Anda di halaman 1dari 5

1. penjelasan dan perbedaan pendaftaran sistematis dan sporadik, untung dan kerugiannya.

PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
Pasal 1 (3)

Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah proses pemastian letak batas bidang-bidang tanah yang terletak
dalam satu atau beberapa desa/kelurahan atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah secara sistematik.

Pasal 1 (3)

Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak batas satu atau beberapa bidang
tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling
berbatasan atau terpencar-pencar dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
secara sporadik.

Perbedaan :

SITEMATIK SPORADIK
Serentak Sendiri
Dibiayai pemerintah Biaya pribadi
Lebih cepat mendapat data Lebih lama mendapat data
mengenai bidang – bidang tanah mengenai bidang – bidang tanah
yang akan di daftar yang akan di daftar
Lebih memerlukan waktu yang tidak memerlukan waktu yang
panjang dalam persiapan dan panjang dalam persiapan dan
pelaksanaannya pelaksanaannya
Semua objek pendaftaran Hanya satu atau beberapa objek
tanah didaftarkan pendaftaran tanah didaftarkan
Dilaksanakan atas permintaan Dilaksanakan atas permintaan pihak
dari pemerintah yang berkepentingan

2. urutan uu, maupun peraturan pelaksanaan pendaftaran tanah di indonesia

1. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945


“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat.”

Pembahasan :
Maksud bunyi dari ayat tersebut adalah, Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar
demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan kemakmuran
Seseorang saja. Sehingga dapat disimpulkan, secara tegas Pasal 33 UUD 1945 melarang adanya
penguasaan sumber daya alam ditangan Perorangan atau Pihak-pihak tertentu. Dengan kata lain
monopoli, oligopoli maupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dianggap
bertentangan dengan prinsip Pasal 33 UUD 1945.
Isi ayat pasal di atas bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk
di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah teritori NKRI berarti
dikuasai, diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga
pengelolanya untuk dipergunakan bagi memakmurkan atau mensejahterakan rakyat Indonesia
seluruhnya.
2. Undang – Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Pembahasan :

Tujuan Undang-undang Pokok Agraria.


Didalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk
perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan
makmur sebagai yang kita cita-citakan. Dalam pada itu hukum Agraria yang berlaku sekarang ini, yang
seharusnya merupakan salah satu alat yang penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur
tersebut, ternyata bahkan sebaliknya, dalam banyak hal justru merupakan penghambat dari pada
tercapainya cita-cita diatas. Hal itu disebabkan terutama:
a. karena hukum agraria yang berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-
sendi dari pemerintah jajahan, dan sebagian lainnya lagi dipengaruhi olehnya, hingga bertentangan
dengan kepentingan rakyat dan Negara didalam melaksanakan pembangunan semesta dalam rangka
menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini;
b. karena sebagai akibat dari politik-hukum pemerintah jajahan itu hukum agraria tersebut mempunyai
sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya peraturan-peraturan dari hukum-adat disamping peraturan-
peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum barat, hal mana selain menimbulkan pelbagai
masa'alah antar golongan yang serba sulit, juga tidak sesuai dengan cita-cita persatuan Bangsa;
c. karena bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum.
Berhubung dengan itu maka perlu adanya hukum agraria baru yang nasional, yang akan mengganti
hukum yang berlaku sekarang ini, yang tidak lagi bersifat dualisme, yang sederhana dan yang menjamin
kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air dan
ruang angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai pula dengan kepentingan rakyat dan
Negara serta memenuhi keperluannya, menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria. Lain dari
itu hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian, Negara dan cita-
cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan
Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-
undang Dasar dan Garis-garis besar dari pada haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus
1960.

3. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961


4. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997
PP no 10 tahun 1961 PP no 24 tahun 1997
Tidak dijelaskan definisi pendaftaran tanah. Pasal 1 ayat 1 PP No 24 tahun 1997 memberikan
definisi tentang Pendaftaran tanah sebagai
berikut “serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang–bidang tanah dan satuan–satuan rumah
susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
haknya bagi bidang–bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak–hak tertentu yang memberinya
penyelenggaraan pendaftaran tanah. Yang penyelenggaraan pendaftaran tanah dari
mana penyelenggaraannya itu sendiri desa/kelurahan demi desa/kelurahan. Tetapi
dilaksanakan desa demi desa (Pasal 1) dan lebih dilengkapi dengan penjelasan tentang
menteri agraria menetapkan saat mulai tanah Negara serta data fisik dan data yuridis
diselenggarakannya pendaftaran tanah tanah tersebut.
(Pasal 2)

5. Petunjuk Teknis (Juknis) No: 01/JUKNIS-400/XII/2016 TENTANG PERCEPATAN


PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP BIDANG YURIDIS
Pembahasan :
a. Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Hubungan Hukum Keagrariaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi, Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia dalam
melaksanakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap bidang yuridis;
b. Tujuan petunjuk teknis ini agar terdapat standarisasi dan keseragaman dalam melaksanakan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap bidang yuridis.

3.
 Manfaat titik kontrol geodesi bagi perceptan penyelesaian pendaftaran tanah

 Manfaat peta pendaftaran tanah bagi percepatan penyelesaian pendaftaran tanah


Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan satu bidang tanah atau lebih yang batas-batasnya telah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah.
fungsinya sebagai pembukuan bidang-bidang tanah dan mencegah terjadinya pendaftaran ganda, maka peta
pendaftaran harus digunakan sebagai peta yang berkembang (tumbuh/ up-to date). Dengan demikian setiap
perubahan, penambahan bidang-bidang tanah yang tercakup pada suatu lembar peta pendaftaran harus
digambar pada peta tersebut

4. 3 aspek dalam pertanahan

1. Aspek Hukum, yaitu kelembagaan yang mengurusi masalah keperdataan tentang tanah. Dan lembaga yang mengurusi
hukum perdata pertanahan ini yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional).

2. Aspek Tata Ruang, yaitu kelembagaan yang menangani masalah penataan ruang bagi pembangunan dan tata kota ataupun
desa. Masalah tata ruang ini diatur pada Keputusan Presiden No.10 tahun 2003, ada 9 kewenangan di dalamnya, dan pihak
yang menangani tata ruang ini yaitu Pemerintah Daerah.

3. Aspek Pajak, yaitu kelembagaan yang berperan dalam mengurusi pajak bagi pertanahan, diantaranya yaitu pajak bumi dan
bangunan. Aspek ini merupakan aspek yang memberikan pemasukan bagi Negara. Pada aspek ini lembaga yang berperan
yaitu Departemen Keuangan.
5. penjelasan secara umum mengenai bpn, tingkat pusat, kanwil, dan kantah

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor
Pertanahan di kabupaten/kota. Kantor Pertanahan dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan di tiap
kabupaten/kota.

7. ringkasan buku story of java


Buku ini dibagi dalam 8 bab, yang membahas mengenai geografi, asal-usul penduduk, pertanian,
industri,perdagangan, karakter penduduk, kebudayaan, dan bahasa. Dalam jilid 2 bahkan terdapat apendix yang
berisi kamus Jawa-Inggris dan uraian singkat mengenai Sulawesi dan Maluku.

Bab pertama menguraikan keadaan alam pulau Jawa, antara lain tentang sungai, gunung, hutan dan lmengelilinginy
serta tidak adanya danau yang cukup besar.

Bab kedua menguraikan tentang penduduk. Jumlah penduduk pulau Jawa pada tahun 1815 adalah sekitar 4,5 juta
orang, sedangkan penduduk Jakarta dan sekitarnya berjumlah 332 ribu. Penyebaran penduduk tidak merata, karena
sering terjadi perpindahan penduduk ke bagian lain pulau apabila di suatu tempat kebijakan pemerintah kolonial
Belanda menekan penduduk asli. Menurut Raffles hal yang mendorong tingginya pertumbuhan penduduk adalah :

1. Tanah yang subur dan kehidupan pertanian yang baik

2. Persyaratan untuk menikah sedikit dan sangat mudah, karena untuk mempertahankan kehidupan subsisten
(pemenuhan kebutuhan dasar) dapat dilakukan dengan mudah disebabkan kebutuhan yang sangat sederhana dan
anak-anak menjadi beban orang tua dalam waktu sangat pendek, karena segera dapat membantu di sawah atau
ladang. Hal lain yang mendukung adalah kematangan yang dini, adat dan iklim yang ramah.

3. Biaya membesarkan anak sangat murah karena tidak ada biaya untuk pendidikan atau jika ada sangat sedikit,
sedangkan pakaian atau rumah sangat sederhana, disebabkan umumnya anak-anak umur 1,5 tahun s.d 7 tahun tidak
mengenakan pakaian.

4. Perempuan umumnya menikah muda (13-14 tahun) dan melahirkan sejak menikah sampai dengan setengah baya,
sedangkan laki-laki menikah sebelum usia 20 tahun.

5. Karakter penduduk yang tenang sehingga jarang terjadi pertumpahan darah.

6. Praktek poligami pada kalangan atas.

7. Imigrasi orang-orang Cina.

Bab 3 menguraikan tentang pentingnya bidang pertanian di Jawa. Tanah pertanian di Jawa hanya meliputi 1/8 dari
luas pulau, namun bidang pertanian merupakan kegiatan 90% penduduk dan beras yang dihasilkan dapat diekspor ke
Sumatera,Kalimantan,Maluku serta daerah jajahan Belanda lainnya di seluruh dunia dan menghasilkan 500 ribu
Poundsterling per tahun bagi pemerintah Belanda.

Bab 4 menguraikan tentang industri yang terdapat di pulau Jawa, yang meliputi kerajinan tangan, batu bata, kain
katun, tali, besi, pembuatan kapal, kertas, garam, mesiu, pengangkutan hasil hutan berupa kayu, dan perikanan.

Bab 5 adalah tentang perdagangan. Diterangkan mengenai keuntungan dari lokasi pulau Jawa dalam bidang
perdagangan, perdagangan oleh penduduk asli, pengaruh pedagang Cina, ekspor impor, peraturan perdagangan yang
ditetapkan oleh Belanda, perdagangan Jepang, dan sebab kemunduran penduduk asli.

Bab 6 menguraikan tentang watak penduduk Jawa, antara lain dengan membandingkannya dengan suku Sunda dan
penjelasan rinci mengenai karakter penduduk yang dibagi berdasarkan golongan/ kelasnya.

Bab 7 menguraikan mengenai kebudayaan Jawa, yang meliputi adat istiadat keraton, upacara-upacara penting
kelahiran dan pernikahan, seni budaya, pertandingan, dan lain-lain.
Bab 8 berisi penjelasan mengenai bahasa, dibandingkan dengan bahasa yang digunakan di kepulauan sekitar Jawa,
pengaruh kebudayaan Hindu dan bahasa Arab terhadap bahasa dan sastra Jawa, dan bidang-bidang seni lainnya.

Bab 9 adalah tentang agama di pulau Jawa.

Bab 10 dan 11 mengenai sejarah Jawa sejak awal sampai dengan kedatangan Inggris pada tahun 1811.

8. pajak tanah pada history of java

Menurut Raffles, hal ini disebabkan tidak adanya hak kepemilikan atas tanah yang diciptakan oleh hukum dan
dilindungi oleh pemerintah, karena seluruh tanah dianggap milik penguasa (raja/kerajaan). Dengan demikian, selain
petani dikenakan pajak atas tanah sebesar 20%-40% dari hasil pertanian, tanah mereka juga sewaktu-waktu dapat
diambil. Petani hanya memiliki kepastian memiliki tanahnya selama dua kali masa tanam, setelah itu tanahnya dapat
dikerjakan oleh orang lain dan ia mengerjakan tanah lain pula; tanah tersebut dapat pula sewaktu-waktu diambil
oleh kerajaan untuk diberikan kepada penguasa setempat atau keluarganya. Selanjutnya, pajak hasil pertanian
tersebut akan dipungut oleh setiap penguasa dari tingkat terbawah sampai seluruh tingkat di atasnya, karena hampir
tidak ada sumber perekonomian lain selain pertanian.

Anda mungkin juga menyukai