154.257
Irni TK0 7.275.000 363.750 54.880 6.856.370 82.276.440 54.000.000 28.276.440 1.413.822 117.819
Cahyo Ari K2 7.277.000 363.850 54.880 6.858.270 82.299.240 67.500.000 14.799.240 739.962 61.664
Irawan K1 6.738.500 336.925 48.950 6.352.625 76.231.500 63.000.000 13.231.500 661.575 55.131
Teguh
Nova Tria TK0 6.452.000 322.600 43.560 6.085.840 73.030.080 54.000.000 19.030.080 951.504 79.292
Sainah TK0 6.440.000 322.000 43.560 6.074.440 72.893.280 54.000.000 18.893.280 944.664 78.722
Herman K0 7.434.000 371.700 59.400 7.002.900 84.034.800 58.500.000 25.534.800 1.276.740 106.395
Albar Syah K0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 58.500.000 Nihil Nihil Nihil
Dewi TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Alif Alfian TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Afif TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Septiadi
Indah TK0 4.897.960 244.898 50.479 4.602.583 55.230.994 54.000.000 1.230.994 61.550 5.129
Lestari
Virgi TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417

Matsuroh TK0 4.897.960 244.898 50.479 4.602.583 55.230.994 54.000.000 1.230.994 61.550 5.129
Wuri H TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417

Nurmah TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417
Handayani TK0 4.911.960 245.598 50.479 4.615.883 55.390.594 54.000.000 1.390.594 69.530 5.794

Hasan TK0 3.304.400 165.220 38.448 3.100.732 37.208.784 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

Naman TK0 3.304.400 165.220 38.448 3.100.732 37.208.784 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 162.415.160 8.043.535 1.458.102 152.913.527 435.422.280 23.442.338 1.953.531

Sumber : Rumah sakit Budi Asih 2016


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto di jumlahkan dari gaji
pokok, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang
lembur dalam satu bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar
5% dari penghasilan bruto dan iuran THT 2% dari gaji pokok. Setelah diketahui
penghasilan netto dan dikalikan setahun atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Dibawah ini adalah perhitungan pajak penghasilan pasal 21 karyawan tetap
menurut pihak Rumah sakit Budi Asih.

1. Ristia Septiani, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur medis, berstatus TK/0, belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.197.500 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.850.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 4.197.500


tunjangan jabatan Rp. 1.850.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 9.467.500


biaya jabatan (5%) (Rp. 473.375)
iuran THT (2%) (Rp. 83.950)

(d) penghasilan netto Rp. 8.910.175


(e) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp.106.922.100

-/-
PTKP setahun
wajib pajak (Rp. 54.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 52.922.100


(f) PPh pasal 21 terutang
5% x 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x 2.922.100 = Rp. 438.315
Rp. 2.938.315
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 244.860

2. Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan
3 orang anak. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.318.250 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 4.318.250


tunjangan jabatan Rp. 2.000.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 9.738.250


biaya jabatan (5%) (Rp. 486.913)
iuran THT (2%) (Rp. 86.365)

(d) penghasilan netto Rp. 9.164.973


(e) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp. 109.979.670

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
3 tanggungan Rp. 13.500.000
(Rp. 72.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 37.979.670

(f) PPh pasal 21 terutang


5% x 37.979.670 Rp. 1.898.984
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 158.249

3. Gunawan, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai HRD


(Human Resources Departement), berstatus K/0, telah menikah dan tidak
memiliki tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 3.257.950
serta tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.575.000,
tunjangan makan Rp 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.625.000, bonus
Rp. 425.000 dan dipotong iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut
perhitungan PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 3.257.950


tunjangan jabatan Rp. 1.575.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.625.000
bonus Rp. 425.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 8.052.950


biaya jabatan (5%) (Rp. 402.648)
iuran THT (2%) (Rp. 65.159)

(d) penghasilan netto Rp. 7.585.144


(e) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp.91.021.722
-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
(Rp.58.500.000)

penghasilan kena pajak Rp. 32.521.722

(f) PPh pasal 21 terutang


5% x 32.521.722 Rp. 1.626.086
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 135.507

4.11 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan peraturan


perpajakan tahun 2016
Dalam proses analisis penghitungan dan pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di rumah sakit budi asih, penulis
menggunakan beberapa dasar hukum aturan perpajakan yang berlaku, salah
satunya ketentuan peraturan direktur jendral pajak nomor: PER16/PJ/2016 berisi
tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
penghasilan pasal 21 dan/atau pajak penghasilan 26 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.
Terkait dengan pengurangan penghasilan tidak kena pajak, terhitung mulai
tanggal 1 Januari 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 101/PMK.010/2016 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena
pajak, pertahunnya adalah sebagai berikut.
d. Rp. 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

e. Rp. 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

f. Rp. 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan


keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap
keluarga.
4.11.1 Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Perhitungan untuk menentukan jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang
akan dipotong atas penghasilan pegawai tetap diatur dalam PER16/PJ/2016.
Perhitungan PPh pasal 21 atas pegawai tetap di Rumah sakit Budi Asih pada
tahun 2016 berdasarkan aturan perpajakan, perhitungannya tidak berbeda dengan
perhitungan yang dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Sebagai contoh
untuk perbandingan dan analisis, berikut disajikan salah satu perhitungan PPh 21
karyawan tetap dengan data utama yang sama dengan data yang disajikan dalam
analisis perhitungan pihak Rumah sakit Budi Asih, yaitu perhitungan PPh pasal 21
Eka Syahputra pada tahun 2016 (dalam rupiah).

Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai direktur
keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan 3 orang anak.
Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.318.250 serta tunjangan berupa,
tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan makan Rp. 1.170.000,
tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp. 450.000 dan potongan iuran THT
2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan PPh Pasal 21.

gaji satu bulan Rp. 4.318.250


tunjangan lainnya Rp. 5.420.000
penghasilan bruto Rp. 9.738.250

biaya jabatan (Rp. 486.913)


(5% x 9.738.250)
iuran THT (2%) (Rp. 86.365)
penghasilan neto Rp. 9.164.973
penghasilan neto setahun Rp. 109.979.670
(dikalikan 12)

(pengurangan)
PTKP
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
3 tanggungan Rp. 13.500.000
total PTKP (Rp. 72.000.000)
penghasilan kena pajak Rp. 37.979.670

pph 21 terutang Rp. 1.898.984


5% x 37.979.670
pph 21 terutang sebulan Rp. 158.249
(dibagi 12)

Pada perhitungan diatas yang dimaksud dalam tunjangan lainnya yaitu


tunjangan-tunjangan yang didapatkan oleh pegawai tetap yang bekerja di Rumah
sakit Budi Asih seperti, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan
transportasi. Dalam penerapan tarif pajak Pasal 17 Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan
dikenakan tarif 5%, setelah melebihi Rp50.000.000,00 akan dikenakan
perhitungan dua lapis yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku
untuk satu kali perhitungan pada satu tahun pajak.

4.12 Tabel Perhitungan PPh pasal 21 menurut peraturan perpajakan yang berlaku
tahun 2016 (dalam rupiah).
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%

Anton H.B K2 11.185.000 500.000 94.300 10.590.700 127.088.400 67.500.000 59.588.400 3.938.260 328.188
Nunung S K1 10.359.500 500.000 92.690 9.766.810 117.201.720 63.000.000 54.201.720 3.130.258 260.855
Ristia S TK0 9.467.500 473.375 83.950 8.910.175 106.922.100 54.000.000 52.922.100 2.938.315 244.860
Eka K3 9.738.250 486.913 86.365 9.164.973 109.979.670 72.000.000 37.979.670 1.898.984 158.249
Syahputra
Gunawan K0 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 58.500.000 32.521.722 1.626.086 135.507
Frendi K1 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 63.000.000 28.021.722 1.401.086 116.757
Iin K TK0 8.052.950 402.648 65.159 7.585.144 91.021.722 54.000.000 37.021.722 1.851.086 154.257
Irni TK0 7.275.000 363.750 54.880 6.856.370 82.276.440 54.000.000 28.276.440 1.413.822 117.819
Cahyo Ari K2 7.277.000 363.850 54.880 6.858.270 82.299.240 67.500.000 14.799.240 739.962 61.664
Irawan K1 6.738.500 336.925 48.950 6.352.625 76.231.500 63.000.000 13.231.500 661.575 55.131
Teguh
Nova Tria TK0 6.452.000 322.600 43.560 6.085.840 73.030.080 54.000.000 19.030.080 951.504 79.292
Sainah TK0 6.440.000 322.000 43.560 6.074.440 72.893.280 54.000.000 18.893.280 944.664 78.722
Herman K0 7.434.000 371.700 59.400 7.002.900 84.034.800 58.500.000 25.534.800 1.276.740 106.395
Albar Syah K0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 58.500.000 Nihil Nihil Nihil
Dewi TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Alif Alfian TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Afif TK0 4.981.000 249.050 55.080 4.676.870 56.122.440 54.000.000 2.122.440 106.122 8.844
Septiadi
Indah TK0 4.897.960 244.898 50.479 4.602.583 55.230.994 54.000.000 1.230.994 61.550 5.129
Lestari
Virgi TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417

Matsuroh TK0 4.897.960 244.898 50.479 4.602.583 55.230.994 54.000.000 1.230.994 61.550 5.129
Wuri H TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417

Nurmah TK0 4.882.960 244.148 50.479 4.588.333 55.059.994 54.000.000 1.059.994 53.000 4.417
Handayani TK0 4.911.960 245.598 50.479 4.615.883 55.390.594 54.000.000 1.390.594 69.530 5.794

Hasan TK0 3.304.400 165.220 38.448 3.100.732 37.208.784 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

Naman TK0 3.304.400 165.220 38.448 3.100.732 37.208.784 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 162.415.160 8.043.535 1.458.102 152.913.527 435.422.280 23.442.338 1.953.531

Sumber : data diolah peneliti.


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto yang didapatkan
karyawan tetap Rumah sakit Budi Asih di jumlahkan dari gaji pokok, tunjangan
jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang lembur dalam satu
bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan
bruto setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.
6.000.000 (enam juta rupiah) setahun dan iuran Tunjangan Hari Tua 2% dari gaji
pokok. Setelah diketahui penghasilan netto dan kemudian dijumlahkan dalam satu
tahun atau dikalikan 12 (dua belas) bulan atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Untuk menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 terutang digunakan
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikalikan tarif pasal 17 Undang-undang PPh.
Dalam penerapan tarif pajak pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pajak berlapis yaitu 5%, 15%, 25%, 30%.
4.12 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap oleh pihak
Rumah sakit Budi Asih

4.13 Data perhitungan PPh pasal 21 karyawan tetap yang dihitung oleh pihak
Rumah sakit Budi Asih selama Tahun 2017. (dalam rupiah)
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%

Anton H.B K2 11.892.250 500.000 108.445 11.283.805 135.405.660 67.500.000 67.905.660 5.185.849 432.154
Nunung S K1 11.054.675 500.000 106.594 10.448.082 125.376.978 63.000.000 62.376.978 4.356.547 363.046
Ristia S TK0 10.097.125 500.000 96.543 9.500.583 114.006.990 54.000.000 60.006.990 4.001.049 333.421
Eka K3 10.385.988 500.000 99.320 9.786.668 117.440.019 72.000.000 45.440.019 2.272.001 189.333
Syahputra
Gunawan K0 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 58.500.000 37.975.536 1.898.777 158.231.
Frendi K1 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 63.000.000 33.475.536 1.673.777 139.481
Iin K TK0 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 54.000.000 42.475.536 2.123.777 176.981
Irni TK0 7.589.280 379.464 61.466 7.148.350 85.780.205 54.000.000 31.780.205 1.589.010 132.418
Cahyo Ari K2 7.621.280 381.064 61.466 7.178.750 86.145.005 67.500.000 18.645.005 932.250 77.688
Irawan K1 6.983.250 349.163 53.845 6.580.243 78.962.910 63.000.000 15.962.910 798.146 66.512
Teguh
Nova Tria TK0 6.656.800 332.840 47.916 6.276.044 75.312.528 54.000.000 21.312.528 1.065.626 88.802
Sainah TK0 6.667.300 333.365 47.916 6.286.019 75.432.228 54.000.000 21.435.228 1.071.611 89.301
Herman K0 7.741.000 387.050 65.340 7.288.610 87.463.320 58.500.000 28.963.320 1.448.166 120.681
Albar Syah K0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 58.500.000 81.211 4.061 338
Dewi TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Alif Alfian TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Afif TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Septiadi
Indah TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946
Lestari
Virgi TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Matsuroh TK0 5.092.877 254.644 54.518 4.783.716 57.404.587 54.000.000 3.404.587 170.229 14.186
Wuri H TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Nurmah TK0 5.093.877 254.644 54.518 4.783.716 57.404.587 54.000.000 3.404.587 170.229 14.186
Handayani TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Hasan TK0 3.458.192 172.910 41.524 3.243.759 38.925.103 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL
Naman TK0 3.458.192 172.910 41.524 3.243.759 38.925.103 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 170.656.803 8.361.338 1.621.746 160.673.719 522.734.419 30.165.685 2.513.807

