PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu dilimpahkan
kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang berjudul ”Askep Pasien Ca Paru” ini
dilakukan untuk memahami secara jauh tentang Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Paru
tersebut namun demikian sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.Sasmiyanto, S.Kep.Ners.,selaku Dosen Pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 atas segala wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam proses pembelajaran.
2. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah banyak
memberikan bantuan baik material maupun spiritual, demi selesainya proyek usaha kelompok
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis
sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ..................................................................................................................
2.2 ..................................................................................................................
2.3 ..................................................................................................................
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Anatomi Fisiologi Paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan stadium kanker paru
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari kanker paru
7. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru
8. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan diparu, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasi tumor diparu. Metastasis
tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari
tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok.
Manifestasi klinis dari klien dengan kanker paru ada beberapa macam namun manifestasi
klinis yang paling umum atau sering muncul pada klien antara lain :
1. Suatu batuk gigih yang baru atau memburuknya suatu batuk kronis yang telah ada.
2. Darah dalam dahak atau haemoptisis (sputum bersemu darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi)
3. Bronchitis yang mengigih atau infeksi-infeksi pernapasan yang berulang-ulang.
4. Nyeri dada
5. Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan/atau kelelahan.
6. Kesulitan-kesulitan bernapas seperti sesak napas atau mengi (wheezing)
Karsinoma Bronkogenik yang sebenarnya belom diketahui, tetapi ada tiga faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini: merokok,bahaya
industri,dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini, merokok agaknya berperan paling penting
yaitu 85% dari seluruh kasus. Banyak bukti statistik yang menunjukkan adanya hubungan
antara perokok kretek berat dengan timbulnya kanker paru. Semakin banyak orang yang
tertarik dengan hubungan antara perokok pasif atau menghisap asap rokok yang di
hembuskan oleh orang laindi dalam ruang tertutup dengan resiko terjadinya kanker paru.
Beberapa penelitin telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi
menghisap asap dari orang lain, resiko mendapatkan kanker paru meningkat dua kali.
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila di bandingkan dengan perokok kretek. Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik
merupakan penyakit akibat kerja. Dari berbagai bahaya industri yang paling penting adalah
asbes, yang kini banyak sekali digunakan pada industri bangunan, resiko kanker paru diantara
para pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum.
Dua faktor lain yang dapat berperan dalam peningkatan resiko terjadinya kanker paru adalah
makanan dan kecenderungan familiar. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa perokok yang
makannya rendah vitamin A memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker paru.
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga pasien bahwa kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Fakta-fakta ini menyatakan bahwa walaupun merokok jelas berperan
utama dalam peningkatan insidensi kanker paru, tetapi merokok bukan satu-satunya faktor.
Inveksi kronik, polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri, pekerjaan yang
menyebabkan kontak dengan zat karsinogen dan faktor makanan, faktor keluarga, mungkin
juga faktor lain yang belom diketahui (baik yang berdiri sendiri maupun gabungan) dapat
merupakan faktor predis posisi timbulnya kanker paru.
1. 10% dari klien adalah asimptomatis dan teridentifikasi saat pemeriksaan ronsen dada
rutin.
2. Tujuh puluh lima persen mengalami batuk.
3. Lima puluh persen mengalami hemoptisis.
4. Sesak napas dan mengi unilateral adalah umum.
Jika lesi pulmonal perifer mengalami perforasi ke dalam ruang pleural, maka akan
tampak tanda dan gejala ekstrapulmonal-intratoraks, yang mencakup nyeri saat inspirasi,
friksi iga, efusi pleural, jika vena kava terlibat maka tampak edema pada wajah dan leher,
keletihan, dan jari tabuh.
Pada penyakit tahap lanjut penurunan berat badan dan kelemahan fisik biasanya
menandakan metastase terutama pada hepar. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
sekitarnya seperti nodus limfe preskalene, dinding esofagus, dan perikardium jantung atau
pada tempat-tempat yang jauh seperti otak atau skelet.
Tahap Keterangan
Tahap terbatas Kanker yang hanya ditemukan di satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan di sekitarnya.
Tahap ekstensif Kanker yang di temukan pada jaringan dada di luar paru-paru
tempat asalnya. Atau kanker ditemukan di organ-organ tubuh yang
jauh.
Tabel 7. Tahap Perkembangan NSCLC
Stadium Keterangan
Tahap tersembunyi Merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum)
pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetap tidak terlihat
adanya tumor di paru-paru.
Histologis dan tahap penyakit penting untuk menentukan prognosis juga rencana
pengobatan. Pembedaan antara SCLC dan NSCLC sangat penting untuk dilakukan.
Sistem pentahapan TNM adalah metoda yang secara luas diterima sebagai cara
menentukan keluasan penyakit kanker. Faktor-faktor T (ukuran tumor), N (metastasis nodus
limfe), dan M (ada atau tidak adanya metastasis distal) dikombinasikan untuk membentuk
suatu pentahapan dari penyakit.
Klien dengan kanker paru sering mempunyai gangguan kardiovaskular dan gangguan
medis lainnya yang berhubungan dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pentahapan
fisiologis untuk klien-klien ini sangat penting dilakukan untuk dapat memprediksi
kemampuan mereka dalam menoleransi tindakan lobektomi atau pneumonektomi.
Kontraindikasi utama lainnya untuk pembedahan termasuk riwayat infrak miokardium
terbaru, disritmia mayor takterkontrol, retensi karbon dioksida, dan hipertensi pulmonal berat.
1. Radiologi.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
3.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru
yang tidak terkena kanker.
A. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
B. (Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi
tidak semua lesi bisa diangkat.
C. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
D. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
E. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir.Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan
es).
F. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
G. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
H. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
Pengkajian
Identitas
Nama : Tn.J,
Alamat : Surabaya
Status : Menikah
Keluhan : Sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila berbaring.
Suhu : 370C
Nadi : 88x/mnt
B3 ( Brain ) :
B5 ( Bowel ) :tidak kembung, bising usus normal, nafsu makan normal, makan 3kali sehari, diet bubur
B6 ( Bone ) :kekuatan otot normal kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan
Pengkajian psikologis dan spiritual : Klien tetap rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa
disembuhkan.
Pemeriksaan Penunjang :
HCO3 : 23
Analisa data.
A. Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan,
dalam kemampuan/situasi. Intervensi Rasional Kaji status pernafasan dengan sering, catat
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Catat ada atau tidak
adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi. Kaji adanmya
sianosis Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi Awasi atau gambarkan seri GDA.
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas. Bunyi nafas dapat
menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan
dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi
adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema
serta tumor. Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.Sianosis sentral dari
“organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif. Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran. Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.Digunakan sebagai
dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan
jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas. Kriteria hasil : Menyatakan/
menunjukkan hilangnya dispnea. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/
mempertahankan bersihnya jalan nafas. Intervensi Rasional Catat perubahan upaya dan pola
bernafas. Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya. Catat karakteristik batuk
(misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum. Pertahankan
posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya
bernafas. Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema,
dan sekret dalam seksi lobus. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/
etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi. Obat
diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki
ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
KESIMPULAN.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang
sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,
menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya,
sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa. Asuhan
keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan
reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage
tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan
pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.
SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian,
konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien
dengan kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan
lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA