Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring bertambahnya usia, setiap individu pasti akan mengalami penuaan. Preoses
penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada beberapa organ dan sistem
(Efendi & Makhfudli, 2009). Keadaan demikian tampak pula pada sistem muskuloskeletal
dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
rematik yang sering menyertai usia lanjut, yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal
terutama adalah Rheumatoid Arthritis (Fitriani, 2013 dalam Uyun, 2014).
Penyakit Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun berupa
inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015). Rematik merupakan salah satu
penyakit sendi yang ditakuti oleh masyarakat, namun juga banyak yang mengabaikan dan
menganggap Rheumatoid Arthritis ini sebagai penyakit biasa dan tidak berbahaya padahal
penyakit ini dapat menimbulkan kerugian berupa kecacatan karena rasa nyeri pada penderita
Rheumatoid Arthritis pada bagian synovial sendi, sarung tendo, dan bursa akan mengalami
penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi
(Syamsuhidajat, 2010).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan angka kejadian rematik pada tahun 2008
mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% penduduk
dunia tersebut berusia 5-20 tahun dan 20% berusia lebih dari 55 tahun, sedangkan tahun 2012
meningkat menjadi 25% dari penduduk dunia.
Menurut hasil penelitian Riskesdas (2013) prevalensi penderita Rheumatoid Arthritis di
Indonesia tahun 2013 adalah 24,7%. Di kota Palembang pravalensi Rheumatoid Arthritis
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang pada Januari 2017 dalam lima tahun
terakhir masuk ke dalam kategori 10 penyakit tertinggi di kota Palembang dan Rheumatoid
Arthritis menduduki urutan ke-4 dari kategori tersebut. Pada tahun 2013 prevalensinya
mencapai 8,3% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data yang didapatdari beberapa puskesmas pada tahun 2018
Masalah yang paling sering di alami oleh penderita Rheumatoid Arthritis adalah nyeri
(Brunner & Suddarth, 2017). Hasil penelitian terakhir dari Zeng QY tahun 2008 9Purnomo,
2010), prevalensi nyeri Rheumatoid Arthritis di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%.
Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rheumatoid Arthritis sudah cukup
mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas cukup
padat. Serangan nyeri yang terus menerus dapat menimbulkan kelemahan sehingga mereka
tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari, seperti memasak, mandi, dan lain-lain (Sahar,
2001).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan fasilitator bagi dapat menjadi
tempat mencari informasi dan solusi dalam merawat anggota keluarga denga Rheumatoid
Arthritis ini sehingga keluarga mampu menjalankan tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan tindakan yang tepatbagi keluarga,
merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada sehingga upaya pencegahan ataupun perawatan berjalan dengan baik.
Tetapi, banyak dari penderita dan anggota keluarga yang kurang memahami tentang
penatalaksanaan nyeri yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Disinilah peran perawat
sebagai educator sangat dibutuhkan untuk mengajarkan kepada pasien dan keluarga
penatalaksanaan nyeri untuk menurunkan intensitas nyeri salah satunya dengan olahraga
ringan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana implementasi keperawatan keluarga dengan masalah nyeri akut pada penyakit
Rheumatoid Arthritis di wilayah kerja Puskesmas Makrayu tahun 2018?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu mengimplementasikan keperawatan keluarga pada keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan penyakit Rheumatoid Arthritis, di wilayah kerja Puskesmas
Makrayu tahun 2018.
b. Tujuan Khusus
1) Melatih senam rematik pada pasien Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Makrayu
Kota Palembang tahun 2018.
2) Memberikanpendidikan kesehatan tentang Rheumatoid Arthritis dengan masalah
nyeri akut.
1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan penerapan wadah ilmu pengetahuan yang telah didapat,
memberikan pengalaman dalam bidang penelitian, dan menambah pengetahuan
penulis, terutama mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan klien
Rheumatoid Arthritis.
2. Bagi Puskesmas
Menjalin kerjasama dengan puhak puskesmas dalam upaya memberi asuhan
keperawatan keluarga yang berkualitas pada klien rawat jalan dan diharapkan dapat
mengembangkan program yang ada di puskesmas khususnya di bidang perawat serta
sebagai informasi pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan, suber pemikiran dan pedoman bagi
profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan keperawatan, terutama dalam bidang keperawatan komunitas dan keluarga.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS


2.1.1 Pengertian
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun
sistemik (Syimmons, 2006). RA merupakan salah satu kelainan multisystem yang
etiologinya belum diketahui secara pasti dan di karakteristikkan dengan destruksi
sinovitis (Helmick, 2008). Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling
umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA
ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang
berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana,
2012).
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit Rheumatoid Arthritis masih belum diketahui secara
pasti. Namun factor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi),
factor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Rheumatoid Arthritis,
yaitu:
a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
2.1.3 Patofisiologi
Pada Rheumatoid Arthritis (RA), reaksi autooimun terjadi dalam jaringan
synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membrane
synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut
otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas
ototdengan kekuatan kontraksi otot (Brunner & Suddarth, 2002).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Rheumatoid Arthritis dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo,
tetapi paling sering di tangan. Rheumatoid Arthritis juga dapat menyerang sendi
siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa
menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar
sendi (Syamsuhidajat, 2010).
Pasien- pasien dengan Rheumatoid Arthritis akan menunjukkan tanda dan gejala
seperti:
a. Nyeri persendian
b. Bengkak
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur di pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendin
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti:
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada Rheumatoid Arthritis
yaitu (Nasution, 2011):
a. Stadium Sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
dengan munculnya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial, trejadi juga
kerusakan pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Pada
stadium ini terjadi perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali
adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan
terakhir ankilosis tulang.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Faktor Rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
b. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat
c. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi
d. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
e. Hemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang
f. Ig (Ig M dan Ig G): peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab Rheumatoid Arthritis
g. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi bersamaan
h. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium
i. Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
j. Biopsy membrane sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien Rheumatoid Arthritis diantaranya:
1) Terapi
2) Memberikan gizi yang tepat
3) Pemberian obat-obatan
b. Keperawatan
1) Pendidikan kesehatan: meliputi pengertian,patofisiologi, penyebab, dan
diagnosis penyakit ini
2) Istirahat: karena pada Rheumatoid Arthritisini disertai lelah yang hebat
3) Latihan: pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi.
2.1.7 jhefure

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga yaitu pengkajian
keluarga dan individu di dalam keluarga, perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan
perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan, dan evaluasi (Muhlisin, 2012).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik, atau melalui data skunder seperti data
puskesmas, bidan, hasil pemeriksaan laboratorium, dan lain sebagainya (Muwarni,
2007).
Data yang dikaji adalah:
a. Data umum pasien
Pengkajian keperawatan keluarga meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga (genogram)
6) Tipe keluarga
7) Tipe bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan pasien
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakkan perabotan rumah tangga, jenis jamban, jarak septic tang
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, serta denah
rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga, dan bagaiman keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat (Muhlisin, 2012).
2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
2.2.3 Penyusunan
2.3 KONSEP KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai