Anda di halaman 1dari 18

ASKEP PASIEN CA PARU

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah 1


Dosen Pengampu : Sasmiyanto, S.Kep.Ners.,
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ayik Sisma 1711011047
Syayida Yunita Sari 1711011066
M. Rifki Hamdani 1711011075
Bella Puspita Hayuning Tyas 1711011076
Ristanti Nurin Aqua Rini 1711011086
Jefri Sianduri 1711011089

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu dilimpahkan
kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang berjudul ”Askep Pasien Ca Paru” ini
dilakukan untuk memahami secara jauh tentang Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Paru
tersebut namun demikian sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.Sasmiyanto, S.Kep.Ners.,selaku Dosen Pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 atas segala wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam proses pembelajaran.
2. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah banyak
memberikan bantuan baik material maupun spiritual, demi selesainya proyek usaha kelompok
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis
sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Jember, 13 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ..........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ..................................................................................................................
2.2 ..................................................................................................................
2.3 ..................................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................


3.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang
mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000
kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meninggal. Prevalensi kanker paru di
negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris
40.000/tahun, sedangkan di indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di
RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah
kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik,
prevelensinya pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit
merasakan benar peningkatannya.
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu
sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel
kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi
mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses
keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah
mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kanker paru?
2. Apa etiologi dan resiko kanker paru?
3. Bagaimana patofisiologi kanker paru?
4. Apa klasifikasi kanker paru?
5. Bagaimana pengobatan kanker paru?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien penderita penyakit kanker paru?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Anatomi Fisiologi Paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan stadium kanker paru
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari kanker paru
7. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru
8. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Paru


Paru-paru adalah organ berbentuk spons yang terdapat di dada. Paru-paru
terdiri dari paru kanan dan paru kiri. Paru kanan memiliki 3 lobus, sedangkan
paru‐paru kiri memiliki 2 lobus. Paru-paru kiri lebih kecil, karena jantung
membutuhkan ruang yang lebih pada sisi tubuh ini. Paru-paru membawa udara masuk
dan keluar dari tubuh, mengambil oksigen dan menyingkirkan gas karbon dioksida
(zat residu pernafasan). Lapisan di sekitar paru-paru disebut pleura, membantu
melindungi paru-paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas.
Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paru-paru. Trakea terbagi ke
dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih
kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang kecil inilah terdapat
kantung udara kecil yang disebut alveoli. Di bawah paru-paru, terdapat otot yang
disebut diafragma yang memisahkan dada dari perut (abdomen). Bila Anda bernapas,
diafragma bergerak naik dan turun, memaksa udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Itulah peranan penting paru-paru.

Fungsi paru-paru terdiri atas beberapa macam, antara lain: (Irman


Somantri,2008)
a. Ventilasi, adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-
paru. Mekanisme ventilasi adalah dimulai dari proses inspirasi. Selama inspirasi,
udara bergerak dari luar ke dalam trakea, bronkhus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama
ekspirasi, gas yang terdapat dalam alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi
dengan alur terbalik.
b. Difusi, adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas melalui membran paruparu
adalah:
1) Semakin besar perbedaan tekanan pada membran maka semakin cepat
kecepatan difusi.
2) Semakin besar area membran paru-paru maka semakin besar kuantitas gas
yang dapat berdifusi melewati membran dalam waktu tertentu.
3) Semakin tipis membran maka semakin cepat difusi gas melalui membran
tersebut ke bagian yang berlawanan.
4) Koefisien difusi secara langsung berbanding lurus terhadap kemampuan
terlarut suatu gas dalam cairan membran paru-paru dan berbanding terbalik
terhadap ukuran molekul.
c. Transportasi, adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel-sel. Transportasi gas antara paru-paru dan jaringan meliputi
proses-proses berikut ini: 1) Transport oksigen dalam darah, sistem pengangkutan O2
dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardio vaskuler. 2) Transport
karbondioksida dalam darah. 3) Kurva disosiasi oksihemoglobin, oksihemoglobin
adalah struktur terikatnya oksigen pada hemoglobin.
2.2 Definisi

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan diparu, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasi tumor diparu. Metastasis
tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari
tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok.

2.3 Manisfestasi Klinis

Manifestasi klinis dari klien dengan kanker paru ada beberapa macam namun manifestasi
klinis yang paling umum atau sering muncul pada klien antara lain :
1. Suatu batuk gigih yang baru atau memburuknya suatu batuk kronis yang telah ada.
2. Darah dalam dahak atau haemoptisis (sputum bersemu darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi)
3. Bronchitis yang mengigih atau infeksi-infeksi pernapasan yang berulang-ulang.
4. Nyeri dada
5. Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan/atau kelelahan.
6. Kesulitan-kesulitan bernapas seperti sesak napas atau mengi (wheezing)

2.4 etiologi dari penyakit kanker paru


Etiologi

Karsinoma Bronkogenik yang sebenarnya belom diketahui, tetapi ada tiga faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini: merokok,bahaya
industri,dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini, merokok agaknya berperan paling penting
yaitu 85% dari seluruh kasus. Banyak bukti statistik yang menunjukkan adanya hubungan
antara perokok kretek berat dengan timbulnya kanker paru. Semakin banyak orang yang
tertarik dengan hubungan antara perokok pasif atau menghisap asap rokok yang di
hembuskan oleh orang laindi dalam ruang tertutup dengan resiko terjadinya kanker paru.
Beberapa penelitin telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi
menghisap asap dari orang lain, resiko mendapatkan kanker paru meningkat dua kali.
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila di bandingkan dengan perokok kretek. Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik
merupakan penyakit akibat kerja. Dari berbagai bahaya industri yang paling penting adalah
asbes, yang kini banyak sekali digunakan pada industri bangunan, resiko kanker paru diantara
para pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum.

Dua faktor lain yang dapat berperan dalam peningkatan resiko terjadinya kanker paru adalah
makanan dan kecenderungan familiar. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa perokok yang
makannya rendah vitamin A memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker paru.
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga pasien bahwa kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Fakta-fakta ini menyatakan bahwa walaupun merokok jelas berperan
utama dalam peningkatan insidensi kanker paru, tetapi merokok bukan satu-satunya faktor.
Inveksi kronik, polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri, pekerjaan yang
menyebabkan kontak dengan zat karsinogen dan faktor makanan, faktor keluarga, mungkin
juga faktor lain yang belom diketahui (baik yang berdiri sendiri maupun gabungan) dapat
merupakan faktor predis posisi timbulnya kanker paru.

2.5 patofisiologi kanker paru


Karena sebagian besar pertumbuhan baru yang terjadi dalam paru dapat timbul dari
bronkhi, maka istilah karsinoma bronkhogenik sering digunakan dalam kondisi ini. Tanda
dan gejala yang ditunjukkan oleh klien bergantung pada beberapa faktor yang antara lain
mencakup lokasi lesi. Tanda dan gejala pada lesi bronkhus dan paru termasuk:

1. 10% dari klien adalah asimptomatis dan teridentifikasi saat pemeriksaan ronsen dada
rutin.
2. Tujuh puluh lima persen mengalami batuk.
3. Lima puluh persen mengalami hemoptisis.
4. Sesak napas dan mengi unilateral adalah umum.

Jika lesi pulmonal perifer mengalami perforasi ke dalam ruang pleural, maka akan
tampak tanda dan gejala ekstrapulmonal-intratoraks, yang mencakup nyeri saat inspirasi,
friksi iga, efusi pleural, jika vena kava terlibat maka tampak edema pada wajah dan leher,
keletihan, dan jari tabuh.

Pada penyakit tahap lanjut penurunan berat badan dan kelemahan fisik biasanya
menandakan metastase terutama pada hepar. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
sekitarnya seperti nodus limfe preskalene, dinding esofagus, dan perikardium jantung atau
pada tempat-tempat yang jauh seperti otak atau skelet.

2.6 stadium kanker paru


Tahapan perkembangan perkembangan kangker paru dibedakan menjadi dua, yaitu
perkembangan SCLC dan perkembangan NSCLC. Kedua tahap perkembangan ini
Dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Tahap Perkembangan SCL

Tahap Keterangan

Tahap terbatas Kanker yang hanya ditemukan di satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan di sekitarnya.

Tahap ekstensif Kanker yang di temukan pada jaringan dada di luar paru-paru
tempat asalnya. Atau kanker ditemukan di organ-organ tubuh yang
jauh.
Tabel 7. Tahap Perkembangan NSCLC

Stadium Keterangan

Tahap tersembunyi Merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum)
pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetap tidak terlihat
adanya tumor di paru-paru.

Stadium 0 Merupaka tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan


terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.

Stadium I Merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru


dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.

Stadium II Merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan


kelenjar getah bening di dekatnya.
Merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di
Stadium III sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembulu besar atau
kelenjar getah bening di sisi yang sama atau sisi berlawanan dari
tumor tersebut.
Merupakan tahap kanker yang di temukan lebih dari satu lobus
Stadium IV paru-paru yang sama atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker
telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak,
kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
gambaran kanker paru NSCLC

2.7 pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari kanker paru


Alat utama dalam mendiagnosa kanker paru adalah radiografi, bronkhoskopi, dan
sitologi. Bronkhoskopi dengan biopsi adalah teknik yang paling berhasil dalam mendiagnosa
karsinoma sel skuamosa, yang pada umumnya terletak sentral. Biopsi nodus skalene
dilakukan untuk mendiagnosa kanker yang tidak terdiagnosa oleh bronkhoskopi.
Permeriksaan sitologi sputum, penyikatan bronkhial, dan pemeriksaan cairan pleural juga
berperan penting dalam mendiagnosa kanker paru.

Histologis dan tahap penyakit penting untuk menentukan prognosis juga rencana
pengobatan. Pembedaan antara SCLC dan NSCLC sangat penting untuk dilakukan.

Pentahapan kanker paru terdiri atas dua bagian:


1. Pentahapan anatomis untuk menentukan keluasan tumor dan sifatnya untuk dapat
direseksi.
2. Pentahanan fisiologis untuk menentukan kemampuan klien dalam menghadapi
pengobatan antitumor.

Sistem pentahapan TNM adalah metoda yang secara luas diterima sebagai cara
menentukan keluasan penyakit kanker. Faktor-faktor T (ukuran tumor), N (metastasis nodus
limfe), dan M (ada atau tidak adanya metastasis distal) dikombinasikan untuk membentuk
suatu pentahapan dari penyakit.

Klien dengan kanker paru sering mempunyai gangguan kardiovaskular dan gangguan
medis lainnya yang berhubungan dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pentahapan
fisiologis untuk klien-klien ini sangat penting dilakukan untuk dapat memprediksi
kemampuan mereka dalam menoleransi tindakan lobektomi atau pneumonektomi.
Kontraindikasi utama lainnya untuk pembedahan termasuk riwayat infrak miokardium
terbaru, disritmia mayor takterkontrol, retensi karbon dioksida, dan hipertensi pulmonal berat.

3.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi.

Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi


(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.

d. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.

e. Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, umemeriksa kanker pada payudara dan paru-paru.

3.9 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan


hidup klien.
b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

1. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru
yang tidak terkena kanker.

A. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
B. (Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi
tidak semua lesi bisa diangkat.
C. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
D. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
E. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir.Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan
es).
F. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
G. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
H. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.

3.9 asuhan keperawatan dengan klien kanker paru

Pengkajian

Pada kasus di dapatkan data

Identitas

Nama : Tn.J,

Jenis kelamin : laki – laki

Alamat : Surabaya

Status : Menikah

Diagnosa medic : Ca Paru Dextra.

Riwayat kesehatan : Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu dimana


frekuensinya 15 batang perhari, Sudah dirawat selama 17 hari.

Keluhan : Sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila berbaring.

Pemeriksaan Fisik : Tanda-tanda vital

Kesadaran : kompos mentis

Suhu : 370C

Nadi : 88x/mnt

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Riwayat Keluarga :Tidak ada keluarga yang mengidap CA Paru sebelumnya


Riwayat Penyakit Masa Lalu :Pasien belum pernah sakit sebelumnya

B1 ( Breathing ) : RR 26x/mnt tidak ada retraksi dada

menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm

Batuk: (-) Sputum: (-)

Maslah keperawatan: Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi

B2 ( Blood ) : irama jantung teratur, nadi 88x/mnt

B3 ( Brain ) :

B4 ( Bladder ) : buang air kecil lancar

jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari

BAB lancar 1x/hr, konsistensi lembek biasa

B5 ( Bowel ) :tidak kembung, bising usus normal, nafsu makan normal, makan 3kali sehari, diet bubur

B6 ( Bone ) :kekuatan otot normal kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan

Pengkajian psikologis dan spiritual : Klien tetap rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa
disembuhkan.

Laboratorium : Hb 12,6 gr%, Ht 34,7 %, leulosit 4400 /ml,trombosit, 191000 /ml,


kreatinin 2,40 mg/dl

Pengobatan : infuse RL 12 tts/mnt, Aminophillin 3 x 500 mg, dan injeksi


Dexamethason3 x 2 ampul.

Penatalaksanaan : Direncanakan pembedahan dengan Anesthesi General umum.

Pemeriksaan Penunjang :

pH : 7,25 TCO2 : 23 mmol/L

PCO2 : 30mmHg BE : 1 mEq/L


PO2 : 85mmHg saturasi O2 : 95 %

HCO3 : 23

Analisa data.

A. Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :

1. Kerusakan pertukaran gas

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

B. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan,
dalam kemampuan/situasi. Intervensi Rasional Kaji status pernafasan dengan sering, catat
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Catat ada atau tidak
adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi. Kaji adanmya
sianosis Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi Awasi atau gambarkan seri GDA.
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas. Bunyi nafas dapat
menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan
dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi
adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema
serta tumor. Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.Sianosis sentral dari
“organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif. Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran. Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.Digunakan sebagai
dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan
jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas. Kriteria hasil : Menyatakan/
menunjukkan hilangnya dispnea. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/
mempertahankan bersihnya jalan nafas. Intervensi Rasional Catat perubahan upaya dan pola
bernafas. Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya. Catat karakteristik batuk
(misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum. Pertahankan
posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya
bernafas. Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema,
dan sekret dalam seksi lobus. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/
etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi. Obat
diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki
ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

KESIMPULAN.

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang
sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,
menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya,
sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa. Asuhan
keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan
reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage
tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan
pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

SARAN.

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian,
konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien
dengan kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan
lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika 2.

Anda mungkin juga menyukai