Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pendidikan Kesehatan tentang Menejemen Nyeri dengan


Menggunakan Teknik Massase di Ruang Tunggu Rawat Inap Kemuning 3
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh

Kelompok I

Afifa Rachmani
Alia Ichabaria
Annisa Citrasari Dewi
Annisa Nuraisyah
Asti Hanifah
Dara Saputri
Dewi
Mohammad Abdul Z

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. IDENTITAS
1. Pokok bahasan : Menejemen Nyeri
2. Sub pokok bahasan :

a. Pengertian nyeri
b. Klasifikasi nyeri
c. Menejemen nyeri dengan farmakologi dan non farmakologi
d. Menejemen nyeri non farmakologis : teknik masase
3. Sasaran : Keluarga pasien rawat inap di ruang
kemuning 3 Rumah Sakit Hasan Sadikin
4. Hari/Tanggal : Rabu, 02 Januari 2019
5. Waktu : 1x30 menit (10.00 - 10.30)
6. Tempat : Ruang tunggu rawat inap Kemuning 3

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL


1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit,


diharapkan peserta penyuluhan mampu memahami tentang menejemen nyeri
non farmakologis : masase

2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan
dapat:
A. Menjelasakan kembali pengertian nyeri
B. Mejelasakan kembali klasifikasi nyeri
C. Menjelaskan kembali menejemen nyeri farmakologis dan non
farmakologis (minimal 2)
D. Menjelaskan kembali langkah – langkah teknik masase dan mampu
mempraktekan menejemen nyeri : masase (minimal 3)
III. METODE
Ceramah, diskusi, demontrasi dan tanya jawab
IV. MEDIA
1. PPT
2. Leaflet
3. Video
4. Minyak gosok
5. Setting kamar rawat inap
V. ISI MATERI (materi lengkap terlampir)
A. Pengertian nyeri
B. Klasifikasi nyeri
C. Menejemen nyeri farmakologis dan menejemen nyeri non
farmakologis
D. Menejemen nyeri non farmakologis : teknik masase
VI. PROSES PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Respon warga Media
1. 3 A. Pendahuluan PPT
menit 1) Memberi salam Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri Menyimak
3) Menyampaikan pokok Menyimak
bahasan
4) Menyampaikan tujuan Menyimak
5) Membuat kontrak waktu Menyetujui
kontrak waktu
yang dibuat
6) Menyamakan persepsi Menyimak
2. 20 B. Isi PPT,
menit 1) Menyampaikan materi Video,
tentang: Minyak
A. Pengertian nyeri Memperhatikan gosok,
B. Klasifikasi nyeri Memperhatikan setting
kamar
C. Menejemen nyeri Memperhatikan rawat
farmakologis dan non inap
farmakologis
D. Menejemen nyeri : Memperhatikan
teknik masase
E. Demontrasi Memperhatikan
F. diskusi Aktif bertanya
3. 7 C. Penutup Leflet,
menit 1) Evaluasi Menjawab dan PPT
pertanyaan
2) Kesimpulan dan Memperhatikan
membagikan leflet
3) Memberikan salam Menjawab salam
penutup

VI. SETTING TEMPAT


VII. STRUKTUR ORGANISASI

Pembawa Acara : Annisa Nuraisyah


Pemateri : Dewi & Dara
Operator : Afifa & Abdul
Dokumentasi : Asti & Namirotu
Logistik : Annisa Citrasari D & Alia

VIII. EVALUASI
Metode : Pertanyaan lisan
Butir soal : 5 soal
1. Jelaskan pengertian nyeri
2. Sebutkan klasifikasi/jenis nyeri
3. Sebutkan menejemen nyeri farmakologis dan menejemen nyeri non
farmakologis
4. Jelaskan 3 cara menejemen nyeri : teknik masase
Lampiran
Materi Penyuluhan

1. Pengertian
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri merupakan
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam
kejadian kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2007). Nyeri bersifat
subjektif dan sangat bersifat individual. Ada 4 atribut pasti untuk pengalaman
nyeri, yaitu nyeri bersifat individual, pengalaman yang tidak menyenagkan,
merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan
(Manuaba, 2008).

2. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu yang
singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6
bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak
pulih kembali (Prasetyo, 2010).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermitten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama dengan
intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan
(Potter & Perry, 2007).
3. Klasifikasi nyeri berdasarkan intensitas
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
seorang individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berberda (Andarmoyo, 2013). Skala intensitas nyeri dideskripsikan dengan
sederhana yaitu:

4. Penatalaksanaan pada manajemen nyeri ada dua yakni :


1. Manajemen nyeri farmakologi
Manajemen nyeri dengan tindakan farmakologi dengan cara memblokade
transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan
mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan :
a. Analgesik narkotik (morphin dan codein) merupakan obat yang paling
umum digunakan untuk mengatasi nyeri klien (long,1996).
b. Analgesik lokal bekerja dengan mengatasi konduksi saraf saat
diberikan langsung ke serabut saraf
c. Analgesik yang dikontrol klien merupakan sistem analgetik yang di
kontrol klien dengan sarana intravena
d. Obat – obatan nonstreoid
2. Manajamen nyeri non farmakologi
Tehnik non farmakologi salah satunya bisa dengan tehnik pijat yakni disini
salah satunya pijat tangan dan kaki
a. Tehnik non farmakologi dengan pijat tangan dan kaki pada nyeri pasca
operasi dengan diberikan untuk jangka waktu 20 menit setelah pre-test.
Pasca-tes dilakukan pada 30 menit dan 60 menit setelah intervensidi
pagi hari dan sore hari.
b. Tehnik non farmakologi Pijat kaki dilakukan apabila pasien memiliki
skala nyeri lebih dari 4, waktu yang dihabiskan dalam melakukan
intervensi pijat kaki adalah 20 menit, 10 menit untuk setiap kaki (
kanan dan kiri ). Kemudian, intensitas nyeri dievaluasi pada 5,30,60,90
dan 120 setelah pijat kaki dilakukan. setelah dilakukan pijat kaki,
tingkat kecemasan juga diukur setelah 120 menit pijat kaki
menggunakan state trait anxiety inteventory. selama intervensi
dilakukan, obat antiinflamasi nonsteorid diberikan untuk perawatan
pasca operasi, dan analgetik juga diberikan apabila perlu.
c. Tehnik non farmakologi pijat kaki dibagi dalam 2 kelompok reflek
yang pertama refeleks refleksologi yakni pada bagian kaki kanan 20
menit, 10 menit kaki kiri kecuali pada area parasimpatik dilakukan 2 x
seminggu dalam waktu 30 menit, kemudian yang kedua yakni refleks
pijak klasik sama 2x seminggu selama 5 minggu namun setiap kaki
juga dibantalan kaki yang dipijat hanya memerlukan masing – masing
10 menit. Tehnik klasik tersebut terdiri dari : effleurage (usapan
lembut,lambat dan panjang atau tidak putus – putus), pettissage
(meremas dengan menggunakan permukaan jari dan ibu jari), friction
(menggunakan ujung jari atau ibu jari dengan menggeruskan
melingkar), dan vibrasi (tehnik refleksi terakhir dengan menekan
bagian ujung terakhir dibagian – bagian otot. Pemijatan ini dilakukan
pada area tertentu seperti perut, ginjal, tulang belakang).Tehnik non
farmakologi ini betujuan untuk mengurangi gejala
EBP PAIN MANAGEMENT IN POSTOPERATIVE PATIENT
DI RUANG KEMUNING 3 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

Jurnal 1
Judul Effectiveness of foot and hand massage on postoperative
pain, anxiety and selected physiological parameters among
postoperative open heart surgery patients in cardiothoracic
intensive care units of selected hospitals of Mangaluru
Efektivitas pijat tangan dan kaki pada nyeri pasca
operasi,tingkat kecemasan dan dipilih parameter fisiologis
antara pasien operasi jantung terbuka pasca operasi di unit
perawatan intensif kardiotoraks
Nama junal International Journal of Applied Research 2018; 4(5): 461-
474
Penulis Jonita Wilma Rodrigues and Dr. Larissa Martha Sams
Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas pijat kaki pada nye pasca operasi dan
tingkat kecemasan pada pasien setelah operasi jantung
terbuka.
Populasi, Penelitian ini dilakukan di unitperawatan intensif dari 3
sampeldan teknik rumah sakit multispesialis yaitu Rumah Sakit AJdan Pusat
pengambilan Penelitian, Indiana Institute ilmu Jantung dan rumah sakit
sampel Omega, Mangaluru., 40 sampel yang telah menjalani operasi
jantungterbuka dan berada di unit perawatan intensif
kardiotoraks direkrut ke studi(20 di eksperimental dan 20
pada kelompok kontrol) teknik samplingpurposive
digunakan untuk memilih sampel.
Jenis penelitian Kuasi eksperimental
Intervensi Intervensidiberikan untuk jangka waktu 20 menit setelah
pre-test. Pasca-tes dilakukan pada 30 menit dan 60 menit
setelah intervensidi pagi hari dan sore hari pada 1, 2 dan 3
Hasil Ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-
test nyeri (F = 2,92, p <0,05) antara kelompok eksperimen
dan kontrol. Ada perbedaanyang signifikan dalam skor post-
test nyeri (post-test1, t = 2.81, post-test 2- t = 4,03), p <0,05
hari 1 malam (post-test 2, t = 3,84, p <0,05), hari 2 pagi
(post-test2, t = 5.14, p <0,05), hari 3 pagi, (post-test 1, t =
5,202, p <0,001), (pasca-test2, t = 2.18, p <0,05) dan hari 3
malam (post-test1, t = 5,68, post-test 2, t = 6,25,p <0,001).
perbedaan signifikan yang ditemukan di pre-test dan post-
test skor kecemasan (F = 2,92, p <0,05) pada kelompok
eksperimen dibandingkandengan kelompok kontrol. Ada
perbedaan yang signifikan dalam post-test 2 skor kecemasan
pada hari 2 (Pagi: t = 3,270, Evening: t = 2,825, p <0,001),
hari 3pagi (post-test 1, t = 2,466, p <0,05 ), (Post-test 2, t =
4,172, p <0,001) dan hari 3 malam (post-test 2, t = 4,987, p
<0,001) perbedaan .Juga signifikan dalam
skor kecemasan post-test pada hari 1 (pagi: pasca uji 2, t =
2,990, malam: posttest 2, t = 2,781, p <0,001), Hari 2 pagi
(posttest 2, t = 2.950, p <0,001)menggunakan enam butir
bentuk pendek dari persediaan kecemasan negara. Ada
perbedaan yang signifikan dalam post-test 2 skor laju
pernapasan padahari 2 pagi (t = 3,120, p <0,001), malam (t =
3,237, p <0,001) dan skor post-test2 pada hari 3 ( pagi: t =
3,159, p <0,001, malam: t = 2,598, p <0,05). Perbedaan
signifikan yang ditemukan di posttest 1 puluhan denyut
jantung pada hari 1 (pagi: t = 2,818, p <0,05, malam: t =
2,65, p <0,05) Tidak adaHubungan skor pre-test dari rasa
sakit, kecemasan dan dipilih parameter fisiologis dengan
variabel demografis. 172, p <0,001) dan hari 3 malam (post-
test 2, t= 4,987, p <0,001) perbedaan .Juga signifikan dalam
skor kecemasan post-test pada hari 1 (pagi: post-test 2, t =
2,990, malam : posttest 2, t = 2,781, p<0,001), Hari 2 pagi
(posttest 2, t = 2.950, p <0,001) menggunakan enam butir
bentuk pendek dari persediaan kecemasan negara. Ada
perbedaan yangsignifikan dalam post-test 2 skor laju
pernapasan pada hari 2 pagi (t = 3,120, p <0,001), malam (t
= 3,237, p <0,001) dan skor post-test2 pada hari 3 ( pagi: t
=3,159, p <0,001, malam: t = 2,598, p <0,05). perbedaan
signifikan yang ditemukan di posttest 1 puluhan denyut
jantung pada hari 1 (pagi: t = 2,818, p <0,05,malam: t =
2,65, p <0,05) Tidak ada hubungan skor pre-test dari rasa
sakit, kecemasan dan dipilih parameter fisiologis dengan
variabel demografis. 172, p
<0,001) dan hari 3 malam (post-test 2, t = 4,987, p <0,001)
perbedaan .Juga signifikan dalam skor kecemasan post-test
pada hari 1 (pagi: post-test 2, t = 2,990, malam : post
Kesimpulan Pijat kaki terbukti efektif untuk mengurangi rasa sakit pasca
operasi dan tingkat kecemasan untuk pasien yang menjalani
operasi jantung terbuka

Jurnal 2 :
Judul “The Effect of Foot Massage on PostoperativePain and
Anxiety Levels in LaparoscopicCholecystectomy Surgery: A
Randomized
Controlled Experimental Study “
Efek pijat kaki pada nyeri pasca bedah dan tingkat
kecemasan pada pembedahan laparoskopi kolesistektomi :
sebuah penelitian eksperimental
Nama junal Journal of PeriAnesthesia Nursing,2018
Penulis Kezban Koras¸, PhD, RN, Neziha Karabulut, PhD, RN
Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas pijat kaki pada nye pasca operasi dan
tingkat kecemasan pada pasien setelah operasi laparoskopi
koleksistektomi.
Populasi, Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dan perizinan
sampeldan teknik dari komisi etik universitas Mer Halisdemir dan rumah sakit.
pengambilan Populasi penelitian ini terdiri dari pasien yang menjalani
sampel kolesistektomi laparoskopi antara bulan Mei 2016 dan Maret
2017.
Sampel penelitian terdiri dari 170 pasien yang memenuhi
kriteria pengambilan sampel, sampel akan dibagi ke dalam
dua kelompok eksperimental dan control dimana masing-
masing kelompok terdiri dari 85 pasien.
Sebelumnya pasien dilakukan anamnesa terkait intensitas
nyeri yang dirasakan menggunakan VAS ( visual analog
scale ) dan kecemasan menggunakan states trait anxiety
inventory.
Kriteria untuk kelompok penelitian antara lain

