Wrap Up SK 2 B12
Wrap Up SK 2 B12
WRAP UP
SKENARIO 2
“KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT”
Kelompok B-12
Ketua : Muhammad Izag Faldi (1102012177)
Sekretaris : Putri Prima Ramadhan (1102012218)
Anggota :Tenny Widya Sari (1102011277)
Muhammad Faruq Abdan Syakuron (1102012174)
Sheila Prilia Andini (1102012274)
Sulastri (1102012286)
Niswah Zakiyah Viviana (1102012198)
Nurfitri Azhri Miranti (1102012204)
Qeis Ramadhan (1102012220)
Pada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru.
Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan
bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari
periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50 per 100.000
penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering kali pasien dating ke puskesmas
dalam stadium lanjut, dimana terdapat pendarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan
masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan bawang merah
yang dicampur minyak goring terlebih dahulu kemudian membeli obat penurun panas di warung atau took obat.
Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke lapangan untuk
mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, tersebut Puskesmas
melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien yang jumlahnya
sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskemas
melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh Puskesmas sendiri secara
lintas program, tapi juga dikerjakan secara lintas sektoral demi untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat
yang bersamaan, terjadi ledakan kasus Campak di Puskesmas setempat. Ternayta cakupan imunisasi Campak
dalam 3 tahun terakhir selalu berada pada kisaran < 50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk penyelesaian masalah
kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan Islam mencipatakan
kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat Islam dan hukum menjaga kesehatan
dan berobat adalah wajib.
KATA SULIT :
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) : salah satu status yang diterapkan di Indonesiauntuk mengklasifikasikan
peristiwa merebaknya suatu wabahpenyakit.
2. IR : Frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat tertentu
pada waktu tertentu
3. CFR : Presentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu untuk menentukan sebab
kegawatan tersebut
4. Penyelidikan Epidemiologi : Suatu kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran masalah
ksehatan secara me nyeluruh
5. Lintas Program : Kerja sama yang dilakukan antara beberapa program unruk mencapai tujuan yang
sama
6. Lintas Sektoral : Penggabungan dan penghubungan antara beberapa program di suatu instansi yang
berbeda
Pertanyaan :
Jawaban :
1. Timbulnya penyakit atau penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal, peningkatan
kwjadian penyakit atau kematian terus menerus dalam 3 kurun waktu, peningkatan kejadian penyakit atau
kematian 2 kali lipat di banding periode sebelumnya.
2. Karena daerah tersebut endemis DBD.
3. Melakukan penyelidikan epidemiologi.
4. Untuk mendapatkan gambaran masalah kesehatan secara menyeluruh.
5. Tergantung penyebabnya (missal : nyamuk dibasmi dengan fogging).
6. Tata cara penyelidikan epidemiologi :
a. Survei.
b. Pengumpulan data.
c. Pengolahan data untuk penanggulangan.
d. Pencegahan.
7. 4M, Fogging & Abatisasi.
8. KLB : Berhubungan dengan kesakitan & kematian.
Wabah : Berhubungan dengan penularan.
9. IR : (Jumlah kasus baru dalam periode tertentu / jumlah populasi beresiko di periode itu) X 100%
Untuk mengetahui seberapa besar masalah yang sedang dihadapi.
CFR : (Jumlah kematian penyakit tertentu / jumlah penderita penyakit tersebut) X 100%
Untuk mengetahui resiko jangka panjang dari penyakit tersebut.
10. Jika sudah tidak bisa ditangani oleh petugas medis di puskesmas &keterbatasan peralatan medis.
11. Puskesmas, Rumah Sakit, & Dinas kesehatan.
12. Membantu mengedukasi masyarakat dalam perspektif islam.
13. Dengan melihat sejumlah bayi di suatu daerah yang sudah mendapatkan imunisasi
14. Sector kesehatan, pemerintah, geofisika, keamanan, agama serta masyarakat.
Hipothesis :
Kurangnya sosialisasi dari pihak medis & kuatnya pengaruh aspek sosial dan kebudayaan membuat kurangnya
perhatian masyaraat akan penyebaran penyakit sehingga dapat menimbulkan penngkatam insidense rate & case
fatality rate yang kan berlanjut menuju kejadian luar biasa atau KLB. Untuk meneliti dan mencari tau sebabnya,
dilakukan penyelidikan epidemiologi oleh puskesmas dan dinas kesehatan melalui catatan angka kematian maupn
kesakitan di daerah tersebut, mulai dari survei, pengumpulan data, pengolahan data, serta pencegahan. Jika tidak
bisa ditangani, maka dilakukan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi, tetapi jika berhasil, dilakukan pertimbangan
secara lintas sector maupun lintas sector untuk melakukan perbaikan dan pencegahan untuk KLB yang selanjutnya.
LI 1. Memahami & Menjelaskan KLB & Wabah Berdasarkan Angka Kesakitan & Kematian.
UU : 4 Tahun 1984 - kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Klasifikasi :
Berdasarkan deskripsi
1. Toksin
a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.
b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium
perfringens.
c. Endotoxin.
2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.
3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan
4. Toksin Kimia
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.
Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Klasifikasi menurut Sumber KLB
1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella,
Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan,
pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio,
Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.
7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.
8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
Kriteria :
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah
penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 451-I/PD.03.04/1999
tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu
:
Pencegahan :
Pencegahan Primordial
Untuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan
yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi
timbulnya penyakit tertentu.
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu.
Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan
insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih
lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi
Penanggulangan :
Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB,
mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan
sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat
Penyelidikan epidemiologis
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina
Pencegahan dan pengendalian
Pemusnahan penyebab penyakit
Penanganan jenazah akibat wabah
Penyuluhan kepada masyarakat
Indikator Program penanggulangan KLB adalah :
Jangka pendek
o Menemukan dan mengobati pasien
o Melakukan rujukan dengan cepat
o Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
o Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
o Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
Jangka panjang
o Memperbaiki faktor lingkungan
o Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas
Upaya penaggulangan KLB DBD :
Definisi
o Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang
timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal
(dari satu bagian lain dalam satu unit).
o Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau
memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual.
Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud
dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi
tersebut ditemukan.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih
mampu menangani), atau secara horizontal (antara unit-unit setingkat kemampuannya)
Jenis-jenis rujukan :
o Rujukan Medis(rujukan pasien, dan rujukan laboratorium)
o Berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, mencakup
rujukan konsultasi medis dan bahan-bahan pemeriksaan.
o Upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. berlaku untuk pelayanan kedokteran
(Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini dibedakan dengan
tiga macam yaitu :
Rujukan penderita : Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif dan lain- lain yang disebut transfer of patien.
Pengetahuan : Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of
knowlwdge/ personel.
Bahan- bahan pemeriksaan : Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap disebut transfer of spesimen.
o Rujukan Kesehatan (rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan)
o Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
o pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun
rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan
operasional.
Tujuan rujukan
a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.
i. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
ii. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang
kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
iii. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui
pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.
Manfaat rujukan
1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :
o Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran
pada setiap pelayanan kesehatan.
o Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana
kesehatan yang tersedia.
o Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :
o Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang.
o Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang setiap sarana kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) :
o Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat
kerja, ketekunan, dan dedikasi.
o Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin.
o Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.
1. Pelayanan kesehatan tiongkat pertama (primer) Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( sekunder) Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D. Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter spesialis
terbatas.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier) Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. Pelayan kesehatan diberikan oleh dokter
subspesialis luas.
Pengertian Wabah
1) Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN 1984).
2) Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang didaerah
luas (KBBI : 1989).
3) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah
kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
4) Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata jelas
melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)
5) Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya
lebih banyak dari keadaan biasa. (Last : 1981)
Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup
yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat
atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
CONTOH WABAH :
1. Polio
Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan populasi manusia
di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah menjangkiti manusia sejak
zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh
Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun 1955.
3. Kolera
Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah
diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit.
Penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau
penyakit secara lebih menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah mengenai
apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan endemik atau epidemik penyakit, merupakan
penyakit infeksi atau penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya.
Penyelidikan epidemiologi KLB yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk memastikan adanya penderita
penyakit yang dapat menimbulkan KLB, mengenai sifat-sifat penyebabnya dan faktorfaktor yang
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasannya
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik
sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data
primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam
bentuk laporan.
“Dengan mengetahui tujuan tersebut dapat mengambil tindakan untuk pencegahan maupun penanggulangan
penyakit.”
Langkah-langkah
2. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
- PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence
Rate
- PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)
disebut Periode Prevalence Rate
3. ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
(dalam waktu wabah berlangsung)
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu
s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956)
2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)
3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna
(Din ISO 8402, 1986)
4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Sistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang didorong
oleh manajemen, berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan dari mutu juga harus diperhatikan. Yang mana
cakupan tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.
3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.
4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.
5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.
6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik.
Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi
bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut :
1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu
lamanya.
5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai
masukan untuk sistem tersebut.
6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem
tersebut.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
(Ranuh,2008,p.10).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah
agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem
memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua
atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat
dari sebelumnya.
Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya
sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi .
Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.
Tujuan Khusus :
Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap
minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010.
Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden dibawah 1 per 1.000
kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
Tercapainya pemutusan rantai penularan Poliomyelitis pada tahun 2004-2005, serta
sertifikasi bebas polio pada tahun 2008.
Tercapainya Reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
Sasaran :
Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)
Ibu hamil ( awal kehamilan -8 bulan)
Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
Anak sekolah dasar kelas I dan VI
Cakupan Imunisasi
Definisi
Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap
dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.
Rumus
Kegunaan
Memberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun.
Cakupan yang baik minimal 80 persen.
Jadwal Imunisasi
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit
sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka
diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku
dan usaha.
Respon Pola Pencarian Kesehatan (Treatment Seeking Behaviour) seseorang apabila sakit adalah
sebagai berikut :
Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara
lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja
mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun
gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati
sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas
di dalam hidup dan kehidupannya.
Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat
jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya.
Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan
sebagainya.
Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan.
Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut
sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman
yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini
mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
LI 5. Memahami & Menjelaskan Aspek Sosial & Budaya Masyarakat Dalam Mengakses
Pelayanan Kesehatan di Pelayanan Kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan
wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek
sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang
berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah
kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.
Komunikasi
Kebiasaan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk
dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal
dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang
lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :
Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya
tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari
dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku
preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi
seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
2. Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit,
untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :
Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan
bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Penanggulangan
Sangat penting untuk sosialisasi dengan bentuk yang lebih dapat dimengerti serta mencakup
semua kepercayaan dan aspek tiap masyarakat sehingga masyarakat dapat menerti dan
memahami maksud arti dari sosialisasi tersebut dan dapat menerapkan nya kedalam kehidupan
sehari hari mereka sehingga perilaku kesehatan mereka menjadi lebih baik.
Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku
sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas
social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-
Tumudzi, dan al-Bazzar).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa
tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit
penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits
shahih maupun ayat al-Quran.
Anjuran Berobat
Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat
menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh
keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang
dilakukan Nabi adalah menggunakan cara-cara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman
saat itu.
Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai
salah satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana
banyak disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang
dulu dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami
sebagai pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik
pengobatan di zaman Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :
“Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku
melarang mencas dengan api.” (HR al-Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)
Juga dinyatakan dalam hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits
Nabi yang artinya :
“Dari Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun kepada
Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik? Nabi
menjawab : ‘Yang terbaik akhlaknya diantara mereka’, kemudian dia bertanya lagi, Ya
Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak
menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad)