HIV-AIDS
OLEH
Kelompok 4
Kelas : A
ARNOLD
MELIANTI PABETTING
SANDI RAMBA
CHOMOS SAMBOLANGI’
2014
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kepada TUHAN yang maha kuasa atas berkat-nya yang di
berikan sehingga Makalah kami dengan judul ” HIV-AIDS “ dapat selesai dengan waktu
yang telah di tentukan Harapan peyusun, makalah ini bisa berguna dalam proses
pengajaran dalam semua aspek pendidikan khususnya dalam ilmu kesahatan.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga Tim penyusun
mengharapkan dari semua teman-teman pembaca memberikan kritik dan sarannya untuk
meyempurnakan makalah ini
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan pembaca
atas partisipasinya dan tim penyusun berharap makalah ini dapat berguna bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................ 3
Bab II Tinjauan pustaka
1. Konsep dasar ..................................................................................................... 4
A. pengertin ........................................................................................................ 4
B. etiologi ............................................................................................................ 4
C. insiden ............................................................................................................ 4
D. fatofisiolgi ....................................................................................................... 5
E. manifestasi klinis ........................................................................................... 6
f. test diagnostik .................................................................................................. 11
g. penatalaksanaan ............................................................................................. 12
2. konsep asuhan keperawatan .................................................................. 17
A. pengkajian ........................................................................................... 17
B. diagnosa keperawatan ....................................................................... 18
C. rencana keperawatan ........................................................................ 19
Daftar pustaka .................................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun 1981 di
Amerika Serikat dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV-1). AIDS adalah
suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan
tetapi diddapat dari hasil penularan. penyakit ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat
yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat
internasional dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun
setelah timbulnya manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan Barre-Sinoussi
melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka lebih dari 12.000 orang
dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya
di negara Eropa lainnya, Amerika Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak
lebih dari 60.000 kasus yang ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah
dilaporkan pada Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih dari setengahnya meninggal.
Kasus-kasus AIDS baru terus-menerus di monitor untuk ditetapkan secara pasti diagnosisnya.
Ramalan baru-baru ini dari United States Public Health Service menyatakan, bahwa pada akhir
tahun 1991, banyaknya kasus AIDS secara keseluruhan di Amerika Serikat doperkirakan akan
meningkat paling sedikit menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian. Juga telah diperkirakan,
bahwa 74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000 kematian yang berhubungan dengan
AIDS dapat terjadi selama tahun 1991 saja. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan, kematian
pasukan Amerika selama masa perang di Vietnam berjumlah 47.000 korban.
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode Juli-September
2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air telah mencapai 4.617 orang dan
AIDS 6.987 orang. Menderita HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib, sehingga dapat
menyebabkan tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan
lingkungan disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sisitem kekebalan tubuh penderitanya. Jika ditambah
dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan
mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross (1997),
jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan
fungsi system imun yang memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS.
Modulasi respon imun penderita HIV/AIDS akan menurun secara signifikan, seperti aktivitas
APC (makrofag); Thl (CD4); IFN ; IL-2; Imunoglobulin A, G, E dan anti-HIV. Penurunan
tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah CD4 hingga mencapai 180 sel/ l per tahun.
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir sama. Namun
berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah sakit menunjukkan adanya perbedaan
respon imunitas (CD4). Hal tersebut menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan
factor yang diduga sangat berpengaruh adalah stress.
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis, stimulusnya akan
melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada system limbic berefek pada hipotalamus,
sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF memacu
pengeluaran ACTH (Adrenal corticotropic hormone) untuk memengaruhi kelenjar korteks
adrenal agar menghasilkan kortisol. Kortisol ini bersifat immunosuppressive terutama pada sel
zona fasikulata. Apabila stress yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan
menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga dapat menekan system imun (Apasou dan
Sitkorsky,1999), yamg meliputi aktivitas APC (makrofag); Th-1 (CD4); sel plasma; IFN ; IL-
2;IgM-IgG, dan Antibodi-HIV (Ader,2001).
Perawat merupakan factor yang berperan penting dalam pengelolaan stress, khususnya
dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat
beradaptasi dengan sakitnya. Selain itu perawat juga berperan dalam pemberian dukungan social
berupa dukungan emosional, informasi, dan material (Batuman, 1990; Bear, 1996; Folkman Dan
Lazarus, 1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah model asuhan
keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dukungan social yang
bertujuan untuk mempercepat respon adaptif pada pasien terinfeksi HIV, meliputi modulasi
respon imun (Ader, 1991 ; Setyawan, 1996; Putra, 1990), respon psikologis, dan respon social
(Steward, 1997). Dengan demikian, penelitian bidang imunologi memilki empat variable yakni,
fisik, kimia, psikis, dan social, dapat membuka nuansa baru untuk bidang ilmu keperawatan
dalam mengembangkan model pendekatan asuhan keperawatan yang berdasarkan pada paradigm
psikoneuroimunologi terhadap pasien HIV (Nursalam, 2005).
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang konsep dasar dan konsep asuhan
keperawatan.
C. Tujuan
Agar dapat memahami dan mengetahui tentang HIV-AIDS khususnya dalam konsep dasar
dan konsep askep.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
AIDS (Acquired Immunodefeciency Sindrome) diartikan sebagai bentuk paling berat dari
keadaan sakit terus – menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefeciency Virus
(HIV). Smeltzer and Bare.2002
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV yang sudah berlangsung lama (Virginia Maceda Land )
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa: AIDS adalah kumpulan gejala/
stadium akhir dari suatu kelainan Immunologic yang dikenal sebagai Spectrum Infeksi HIV.
B. Etiologi
Infeksi Human Immunodefeciency Virus (HIV).
C. Insiden
Populasi orang dewasa, remaja, anak, dan bayi beresiko terinfeksi HIV
Orang yang beresiko dapat tertular AIDS:
1. Pria Homoseksual (57%)
2. Pemakai Narkotik IV, tanpa riwayat Homoseksual (25%)
3. Penderita Hemofilia terutama mereka yang mendapat transpusi (0,8%)
4. Penerima darah da komponen darah, tidak termasuk penderita hemofilia (1,2%)
5. Anggota kelompok hubunga heteroseksual dengan resiko tinggi (10%)
6. Penderita tidak diketahui penyebabnya (6%)
D. Patofisiologi
HIV tergolong dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan
bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan
dalam asam deoksiribonukleat (DNA). HIV dapat diisolasi dari darah, CSS, semen, air mata,
sekresi vagina atau serviks, urine, ASI dan air liur. Setelah HIV masuk kedalam tubuh, virus
menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari. HIV menginfeksi
sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki reseptor membrane CD4. Siklus
replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Saat sel T4 yang
terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan
dihancurkan. HIV yang baru dibentuk kemudian dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi
sel- sel CD4 lainnya. Reflikasi virus berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV, tempat
primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi, replikasi virus terus terjadi
yang menyebabkan penuruna bertahap sejumlah CD4. Individu akan melakukan perlawanan
imun yang intensif. Dalam respon imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang penting
yaitu mengenali anti gen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi limfokin dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Jika fungsi limfosit T4 terganggu, MO yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginfasi dan
menyebabkan sakit serius. Infeksi dan malignansi yang timbul akibat gangguan sistem imun
disebut infeksi oportunistik.
Cara Penularan
1. Hubungan seksual dengan resiko penularan (0,1-1%) tiap hubungan seksual
2. Melalui darah yaitu:
Tranfusi darah yang mengandung HIV, resiko penularan 90-98%
Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularan 0.03%
Terpapar mukosa yang mengandung HIV, resiko penularan 0.0051%
3. Transmisi dari ibu ke anak
Selama kehamilan
Saat persalinan, resiko penularan 50%
Melalui ASI, resiko penularan 14%
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luar dan pada dasarnya dapat mengenai setiap
sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat
infeksi, malignansi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.
Berikut yang sering ditemukan, yaitu:
1. Respiratorius
Pneumonia Pneumocystis Cranii (PCP) disebabkan oleh micobakterium avium intraselulare
(MAI), sitomegalofirus (CMV) dan Legionella.
