Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERATURAN PANGAN

"Standar Nasional Indonesia (SNI)"

Kelompok 7
Disusun Oleh :
Nugroho Intan Saputra 201510210311110
Naimatul Husniah 201510210311111
Danil Prayuda Putra 201510210311112
Usnul Mawati 201510210311113

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah kita panjatkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga dapat memperoleh waktu sehingga kita dapat menulis makalah ini untuk
memenuhi tugas tugas dari mata kuliah peraturan pangan.
Penulisan makalah ini diharapkan tidak hanya untuk memenuhi tugas semata,
tetapi semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat membantu penulis dan pembaca
didalam menghadapi segala permasalahan dan menambah pengetahuan serta
memperluas wawasan mengenai peraturan pangan yang berhubungan dengan
“Standar Nasional Indonesia”. Harapannya makalah ini dapat memberikan
pemahaman dalam segi dan aspek yang berhubungan dengan perlindungan
konsumen didalam menciptakan aspek usaha yang disajikan oleh penulis didalam
menulis makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kriteria penulisan makalah yang baik dan masih belum sepenuhnya sempurna, maka
dari itu penulis menghimbau kepada pembaca untuk lebih memahami dan
memaklumi berbagai pembahasan yang di tulis serta kata kata yang kurang sesuai
didalam penulisan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan setiap
penulisan ini agar penulis kedepanya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi
untuk kedepannya.

Malang, 01 Maret 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang. ................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah. ............................................................................................ 5
1.1. Tujuan................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
3.1. Pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI)............................................... 6
3.2. Tujuan Standar Nasional Indonesia ................................................................ 7
3.3. Pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI) ................................................. 9
3.4. Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) ............................................... 9
3.5. Hambatan utama yang dihadapi produsen dalam penerapan SNI wajib. 10
3.6. Sanksi bagi mereka yang terbukti melanggar regulasi SNI secara wajib. ...
...................................................................................................................... 11
3.7. Contoh penerapan produk yang telah melakukan Standar Nasional
Indonesia .......................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan keinginan bagi setiap pemilik
perusahaan dan juga karyawannya. Kemajuan sebuah perusahaan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal baik internal maupun eksternal. Salah satu hal yang sangat
berpengaruh bagi kemajuan sebuah perusahaan adalah kualitas produk yang
dihasilkan.. Konsumen memiliki peran penting dalam penilaian mutu produk yang
dihasilkan sebuah perusahaan. Jika produk memiliki kualitas yang tinggi dan
berhasil memenuhi kebutuhan konsumen, maka perusahaan berhasil meraih citra
yang baik di mata konsumen. Selain itu mutu produk yang dihasilkan juga sangat
menentukan daya saing sebuah perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Pada era
global perkembangan teknologi dan informasi membuat persaingan perusahaan
yang bergerak di bidang yang sama semakin pesat. Untuk menyiasati hal ini,
perusahaan dituntut untuk terus memperhatikan kualitas produknya. Hal ini
bertujuan agar perusahaan tidak hanya dapat bersaing pada tingkat lokal dan global,
namun juga internasional.
Jika sebuah perusahaan tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang
tinggi, hal ini tidak hanya akan berdampak pada konsumen namun juga akan
berdampak pada perusahaan. Beberapa dampak yang timbul pada konsumen adalah
seperti ketidakpuasan, kekecewaan, bahkan masalah kesehatan dapat terjadi jika
perusahaan tersebut memproduksi makanan dan minuman. Jika hal ini terjadi pada
konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan kepercayaan
konsumen pada perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi perusahaan terlebih dahulu
harus memahami definisi mutu. Salah satu hal yang harus diketahui perusahaan
dalam pengendalian mutu produk adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan
sebagai penetapan-penetapan norma dan aturan mutu produk yang ditetapkan
bersama dengan tujuan menghasilkan produk dengan mutu yang dapat
dideskripsikan dan diukur dengan perolehan mutu yang seragam.

4
1.2. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Indonesia?
2. Apa tujuan dari Standar Nasional Indonesia?
3. Bagaimana pedoman Standar Nasional Indonesia?
4. Bagimana penerapan Standar Nasional Indonesia?
5. Bagaimana hambatan pada pelaksanaan Standar Nasional Indonesia?
6. Bagaimana sanksi jika tidak melakukan Standar Nasional Indonesia?
7. Bagaimana contoh penerapan dari Standar Nasional Indonesia?
1.1. Tujuan.
1. Untuk mengetahui tentang Standar Nasional Indonesia.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Standar Nasional Indonesia.
3. Untuk mengetahui pedoman Standar Nasional Indonesia.
4. Untuk mengetahui penerapan Standar Nasional Indonesia
5. Untuk mengetahui hambatan pada pelaksanaan Standar Nasional Indonesia.
6. Untuk mengetahui sanksi jika tidak melakukan Standar Nasional Indonesia.
7. Untuk mengetahui contoh penerapan dari Standar Nasional Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI)


Berdasarkan BSN 2006-2009 Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI)
adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI
dirumuskan oleh Komite Teknis dan ditetapkan oleh BSN. Agar SNI
memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI
dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:

1. Openess (keterbukaan)
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency (transparansi)
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti
perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai
ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua
informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI;
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak)
Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
4. Effectiveness and relevance
Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
5. Coherence
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan
pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan
memperlancar perdagangan internasional; dan
6. Development dimension (berdimensi pembangunan)
Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan
kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian
nasional.

6
Agar semua norma pengembangan standar dapat diterapkan secara baik,
maka BSN melakukan :
 Penguatan fungsi Manajemen Teknis Pengembangan Standar (MTPS)
adalah lembaga non-struktural yang merupakan unsur fungsi BSN sebagai
National Standard Body dan mempunyai tugas memberikan pertimbangan
dan saran kepada Kepala BSN dalam rangka menetapkan kebijakan untuk
memperlancar pengelolaan kegiatan pengembangan SNI.
 Penguatan posisi Masyarakat Standarisasi Indonesia (MASTAN)
merupakan organisasi non- pemerintah yang diperlukan untuk memberikan
wadah dan saluran yang seluas mungkin bagi stakeholder untuk
berpartisipasi dalam berbagai proses standarisasi .Dalam proses
pengembangan SNI, khususnya dalam pelaksanaan tahap jajak pendapat dan
tahap persetujuan RSNI. agar partisipasi dan pelaksanaan konsensus pihak
berkepentingan dapat semakin luas.

2.2. Tujuan Standar Nasional Indonesia


Menurut Ibid, BSN telah menetapkan standar bagi suatu barang dan/atau jasa
yang mempunyai suatu tujuan. Tujuan standardisasi tersebut adalah:
1. Kesesuaian untuk penggunaan tertentu (fitness for purpose)
Kemampuan proses, produk atau jasa untuk memenuhi kegunaan yang
ditetapkan dalam kondisi spesifik tertentu.
2. Mampu tukar (interchangeability)
Kesesuaian bahwa suatu produk, proses atau jasa dapat digunakan untuk
mengganti dan memenuhi persyaratan relevan disebut mampu tukar. Melalui
penetapan standar proses, produk atau jasa dapat saling dipertukarkan. Contoh:
bilah pisau cukur (silet) dari merek berbeda dapat digunakan di alat cukur yang
sama.
3. Pengendalian keanekaragaman (variety reduction)
Salah satu tujuan pengendalian keanekaragaman adalah untuk menentukan
jumlah ukuran optimum, grade, komposisi, “rating”, dan cara kerja (practices)
untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

7
4. Kompatibilitas (compatibility)
Tujuan dari kompatibilitas adalah kesesuaian proses, produk atau jasa untuk
digunakan secara bersamaan dengan kondisi spesifik untuk memenuhi
persyaratan relevan, tanpa menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan.
Contoh: pemrosesan data elektronik, informasi harus dalam bentuk kode untuk
penyimpanan, transmisi dan retrival dalam bentuk pulsa elektronik. Agar kode
tadi pada setiap saat dikenali oleh berbagai jenis piranti, kode harus
distandardisasi.
5. Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik
Salah satu fungsi penting dari standar adalah untuk memperlancar komunikasi
antara produsen dan pemakai/konsumen dengan memspesifikasi subjek yang
ada dan memberikan kepercayaan bahwa produk yang dipesan memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam standar. Dalam standar
nasional/internasional telah ditetapkan berbagai lambang dan dengan demikian
kesimpangsiuran akibat perbedaan bahasa dapat ditiadakan, setidaknya
dikurangi.
6. Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
Standardisasi produk untuk menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan
bagi pemakainya. Contoh: sabuk pengaman, helm, sarung tangan karet,
penetapan batas keamanan penggunaan bahan zat warna atau bahan pengawet
dalam pangan, penetapan persyaratan isolasi listrik pada peralatan listrik rumah
tangga, desain setrika listrik harus sedemikian rupa sehingga pengguna bebas
dari kejutan listrik dan sebagainya.
7. Pelestarian lingkungan
Pelestarian lingkungan kini merupakan tujuan penting standardisasi: dengan
fokus pada perlindungan alam dari kerusakan yang mungkin timbul. Contoh:
pencemaran akibat produksi oleh industri, penggunaan material yang sulit
mengalami pelapukan contohnya plastik.
8. Menjamin kepentingan konsumen dan masyarakat
Konsumen kini sangat kritis terhadap masalah keawetan, kehandalan,
konsumsi energi, ketahanan terhadap bahaya kebakaran dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti ini dipersyaratkan dalam suatu standar dan informasi mengenai

8
hal ini dapat dicantumkan pada label dan merupakan hasil pengujian suatu
laboratorium yang telah diakreditasi.
9. Mengurangi hambatan perdagangan
Dalam masa globalisasi ini masyarakat internasional berusaha keras untuk
mengurangi hambatan perdagangan yang dilakukan oleh negara tertentu untuk
membatasi akses pasar terhadap masuknya produk negara lain misalnya dengan
menetapkan bea masuk atau menetapkan standar secara sepihak. Standar
mencegah adanya hambatan perdagangan non-tarif melalui harmonisasi
persyaratan (standar yang sama setidaknya setara dan membatasi standar yang
berbeda), sedemikian sehingga memungkinkan terjadi kompetisi sehat.
Pembeli atau konsumen yakin bahwa level mutu suatu produk, proses atau jasa
yang telah diproduksi atau tersedia sesuai dengan standar yang diakui.
2.3. Pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI)
Berdasarkan BSN sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi dalam
bidang standardisasi berkewajiban menyusun pedoman yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan standardisasi. Pedoman standardisasi terbagi dalam 2
kategori, yaitu:
 Pedoman Standardisasi Nasional (PSN), yang merupakan pedoman yang
sifatnya digunakan untuk memandu kegiatan standardisasi di tingkat nasional.
 Pedoman Badan Standardisasi Nasional (PBSN), yaitu pedoman yang
digunakan di lingkup BSN dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang
standardisasi.
2.4. Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Menurut catatan BSN, penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela. Dengan
demikian untuk menjamin keberterimaan dan pemanfaatan SNI secara luas,
penerapan norma - keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan, transparan dan
tidak memihak, serta selaras dengan perkembangan standar internasional -
merupakan faktor yang sangat penting.
Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara,
perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib.

9
Pemberlakuan SNI wajib dilakukan melalui penerbitan regulasi teknis oleh
instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meregulasi kegiatan dan
peredaran produk (regulator). Dalam hal ini, kegiatan dan produk yang tidak
memenuhi ketentuan SNI menjadi terlarang.
Dengan demikian pemberlakuan sni wajib perlu dilakukan secara berhati-hati
untuk menghindarkan sejumlah dampak sebagai berikut:
 Menghambat persaingan yang sehat;
 Menghambat inovasi; dan
 Menghambat perkembangan UKM.
Cara yang paling baik adalah membatasi penerapan SNI wajib bagi kegiatan
atau produk yang memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi, sehingga pengaturan
kegiatan dan peredaran produk mutlak diperlukan
Pemberlakuan SNI wajib perlu didukung oleh pengawasan pasar, baik
pengawasan pra-pasar untuk menetapkan kegiatan atau produk yang telah
memenuhi ketentuan SNI wajib tersebut maupun pengawasan pasca-pasar untuk
mengawasi dan mengkoreksi kegiatan atau produk yang belum memenuhi
ketentuan SNI itu. Apabila fungsi penilaian kesesuaian terhadap SNI yang bersifat
sukarela merupakan pengakuan, maka bagi SNI yang bersifat wajib penilaian
kesesuaian merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua pihak
yang terkait. Dengan demikian penilaian kesesuaian berfungsi sebagai bagian dari
pengawasan pra-pasar yang dilakukan oleh regulator.
Untuk menghindarkan terjadinya hambatan perdagangan internasional atau
regional dengan pemberlakuan regulasi teknis berkaitan dengan penerapan secara
wajib sesuatu standar, maka telah diterbitkan Agreement on Technical Barrier to
Trade (TBT) dan Agreement on Sanitary and Phyto Sanitary Measures (SPS) oleh
WTO. Indonesia telah menyepakati perjanjian WTO ini dan perlu menerapkan
Good Regulatory Practice.
2.5. Hambatan utama yang dihadapi produsen dalam penerapan SNI wajib.
Menurut catatan Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011 bahwa hambatan
utama yang dihadapi produsen dalam penerapan SNI wajib antara lain keterbatasan
sumber daya manusia, kesulitan untuk mengkalibrasikan peralatan laboratorium

10
maupun produksi, adanya distorsi produk sub-standar dipasar, biaya sertifikasi yang
relatif mahal, dan kepedulian konsumen terhadap standar yang masih kurang.
2.6. Sanksi bagi mereka yang terbukti melanggar regulasi SNI secara wajib.
Selama ini, para pelanggar regulasi SNI secara wajib hanya dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, denda administratif, penutupan usaha
sementara, pembekuan izin usaha industri, dan/atau pencabutan izin usaha industri.
Dengan Undang-Undang Perindustrian yang baru saja disahkan pada desember
2013, Pemerintah Indonesia akan menerapkan sanksi lebih tegas bagi setiap
penyalahgunaan aturan SNI wajib dengan ancaman dipidana penjara.
Dalam UU Perindustrian yang baru Pasal 120 tertuang tentang adanya sanksi
pidana bagi pihak yang melakukan pelanggaran.
Menurut UU ini, para pelanggar yang diancam pidana tak hanya mereka yang
dengan sengaja melakukan tindak kejahatan tersebut, tetapi juga bagi mereka yang
terbukti bersikap lalai atau tidak sengaja.
Pertama, setiap orang yang dengan sengaja memproduksi, mengedarkan
barang, jasa industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, pedoman tata
cara yang diberlakukan secara wajib di bidang industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasar 53 ayat (1) huruf b, dipidana paling lama lima tahun dan denda paling
banyak Rp 3 miliar.
Kedua, setiap orang yang karena kelalaiannnya memproduksi, mengimpor,
mengedarkan barang, jasa industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknik,
pedoman tata cara yang diberlakukan secara wajib di bidang industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b, dipidana penjara paling lama tiga tahun
dan denda paling banyak Rp 1 miliar.
Selanjutnya, pasal 53 ayat 1 huruf b yang dimaksud adalah setiap orang
dilarang memproduksi, mengimpor, dan/atau mengedarkan barang dan/atau jasa
industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara
yang diberlakukan secara wajib.
2.7. Contoh penerapan produk yang telah melakukan Standar Nasional
Indonesia
1. Berdasarkan Penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya oleh Dedy Nur
Midayanto, Sudarminto Setyo Yuwono, yaitu meneliti tentang, Penentuan

11
atribut mutu tekstur tahu untuk direkomendasikan sebagai syarat tambahan
dalam standar nasional Indonesia. Dengan Abstrak sebagai berikut :
Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok
kedelai.SNI merupakan satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. Semua produk yang beredar di Indonesia diharapkan sesuai dengan
SNI, termasuk produk pangan. Dalam SNI tahu, terdapat sifat-sifat tahu seperti
sifat fisik, kimia dan mikrobiologi. Salah satu dari sifat fisik tahu adalah
tekstur. Dalam SNI, tekstur tidak dideskripsikan dengan jelas. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tekstur tahu yang disukai oleh
masyarakat dan mengetahui kandungan air di dalam tahu yang kemudian
diusulkan sebagai tambahan dalam SNI. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan survei. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengulangan
sebanyak tiga kali. Nilai tekstur tahu yang disukai panelis dan
direkomendasikan kepada SNI adalah kisaran angka 5 - 7.00 N/m2.
2. Berdasarkan sekelompok tim peneliti yaitu Ellia Kristiningrum, Firdanis
Setyaning, Febrian Isharyadi dan Ahmad Syafin A. yang membahas tentang
kopi dengan judul yaitu standar produk kopi dalam kemasan dan strategi
Pemasarannya. Dengan isi Abstrak sebagai berikut :
Banyaknya produk kopi siap minum dalam kemasan yang beredar di Indonesia
menandakan bahwa bisnis ini memiliki peluang pasar yang besar. Masing-
masing produsen berlomba-lomba menciptakan strategi untuk meraih pasar
yang ada. Oleh karena itu, keberadaan Standar Nasional Indonesia sangat
penting untuk memberikan jaminan kepada konsumen akan mutu produk kopi
siap minum dalam kemasan meskipun merk yang beredar di pasar berbeda-
beda. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap SNI 01-4314-
1996 dan strategi pemasaran produk kopi siap minum dalam kemasan.
Kesesuaian SNI 01-4314-1996 dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam
peraturan pedoman pengembangan Standar Nasional Indonesia. Sedangkan
usulan strategi pemasaran produk kopi siap minum dalam kemasan antara lain
low cost and best value, menurunkan presentase kandungan kopi dalam RTD,
menambah variasi rasa dan kemasan, meningkatkan frekuensi iklan dalam
televisi.

12
3. Berdasarkan penelitian oleh Badan Standardisasi Nasional yang beranggota
Biatna Dulbert Tampubolon, Utari Ayuningtyas dan Ajun Tri Setyoko, yaitu
membahas tentang susu bubuk dan susu kental manis, dengan judul penelitian
yaitu kesiapan pemberlakuan wajib SNI susu bubuk dan SNI susu kental manis
di Indonesia. Dengan Abstrak sebagai berikut :
Produk susu bubuk dan susu kental manis merupakan produk turunan susu,
yang banyak dikonsumsi khususnya balita. Kementerian Perindustrian
berencana memberlakukan wajib SNI 01-2970-2006, Susu bubuk dan SNI 01-
2971-1998, Susu kental manis dalam regulasi teknis pada tahun 2013-2014
untuk melindungi masyarakat dari masalah keamanan pangan dan kesehatan.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kesiapan
pemberlakuan wajib SNI susu bubuk dan susu kental manis dari aspek
ketersediaan standar, perdagangan produk (ekspor-impor), infrastruktur
penilaian kesesuaian dan efisiensi produksi produk. Diperoleh hasil bahwa
ketersediaan standar masih kurang, industri pengolahan susu baik susu bubuk
dan susu kental manis masih besar ketergantungan terhadap bahan baku susu
impor (perdagangan masih negatif) dan infrastruktur masih kurang memadai
sehingga efisiensi masih rendah. Program pengembangan standar nasional
untuk produk susu perlu ditingkatkan dan dilengkapi untuk meningkatkan
kualitas produk olahan susu dengan mengadopsi dari standar internasional atau
standar nasional negara lain dan harus mempertimbangkan kondisi dan
kebutuhan masyarakat di Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Substansi materi hukum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah adopsi dari Annex 3 Code of Good
Practice for the Preparation, Adoption and Application of Standards. UU SPK
mempunyai kedudukan hukum sendiri terhadap kesepakatan perjanjian yang
diterbitkan oleh WTO yaitu Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT).
Sehingga SNI memiliki kududukan hukum yang sejajar dengan standar-standar
produk dari luar negeri lainnya dalam perdagangan internasional. Hanya saja untuk
saat ini SNI diterapkan dan diberlakukan khusus untuk wilayah nasional. Mayoritas
produk dalam negeri ber-SNI masih kalah dibanding produk negara lainnya,
dikarenakan BSN mempunyai persyaratan standar tersendiri untuk diberikan
terhadap barang dan/atau jasa yang akan di-SNI.
Perlindungan hukum terhadap pelaku usaha yang telah memiliki produk ber-
SNI secara nasional lebih diutamakan mengenai pencegahan (preventif) pelaku
usaha mempunyai kesempatan untuk mengajukan keberatan dan pendapatnya
mengenai produk SNI tersebut sebelum pemerintah memberikan hasil keputusan
akhir. BSN juga berperan untuk menganalisa lagi suatu teknis sistem standar yang
akan diterapkan dan diberlakukan kedalam negara lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standar Nasional. 2014. Penerapan SNI. Jakarta: BSN.


2. Badan Standar Nasional. 2017. Pedoman SNI. Jakarta: BSN.
3. Badan Standar Nasional. 2017. Tentang SNI. Jakarta: BSN.
4. Bambang Purwanggono, dkk. 2009. Pengantar Standardisasi. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional
5. Herjanto, Eddy. 2011. Pemberlakuan SNI secara wajib di sektor industri:
efektifitas dan berbagai aspek dalam penerapannya. Jakarta: Jurnal Riset
Industri Vol. V, No.2, Hal 121-130.
6. Iman Sudarwo. 2005. Renstra BSN. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional
7. Kristiningrum , Ellia, Firdanis Setyaning, Febrian Isharyadi dan Ahmad Syafin
A. 2016. Standar produk kopi dalam kemasan dan strategi pemasarannya.
Jakarta.
8. Midayanto, Dedy Nur, Sudarminto dan Yuwono. 2014. Penentuan atribut mutu
tekstur tahu untuk direkomendasikan sebagai syarat tambahan dalam
Standar Nasional Indonesia. Universitas Brawijaya Malang: Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.259-267.
9. Tampubolon, Biatna Dulbert, Utari Ayuningtyas dan Ajun Tri Setyoko. 2015.
Kesiapan pemberlakuan wajib SNI susu bubuk dan SNI susu kental manis
di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Strandarisasi.

15

Anda mungkin juga menyukai