Infeksi Nifas
1.1Bendungan Payudara
1.1.1. Definisi
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan
o Sangga payudara
o Bila demem tinggi berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
o Sangga payudara
1.1.2 Etiologi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini
timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak
dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa
terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan
keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak
lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah
dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi
1.1.4 Penatalaksanaan
dilahirkan
kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap
oleh bayi.
(Sastrawinata, 2004).
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau
perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting
1.2.1 Definisi
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya
masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.Pada infeksi yang berat
atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam
payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu
setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001).
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
bila tidak diberikan tindakan yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang
menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam
Anonim, 2013).
mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat jenis
tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling
sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau bekesinambungan strain
resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3 minggu. Untuk
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai
dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat
berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal, ASI segar
1.2.2 Etiologi
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari
mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
pada puting susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling
sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui
a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.
b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.
d. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah terkena
infeksi.
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara
lebih mudah mengalami infeksi.Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan
infeksi.Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa
pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut.Ia menyatakan bahwa
bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi sebagai media
pertumbuhan bakteri.
Thomsen,dkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut, yaitu:
a. Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal
ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika
bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus menyusui, tentunya dengan teknik
yang benar.
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:Adanya bercak
panas/nyeri tekan yang akut, bercak kecil keras yang nyeri tekan, dan tidak terjadi
demam dan ibu masih merasa baik-baik saja.Mastitis non infeksiosa membutuhkan
c. Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut: lemah, nyeri
kepala seperti gejala flu, demam suhu > 38,5 derajat celcius, ada luka pada
puting payudara, kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau mengkilat, terasa
keras dan tegang, payudara membengkak, mengeras, dan teraba hangat, dan terjadi
peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang
terasa asin. Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan
antibiotik sistemik. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa
pembentukan abses.
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa nyeri.
b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI
d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
b. Teraba keras
c. Tampak kemerahan
d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–
pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa
infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga
didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan
permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada
payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal
1.2.4 Patofisiologi
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi.
Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun
pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI
terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae
menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan
sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi hingga sehingga mempermudah
terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang duktus laktiferus menjadi port de entry
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
Setelah diagnosa mastitis dipastikan, hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik.
Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah, karena biasanya infeksi
disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat
agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus,
1. Konseling suportif
nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena
tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih, baik bentuk
menyusui/memeras ASI dari payudara yang sakit. Klien akan membutuhkan tindak
lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya
benar-benar pulih.
b. Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan
c. Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi
3. Terapi antibiotik
a. Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
d. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan
1. Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
3. Bebat/sangga payudara
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam dan
antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui, selain itu bila badan terasa
panas, ibu dapat minum obat turun panas, kemudian untuk bagian payudara yang
terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air hangat untuk
Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit, istirahat
yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi sehat kembali.
Disamping itu, makan dan minum yang bergizi, minum banyak air putih juga akan
membantu menurunkan demam, biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang
dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas seperti semula
4. Terapi simtomatik
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan
nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting,
adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri
dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum cairan. Dilakukan
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum
Sangga payudara.
Kompres dingin.
menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi panggul
1. Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi post partum.
Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang
lebih luas. Pada wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat
radang berupa pembengkakan daan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
2. Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometrogia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea.
Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh
pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat atau kurang
a. Abses pelvik
b. Peritonitis
c. Syok septic
d. Dispareunia
f. Emboli pulmona
Miometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
kelahiran yang sukar (distosia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang
1. Demam menggigil
6. Syok
4. Pembentukan nanah sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
2. Memberikan dukungan emosional kepada pasien agar pasien tenang dan dapat
6. Memberikan uterotonika.
b. Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnostic.
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
4. Jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada peritonitis (demam,
nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan laparatomi dan drain abdomen.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam darah
atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang terjadi
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
5. leukosit >12.000/mm2
nanah
uterus)
1.4.3 Etiologi
infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen ( dari
penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan orang yang terlihat
sehat.
3. E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum
urinarius.
4. Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik jarang
ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering terjadi pada
abortus kriminalis.
Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara beberapa
a. Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan
chii). Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat
terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan
1. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
2. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi, atau jaringan
macet)
3. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
b. Bakteri Eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, Clostridium tetani,
1. melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
kelahiran, membran amniotik dan membran korionik dapat terinfeksi jika ketuban
kemudian mempunyai cukup waktu untuk berjalan dari vagina ke dalam uterus dan
masalah yang sangat serius dan dapat membahayakan hidup ibu dan bayinya.
vagina, serviks, atau uterus. Infeksi pada uterus dapat menyebar dengan cepat sehingga
menyebabkan infeksi pada tuba fallopi atau ovarium, parametritis, peritonitis, dan
masuk ke aliran darah. Ini kemudian semakin diperumit dengan adanya syok septik dan
yang dapat menimbulkan masalah perdarahan. Sepsis puerperalis dengan cepat dapat
berakibat fatal.
Ibu di masa postpartum (masa nifas) memang rentan terhadap infeksi karena
1. Sisi perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar, hangat, gelap, dan
basah. Ini memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tempat
seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri. Di
pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal ini
3. Sisi plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9-10
cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan lingkungan luar. Ini berarti
bahwa bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E Coli) dapat dengan
mudah pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri
plasenta.
4. Selama pelahiran, area serviks ibu, vagina, atau area perineumnya mungkin
robek atau di episiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi,
terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya
terlokalisasi, tetapi pada kasus-kasus berat infeksi ini dapat menyebar ke
jaringan di bawahnya.
Ada beberapa ibu yang lebih mudah terkena sepsis puerperalis, misalnya ibu
yang mengalami anemia atau kekurangan gizi atau ibu yang mengalami persalinan
lama.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mencegah penyebaran infeksi pada ibu lain dan
2. Menggunakan gown dan sarung tangan pada saat mengunjungi ibu dan gown
serta sarung tangan khusus ini hanya di pakai ketika berhadapan dengan ibu
3. Menyimpan satu set peralatan, alat makan, peralatan dapur lainnya hanya
digunakan untuk ibu dan memastikan bahwa peralatan ini tidak digunakan oleh
orang lain.
Kegiatan ini biasanya diresepkan oleh dokter. Jika di tempat tersebut tidak
memberikan obat-obatan yang tepat. Jika secara hukum tidak memungkinkan peraturan
Ibu akan meninggal akibat sepsis puerperalis jika terapi antibiotik yang
tepat tidak diberikan sedini mungkin. Tujuan pemberian antibiotik adalah memulai
o Pilihan antibiotik
Jika ibu tidak sangat sakit (misalnya tidak demam atau hanya demam
hari + metronidazole 400 atau 500 mg setiap 8 jam selama tujuh hari, atau
2. Amoxilin 1 gram stat peroral di ikuti deggan 500 mg setiap 8 jam selama tujuh
hari + tetrasiklin 1 gram statper oral di ikuti dengan 500 mg setiap 6 jam selama
tujuh hari.
Jika ibu sangat sakit (misalnya demam sangat tinggi, denyut cepat, konfusi).
Sering kali lebih dari satu jenis bakteri yang menyerang. Suatu kombinasi antibiotik
bakteri lain yang resisten terhadap antibiotic lain. Metronidazole harus diberika jika
ibu telah menjalani sekseio sesaria atau jika anda mencurigai adanya infeksi klamedia.
dahulu. Jika ibu sadar dan tidak ada indikasi yang menunjukan perlunya pemberian
anastesi umum pada beberapa jam selanjutnya, ia juga harus diberikan cairan oral. Pada
puerperalis curigai keadaan ini jika uterus lunak dan membesar,dan jika lokea
berlebihan dan mengandung bekuan darah.ibu harus segera dirujuk ke fasilitas yang
kuretase.
2.1.1 Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.(¹ ² )
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi
jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir
lengkap.
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas
atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia bayi
baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama
kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau
1. Faktor Ibu
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
lain.
3. Faktor fetus
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
janin.
2.1.3 Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping”
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi selanjutnya.
1. Tindakan Umum
dalam.