Sumber : Rumah sakit Budi Asih 2017

Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto di jumlahkan dari gaji


pokok, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang
lembur dalam satu bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar
5% dari penghasilan bruto dan iuran THT 2% dari gaji pokok. Setelah diketahui
penghasilan netto dan dikalikan setahun atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Dibawah ini adalah perhitungan pajak penghasilan pasal 21 karyawan tetap
menurut pihak Rumah sakit Budi Asih.

1. Ristia Septiani, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur medis, berstatus TK/0, belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.827.125 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.850.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 4.827.125


tunjangan jabatan Rp. 1.850.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 10.097.125


biaya jabatan (5%) (Rp. 500.000)
iuran THT (2%) (Rp. 96.543)
(g) penghasilan netto Rp. 9.500.583
(h) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp.114.006.990

-/-
PTKP setahun
wajib pajak (Rp. 54.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 60.006.990

(i) PPh pasal 21 terutang


5% x 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x 10.006.990 = Rp. 1.501.049
Rp. 4.001.049
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 333.421

2. Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai


direktur keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan
3 orang anak. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.965.988 serta
tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan
makan Rp. 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp.
450.000 dan potongan iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan
PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 4.965.988


tunjangan jabatan Rp. 2.000.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.800.000
bonus Rp. 450.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 10.385.988


biaya jabatan (5%) (Rp. 500.000)
iuran THT (2%) (Rp. 99.320)

(g) penghasilan netto Rp. 9.786.668


(h) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp.117.440.019

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
3 tanggungan Rp. 13.500.000
(Rp. 72.000.000)

penghasilan kena pajak Rp. 45.440.019

(i) PPh pasal 21 terutang


5% x 45.440.019 Rp. 2.272.001
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 189.333

3. Gunawan, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai HRD


(Human Resources Departement), berstatus K/0, telah menikah dan tidak
memiliki tanggungan. Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 3.746.643
serta tunjangan berupa, tunjangan jabatan sebesar Rp. 1.575.000,
tunjangan makan Rp 1.170.000, tunjangan transport Rp. 1.625.000, bonus
Rp. 425.000 dan dipotong iuran THT 2% dari gaji pokok. Berikut
perhitungan PPh Pasal 21.

gaji pokok Rp. 3.746.643


tunjangan jabatan Rp. 1.575.000
tunjangan makan Rp. 1.170.000
tunjangan transport Rp. 1.625.000
bonus Rp. 425.000
uang lembur -

penghasilan bruto Rp. 8.541.643


biaya jabatan (5%) (Rp. 427.082)
iuran THT (2%) (Rp. 74.933)

(g) penghasilan netto Rp. 8.039.628


(h) penghasilan netto setahun
(a x 12 bulan) Rp.96.475.536

-/-
PTKP setahun
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
(Rp.58.500.000)

penghasilan kena pajak Rp. 37.975.536

(i) PPh pasal 21 terutang


5% x 37.975.536 Rp. 1.898.777
PPh pasal 21 sebulan ( c / 12 bulan) Rp. 158.231

4.13 Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan peraturan


perpajakan tahun 2017
Dalam proses analisis penghitungan dan pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di rumah sakit budi asih, penulis
menggunakan beberapa dasar hukum aturan perpajakan yang berlaku, salah
satunya ketentuan peraturan direktur jendral pajak nomor: PER16/PJ/2016 berisi
tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
penghasilan pasal 21 dan/atau pajak penghasilan 26 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.
Terkait dengan pengurangan penghasilan tidak kena pajak, terhitung mulai
tanggal 1 Januari 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 101/PMK.010/2016 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena
pajak, pertahunnya adalah sebagai berikut.
g. Rp. 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

h. Rp. 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

i. Rp. 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan


keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap
keluarga.

4.13.1 Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21


Perhitungan untuk menentukan jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang
akan dipotong atas penghasilan pegawai tetap diatur dalam PER16/PJ/2016.
Perhitungan PPh pasal 21 atas pegawai tetap di Rumah sakit Budi Asih pada
tahun 2016 berdasarkan aturan perpajakan, perhitungannya tidak berbeda dengan
perhitungan yang dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih. Sebagai contoh
untuk perbandingan dan analisis, berikut disajikan salah satu perhitungan PPh 21
karyawan tetap dengan data utama yang sama dengan data yang disajikan dalam
analisis perhitungan pihak Rumah sakit Budi Asih, yaitu perhitungan PPh pasal 21
Eka Syahputra pada tahun 2016 (dalam rupiah).

Eka Syahputra, pegawai tetap pada RS Budi Asih, menjabat sebagai direktur
keuangan, berstatus K/3, telah menikah dan memiliki tanggungan 3 orang anak.
Setiap bulan mendapatkan gaji pokok Rp 4.965.988 serta tunjangan berupa,
tunjangan jabatan sebesar Rp. 2.000.000, tunjangan makan Rp. 1.170.000,
tunjangan transport Rp. 1.800.000, bonus Rp. 450.000 dan potongan iuran THT
2% dari gaji pokok. Berikut perhitungan PPh Pasal 21.
gaji satu bulan Rp. 4.965.988
tunjangan lainnya Rp. 5.420.000
penghasilan bruto Rp. 10.385.988

biaya jabatan (Rp. 500.000)


(5% x 10.385.988)
iuran THT (2%) (Rp. 99.320)
penghasilan neto Rp. 9.786.668
penghasilan neto setahun Rp. 117.440.016
(dikalikan 12)

(pengurangan)
PTKP
wajib pajak Rp. 54.000.000
kawin Rp. 4.500.000
3 tanggungan Rp. 13.500.000
total PTKP (Rp. 72.000.000)
penghasilan kena pajak Rp. 45.440.016

pph 21 terutang Rp. 2.272.001


5% x 45.440.016
pph 21 terutang sebulan Rp. 189.333
(dibagi 12)

Pada perhitungan diatas yang dimaksud dalam tunjangan lainnya yaitu


tunjangan-tunjangan yang didapatkan oleh pegawai tetap yang bekerja di Rumah
sakit Budi Asih seperti, tunjangan jabatan, tunjangan makan, tunjangan
transportasi. Dalam penerapan tarif pajak Pasal 17 Undang-undang Pajak
Penghasilan, berlaku tarif pasal dua lapis seperti contoh diatas. Tarif pertama akan
dikenakan tarif 5%, setelah melebihi Rp50.000.000,00 akan dikenakan
perhitungan dua lapis yaitu 5% dan 15%. Perhitungan dua lapis ini hanya berlaku
untuk satu kali perhitungan pada satu tahun pajak.
4.14 Tabel Perhitungan PPh pasal 21 menurut peraturan perpajakan yang berlaku
tahun 2017 (dalam rupiah).
Nama Stat Peng. Biaya Iuran Peng. Setahun PTKP PKP PPh PPh 21
us Bruto Jabatan THT Netto 21/Tahun /Bln
5% 2%

Anton H.B K2 11.892.250 500.000 108.445 11.283.805 135.405.660 67.500.000 67.905.660 5.185.849 432.154
Nunung S K1 11.054.675 500.000 106.594 10.448.082 125.376.978 63.000.000 62.376.978 4.356.547 363.046
Ristia S TK0 10.097.125 500.000 96.543 9.500.583 114.006.990 54.000.000 60.006.990 4.001.049 333.421
Eka K3 10.385.988 500.000 99.320 9.786.668 117.440.019 72.000.000 45.440.019 2.272.001 189.333
Syahputra
Gunawan K0 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 58.500.000 37.975.536 1.898.777 158.231.
Frendi K1 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 63.000.000 33.475.536 1.673.777 139.481
Iin K TK0 8.541.643 427.082 74.933 8.039.628 96.475.536 54.000.000 42.475.536 2.123.777 176.981
Irni TK0 7.589.280 379.464 61.466 7.148.350 85.780.205 54.000.000 31.780.205 1.589.010 132.418
Cahyo Ari K2 7.621.280 381.064 61.466 7.178.750 86.145.005 67.500.000 18.645.005 932.250 77.688
Irawan K1 6.983.250 349.163 53.845 6.580.243 78.962.910 63.000.000 15.962.910 798.146 66.512
Teguh
Nova Tria TK0 6.656.800 332.840 47.916 6.276.044 75.312.528 54.000.000 21.312.528 1.065.626 88.802
Sainah TK0 6.667.300 333.365 47.916 6.286.019 75.432.228 54.000.000 21.435.228 1.071.611 89.301
Herman K0 7.741.000 387.050 65.340 7.288.610 87.463.320 58.500.000 28.963.320 1.448.166 120.681
Albar Syah K0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 58.500.000 81.211 4.061 338
Dewi TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Alif Alfian TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Afif TK0 5.201.320 260.066 59.486 4.881.768 58.581.211 54.000.000 4.581.211 229.061 19.088
Septiadi
Indah TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946
Lestari
Virgi TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Matsuroh TK0 5.092.877 254.644 54.518 4.783.716 57.404.587 54.000.000 3.404.587 170.229 14.186
Wuri H TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Nurmah TK0 5.093.877 254.644 54.518 4.783.716 57.404.587 54.000.000 3.404.587 170.229 14.186
Handayani TK0 5.108.877 255.444 54.518 4.798.916 57.586.987 54.000.000 3.586.987 179.349 14.946

Hasan TK0 3.458.192 172.910 41.524 3.243.759 38.925.103 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

Naman TK0 3.458.192 172.910 41.524 3.243.759 38.925.103 54.000.000 NIHIL NIHIL NIHIL

TOTAL 170.656.803 8.361.338 1.621.746 160.673.719 522.734.419 30.165.685 2.513.807

Sumber : data diolah peneliti


Dari perhitungan tabel diatas, penghasilan bruto yang didapatkan
karyawan tetap Rumah sakit Budi Asih di jumlahkan dari gaji pokok, tunjangan
jabatan, tunjangan makan, tunjangan transportasi, dan uang lembur dalam satu
bulan. Kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan
bruto setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.
6.000.000 (enam juta rupiah) setahun dan iuran Tunjangan Hari Tua 2% dari gaji
pokok. Setelah diketahui penghasilan netto dan kemudian dijumlahkan dalam satu
tahun atau dikalikan 12 (dua belas) bulan atas penghasilan karyawan dipotong
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai status masing-masing karyawan.
Untuk menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 terutang digunakan Penghasilan
Kena Pajak (PKP) dikalikan tarif pasal 17 Undang-undang PPh. Dalam penerapan
tarif pajak pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan, berlaku
tarif pajak berlapis yaitu 5%, 15%, 25%, 30%.

4.14 Penyetoran dan Pelaporan


4.14.1 Penyetoran
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
242/PMK.03/2014 tentang tata cara pembayaran dan penyetoran Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pasal 2 ayat (6) mengenai jangka waktu pembayaran dan
penyetoran PPh pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Pelaksanan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pajak terutang dokter
sebagai tenaga ahli dan karyawan, Rumah sakit Budi Asih masih menggunakan
sistem manual yaitu dengan menggunakan formulir Surat Setor Pajak (SSP)
dengan melakukan penyetoran melalui Bank Jabar (BJB) dan berikut adalah daftar
tanggal penyetoran PPh pasal 21 yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.

4.15 Tabel tanggal penyetoran yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
Tahun 2015 Tgl Penyetoran
thn. 2015
Januari 6 februari
Februari 9 maret
Maret 9 april
April 8 mei
Mei 10 juni
Juni 9 juli
Juli 7 agustus
Agustus 9 september
September 9 oktober
Oktober 8 november
November 10 desember

4.16 Pelaporan
Berdasarkan PER-16/PJ/2016 pasal 24 ayat 2, Pemotong PPh pasal
21/pasal 26 wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh pasal 21/26 untuk
setiap masa pajak yang dilakukan melalui penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa PPh Pasal 21/26 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong PPh Pasal
21/26 terdaftar, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
Rimah sakit Budi Asih terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang
Selatan. Dalam pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghasilan dokter sebagai tenaga ahli dan karyawan, Rumah sakit Budi Asih
masih melakukan dengan cara manual, melaporkan Surat Pemberitahuan ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan dan berikut adalah daftar
tanggal pelaporan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.

4.16 Tabel tanggal pelaporan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit

Masa Pajak Tgl Pelaporan


thn 2015
Januari 13 februari
Februari 20 maret
Maret 17 april
April 19 mei
Mei 19 juni
Juni 17 juli
Juli 20 agustus
Agustus 15 september
September 19 oktober
Oktober 19 november
November 17 desember

4.17 Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
melakukan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
penghasilan pasal 21 atas penghasilan dokter sebagai tenaga ahli dan karyawan
tetap dalam tahun pajak sudah mengacu pada peraturan perpajakan yang berlaku
di Indonesia. Penulis melakukan analisis data dan perbandingan dengan pedoman
peraturan perpajakan yang berlaku pada tahun 2015 sesuai dengan PER-
32/PJ/2015, 2016 dan 2017 sesuai dengan PER-16/PJ/2016
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar rekap
penghasilan dan perhitungan pajak penghasilan pasal 21, tanggal penyetoran dan
tanggal pelaporan dokter sebagai tenaga ahli dan karyawan tetap pada Rumah
sakit Budi Asih dalam tahun pajak 2015, 2016 dan 2017.
Setelah dilakukan analisis terhadap perhitungan pajak penghasilan pasal
21 yang dilakukan pihak Rumah sakit Budi Asih dengan perhitungan berdasarkan
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia, terdapat beberapa perbedaan
pada saat perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dokter sebagai tenaga ahli.
1. Dasar pengenaan pajak
Pihak Rumah sakit Budi Asih menghitung Dasar Pengenaan Pajak dari
50% penghasilan netto setelah dikurangi bagi hasil dengan pihak rumah sakit.
Sedangkan dalam pasal 10 ayat (6) PER-32/PJ/2015 dijelaskan bahwa jumlah
penghasilan bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan kepada dokter
yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah
penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar pasien melalui rumah
sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah
sakit dan.atau klinik.
Dari analisa yang dijabarkan diatas, Dasar Pengenaan Pajak yang
dilakukan pihak rumah sakit tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Seharusnya pihak rumah sakit melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
pasal 21 dari penghasilan bruto, bukan dari penghasilan bruto dikurangi dengan
bagi hasil. Contoh perbandingan Dasar Pengenaan Pajak dari dr. A berdasarkan
hitungan rumah sakit dan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku
diuraikan dalam tabel di bawah ini.

4.18 Tabel perbandingan DPP Tenaga Ahli oleh pihak rumah sakit
dan PER-32/PJ//2015

Tahun 2015 Penghasilan Perhitungan Berdasarkan Selisih


bruto rumah sakit PER-
100% 32/PJ/2015
Januari 20.840.000 8.336.000 10.420.000 (2.084.000)
Februari 19.440.000 7.776.000 9.720.000 (1.944.000)
Maret 13.760.000 5.504.000 6.880.000 (1.376.000)
April 11.170.000 4.468.000 5.585.000 (1.117.000)
Mei 11.690.000 4.676.000 5.845.000 (1.169.000)
Juni 10.690.000 4.276.000 5.345.000 (1.069.000)
Juli 9.820.000 3.928.000 4.910.000 (982.000)
Agustus 10.600.000 4.240.000 5.300.000 (1.060.000)
September 11.390.000 4.556.000 5.695.000 (1.139.000)
Oktober 11.330.000 4.532.000 5.665.000 (1.133.000)
November 12.040.000 4.816.000 6.020.000 (1.204.000)
Desember 11.040.000 4.416.000 5.520.000 (1.104.000)
JUMLAH 153.810.000 61.524.000 76.905.000 (15.381.000)

Dari tabel diatas terdapat selisih antara perhitungan DPP yang dihitung
oleh pihak rumah sakit dan perhitungan berdasarkan PER-32/PJ/2015
dikarenakan pihak rumah sakit tidak melakukan perhitungan DPP dengan benar.
DPP seharusnya dihitung dari 50% penghasilan bruto bukan dari penghasilan
bruto setelah dikurangi bagi hasil. Perhitungan DPP yang dihitung dari
penghasilan bruto setelah dikurangkan dengan bagi hasil dengan pihak rumah
sakit mengakibatkan DPP menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

4.19 Tabel perbandingan DPP Tenaga Ahli oleh pihak rumah sakit
dan PER-16/PJ//2016

Tahun 2016 Penghasilan Perhitungan Berdasarkan Selisih


bruto rumah sakit PER-
16/PJ/2016
Januari 17.000.000 6.800.000 8.500.000 (1.700.000)

Februari 20.750.000 8.300.000 10.375.000 (2.075.000)


Maret 31.890.000 12.756.000 15.945.000 (3.189.000)

April 24.910.000 9.964.000 12.455.000 (2.491.000)

Mei 24.240.000 9.696.000 12.120.000 (2.424.000)

Juni 32.460.000 12.984.000 16.230.000 (3.246.000)

Juli 31.530.000 12.612.000 15.765.000 (3.153.000)


Agustus 27.620.000 11.048.000 13.810.000 (2.762.000)

September 28.410.000 11.364.000 14.205.000 (2.841.000)

Oktober 29.270.000 11.708.000 14.635.000 (2.927.000)


November 29.450.000 11.780.000 14.725.000 (2.945.000)

Desember 25.590.000 10.236.000 12.795.000 (2.559.000)

JUMLAH 323.120.000 129.248.000 161.560.000 (32.312.000)

Dari tabel diatas terdapat selisih antara perhitungan DPP yang dihitung oleh pihak
rumah sakit dan perhitungan berdasarkan PER-16/PJ/2016 dikarenakan pihak
rumah sakit tidak melakukan perhitungan DPP dengan benar. DPP seharusnya
dihitung dari 50% penghasilan bruto bukan dari penghasilan bruto setelah
dikurangi bagi hasil. Perhitungan DPP yang dihitung dari penghasilan bruto
setelah dikurangkan dengan bagi hasil dengan pihak rumah sakit mengakibatkan
DPP menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

4.20 Tabel perbandingan DPP Tenaga Ahli oleh pihak rumah sakit
dan PER-16/PJ//2016

Tahun Penghasilan Perhitungan Berdasarkan


Selisih
2017 bruto rumah sakit PER-32/PJ/2015

Januari 15.130.000 6.052.000 7.565.000 (1.513.000)


Februari 15.260.000 6.104.000 7.630.000 (1.526.000)
Maret 13.720.000 5.488.000 6.860.000 (1.372.000)
April 15.680.000 6.272.000 7.840.000 (1.568.000)
Mei 15.600.000 6.240.000 7.800.000 (1.560.000)
Juni 14.480.000 5.792.000 7.240.000 (1.448.000)
Juli 11.900.000 4.760.000 5.950.000 (1.190.000)
Agustus 13.390.000 5.356.000 6.695.000 (1.339.000)
September 15.140.000 6.056.000 7.570.000 (1.514.000)
Oktober 15.540.000 6.216.000 7.770.000 (1.554.000)
November 16.450.000 6.580.000 8.225.000 (1.645.000)
Desember 14.980.000 5.992.000 7.490.000 (1.498.000)

JUMLAH 323.120.000 70.908.000 88.635.000 (17.727.000)

Dari tabel diatas terdapat selisih antara perhitungan DPP yang dihitung
oleh pihak rumah sakit dan perhitungan berdasarkan PER-16/PJ/2016
dikarenakan pihak rumah sakit tidak melakukan perhitungan DPP dengan benar.
DPP seharusnya dihitung dari 50% penghasilan bruto bukan dari penghasilan
bruto setelah dikurangi bagi hasil. Perhitungan DPP yang dihitung dari
penghasilan bruto setelah dikurangkan dengan bagi hasil dengan pihak rumah
sakit mengakibatkan DPP menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.

2. Dasar Pengenaan Pajak Kumulatif


Dalam peraturan perpajakan yang berlaku, perhitungan PPh Pasal 21 untuk
tenaga ahli yang penghasilannya bersifat berkesinambungan maka dihitung pula
DPP kumulatif. DPP kumulatif ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan
tarif UU PPh Pasal 17, sedangkan untuk menghitung PPh Pasal 21 terutang
digunakan DPP dikalikan tarif pajak Pasal 17 UU PPh. Berikut digunakan contoh
untuk penerapan DPP kumulatif dalam menentukan besarnya potongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.

4.21 Tabel menentukan DPP Kumulatif berdasarkan PER-32/PJ/2015 (dalam


rupiah)
Tahun peng bruto dpp dpp tarif pajak pph 21
2015 kumulatif
Jan 20.840.000 10.420.000 10.420.000 5% 521.000
Feb 19.440.000 9.720.000 20.140.000 5% 486.000
Mar 13.760.000 6.880.000 27.020.000 5% 344.000

Dalam menentukan DPP Kumulatif pihak rumah sakit belum sesuai PER-

32/PJ/2015. Karna pada dasarnya untuk menentukan tarif pajak penghasilan pasal

21 untuk dokter sebagai tenaga ahli adalah dari DPP Kumulatif. Berikut ini akan

dijabarkan contoh dari tabel di atas, diketahui penghasilan bruto dr. Aang Raharja

sebesar Rp. 20.840.000 pada bulan Januari. Berdasarkan PER-32/PJ/2015 Dasar

Pengenaan Pajak didapat 50% dari penghasilan bruto tanpa dipotong biaya apapun

atau bagi hasil dengan pihak rumah sakit. Pada bulan selanjutnya yaitu bulan

februari, DPP nya adalah sebesar Rp. 9.720.000, maka perhitungan DPP

Kumulatif di bulan Februari, adalah sebagai berikut.

DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya

9.720.000 + 10.420.000

= 20.140.000

Besar DPP Kumulatif di bulan februari adalah sebesar Rp. 20.140.000, karna

kurang dari Rp. 50.000.000 maka dikenakan tarif pajak 5%. Apabila DPP

Kumulatif di bulan selanjutnya telah melebihi Rp. 50.000.000 akan di kenakan

tarif dua lapis yakni 5% dan 15% dan seterusnya.


4.22 Tabel menentukan DPP Kumulatif berdasarkan PER-16/PJ/2016 (dalam
rupiah)
Tahun peng bruto dpp dpp kumulatif tarif pajak pph 21
2016
Jan 17.000.000 8.500.000 8.500.000 5% 425.000

Feb 20.750.000 10.375.000 18.875.000 5% 518.750

Mar 31.890.000 15.945.000 34.820.000 5% 797.250

Dalam menentukan DPP Kumulatif pihak rumah sakit belum sesuai PER-

16/PJ/2016. Karna pada dasarnya untuk menentukan tarif pajak penghasilan pasal

21 untuk dokter sebagai tenaga ahli adalah dari DPP Kumulatif. Berikut ini akan

dijabarkan contoh dari tabel di atas, diketahui penghasilan bruto dr. Aang Raharja

sebesar Rp. 17.000.000 pada bulan Januari. Berdasarkan PER-16/PJ/2016 Dasar

Pengenaan Pajak didapat 50% dari penghasilan bruto tanpa dipotong biaya apapun

atau bagi hasil dengan pihak rumah sakit. Pada bulan selanjutnya yaitu bulan

februari, DPP nya adalah sebesar Rp 10.375.000, maka perhitungan DPP

Kumulatif di bulan Februari, adalah sebagai berikut.

DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya

10.375.000 + 8.500.000

= 18.875.000

Besar DPP Kumulatif di bulan februari adalah sebesar Rp. 18.875.000, karna

kurang dari Rp. 50.000.000 maka dikenakan tarif pajak 5%. Apabila DPP

Kumulatif di bulan selanjutnya telah melebihi Rp. 50.000.000 akan di kenakan

tarif dua lapis yakni 5% dan 15% dan seterusnya.


4.23 Tabel menentukan DPP Kumulatif berdasarkan PER-16/PJ/2016 (dalam
rupiah)
Tahun peng bruto dpp dpp tarif pajak pph 21
2017 kumulatif
Jan 15.130.000 7.565.000 7.565.000 5% 378.250

Feb 15.260.000 7.630.000 15.195.000 5% 381.500

Mar 13.720.000 6.860.000 22.055.000 5% 343.000

Dalam menentukan DPP Kumulatif pihak rumah sakit belum sesuai PER-

16/PJ/2016. Karna pada dasarnya untuk menentukan tarif pajak penghasilan pasal

21 untuk dokter sebagai tenaga ahli adalah dari DPP Kumulatif. Berikut ini akan

dijabarkan contoh dari tabel di atas, diketahui penghasilan bruto dr. Aang Raharja

sebesar Rp. 15.130.000 pada bulan Januari. Berdasarkan PER-16/PJ/2016 Dasar

Pengenaan Pajak didapat 50% dari penghasilan bruto tanpa dipotong biaya apapun

atau bagi hasil dengan pihak rumah sakit. Pada bulan selanjutnya yaitu bulan

februari, DPP nya adalah sebesar Rp 7.630.000, maka perhitungan DPP Kumulatif

di bulan Februari, adalah sebagai berikut.

DPP bulan ini + DPP bulan sebelumnya

7.630.000 + 7.565.000

= 15.195.000

Besar DPP Kumulatif di bulan februari adalah sebesar Rp. 15.195.000, karna

kurang dari Rp. 50.000.000 maka dikenakan tarif pajak 5%. Apabila DPP

Kumulatif di bulan selanjutnya telah melebihi Rp. 50.000.000 akan di kenakan

tarif dua lapis yakni 5% dan 15% dan seterusnya.

3. Pajak Penghasilan Pasal 21


Dasar Pengenaan Pajak yang salah menyebabkan Pajak Penghasilan Pasal

21 yang dihitung juga mengalami kesalahan. Dasar Pengenaan Pajak akan

mempengaruhi jumlah DPP Kumulatif dan pengenaan tarif pajak. Perlakuan tarif

pajak yang berbeda antara perhitungan pihak rumah sakit dan peraturan

perpajakan yang berlaku mengakibatkan jumlah Pajak Penghasilan pasal 21 yang

dihitung pihak rumah sakit jumlahnya lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan

atau terjadi kurang bayar. Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 perhitungan

rumah sakit dan peraturan perpajakan yang berlaku diuraikan dalam tabel berikut.

4.24 Tabel perbandingan PPh pasal 21 dokter tahun 2015

Nama Dokter Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 21 Selisih


bruto Perhitungan PER-32/PJ/2015
Rumah sakit
dr. Aang Rahardja 153.810.000 3.076.200 6.535.750 (3.459.550)
dr. Imam P. Sp.Og 160.875.000 3.217.500 6.556.875 (3.339.375)
dr. Tirta Wijaya 134.170.000 2.690.600 5.203.500 (2.512.900)
dr. Erwin Wijaya 143.500.000 2.870.000 6.031.000 (3.161.000)
dr. Rahmat Setiadi 143.870.000 2.876.400 6.374.250 (3.497.850)
drg. Aliyah 165.825.000 3.316.500 8.027.000 (4.710.500)
dr. Tedi 134.720.000 2.694.400 5.620.500 (2.926.100)
dr. Ahmad 128.160.000 2.763.200 5.348.500 (2.585.300)
dr. Sulistyawati 139.870.000 2.797.400 5.291.000 (2.493.600)
dr. Sujarwadi Sp. THT 163.125.000 3.262.500 5.850.000 (2.587.500)
dr. Buchori N Sp.Og 160.875.000 3.217.500 7.207.625 (3.990.125)
drg. Putri 161.175.000 3.223.500 6.628.125 (3.404.625)
dr. Saptati 128.660.000 2.573.200 4.899.750 (2.326.550)
dr. Betrik Sp.K 165.300.000 3.305.500 7.243.750 (3.938.250)
dr. Supriono 141.710.000 2.834.200 5.565.000 (2.730.800)
JUMLAH 2.225.645.000 44.718.600 92.382.625 (47.664.025)
Dari tabel perbandingan diatas, karna kesalahan dalam proses tahapan perhitungan
Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk dokter sebagai tenaga ahli yang dilakukan oleh
pihak Rumah sakit Budi Asih, belum sesuai dengan PER-32/PJ/2015
mengakibatkan terjadinya kurang bayar sebesar Rp. 47.664.025

4.25 Tabel perbandingan PPh pasal 21 dokter tahun 2016

Nama Dokter Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 21 Selisih


bruto Perhitungan PER-16/PJ/2016
Rumah sakit
dr. Aang Rahardja 323.120.000 6.462.400 19.234.000 (12.771.600)
dr. Imam P. Sp.Og 410.250.000 8.205.000 25.999.375 (17.794.375)
dr. Tirta Wijaya 353.990.000 7.079.800 21.549.250 (14.469.450)
dr. Erwin Wijaya 317.400.000 6.348.000 18.805.000 (12.457.000)
dr. Rahmat Setiadi 321.700.000 6.434.000 19.127.500 (12.693.500)
drg. Aliyah 426.900.000 8.538.000 27.017.500 (18.479.500)
dr. Tedi 344.270.000 6.885.400 20.820.250 (13.934.850)
dr. Ahmad 342.820.000 6.856.400 20.711.500 (13.855.100)
dr. Sulistyawati 324.710.000 6.494.200 19.353.250 (12.859.050)
dr. Sujarwadi Sp. THT 397.575.000 7.951.500 24.818.125 (16.866.625)
dr. Buchori N Sp.Og 443.925.000 8.878.500 28.294.375 (19.415.875)
drg. Putri 468.825.000 9.376.500 30.161.875 (20.785.375)
dr. Saptati 332.290.000 6.645.800 19.921.750 (13.275.950)
dr. Betrik Sp.K 433.875.000 8.677.500 27.540.625 (18.863.125)
dr. Supriono 349.360.000 6.987.200 21.202.000 (14.214.800)
JUMLAH 5.591.010.000 111.820.200 344.556.375 (232.736.175)

Dari tabel perbandingan diatas, karna kesalahan dalam proses tahapan perhitungan
Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk dokter sebagai tenaga ahli yang dilakukan oleh
pihak Rumah sakit Budi Asih, belum sesuai dengan PER-
16/PJ/2016mengakibatkan terjadinya kurang bayar sebesar Rp. 232.736.175.