Tanda dan gejala:
- Demam
- Menggigil
- Batuk non produktif
- Napas pendek
- Disapnea
- Kadang- kadang nyeri dada
Bila tidak diatasi, PCP berlanjut menimbulkan kelainan paru kegagalan pernapasan.
Gejala lain yaitu:
- Hipoksemia berat
- Sianosis
- Takipnea
- Perubahan stasus mental
Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2-3 hari setelah timbulnya gejala pendahuluan.
M. Tuberkulosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi diantara para pemakai obat
bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi Tuberculosis yang sebelumnya sudah
tinggi. Penyakit TB disertai dengan penyebaran ketempat- tempat ekstrapulmoner seperti SSP,
tulang, perikardium, lambung, peritonium, dan skrotum.
2. Gastrointestinal
Ditandai dengan anoreksia, mual, muntah, vomitus, kandidiasis oral serta esofagus dan diare
kronis.
Kandidiasis oral sebagai infeksi jamur
Wasting Sindrome
Manifestasi: Anoreksia, diare, malabsorbsi gastrointestinal dan kekurangan gizi
3. Kanker
Penderita AIDS memiliki insidensi penyakit kanker yang lebih tinggi daripada insiden yang
biasa terjadi.
1. Sarkoma Kaposi
Kelainan malignitas yang melibatkan lapisan enditel pembuluh darah dan limfe.
Suatu penyakit agresif dan beragam yang berkisar mulai dari lesi Kutaneus setempat hingga
kelainan yang menyebar dan mengenai lebih dari 1 sistem organ. Lesi kutaneus biasanya
berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu gelap. Lesinya dapat datar atau menonjol dan
dikelilingi oleh ekomosis (bercak- bercak perdarahan) serta edema. Perkembangan lesi yang
cepat meliputi daerah- daerah kulit yang luas akan disertai dengan deformitas ekstensif. Lokasi
dan ukuran beberapa lesi dapat menimbulkan stasis aliran darah vena limfaedema serta rasa
nyeri. Lesi urseratif akan merusak integritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan pasieen
serta kerentanan terhadap infeksi.
2. Limfoma sel-B
Limpoma cenderung berkembang diluar kelenjar limfe dan sering dijumpai pada otak, sum- sum
tulang, traktus gastrointestinal.
Ditandai dengan gejala demam, penurunan berat badan, keringat malam.
Gejala dan tanda awal limpoma SSP primer mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan
jangka pandek, kelumpahan saraf cranial, hemipareses dan perubahan kepribadian.
3. Keganasan- keganasan lain yang sering dijumpai sehubungan dengan AIDS
Mieloma multiple
Leukemia limposit akut sel B
Limfoma limpoblastik
Penyakit hodgkin
Karsinoma anus
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma adenokarsinoma paru
Adenokarsinoma kolon dan pankreas
Kanker testis
4. Neurogenik
Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral, perifer dan otonom. Gangguan fungsi
neurologik dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada jaringan sistem saraf, infeksi
oportunitis.neoplasma primer atau metastatik, perubahan serebro spinal ensepalopati
metabolik/komplikasi sekunder karena terapi. Respon sistem imun terhadap infeksi HIV dalam
Sistem Saraf Pusat mencakup inflamasi, atropi demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
Penyakit yang sering dijumpai;
1. Ensepalopati HIV/kompleks demasis AIDS(ADC)
Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan progresif pada fungsi kognitif,
perilaku dan motorik.
Manifestasi klinis;gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, komfusif
progresif, pelambatan sikomotorik, apatis dan ataksia, stadium lanjut mencakup gangguan
kognitif global, kelambatan dalam respon ferbal. Gangguan afektif seperti pandangan yang
kosong, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, serangan kejang, mutisme, dan kematian.
2. Meningitis Criptococcus oleh infeksi jamur Criptococcus neoformans.
Manifestasi klinis; demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual, vomitus, perubahan status
mental dan kejang-kejang.
3. Leukoensepalopati Multivokal Progresifa
Manifestasi klinis;dimulai dengan compuse dan mengalami perkembangan cepat yang akhirnya
mencakup gejala kebutaan, fasia, paresis serta kematian.
4. Mielopati Vaskuler
5. Neuropati Perifer
5. Integumen
Adanya Infeksi Oportunis seperti;
1. Herpes Zoster dan Herpes Simpleks
2. Moluskum Kontagiosum
3. Dermatitis Seboroika dan Dermatitis Atopik
4. Folikulitis
Manifestasi klinis spesifik pada wanita yaitu;
1. Kandidiasis Vagina
2. Neoplasia Intraepitel Serviks (Kanker rahim)
3. Penyakit Inflamasi Pelvik
4. Abnormalitas Menstruasi
Perkembangan klinis
a. Fase Window Period (masa jendela) 1-4 minggu setelah pajanan
b. Infeksi Akut (Group I)
c. 1-3 bulan setelah infeksi
d. Gejala; Malaise, demam, diare, limfadenofati dan ruam makulopapular meningitis
dan pneumonitis
Terdeteksi HIV dengan kadar tinggi didaerah perifer, kadar limfosit CO4+menurun.
e. Fase Asimptomatik (Group II) 1-15 tahun
Antibiotik HIV positif
Tidak ada indikator klinis
f. Fase Simptomatik (diatas 3 tahun)
Group III
- Antibodi HIV Positif
- Limfadenopati generalisata persisten
Group IV –A
- Antibodi HIV positif
- Penyakit konstitusional (demam/diare menetap;menurunnya berat lebih dari 10%dibanding berat
normal)
Group IV –B
- Sama seperti group IV –A
- Penyakit neurologik (dimensia, neuropati, mielopati)
Group IV-C
- Sama seperti group IV-B
- Hitung limposit CD4 kurang dari 200 sel /ul
- Infeksi oportunistik
Group IV-D
- Sama seperti group IV-C
- Tuberkolosis paru, kanker serviks invasive, atau keganasan lain.
-
Catatan ; Seseorang dengan hit. Sel CD4+yang kurang dari 200 sel/ul, baik asimptomatik
maupun simptomatik diklasifikasikan sebagai pengidap AIDS.
F. Test diagnostik
PEMERIKSAAN HASIL PADA INFEKSI HIV
1. Tes Antibody HIV ELISA
Westem Blot Hasil tes yang positif dipastikan dengan
Indirect Immunofluorescence Assay (IFA) westem blot.
Radioimmunoprecipitation Assay (RIPA) Positif
2. Pelacaka HIV Antigen P24 Hasil yang positif dipastikan westem blot
Reaksi Rantai Polimerase
(PCR: Positif, lebih spesifik dan sensitif dari
Polimerase Chain Reaction) pada westem blot
Kultur Sel Mononuklear Darah Perifer Positif untuk protein yang bebas
Untuk HIV -1 Deteksi RNA atau DNA virus HIV
Kultur Sel Kuantitatif Positif kalau 2x uji kadar (Assay) secara
Kultur Plasma Kuantitatif berturut- turut mendeteksi enzim reverse
Mikroglobulin B2 transcriptase atau antigen p24 dengan
Neopterin Serum kadar meningkat
3. Status Imun Mengukur muatan virus dalam sel
#sel- sel CD4+ Mengukur muatan virus lewat virus bebas
% sel- sel CD4 yang infeksius dalam plasma
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan infeksi HIV/ AIDS meliputi penatalaksanaa fisik, psikologis, dan sosial.
Penatalaksaan medik terdiri atas:
1. Pengobatan Suportif
Nutrisi dan vitamin yang cukup
Bekerja
Pandangan hidup yang positif
Hobby
Dukunga psikologis
Dukungan sosial
2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker
3. Pengobatan anti Retroviral
Asimptomatik, CD4> 500 tapi RNA HIV (viraload) tinggi (>30.000 kopi/ ml)
Asimptomatik, CD4> 350 (boleh ditunda bila CD4> 350 dan viraload rendah <10.000)
Infeksi HIV denga gejala.
Tabel pencegahan infeksi oportunistik yang direkomendasikan
Infeksi oportunistik Indikasi Obat profilaksis
Tuberculosis PPD> 5mm INH 300mg/hari
Penderita dengan riwayat +50mg vit.B6/hari, atau
PPD positif tanpa INH 900mg 2x/ mggu
kemoproflaksis +50mg vit.B6/hari
Resiko kontak dengan sedikitnya selama 1 tahun
penderuta TB aktif
q. Limfoma malignum
Tindakan pencegahan
Cara pencegahan HIV/ AIDS: Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pesan kunci:
A: “Abstinence”
B: “Be Faithfull”
C: “Condom”
D: “Drugs”
E: “Equitment”
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala : mudah lemah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan yang progresif.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera.
Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, volume nadi perifer menurun, pengisian kapiler
memanjang.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan : dukunga keluarga, hubungan dengan orang
lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu, mengkhwatirkan penampiln : alopesia, lesi, cacat,
menurunnya BB, merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, ehilangan kontrol diri, dan
depresi.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang.
4. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.
Tanda : Feses encer disertai mkus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada rektal, perubahan dalam
jumlah warna urin.
5. Makanan, cairan
Gejala : Tidakada nafsu makan, mual muntah.
Tanda : Penurunan BB yang cepat bising usus yang hiperaktif, turgor kulit jelek, lesimpada rongga mulut,
adanya selaput putih/ perubahan earna mukosa mulut, adanya gigi yang tanggal, edema.
6. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan ADL.
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi
7. Neurosensorik
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi, kelemahan
otot, tremor, penurunan visus.
Tanda : Gaya berjalan ataksia
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri umum/ lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9. Pernapasan
Gejala : Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/ non, sesak pada dada
Tanda : Takipnea, bunyi napas tambahan, sputum kuning
10. Keamana
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat proses penyembuhan.
Tanda : Perubahan integritas kulit, timbulnya nodul- nodul.
11. Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tidak konsisten,
lesipadagenetalia, keputihan.
12. Interaksi sosial
Gejala : Isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktivitas yang tidak terorganisir
B. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
b. Bersihan jalan tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret
c. Ganggun eliminasi fekal: diare b/d peningkatan peristaltik usus
d. Kekurangan volume cairan b/d diare berat
e. Nutrisi kurang dari kebutuha tubh b/d intake tidak adekuat
f. Kerusakan integritas kulit b/d lesi ulseratif
g. Nyeri b/d kerusakan jaringan
h. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
i. Gangguan citra tubuh b/d perunabahan penampilan fisik
j. Kecemasan b/d perubahan stasus kesehatan
C. Rencana keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
Tujuan : - Mempertahankan pola pernapasan efektif
- Tidak mengalami sesak napas/ sianosis
Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas
R/ Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/ infeksi pernapasan
2. Tringgikan kepala tempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik napas sesuai
kebutuhan
R/ Meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang
ditimbulkan karena atelektasis
3. Kaji perubahan tingkat kesadaran
R/ Hipoksia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai dari ancietas dan
kekacauan mental sampai kondisi tidak ada respon
4. Selidiki keluhan tentang nyeri dada
R/ Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan adanya pneumonia non spesifik atau efusi pleura
bekenaan dengan keganasan.
5. Berika obat- obat sesuai indikasi (bronkhodilator, ekspektoran, depresan batuk)
R/ mungkn diperlukan untuk meningkatkan /mempertahankan jalan napas atau untuk membantu
membersihkan sekresi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I,Edisi .Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.
Price,sylva A. dan Wilson,Lorraine M.2006. Patofisiologi .Edisi 6 Vol.1.Jakarta:EGC.
Smeltzer,Suzanne C. dan Branda G. Bare.2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah . Brunner
dan Suddarth .Edisi 8.Jakarta:EGC.
Sudoyo,Aru W. dkk. .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III.Edisi .Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
askep-ebook.blogspot.com
Posting Komentar
Mengenai Saya
ARNOLD YUSUF
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
► 2015 (1)
▼ 2014 (8)
o ▼ Juni (8)
gizi dalam kespro-dian husada: Prinsip diit pada i...
makalah malpraktik
Askep penyakit katarak
ASKEP MEDULLA SPINALIS
golongan darah ABO
ASKEP LENGKAP HIPERTIROIDISME
ASKEP HIV AIDS
makalah peyakit keratitis