Anda di halaman 1dari 18

MATERI INTI 6

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

I. DESKRIPSI SINGKAT
Permasalahan limbah medis tidak hanya seputar pengelolaan limbahnya
saja tetapi juga harus memperhatikan sistem monitoring dan evaluasi dari
pengelolaan limbah medis ini. Untuk mengetahui kinerja pengelolaan limbah
medis di perlukan sistem pelaporan, yang menguraikan data dan informasi
penyelenggaraan pengelolaan limbah medis.

pemantauan pengelolaan limbah medis ini bertujuan untuk memantau


berbagai indikator operasional untuk menjaga agar sistem tetap berjalan secara
berkelanjutan, mengetahui penggunaan sumber daya dan guna memudahkan
pencegahan dini (early warning) bila ditemukan gejala kegagalan sistem. Selain
itu, sistem monitoring ini juga akan memantau output kegiatan berupa kinerja
pengelolaan limbah medis, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun
kualitatif. Kondisi data hasil pemantauan ini perlu dilakukan evaluasi sehingga
dapat diukur efektifitas dan efisiensi yang dihasilkan.

Selain itu adanya kewajiban bagi Fasyankes untuk melaporkan hasil


pemantauan dalam sistem pelaporan kepada pimpinan Fasyankes dan
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu melakukan pemantauan
pengelolaan limbah medis

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pengisian instrumen pemantauan
2. Melakukan pemeriksaan sampel harian
3. Melakukan pengiriman sampel bulanan
4. Melakukan evaluasi limbah medis
5. Melakukan pelaporan

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
A. Pokok Bahasan 1 : Instrumen Pemantauan
a. Pengertian
b. Jenis – Jenis Instrumen
c. Penyusunan Instrumen
d. Cara Pengisian

B. Pokok Bahasan 2 : Pemeriksaan Sampel Harian


a. Jenis Sampel
b. Parameter Pemeriksaan
c. Cara Pengambilan Sampel
d. Cara Pemeriksaan Sampel
C. Pokok Bahasan 3 : Pemeriksaan Sampel Bulanan
a. Jenis
b. Parameter Pemeriksaan
c. Cara Pengambilan
d. Cara Pengiriman

D. Pokok Bahasan 4 : Evaluasi Limbah Medis


a. Evaluasi Limbah Padat
 Analisa Hasil Pemantauan Pengelolaan Limbah Padat
 Penilaian Hasil Evaluasi
 Tindak Lanjut
b. Evaluasi Limbah Cair
 Analisa Hasil Pemantauan Pengelolaan Limbah Cair
 Penilaian Hasil Evaluasi
 Tindak Lanjut

E. Pokok Bahasan 5 : Pelaporan


a. Mekanisme
b. Pengisian Format Pelaporan Melalui E – Monev

IV. METODE
 Ceramah Tanya jawab (CTJ).
 Latihan (PB 1, 4, 5)
 Simulasi (PB 2,3)

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Bahan Tayang, Modul, Laptop, LCD, ATK, Botol Sampel, Cool box, APD, DO
Meter, Sanitarian Kit, Alkohol 70%, Tissue, Latihan, Panduan Simulasi, Panduan
Bahan Tayang (Slide Power Point), LCD Proyektor, Komputer, Flipchart, Spidol,
Metaplan, Modul.

VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 6 jam pelajaran
(T=2, P=4, dan PL=0) @ 45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran
dan meningkatkan partisipasi seluruh peserta, dilakukan langkah – langkah
kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan I : Penjelasan (10 menit)


1. Fasilitator memperkenalkan diri dengan peserta dan bina suasana.
2. Fasilitator menggali harapan peserta dan materi yang ingin dicapai.
3. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran umum, khusus, dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan materi pemantauan pengelolaan limbah
medis.
4. Fasilitator menguraikan secara singkat pokok bahasan yang akan dibahas
dan kaitannya dengan peran peserta.

Kegiatan II : Ceramah dan Tanya Jawab (60 menit)


Fasilitator menjelaskan tentang Pemantauan pengelolaan limbah medis di
Fasyankes (5 pokok bahasan). Evaluasi untuk Penaatan regulasi,
kecenderungan, kritis (UKL/UPL)
Kegiatan III : Latihan (180 menit)
1. Fasilitator memberikan penugasan individu kepada peserta dalam bentuk
form yang harus diisi dan mempresentasikan hasilnya. Form yang wajib diisi
adalah form pelaporan pengelolaan limbah B3 fasyankes dari Kemenkes.

2. Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok dan memberikan


penugasan pemeriksaan swapantau harian, yaitu debit dan pH.

3. Pemeriksaan bulanan limbah cair yang meliputi 8 parameter: pH, TSS,


amoniak, BOD, COD, mikrobiologi, minyak dan lemak, debit

4. Evaluasi
Penaatan regulasi, kecenderungan, titik kritis

5. Pelaporan :

- Pelaporan internal
- Pelaporan eksternal
- Pelaporan penaatan regulasi

Kegiatan IV : Rangkuman (20 menit)

1. Peserta diminta untuk memberikan umpan balik / merefleksikan proses


pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum seluruh penyajian dengan pencapaian tujuan


pembelajaran khusus.

VII. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1 : Instrumen Pemantauan


a. Pengertian :

b. Jenis – Jenis Instrumen :


1) Lembar Izin Lingkungan
2) Lembar Swapantau harian limbah cair
3) Lembar Pengendalian Pencemaran Air
4) Lembar Badan Air
5) Lembar Neraca Limbah B3
6) Lembar PLB3
7) Lembar Evaluasi PLB3

c. Penyusunan Instrumen
1) Lembar Izin Lingkungan
 Format Pengesahan Dokumen
 Format Pelaporan
2) Lembar Swapantau harian limbah cair
3) Lembar Pengendalian Pencemaran Air
 Titik Penaatan dan Izin
 Parameter Pelaporan Baku Mutu
 Ketentuan Teknis
 Penurunan Beban Pencemaran
 Baku Mutu Beban Pencemaran
 Beban Pencemaran Aktual
4) Lembar Badan Air
 Titik Pemantauan
 Parameter Pelaporan Baku Mutu
5) Lembar Neraca Limbah B3
 Format neraca LB3
6) Lembar PLB3
 Profil Perusahaan
 Self Assessment PLB3
7) Lembar Evaluasi PLB3
 Checklist TPS
 Checklist Pihak ketiga

d. Cara Pengisian
 Akan diberikan dalam bentuk soft copy dan sudah dibuat cell otomatis

B. Pokok Bahasan 2 : Pemeriksaan Sampel Harian


a. Jenis Sampel :
1) Sample Outlet air limbah

b. Parameter Pemeriksaan
1) Debit, pH

c. Cara Pengambilan Sampel


1) Persiapan wadah
2) Persiapan alat uji (kertas lakmus untuk ukur pH)
3) Gunakan APD
4) Mengambil dari keran outlet air limbah dalam ember kecil

d. Cara Pemeriksaan Sampel


1) Sediakan air limbah dalam wadah ember
2) Mencatat Debit air dari indikator alat setiap hari pada jam yang sama
3) Uji pH dengan kertas lakmus : (1) Ambil air sampel yang mau di ukur
pHnya (2) Ambil kertas pH 1 lembar (3) Masukkan kertas kedalam air
hingga 5 (lima) menit, (4) Cocokkan dengan neraca pada wadah kertas
pengukur tersebut. Dan lihat mana nilai atau warna yang lebih cocok
dengan Indikator pH tersebut.
4) Tulis hasil yang ada pada lembaran swapantau yang sudah dibuat
5) Lakukan uji setiap hari.

F. Pokok Bahasan 3 : Pemeriksaan Sampel Bulanan


a. Jenis :
1) Sample Inlet dan Outlet air limbah
2) Meteran Air
3) Neraca Air Bersih

b. Parameter Pemeriksaan
1) pH, COD, BOD, TSS, Minyak & Lemak, Amoniak, Mikrobiologi, Debit

c. Cara Pengambilan Sampel


1) Persiapan wadah jerigen 2 liter dan botol steril
2) Gunakan APD
3) Ambil air wadah dikocok dulu supaya homogen

d. Cara Pemeriksaan Sampel


1) Membuat Surat Pengantar ke DLH setempat
2) Menyediakan cooler box dan es batu / Ice Pack

G. Pokok Bahasan 4 : Evaluasi Limbah Medis


a. Evaluasi Limbah Padat
 Analisa Hasil Pemantauan Pengelolaan Limbah Padat
1) Analisa pelaksanaan semua tahapan pengelolaan limbah B3 padat
dari kegiatan fasyankes
2) Analisa pelaksanaan semua tahapan pengelolaan limbah padat
domestik
 Penilaian Hasil Evaluasi
1) Kesesuaian tahapan pengelolaan yang dilaksanakan dengan SOP
yang sudah disusun
2) Adanya gap antara pelaksanaan dan kondisi yang diharapkan
3) Adanya masalah tumpukan limbah yang belum diolah
 Tindak Lanjut

b. Evaluasi Limbah Cair


 Analisa Hasil Pemantauan Pengelolaan Limbah Cair
 Penilaian Hasil Evaluasi
 Tindak Lanjut

H. Pokok Bahasan 5 : Pelaporan


c. Mekanisme
Mekanisme pelaporan pengelolaan limbah medis di Fasyankes dibagi 2
yaitu :
a. Pelaporan internal Fasyankes
Laporan internal ditujukan kepada pimpinan rumah sakit untuk tujuan
memberikan informasi tentang kinerja pelaksanaan pengelolaan limbah
medis, dengan harapan dapat memberikan pertimbangan bagi pimpinan
untuk menentukan tindakan / action atau kebijakan lebih lanjut.
Pelaporan ini dilakukan minimal setiap 1 kali / bulan.

b. Pelaporan eksternal
Laporan eksternal hasil kegiatan pengelolaan limbah medis di rumah
sakit disusun guna memenuhi kewajiban dan ketentuan terkait instansi
pemerintah yaitu :
 Memenuhi laporan rutin, yang ditujukan kepada KLH, Dinas LH /
BPLHD, Dinas Kesehatan per 3 bulan.
 Memenuhi ketentuan dalam kewajiban laporan Implementasi RKL
RPL / UKL-UPL rumah sakit per 6 bulan.

Contoh Pembuatan pelaporan ini akan diberikan saat pelatihan


berlangsung.

d. Pengisian Format Pelaporan Melalui E – Monev


Pengisian format pelaporan melalui sistem elektronik (e-monev)
merupakan pelaporan eksternal yang perlu dilakukan secara rutin. Ada
beberapa sistem pelaporan berbasis elektronik yang terkait dengan
pengelolaan limbah B3 :
 Sistem pelaporan elektronik SIRAJA
Sistem pelaporan elektronik SIRAJA merupakan sistem pelaporan
yang dibuat oleh KLHK dengan tujuan untuk mengetahui timbulan dan
pengelolaan limbah dari seluruh usaha/kegiatan yang menghasilkan
limbah B3.
………………
 Sistem pelaporan elektronik limbah medis fasyankes
Sistem pelaporan elektronik limbah medis fasyankes merupakan
sistem pelaporan yang dibuat oleh Kemenkes dengan tujuan untuk
mengetahui pengelolaan limbah B3 dari kegiatan fasyankes.
…………………….

VIII. REFERENSI

IX. LAMPIRAN

Penugasan Latihan,

1. Pengertian kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan limbah medis

a. Kegiatan monitoring adalah sistem pengawasan yang dilakukan


secara periodik terhadap berbagai aspek kegiatan pengelolaan
limbah medis guna mengetahui kondisi pelaksanaan dan hasil kerja
guna mengetahui secara dini berbagai masalah yang dihadapi agar
efesien dan efektif dalam pengambilan langkah pemecahannya

b. Kegiatan evaluasi adalah kegiatan pengukuran terhadap kinerja


pengelolaan limbah medis untuk mengetahui aspek kecenderungan,
titik kritis dan pentaatan pengelolaan medis terhadap ketentuan yang
berlaku

c. Kegiatan pelaporan adalah kegiatan penyusunan hasil monitoring


dan hasil evaluasi untuk memberikan informasi terkait dengan
pengelolaan limbah

2. Tujuan dan kegunaan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan


limbah medis

Tujuan Monitoring pengelolaan limbah medis di rumah sakit adalah :


a. Untuk mengetahui pentaatan pelaksanaan pengelolaan terhadap
prosedur tetap
b. Untuk mengetahui data keluaran (output) kegiatan pengelolaan
limbah medis di rumah sakit
c. Untuk mengetahui penggunaan sumber daya pengelolaan limbah
medis di rumah sakit
d. Untuk mengetahui kinerja operasional dan pemeliharaan fasilitas
pengelolaan limbah medis

Tujuan evaluasi pengelolaan limbah medis di rumah sakit adalah :

- Untuk mengetahui kinerja pentaatan prosedur, data kegiatan dan


penggunaan sumber daua dalam pengelolaan limbah medis rumah
sakit

- Menganalisis efektifitas dan efisiensi pelaksanaan teknis, dan


administratif dalam pengelolaan limbah medis rumah sakit

Tujuan Pelaporan pengelolaan limbah medis di rumah sakit adalah :

Untuk memberikan data dan informasi pengelolaan limbah medis


rumah sakit

Untuk memenuhi ketentuan sesuai dengan peraturan perundangan


yang berlaku

- Kegiatan monitoring limbah medis

3.1. Lingkup dan data yang dimonitor

Lingkup data yang dimonitor dalam penyelenggaraan pengelolaan


limbah medis non insinerasi di rumah sakit meliputi data yang bisa
diperoleh dalam tahapan pengelolaan : (1). Tahap minimisasi, (2).
Tahap pengemasan, (3).Pewadahan, pengangkutan, (4). Tahap
penampungan sementara, (5). Tahap pengolahan dengan otoiklaf
dan (6). Tahap perlakuan paska pengolahan.

Sedang data yang dimonitor dalam pengelolaan limbah medis ini


sesungguhnya cukupbanyak, namun dapat di ringkas sebagai
berikut :

- Kesesuaian pemilahan berdasarkan jenis limbah medis dan


jenis limbah infeksius

- Tingkat ketepatan pembuangan limbah medis pada tong


sampah/tempat sampah berdasarkan jenis limbah medis dan
limbah infeksius di ruangan sumber

- Jumlah limbah medis yang dihasilkan (Kg/bulan)

- Jumlah limbah infeksius yang siap di reuse/recycling (Kg/bulan)


- Satuan timbulan limbah medis dan limbah infeksius
(Kg/TT/hari)

- Satuan timbulan limbah medis yang siap di reuse/recycling


(Kg/TT/hari)
- Jumlah kantong plastik sampah yang digunakan (kg/bulan)
atau (lembar/bulan)

- Jumlah safety box limbah spuit/benda tajam yang digunakan


(kg/bulan) atau (lembar/bulan)
- Suhu proses otoklaf (oC)

10. Waktu tinggal /proses limbah (menit)

11. Tekanan otoklaf (bar)

12. Hasil uji laboratorium mikrobiologi limbah medis sebelum dan


setelah proses pengolahan otoklaf, limbah cair pasca proses
otoklaf

13. Dan lain-lain

3.2. Metode Monitoring

Untuk melaksanakan kegiatan monitoring, maka metode yang


digunakan untuk memperoleh data baik primer maupun sekunder
adalah sbb :

Metode monitoring data primer :

- Pengukuran dengan alat ukur / instrumen

- Uji laboratorium

- Pencatatan kondisi, kasus penanganan limbah medis

Metode monitoring data sekunder :

- Pengumpulan data laporan aspek-aspek terkait

- Studi pustaka/referensi/laporan kajian

Hasil kegiatan monitoring tersebut, perlu dilakukan dokumentasi.


Sebelum dilakukan dokumentasi, maka data-data hasil monitoring
yang dihasilkan disajikan dalam bentuk :

4. Narasi (singkat, padat dan jelas)

5. Tabel

6. Grafik
7. Foto-foto dll

3.3. Instrumen / peralatan monitoring

Instrumen monitoring :

Alat ukur (timbangan, jam/stopwatch dll)

Check list / form

Neraca limbah dan logbook limbah B3 (untuk kepentingan


PROPER)

Alat laboratorium lingkungan (thermometer, kertas indikator dll)

• Kegiatan evaluasi limbah medis

4.1. Manfaat evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk:

5. Memudahkan identifikasi penaatan rumah sakit terhadap


peraturan lingkungan hidup seperti standar-standar terkait
limbah medis,
6. Mendorong rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja
pengelolaan dan pemantauan limbah medis sebagai upaya
perbaikan secara menerus (continual improvement),

6. Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan


limbah medis rumah sakit , sehingga memudahkan instansi luar
yang melakukan pengendalian dampak lingkungan dalam
penyelesaian permasalahan limbah medis dan perencanaan
pengelolaan limbah medis dalam skala yang lebih besar,

7. Mengetahui kinerja pengelolaan limbah medis oleh rumah sakit


untuk program penilaian peringkat kinerja pengelolaan
lingkungan.

4.2. Metode evaluasi

Data hasil monitoring perlu dilakukan agar data menjadi informasi


guna menjadi acuan dalam pelakukan/menyusun tindakan/kebijakan
baru dalam pengelolaan limbah medis. Untuk mengevaluasi
penyelenggaraan pengelolaan limbah medis di rumah sakit, maka
metode evaluasi yang digunakan adalah :

a. Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan standar


prosedur operasional (SPO) yang ditetapkan

Metode ini dilakukan dengan survey/pengamatan lapangan


dilengkapi dengan check list penanganan yang sesuai standar.
Lakukan perbandingan, dan isi check list kemudian apabila
ditemukan penyimpangan dilapangan, tuliskan bentuk
penyimpangan dan penyebabnya serta tentukan rekomendasi
pemecahannya dalam form check list tersebut. Aspek
pelaksanaan penanganan limbah medis yang dievaluasi
kesesuaianya terhadap prosedur tetap adalah sebagai berikut :
Tahap pelaksanaan minimisasi

Tahap pelaksanaan pemilahan limbah

Tahap pengemasan, pewadahan dan pengangkutan limbah

Tahap pengolahan dan pemusnahan limbah

b. Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan baku


mutu

Baku mutu digunakan untuk mengukur pentaatan terkait dengan


limbah yang dihasilkan dari kegiatan pengelolaan limbah medis
di rumah sakit. Apabila pengolahan limbah medis dengan
insinerasi, maka baku mutu digunakan untuk membandingkan
kualitas emisi gas buang, sedang apabila menggunakan metode
non insinerasi, maka baku mutu dapat digunakan terhadap
kualitas limbah cair pasca pengolahan, misalnya limbah cair dari
penggunaan otoklaf.

Ukuran evaluasi adalah apabila angka uji laboratorium melebihi


baku mutu, maka dinilai belum layak dibuang kelingkungan dan
sebaliknya.

b. Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan


spesifikasi dan manual/prosedur kerja

Dalam pengolahan limbah medis non insinerasi, evaluasi ini


biasanya diterapkan untuk mengevaluasi proses kerja alat
otoklaf. Produk otoklaf biasanya mengeluarkan spesifikasi dan
manual kerja. Standar yang tercantum inilah yang dijadikan
acuan dalam mengevaluasi kerja proses alat. Aspek yang
dievaluasi untuk mengukur kesesuaian proses kerja otoklaf
adalah :

Suhu proses (suhu stabil) – (oC)


Waktu kontak / tinggal proses (menit)

Tekanan (Bar)

dll

c. Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan variabel


lain terkait
Evaluasi ini diterapkan untuk mengetahui keterkaitan variabel
pengolahan limbah medis dengan variabel lain terkait.
Tujuannya untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan
(kondisi tidak normal) antara variabel-variabel terkait, misalnya
jumlah bed, bed occupancy rate (BOR), jumlah pasien rawat
jalan dll.

Untuk menyusun analisis terhadap data kualitatif dan kuantitatif


hasil kegiatan monitoring, maka muatan analisis dimaksud, meliputi
:

c. Analisis kecenderungan (trend)

Analisis untuk melihat trend/kecenderungan kenaikan dan


penurunan data dari waktu-ke waktu (time series data), guna
cepat dilakukan tindakan dini (early warning) apabila terjadi
penyimpangan pelaksanaan penanganan limbah medis di
rumah sakit.

a. Analisis titik kritis (Critical point)

Analisis apabila terjadi penyimpangan data (data tidak


normal/data error) dari kegiatan monitoring dilapangan. Analisis
ini juga digunakan untuk menemukan titik kegiatan yang bisa
menimbulkan kegagalan sistem apabila tidak dilaksanakan atau
terjadi penyimpangan. Misalnya, apabila suhu proses (stabil)
pada otoklaf di bawah 120oC, maka akan terjadi kegagalan
pencapaian tujuan desunfeksi/sterilisasi limbah medis.

a. Analisis pentaatan (compliance)

Analisis ini untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan


penaganan limbah medis di rumah sakit telah memenuhi aspek-
aspek sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4.3. Data yang di Evaluasi

Data yang perlu dievaluasi dalam penanganan limbah medis non


insinerasi di rumah sakit meliputi :

Tingkat kesesuaian pemilahan berdasarakan jenis limbah


medis dan jenis limbah infeksius
Tingkat ketepatan pembuangan limbah medis pada tong
sampah/tempat sampah berdasarkan jenis limbah medis dan
limbah infeksius di ruangan sumber
Keterkaitan fluktuasi volume timbulan limbah medis (Kg/hari)
dengan fluktuasi Bed Occupancy Rate/BOR (%)
Keterkaitan fluktuasi volume timbulan limbah medis (Kg/hari)
dengan fluktuasi angka kunjungan pasien rawat jalan

Keterkaitan volume timbulan limbah medis (Kg/hari) dengan


jam operasional alat otoklaf (Jam/hari)
Nilai satuan timbulan limbah medis per tempat tidur (Kg
limbah/TT/hari)

Nilai satuan timbulan limbah medis yang di resue/ recycling per


tempat tidur (Kg limbah/TT/hari)
Dll.

1) Kegiatan pelaporan limbah medis

5.1. Mekanisme dan urgensi pelaporan

Mekanisme pelaporan pengelolaan limbah medis non insinerasi


dirumah sakit dibagi atas : (1). Pelaporan internal rumah sakit dan
(2). Pelaporan eksternal.

Laporan internal ditujukan kepada pimpinan rumah sakit untuk


tujuan memberikan informasi tentang kinerja pelaksanaan
pengelolaan limbah medis don insinerasi, dengan harapan dapat
memberikan pertimbangan bagi pimpinan untuk menentukan
tindakan/action atau kebijakan lebih lanjut. Pelaporan ini dilakukan
minimal setiap 1 kali/bulan

Sedang pelaporan eksternal hasil kegiatan pengelolaan limbah


medis non insinerasi di rumah sakit disusun guna memenuhi
kewajiban dan ketentuan terkait instansi luar sbb :

2. Memenuhi laporan rutin, yang ditujukan kepada KLH, Dinas


LH/BPLHD, Dinas Kesehatan
3. Memenuhi ketentuan dalam kewajiban laporan Implementasi
RKL RPL / UKL-UPL rumah sakit
4. Memenuhi Program Penilaian Peringkat Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) rumah sakit
Pelaporan eksternal diatas, dapat dilakukan minimal 1 kali/3 bulan.

5.2. Sistematika Laporan

Untuk menyusn laporan kegiatan pengelolaan limbah medis rumah


sakait, maka pokok-pokok isi laporan meliputi hal-hal sebagai berikut :

4. Hasil data (data pencatatan, hasil uji laboratorium dll)

Penyajian data dapat berbentuk tabel, grafik, logbook, gambar/foto


dll)
5. Analisis data
Uraian analisis :

– kecenderungan,

– titik kritis dan

– pentaatan

6. Kesimpulan

7. Rekomendasi

VII. REFERENSI

5. World Health Organization,(2005) : Pengelolaan Aman Limbah


Layanan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
6. Kementerian Kesehatan RI, (2011) : Pedoman Pengelolaan Limbah
Medis Padat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat
Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta.
7. Kementerian Kesehatan RI, (2001) : Pedoman Sanitasi Rumah Sakit
Di Indonesia, Jakarta.
8. Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 ttg “ Tata Cara & Persyaratan Teknik
Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3”

9. Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 ttg “Dokumen Limbah B3”.

10. Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara Penimbunan Hasil


Pengolahan Limbah B3.
11. Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan RS
Pokok Bahasan I Perkenalan

1. Mengenal Diri Sendiri


Manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial memiliki potensi diri
sebagai modal dalam berinteraksi. Pencapaian tujuan pelatihan, dimana
waktu kegiatannya yang berlangsung singkat kegiatannya perlu disikapi
secara cermat oleh peserta latih. Disinilah peran aktif fasilitator / widyaiswara
untuk memandu peserta latih mampu mengenal diri sendiri. Mengenal diri
sendiri dengan sifat bawaan positif / negatifnya sehingga dapat mengelola
secara optimal segala potensinya. Berbagai modalitas dalam pembelajaran
yakni tipe visual, auditorik, kinestik dapat disampaikan secara singkat oleh
fasilitator / widyaiswara untuk membantu peseta latih mengenal kembali
dirinya sendiri. Mengenali gaya belajar akan membantu mengefektifkan
pencapaian hasil belajar. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengenali
gaya atau cara – cara belajar, namun dari hasilnya mereka sepakat bahwa
gaya belajar seseorang umumnya ada 2 (dua) kategori utama, yaitu :
1. Bagaimana kita bisa menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan
2. Bagaimana cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi
otak).
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur dan mengolah informasi. Jika seseorang akrab dengan
gaya belajarnya sendiri, ia dapat mengambil langkah – langkah penting untuk
membantu dirinya belajar lebih cepat dan lebih mudah, dan juga dengan
memahami cara belajar orang lain, seperti atasan, rekan, guru, siswa /
peserta, suami / istri, orang tua dan anak – anak akan dapat membantu kita
memperkuat hubungan dengan mereka.
Bobbi De Porter dalam bukunya “Quantum Learning” (1999) mengemukakan
ada tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang, yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik.
Dibawah ini beberapa karakteristik masing – masing modalitas.

1. Visual (belajar dengan cara memilih)


a. Mencorat – coret tanpa arti ketika berbicara di telepon
b. Berbicara dengan cepat
c. Rapi dan teratur
d. Lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasannya
e. Mengingat apa yang dilihat dari pada apa yang didengar
f. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “YA” atau “Tidak”
Selain itu, banyak ciri – ciri perilaku lain yang merupakan petunjuk
kecenderungan belajar Anda. Ciri – ciri berikut ini akan membantu Anda
menyesuaikan dengan modalitas belajar Anda yang terbaik antara lain yaitu
teliti terhadap detail, mementingkan penampilan, misalnya dalam hal
berpakaian, pengeja yang baik dan dapat melihat kata – kata yang
sebenarnya dalam pikiran mereka, biasanya tidak terganggu dengan
keributan, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali
jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya,
pembaca cepat dan tekun, lebih suka dibaca daripada dibacakan.

2. Auditorial (Belajar dengan cara mendengar)


b. Berbicara kepada diri sendiri pada saat bekerja
c. Mudah terganggu oleh keributan
d. Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
e. Merasa kesulitan dalam menulis tapi hebat dalam berbicara.
f. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara
g. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan
panjang lebar.
Selain itu banyak ciri – ciri perilaku lain yang merupakan petunjuk
kecenderungan belajar Anda, seperti berbicara dalam irama terpola,
biasanya pembicara yang fasih, belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, mempunyai
masalah dengan pekerjaan – pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti
memotong bagian – bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih suka gurau
lisan daripada membaca komik.

3. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


a. Berbicara dengan perlahan
b. Menanggapi perhatian fisik
c. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
d. Berdiri dengan orang ketika berbicara
e. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
2. Mengenal Orang lain
Manusia hidup berkelompok dan membentuk komunitasnya. Manusia
hidup saling memerlukan dan saling tergantung satu sama lain. agar manusia
diterima dengan baik oleh kelompoknya, maka ia harus menjadi manusia yang
berguna, yang menyenangkan dan dapat diajak bekerjasama. Kerjasama
yang efektif dan kelompok yang sinergis akan terbentuk kalau masing –
masing anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Saling memahami
apa kelebihan kelebihan yang dimiliki dan apa kekurangan – kekurangan
anggota kelompok. Kelompok ini akan sinergis, kalau di antara masing –
masing anggota kelompok dapat menerima anggota kelompok lainnya dengan
segala kelebihan dan segala kekurangan serta patuh untuk melaksanakan
sesuatu sesuai dengan kemampuan – kemampuan yang ada.
Kelompok akan efektif bahkan sinergis kalau diantara masing – masing
anggotanya ada saling mempercayai satu dengan lainnya (trust). Memiliki
sikap keterbukaan (opennes), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility)
dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya
(interdependency). Ini akan dapat dicapai kalau sesama anggota kelompok
saling mengenal dengan baik.
Kegiatan perkenalan dapat dilaksanakan melalui permainan selama 5
menit, peserta saling berkenalan dengan sebanyak – banyaknya antar peserta
latih. Peserta yang dapat mengenal paling terbanyak dan paling sedikit
menyampaikan di kelas. Apabila ada yang belum disampaikan di kelas maka
memperkenalkan diri di kelas.
Kegiatan pencairan kelas merupakan langkah penting sebagai upaya
untuk membangun komitmen belajar. Kelas yang sudah cair akan
berpengaruh besar terhadap kelancaran proses pelatihan sehingga tujuan
sesuai kurikulum dapat tercapai. Pencairan (bina suasana) ini untuk
mengurangi kebekuan psychis antar warga belajar, sehingga suasana familiar
dapat dicapai. Dengan bina suasana ini dimaksudkan untuk menciptakan
suasana aman dan penuh kepercayaan diantara peserta dan widyaiswara.
Dengan merasa senang, bebas dari tekanan fisik maupun mental emosional,
memungkinkan peserta belajar lebih efektif dan menyerap serta mengingat
sejumlah besar materi dengan baik. Mengapa demikian? Karena dalam
keadaan seperti ini, peserta bisa memanfaatkan potensinya secara optimal.
Kuncinya adalah membangun ikatan emosional dengan menciptakan
kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala
macam ancaman. Oleh karena itu, bina suasana atau pencairan kelas adalah
sesuatu yang mutlak diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara
efektif.
Untuk memudahkan bina suasana bisa menggunakan game pilihan
sesuai kondisi. Sebagai contoh game berhitung kelipatan 5, yaitu:
1. Peserta bersama membentuk lingkaran besar, dan berjalan berbaris dalam
lingkaran tsb.
2. Fasilitator / widyaiswara menghentikan perjalan lingkaran dan memulai
menunjuk awal dari peserta untuk berhitung 1 – `akhir yakni saat peserta
yang mendapatkan urutan kelipatan lima ( 5, 10,15, dst) tidak menyebut-
kan angkanya tapi disepakati menyebutkan istilah yang berhubungan
dengan pelatihan pengolahan pengolahan limbah medis bagi SDM di
Fasyankes.
3. Apabila peserta tersebut dari kelipatan lima tidak mampu menyebutkan,
maka diberi sanksi untuk mengenalkan diri sendiri dan rekan peserta
pelatihan yang berada disamping kanan dan kiri.
4. Kegiatan di ulang s.d suasana mencair (15 menit).

`Pokok Bahasan 3 dan 4 Perumusan Harapan – Harapan Dan Norma


Kelas Dalam Pembelajaran
Kegiatan pelatihan yang terbatas oleh waktu, tentunya setiap peserta
memiliki harapan yang akan dicapai selama proses pembelajaran. Dalam sesi
membangun komitmen harapan peserta digali untuk menjadi koridor dalam
pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam menentukan harapan harus
realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk mencapainya besar.
Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Harapan juga harus
menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya, dan bukan
sesuatu yang diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses pelatihan
pengolahan limbah cair domestik di Fasyankes.
Adanya kerjasama antar peserta latih diperlukan nilai yang dispeakati,
dipatuhi dan dihormati bersama yang akan menajdi norma selama
pembelajaran. Norma merupakan aturan yang perlu ditaati, dan semua
anggota kelompok harus patuh terhadap norma tersebut. Sesuai filosofi
pelatihan yakni andragogy, kegiatan perumusan harapan dan norma dapat
melalui metode diskusi / kerja kelompok. Peserta latih dibagi menjadi 5-6
kelompok untuk merumuskan harapan dan norma, selanjutnya di sajikan di
kelas. Dari hasil sajian tiap kelompok dilakukan telaah untuk musyawarah
mufakat didapatkan harapan dan norma kelas bersama yang akan disepakati
bersama selama pelatihan pengolahan limbah cair domestik di fasyankes.

Pokok Bahasan 5 Kontrol Kolektif Dalam Pelaksanaan Norma Kelas


Kontrol kolektif merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara
agar kesepakatan terhadap norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam
bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma tidak ditaati atau
dilanggar. Kegiatan ini dipandu oleh Fasilitator ataupun pengurus organisasi
kelas. Perumusan melalui brainstorming bersama di kelas dituliskan dalam
flipchart, antara lain tentang komitmen waktu, penggunaan mobile phone dan
hal lain yang disepakati dalam norma tersebut. Hasil dari Flipchart ditempel di
dinding untuk bisa dilihat bersama.

Pokok Bahasan 6 Pembentukan Organisasi Kelas

Untuk memperlancar proses pembelajaran diperlukan organisasi


pengurus kelas yang akan menjadi penghubung antara peserta dengan panitia
penyelenggara, maupun fasilitator. Pembentukan pengurus kelas dapat
melalui penunjukan formatur ataupun musaywarah mufakat ataupun pada
akhir sesi, fasilitator dapat menugaskan salah seorang peserta yang dianggap
mempunyai kompetensi berdasarkan hasil pengamatan dalam pelaksanaan
simulasi/kegiatan pembelajar untuk memimpin pembentukan pengurus kelas.
Terbentuknya pengorganisasian diantara peserta pelatihan untuk
memperlancar proses pembelajaran selama pelatihan berlangsung. Seluruh
peserta bermusyawarah untuk menunjuk ketua kelas/lurah, sekretaris dan
bendahara disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

X. REFERENSI
NN (2015) Modul membangun Komitmen Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan
Fungsional Penggerak Swadaya masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

NN (2012) Modul MP1 Membangun Komitmen Belajar Pelatihan Sanitasi Tanggap


Darurat, Bapelkes Cikarang, BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

XI. LAMPIRAN

Penugasan Latihan,

Anda mungkin juga menyukai