Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Lembaga Yudikatif

Lembaga yudikatif adalah lembaga negara yang tugas utamanya sebagai pengawal,
pengawas, dan pemantau proses berjalannya UUD, dan juga pengawasan hukum di sebuah
negara.

Di kabupaten atau kota, fungsi lembaga yudikatif ini dijalankan oleh pengadilan
negeri dan kejaksaan negeri.

Contoh Yudikatif Tingka Kabupaten/Kota

A. Kejaksaan Negeri

Kejaksaan Negeri adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukan di ibukota kabupaten


/ kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan kabupaten/kota.

Kejaksaan Agung, kejaksaan tinggi (berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah


hukumnya meliputi wilayah provinsi), dan kejaksaan negeri merupakan kekuasaan negara
khususnya di bidang penuntutan, di mana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang
tidak dapat dipisahkan.

Kejaksaan negeri dipimpin oleh kepala kejaksaan negeri, yang mengendalikan


pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya.

Kejaksaan negeri dibentuk dengan keputusan presiden atas usul Jaksa Agung. Dalam
hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri dapat dibentuk cabang kejaksaan negeri, yang
dibentuk dengan keputusan Jaksa Agung.

DOKTRIN KEJAKSAAN

TRI KRAMA ADHYAKSA

1. SATYA Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama manusia.
2. ADHI Kesempurnaan dalam bertugas dan berunsur utama pada rasa tanggung jawab
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keluarga dan sesama manusia.
3. WICAKSANA Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku, khususnya dalam
penerapan kekuasaan dan kewenangannya.

TUGAS & WEWENANG KEJAKSAAN RI

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 30, 31, 32, 33 dan 34 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia, tugas dan wewenang Kejaksaan Ri sebagai berikut :
Pasal 30

1. Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :


 Melakukan penuntutan;
 Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana, pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
 Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut meyelenggarakan


kegiatan:
 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
 Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
 Pengawasan peredaran barang cetakan;
 Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
 Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
 Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Pasal 31
Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di
rumah sakit, tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan
tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkab oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang
lain, lingkungan, atau dirinya sendiri
Pasal 32
Di samping tugas dan wewenang tersebut dalam Undang-Undang ini, kejaksaan dapat
diserahi tugas dan wewenag lain berdasarkan undang-undang.
Pasal 33
Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, kejaksaan membina hubungan kerja sama
dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainya
Pasal 34
Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi
pemerintah lainnya.
Sebagai pelaksanaan atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, disebutkan :
Pasal 46
Kejaksaan Negeri dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri yang mengendalikan
pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya.
Pasal 47
Dalam mengendalikan pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, Kepala Kejaksaan Negeri dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu
pimpinan dan unsur pelaksana.
Selanjutnya tugas dan wewenang Kejaksaan RI tersebut diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, bahwa tugas, wewenang serta fungsi dari Kejaksaan
Negeri sebagai berikut :

Pasal 591

1. Kejaksaan Negeri adalah Kejaksaan di Ibukota Kabupaten atau Kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten atau Kota;
2. Kepala Kejaksaan Negeri dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa unsur
pembantu pimpinan dan unsur pelaksana.

Pasal 592 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 591, Kejaksaan
Negeri menyelenggarakan fungsi :

1. perumusan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis berupa pemberian bimbingan


dan pembinaan serta pemberian perizinan sesuai dengan tugasnya;
2. pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen,
administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
3. pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun
represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, pelaksanaan intelijen yustisial di
bidang ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan,
pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta
tindakan hukum dan tugas-tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, menegakan
kewibawaan pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan perturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
4. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan
jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim karena tidak mampu
berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain,
lingkungan atau dirinya sendiri;
5. pemberian pertimbangan hukum kepada lembaga negara, instansi pemerintah,
BUMN, BUMD di daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan, penyusunan
peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
6. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan baik di dalam
maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas.

Kemudian upaya pemberantasan tindak pidana yang ditempuh oleh Kejaksaan Negeri
Sengkang dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur, yaitu :
1. “ Penal ” : lewat jalur hukum, yaitu lebih menitikberatkan kepada sifat “ repressive ”
(pemberantasan / penumpasan ), sesudah kejahatan terjadi dengan menggunakan alat
“ perangkat hukum pidana ” ( pemidanaan );

2. Non-penal” : lewat jalur bukan hukum, yaitu lebih menitikberatkan pada


sifat“preventive” (pencegahan/pengendalian), sebelum kejahatan terjadi, sasarannya
adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan.

Kebijakan Penal adalah cara-cara penggunaan kekuatan sarana hukum pidana ( Sistem
Peradilan Pidana ) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kebijaksanaan
politik yang mengacu pada dua aspek filosofis, yaitu (1) menghukum pelaku kejahatan,
dan (2) melindungi masyarakat dari bahaya kejahatan. Dan dalam melakukan penegakan
hukum untuk dapat memberikan rasa keadilan, maka kami berusaha memahami benar-
benar spirit hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan hukum harus ditegakkan dan
juga perasaan hukum yang bersifat spontan dari rakyat (legal feeling).

B. Pengadilan negri

Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di


lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Daerah hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan
Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), Hakim
Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.

Tugas Pengadilan Negri

Pengadilan Negeri Sangatta merupakan lingkungan peradilan umum tingkat pertama


di bawah Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda yang menjadi kawal depan
(Voorj post) Mahkamah Agung Republik Indonesia, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan Hukum dan Keadilan.
Pengadilan Negeri Sangatta sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, bertugas dan berwenang
menerima, memeriksa, memutus perkara yang masuk di tingkat pertama.

Fungsi Pengadilan Negri

Adapun fungsi dari Pengadilan Negeri Sangatta antara lain:

 Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan


menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan dalam tingkat
pertama.
 Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis
yudicial, administrasi peradilan, maupun administrasi perencanaan/teknologi
informasi, umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.
 Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas
dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/
Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan
seksama dan sewajarnya dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan
serta pembangunan.
 Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada
instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta.
 Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan
persidangan), dan administrasi umum (perencanaan/ teknologi informasi/pelaporan,
kepegawaian /organisasi/ tatalaksanan ,dan keuangan / umum/perlengakapan).
 Fungsi Lainnya, antara lain melaksanakan Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan
riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi
masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang
diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 1-144/KMA/SK/I/2011
tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan sebagai pengganti Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang
Keterbukaan Informasi di Pengadilan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_negeri

https://id.wikipedia.org/wiki/Kejaksaan_negeri

http://www.kejari-sengkang.go.id/p/doktrin-tugas-dan-wewenang-kejaksaan-ri.html

Anda mungkin juga menyukai