1. pasien diterima untuk berpartisipasi dengan usia lebih dari 18


tahun, tidaak menderita sulit komunikasi atau kekurangan
mental,
2. telah diberikan anestesi umum, hipertensi yang terkontrol
3. memiliki rasa sakit lebih dari 4 sesuai dengan skala VAS
4. pasien harus yang tidak memiliki kondisi penyakit menular kaki
(zoster, jamur, eksim, verruca, atau kapalan).
Setelah intervensi bedah, pasien yang punya komplikasi
seperti perdarahan, mual parah, atau muntah, menerima
analgesik, atau memiliki setidaknya satu drain setelah
operasi dikeluarkan dari studi.
Selama proses pengumpulan data, tiga pasien dalam
kelompok dikeluarkan dari studi karena pendarahan pasca
bedah. oleh karena itu, studi selesai dengan 167 pasien 85
pasien dalam grup eksperimental dan pasien 82
Jenis penelitian A randomized controlled trial.
Intervensi Pasien pada kelompok eksperimental difasilitasi untuk
melengkapi data yang harus diisi seperti descriptive
characteristic, intensitas nyeri dan tingkat kecemasan
menggunakan instrumen yang digunakan yaitu VAS dan
state trait anxiety inventory.
Pijat kaki dilakukan apabila pasien memiliki skala nyeri
lebih dari 4.
Waktu yang dihabiskan dalam melakukan intervensi pijat
kaki adalah 20 menit, 10 menit untuk setiap kaki ( kanan dan
kiri ). Kemudian, intensitas nyeri dievaluasi pada 5,30,60,90
dn 120 setelah pijat kaki dilakukan. setelah dilakukan pijat
kaki, tingkat kecemasan juga diukur setelah 120 menit pijat
kaki menggunakan state trait anxiety inteventory. selama
intervensi dilakukan, obat antiinflamasi nonsteorid diberikan
untuk perawatan pasca operasi, dan analgetik juga diberikan
apabila perlu.
Pada pasien kelompok control, hanya mendapatkan
analgesik saja tanpa mendapatkan pijat kaki.
Hasil Perbandingan antara rata-rata nilai intensitas nyeri pada
kelompok setelah 5 menit dipijat tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan namun, intensitas nyeri pada 30,60,90 dan
120 menit pada grup eksperimental mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan grup control. perbedaan diantara
kedua grup cukup sginifikan dengan P value P<.05. rata-rata
nilai intensitas nyeri pasien pada grup eksperimen menurun
setiap waktu hingga menit ke 120.
Di sisi lain, 28.2% pasien dari grup experimental dan 91.5%
dari grup control telah diberikan analgetik pasca
pembedahan. kebutuhan akan analgetik pada pasien di grup
eksperimental yang mendapatkan intervensi pijat kaki lebih
rendah daripada grup control. Skor tingkat kecemasan pasien
setelah diberikan intervensi pijat kaki turun dari 49.74
menjadi 25.67, yang mana terlihat significant lebih rendah
dari rata-rata nilai pasien pada grup control. pada grup
control skor tingkat kecemasan post operasi yaitu 51.84
yang mana terlihat signifikan lebih tinggi dari pada grup
experiment.
Kesimpulan Pijat kaki terbukti efektif untuk mengurangi rasa sakit pasca
operasi dan tingkat kecemasan untuk pasien yang menjalani
operasi laparoskopi kolesistektomi.
Tingkat rasa sakit dan kecemasan pasca operasi menurun
pada 5, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah pijat kaki.

Jurnal 3 :
Judul Effects of foot massage applied 2 different methods on
symptom control in colorectal cancer patients: Randomized
control trial
Efektivitas pijat kaki diaplikasikan dengan 2 metode yang
berbeda dengan gejala kontrol di pasien kanker kolorectal.
Nama junal International Journal of Nursing Practice, 2016. e12532
Penulis Neşe Uysal RN PhD | Sevinç Kutlutürkan RN PhD | Işıl
Uğur MD
Tujuan penelitian Mengetahui efek dari metode pijat kaki dengan 2 metode
yang berbedayaitu : pijat kaki klasik dan refleksologi pada
gejala kontrol orang dengan kanker kolorektal yang
menerima kemoradioterapi (CRT).
Populasi, Populasi penelitian terdiri dari 75 peserta yang telah
sampeldan teknik diperiksa dengan kanker kolorektal dan menerima CRT di
pengambilan Departemen onkologi radiasi dari rumah sakit onkologi
sampel antara 16 Juni 2015dan 10 Februari 2016. Sampel terdiri dari
60 peserta dikarenakan 10 orang dikeluarkan dari proses
penelitian yaitu 4 orang tidak termasuk kedalam kriteria dan
6 orang tidak bersedia untuk diberikan pijat terapi.
Jenis penelitian Randomized control trial
Intervensi Peserta yang memenuhi kriteria inklusi dialokasikan secara
acak menjadi 3 kelompok sebelum jadwal perawatan CRT:
pijat klasik kelompok, kelompok refleksiologi, dan
kelompok kontrol. Untuk mengendalikan faktor-faktor
mempengaruhi kejadian, frekuensi, dan keparahan gejala,
kami mengkategorikanresponden dalam 3 kelompok
menurut jenis kelamin, usia, dan apakah mereka menjalani
operasi atau tidak.
Hasil Dari hasil : Nyeri terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasiil kelompok pijat kaki klasik, refleksologi dan kelompok
kontrol (yang tidak diberikan terapi apapun)
(minggu ke 1)
Grade 0
Refleksologi 11 (32.4%), pijat klasik 10 (29.4%) dan kontrol
13 (38.2%) 0.619 ‐
Grade 1+
Refleksologi 9 (34.6%), pijat klasik 10 (38.5%) dan kontrol
7 (26.9%)
(minggu ke 2) Grade 0
Refleksiologi 5 (21.7%), pijat klasik 9 (39.1%), dan kontrol
9 (39.1%) 0.327 ‐
Grade 1+
Refleksologi 15 (40.5%), pijat klasik 11(29.7%), dan kontrol
11 (29.7%)
(minggu ke 3)
Grade 0
Refleksologi 3 (37.5%), pijat klasik 3 (37.5%), dan kontrol 2
(25%) 0.866 ‐
Grade 1+
Refleksologi 17 (32.7%), pijat klasik 17 (32.7%), dan
kontrol 18 (34.6%)
(minggu ke 4)
Grade 0
Refleksologi 5 (62.5%), pijat klasik 3 (37.5%) dan kontrol 0.
0.004 0.002
Grade 1
Refleksologi 10 (38.4%), pijat klasik 9 (34.6%), dan kontrol
7 (27%)
Grade 2+
Refleksologi 5 (19.3%), pijat klasik 8 (30.7%), dan kontrol
13 (50%)

(minggu ke 5)
Grade 0
Refleksologi 6 (100%), pijat klasik 0, kontrol 0 .<0.001
<0.001
Grade 1
Refleksologi 9 (39.1%), pijat klasik 9 (39.1%), kontrol 5
(21.8%)
Grade 2+
Refleksologi 5 (16.2%), pijat klasik 11 (35.4%), kontrol 15
(43.4%)
Kesimpulan Studi ini mengevaluasi efektivitas 2 pijatan kaki yang
berbeda praktik menggunakan pengobatanpanjang,
kelompok kontrol, dan komparatif analisis. Ini adalah studi
pertama yang dilakukan dengan partisipasi pasien dengan
kanker kolorektal yang menerima CRT dan akan
berkontribusi literatur di bidang ini. Studi ini menunjukkan
bahwa perawat dapat meningkatkan tingkatkan pijatan dan
refleksologi ke dalam rutinitas perawatan bersama CRT
untuk mengurangi frekuensi dan tingkat gejala pasien dan
untuk meningkatkan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri , Ar Ruzz.


Yogyakarta

Koraş, K., & Karabulut, N. (2018). The Effect of Foot Massage on Postoperative
Pain and Anxiety Levels in Laparoscopic Cholecystectomy Surgery: A
Randomized Controlled Experimental Study. Journal of PeriAnesthesia
Nursing.

Potter, A. &Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep–


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Rodrigues, J. W., & Sams, L. M. (2018). Effectiveness of foot and hand massage
on postoperative pain, anxiety and selected physiological parameters among
postoperative open heart surgery patients in cardiothoracic intensive care
units of selected hospitals of Mangaluru. IJAR, 4(5), 461-474.

Uysal, N. Kutluturkan, S. dan Isil, U. (2016). Effects of foot massage applied 2


differentmethods onsymptom control in colorectal cancer patients:
Randomizedcontrol trial. Int J Nurs Pract. e12532

Anda mungkin juga menyukai