2. Tindakan khusus
Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa
–100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan
20x/menit
2.2 BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi
tidak memuaskan. Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut neonatus kurang
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi luas dari istilah kecil untuk
intrauterin dan janin dysmaturity. Hal ini juga membentuk dasar untuk
memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih
90% atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%, sehingga dapat
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai
berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang
Untuk menentukan apakah bayi itu lahir prematur SMK (Sesuai Masa
Kehamilan), matur normal, KMK atau BMK (Besar untuk Masa Kehamilan)
dapat dengan membandingkan berat badan bayi dalam gram dengan usia
perkembangan intrauterin dari Battaglia dan Lubchenco (1967). Dari kurva ini
didapat :
1. Pertumbuhan janin normal / berat bayi matur normal dan bayi prematur
1. Faktor Ibu
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal
malaria).
(glomerulonefritis akut).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan
toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat
anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil.
b. Hidramnion.
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan
B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a. Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
7. Tingkat Pendidikan
1. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
sempurna
punggung
sedangkan pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang
belum turun
3. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
ditubuh.
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat
badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan
berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah
dari 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya,
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin
sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl
pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi
tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih
tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi
4. Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
7. Infeksi
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
9. Apnea of prematurity
lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan
perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu,
mengandung zat besi, mengingat cadangan zat besi untuk anak yang lahir
dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
( RoP ), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau
retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki
usia 4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan (
stadium yang awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang
stadiumnya tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk.
Faktor resiko RoP terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
4. Gangguan pendengaran
terkena penyakit.
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia.
Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih. Untuk
BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan BBLR
c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika
bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.
anterolateral
h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat
megap
untuk bidan
5) Reposisi kepala
6) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila setelah
dilakuan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan
teratur
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi
c. Pencegahan infeksi
prarujukan
a. Asuhan hipotermi
b. Asuhan infeksi
e. Asuhan kejang
f. Asuhan spasme
h. Asuhan diare
2.3 Hipotermi
2.3.1 Defenisi
Hipotermia pada bayi adalah kondisi dimana bayi mengalami atau berisiko
adalah suhu tubuh di bawah 36,5oC atau kedua kaki dan teraba dingin.
Jika suhu tubuh bayi adalah 36-36,4oC, bayi tersebut mengalami cold stress
(hipotermia ringan). Jika suhu tubuh bayi adalah 32-35,9oC, berarti bayi tersebut
mengalami hipotermia sedang. Sementara itu, jika suhu tubuh bayi berada dibawah
kali/permenit
Malas minum
Letargik
rendah sedang
dalam
lingkungan yang
stabil
Fluktuasi terjadi
stabil
2.3.2 Etiologi
Perinatal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intera uterin ke kehidupan ekstra uterin selama 28
hari. Empat aspek transisi bayi baru lahir dimasa perinatal yang cepat berlangsung
c. Bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan
g. Distress pernapasan
h. Sepsis
i. Pada bayi prematur atau bayi kecil memiliki cadangan glukosa yang sedikit
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar dia tidak
kedinginan
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang, cold linen, selama
penguapan.
f. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan yang relatif luas,
fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf
hipoglikemia.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat, terutama pada masa
BBL jumlah glukosa akan turun dalam waktu yang cepat. BBL yang tidak dapat
mencerna glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan
glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga kesimbangan antara produksi panas dan
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi
secara:
1) Konduksi
kedua objek atau perpindahan panas dari satu objek ke objek lain melalui
kulit BBL dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilanan panas
terjadi pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti
BBL.
2) Konveksi
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh
jendela yang terbuka, atau pada waktu proses transportasi BBL ke rumah
sakit.
3) Radiasi
Perpindahan suhu dari suatu objek yang dingin, misalnya dari bayi
sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau
4) Evaporasi
Panas terbuang akibat penguapan melalui permukaan kulit dan traktus
c. Kegagalan Termoregulasi
menerus mengarah pada hipotermia, bayi menjadi kurang aktif, sulit menyusu, tampak
Tangisan lemah
Muka, ujung kaki, dan ujung tangan berwarna merah terang, sedangkan
Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki,
tangan (sklerema)
2.3.5 Diagnosis
Diagnosis hipotermi dapat ditegakkan dengan pengukuran suhu tubuh baik
suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu
petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat
dilakukan melalui aksila, rektal, atau kulit. Melalui aksila merupakan prosedur
pengukuran suhu tubuh bayi yang dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman.
Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada
semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya
Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir:
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh cairan ketuban. Aliran udara melalui
lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin
tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir harus segera
Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat.
b. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi tepi atau
tutup kepala, kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di
merujuk.
g. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah
dirawat dalam lingkungan suhu netral. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya
menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang
sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap ibu adalah menghangatkan bayi
melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai
metode kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan. Bila
tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain bangat yang disetrika terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali
sampai tubuh bayi hangat. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga
bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap,
tubuh bayi menjadi di atas 36,5oC. Pemberian makanan (ASI) kepada bayi perlu terus
dilakukan untuk menyediakan kalori dan cairan. Pemberian ASI harus dilakukan
sesegera mungkin. Jika bayi terlalu lemah untuk menyusui, ASI dapat diberikan dengan
suhu tubuh dengan termometer. Pada kasus hipotermia ringan, bayi dapat dihangatkan
melalui kontak kulit dengan kulit dalam suhu kamar (setidaknya 25oC) dengan metode
kanguru. Jika tubuh bayi masih tetap dingin, pakaian ibu ditambah sehingga tebal, atau
ditambah lagi dengan selimut dan kain hangat yang sudah disetrika.
Pada kasus hipotermia sedang, tubuh dapat dibuat menjadi lebih hangat dengan
menggunakan:
- Inkubator
minggu
minggu minggu
minngu
*Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1oC setiap
- Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
o Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah
sering diubah
- Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat
pemberian minum
- Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia
- Nilai tanda bahaya, periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik
- Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5oC/jam, cari
tanda sepsi
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum
penghangatan kembali dengan cepat selama beberapa jam lebih baik daripada
cepat bisa dilakukan dengan menggunakan matras yang suhunya dapat diatur
Hipotermia Berat
- Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi
sering diubah
ekspirasi)
- Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan
menghangatkan cairan
- Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum
o Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung
- Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
jam.
bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak
dilakukan
1800 gram
atau lebih
dengan jarak 60 cm
berat)
prosedur pengobatan
- Ketika dibawa ke rumah sakit, bayi harus bersentuhan kulit dengan kulit
dengan ibu
2.4 Hipoglikemi
2.4.1 Definisi
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh
bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dari Hipo, kadar gula darahnya diatas normal). Saat Hipoglikemi oksigen yang
sampai ke otak bisa sangat kurang. Kekurangan oksigen di otak, fatalnya, bisa
menyebabkan “Koma”. Selain itu keadaan minim oksigen ini kalau sering terjadi bisa
pankreas; Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya; kelainan pada kelenjar
Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Bila tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertaankan kadar gula darah antara 70-110
mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula
darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang terlalu rendah memnyebabkan berbagai
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang
rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan
respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati
untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya
Neonatus
* BCB
2.4.2 Etiologi
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
tinggi. Bayi yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang
tinggi karena ibunya memiliki kadar gula darah yang tinggi, sejumlah besar darah
gula ini melewati plasenta dan sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya,
janin menghasilkan sejumlah besar insulin. Peningkatan kadar insulin juga ditemukan
Kadar Insulin yan tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan
cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan , dimana aliran gula
Hiperinsulinism
Defisiensi endokri
Hipoglikemia ketosis
Lain-lain
2.4.3 Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah.
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana
hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus.
2.4.4 Diagnosa
Anamnesis :
pernapasan
Riwayat bayi premature
o Bayi puasa
50mg/dL.
Jitteriness
Sianosis
Apnea
Hipotermia
RDS
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
hipoglikemia selesai
mg/kg/menit).
25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259
cc D 10% /hari.
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas
diturunkan pelan-pelan
ASI teruskan
IV teruskan
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam,
konsultasi endokrin
dalam.
bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin,
dilakukan)
2.5.1 Definisi
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari fungsi
neurologik (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem syaraf
yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. (Kosim, Soleh:2008)
Kejang dapat timbul sebagai gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau
Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan berelaksasi
secara cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik
di otak, yaitu terjadi loncatan – loncatan listrik karena bersinggungannya ion (+) dan
tungkai. Kejang yang terjadi pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi pada bayi
baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat
karena kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP),
kelainan metabolik atau penyakit lain. Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali
karena berbeda dengan kejang pada anak dan dewasa. Hal ini disebabkan karena
setiap gerakan yang tidak biasa apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik,harus
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menimbulkan kejang demam. Penyakit yang paling sering
menimbulkan kejang demam antara lain: infeksi saluran pernapasan atas, otitis media
akut, pnemonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran
kemih.
Bentuk tugas dari tiap-tiap orang dapat berbeda, tergantung jenis penyakit yang
Kejang motorik dapat berupa kejang fokal atau umum. Kejang fokal dicirikan
oleh gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari kepala dan mata
ke salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari muka atau ekstremitas,
atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau nyeri lokal pada suatu area.
Sedangkan pada kejang umum, bisa menyuluruh pada organ tubuh, dapat berlangsung
bertahap maupun bersamaan. Terkadang kejang ini tak dapat dideteksi atau tersamar,
3. Bentuk kejang :
c. Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata
1. Kejang klonik, terdapat kontraksi otot secara ritmik. Ciri – ciri yang dapat
diperhatikan adalah:
gangguan kesadar
serebri
Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup
Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
2. Kejang tonik, dicirikan oleh peningkatan tonus arau kekakuan. Dapat terjadi
pada:
Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada
deserebasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk
dekortikasi
3. Kejang tonik – klonik, merupakan kumpulan gejala kejang tonik dan klonik.
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang
kejang.
bersangkutan.
3. Harus berhat-hati karena pada keadaan tertentu, kejang pada BBL dapat
perubahan aliran darah otak, edema cerebral dan asidosis laktat. Perubahan
magnetik.
trauma susunan saraf pusat yang dapat terjadi pada persalinan presentasi
metabolisme asam amino. Kejang dengan penyebab ini dapat terjadi 24-48 jam
pertama.
3. Kejang yang terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-10, dapat disebabkan adanya
infesi dari bakteri dan virus seperti TORCH dan Tetanus Neonatorum.
loncatan muatan listrik yang berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak
akibat masuknya natrium dan repolarisasi terjadi karena keluarnya kalium melalui
berasal dari ATP dan tergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya Natrium dan
masuknya Kalium.
Dalam keadaan norma, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na,
dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron lebih tinggi daripada di luar
sel, sedangkan konsentrasi Na+ di dalam sel lebih rendah daripada di luar sel. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial membran.
metabolisme basal meningkat 10 – 15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Jadi
pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui
membran, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
2.5.6 Manifestasi klinik kejang pada BBL
1. Tremor/gemetar
2. Hiperaktif
3. Kejang-kejang
2.5.7 Diagnosis
Penilaian untk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan
kelahiran.
a. Riwayat kehamilan
· Ibu menderita DM
b. Riwayat persalinan
· Persalinan presipitatus
· Gawat janin
c. Riwayat kelahiran
· Trauma lahir
· Lahir asfiksia
3. Penilaian kejang
b. Lama kejang.
c. Apakah pernah terjadi sebelumnya.
4. Pemeriksaan laboratorium
kalsium dan magnesium), darah tepi, punksi lumbal, punksi subdural, kultur
1. Anoksia susunan saraf pusat didapatkan gejala kejang yang disertai kebiruan
2. Perdarahan otak bila diperoleh kejang dengan riwayat trauma lahir pada kepala
bayi.
mikrosefali.
4. Sepsis yaitu kejang yang disertai pemeriksaan fisik perut buncit dan
hepatosplenomegali.
Penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin.
Tindakan yang dapat segera dilakukan adalah membuka semua pakaian yang ketat.
Kepala sebaiknya dimiringkan untuk menghindari aspirasi isi lambung. Bisa juga
dengan memberikan benda yang dapat digigit guna mencegah tergigitnya lidah atau
kompres dengan air kran atau alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas
(antipiretik). Obat anti kejang seperti diazepam dalam sediaan perectal dapat diberikan
sesuai dengan dosis. Dosis tergantung dari BB, BB <10kg diberikan 5mg dan BB
bagian atas, pemberian antibiotik yang tepat dapat mngobati infeksi tersebut.
a. Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-37ᴼC
b. Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,
c. Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to
d. Infus
g. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr
mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah,
Ø Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis
20 mg iv setiap 12 jam
10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi
pyridoxin 25-50 mg
dextrose 10%