4.26 Tabel perbandingan PPh pasal 21 dokter tahun 2017

Nama Dokter Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 21 Selisih


bruto Perhitungan Rumah PER-
sakit 16/PJ/2016
dr. Aang Rahardja 177.270.000 3.545.400 8.295.250 (4.749.850)
dr. Imam P. Sp.Og 210.600.000 4.212.000 10.798.600 (6.586.600)
dr. Tirta Wijaya 174.450.000 3.489.000 8.083.750 (4.594.750)
dr. Erwin Wijaya 174.100.000 3.482.000 8.057.500 (4.575.500)
dr. Rahmat Setiadi 173.360.000 3.467.200 8.002.000 (4.534.800)
drg. Aliyah 212.625.000 4.252.500 10.946.875 (6.694.375)
dr. Tedi 177.030.000 3.540.600 8.277.250 (4.736.650)
dr. Ahmad 170.300.000 3.406.000 7.772.500 (4.366.500)
dr. Sulistyawati 179.420.000 3.588.400 8.456.500 (4.868.100)
dr. Sujarwadi Sp. THT 174.975.000 3.499.500 8.123.125 (4.623.625)
dr. Buchori N Sp.Og 189.075.000 3.781.500 9.180.625 (5.399.125)
drg. Putri 210.900.000 4.218.000 10.817.500 (6.599.500)
dr. Saptati 173.650.000 3.473.000 8.023.750 (4.550.750)
dr. Betrik Sp.K 192.135.000 3.842.700 9.410.125 (5.567.425)
dr. Supriono 173.330.000 3.466.600 7.999.750 (4.533.150)
JUMLAH 2.763.220.000 55.264.400 132.245.100 (76.980.700)

Dari tabel perbandingan diatas, karna kesalahan dalam proses tahapan perhitungan
Pajak Penghasilan Pasal 21 tahun 2017 untuk dokter sebagai tenaga ahli yang
dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih, belum sesuai dengan PER-
16/PJ/2016 mengakibatkan terjadinya kurang bayar sebesar Rp. 76.980.700.

4.27 Tabel Perbandingan jumlah PPh pasal 21 atas pegawai tetap tahun 2015
(dalam rupiah)
No Nama PKP PPh 21/thn PPh 21/thn Selisih
RS Budi PER-
Asih 32/PJ/2015
1 Anton H.B 74.856.000 6.228.400 6.228.400 -
2 Nunung S 68.239.800 5.235.970 5.235.970 -
3 Ristia S 64.812.000 4.721.800 4.721.800 -
4 Eka Syahputra 55.693.800 3.354.070 3.354.070 -
5 Gunawan 47.279.280 2.363.964 2.363.964 -
6 Frendi 44.279.280 2.213.964 2.213.964 -
7 Iin K 50.279.280 2.779.280 2.779.280 -
8 Irni 43.023.900 2.151.195 2.151.195 -
9 Cahyo Ari 34.023.900 1.701.195 1.701.195 -
10 Irawan Teguh 31.748.400 1.587.420 1.587.420 -
11 Nova Tria 34.837.500 1.741.875 1.741.875 -
12 Sainah 34.706.400 1.735.320 1.735.320 -
13 Herman 41.914.000 2.095.950 2.095.950 -
14 Albar Syah 14.845.800 742.290 742.290 -
15 Dewi 17.845.800 892.290 892.290 -
16 Alif Alfian 17.845.800 892.290 892.290 -
17 Afif Septiadi 17.845.800 892.290 892.290 -
18 Indah Lestari 17.041.920 852.096 852.096 -
19 Virgi 17.195.820 859.791 859.791 -
20 Matsuroh 17.041.920 852.096 852.096 -
21 Wuri H 17.041.920 852.096 852.096 -
22 Nurmah 17.349.720 867.486 867.486 -
23 Handayani 17.349.720 867.486 867.486 -
24 Hasan NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL
25 Naman NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL
Sumber : Data diolah peneliti.

Dari tabel perbandingan diatas, penulis melakukan perbandingan jumlah


Pajak Penghasilan yang terutang tahun 2015 yang dipotong atas penghasilan
karyawan tetap antara pihak Rumah sakit Budi Asih dan peraturan perpajakan
yang berlaku PER-32/PJ/2015. Dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
21 atas karyawan tetap yang dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih, telah
mengikuti aturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga tidak
ditemukan selisih saat penulis melakukan analisis perbandingan tersebut, begitu
juga dengan tahun 2016 dan 2017. Berikut uraiannya.

4.28 Tabel Perbandingan jumlah PPh pasal 21 atas pegawai tetap tahun 2016
(dalam rupiah)
No Nama PKP PPh 21/thn PPh 21/thn Selisih
RS Budi PER-
Asih 32/PJ/2015
1 Anton H.B 59.588.400 3.938.260 3.938.260 -
2 Nunung S 54.201.720 3.130.258 3.130.258 -
3 Ristia S 52.922.100 2.938.315 2.938.315 -
4 Eka Syahputra 37.979.670 1.898.984 1.898.984 -
5 Gunawan 32.521.722 1.626.086 1.626.086 -
6 Frendi 28.021.722 1.401.086 1.401.086 -
7 Iin K 37.021.722 1.851.086 1.851.086 -
8 Irni 28.276.440 1.413.822 1.413.822 -
9 Cahyo Ari 14.799.240 739.962 739.962 -
10 Irawan Teguh 13.231.500 661.575 661.575 -
11 Nova Tria 19.030.080 951.504 951.504 -
12 Sainah 18.893.280 944.664 944.664 -
13 Herman 25.534.800 1.276.740 1.276.740 -
14 Albar Syah Nihil Nihil Nihil Nihil
15 Dewi 2.122.440 106.122 106.122 -
16 Alif Alfian 2.122.440 106.122 106.122 -
17 Afif Septiadi 2.122.440 106.122 106.122 -
18 Indah Lestari 1.230.994 61.550 61.550 -
19 Virgi 1.059.994 53.000 53.000 -
20 Matsuroh 1.230.994 61.550 61.550 -
21 Wuri H 1.059.994 53.000 53.000 -
22 Nurmah 1.059.994 53.000 53.000 -
23 Handayani 1.390.594 69.530 69.530 -
24 Hasan NIHIL NIHIL NIHIL Nihil
25 Naman NIHIL NIHIL NIHIL Nihil
Sumber : Data diolah peneliti.

Dari tabel perbandingan diatas, penulis melakukan perbandingan jumlah


Pajak Penghasilan yang terutang tahun 2016 yang dipotong atas penghasilan
karyawan tetap antara pihak Rumah sakit Budi Asih dan peraturan perpajakan
yang berlaku PER16/PJ/2016. Dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
21 atas karyawan tetap yang dilakukan oleh pihak Rumah sakit Budi Asih, telah
mengikuti aturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga tidak
ditemukan selisih saat penulis melakukan analisis perbandingan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai