Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan telah menjadi perhatian global.

Sumber penularan yaitu pasien tuberkulosis (TB) basil tahan asam (BTA) positif

melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Tuberkulosis (TB) paru dengan

basil tahan asam (BTA) negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan

penyakit tuberkulosis (TB) paru meskipun tingkat penularannya kecil. Sehingga

tidak menutup kemungkinan jumlah penderita tuberkulosis (TB) paru dari tahun

ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2016 tuberkulosis (TB) paru menyerang

10,4 juta jiwa di dunia dan menyebabkan kematian pada 1,4 juta penderita

tuberkulosis (TB) paru. India, Indonesia, dan Cina merupakan negara dengan

penderita tuberkulosis (TB) paru terbanyak yaitu berturut-turut dengan jumlah

kasus 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (World Health

Organization, 2016).

World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberkulosis Report 2017,

tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit dari 10 penyebab kematian

di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan bakteri tuberkulosis

ini membunuh kedua juta manusia setiap tahunnya. Tahun 2020 diperkirakan

sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah

infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya (Global Tuberkulosis Report, 2015).

1
2

Indonesia pada tahun 2016 menyatakan terdapat 156.723 kasus baru

tuberkulosis (TB) paru basil tahan asam (BTA) positif (Profil Kesehatan

Republik Indonesia, 2016). Dan pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus

tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus

tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus

(Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan untuk provinsi Sulawesi Selatan

angka prevelensi TB pada tahun 2015 sebesar 153/100.000 penduduk, angka ini

meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya dimana diperoleh prevelensi

hanya 99/100.000 penduduk dimana kota Makassar menduduki tingkat pertama

dalam jumlah kasus dengan pertumbuhan penderita tuberkulosis paru mencapai

1.952 orang dari 9.325 orang penderita tuberkulosis (TB) paru (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

Rekam Medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan pada

tahun 2016 data pasien penderita tuberkulosis paru sebanyak 679 orang.

Sedangkan pada tahun 2017 data pasien penderita tuberkulosis paru sebanyak 668

orang. Dan Data pada tahun 2018 dari bulan Januari sampai September sebanyak

227 orang (Rekam Medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi

Selatan).

Penyakit Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronik dan menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru. Tuberkulosis

paru merupakan penyakit yang berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik,

tetapi juga pada keadaan psikis (mental) dan sosialnya. Secara fisik, pasien akan
3

mengalami batuk berdahak lama, dapat disertai batuk darah, sesak nafas,

penurunan berat badan, berkeringat malam, dan demam meriang. Dampak psikis

dan sosial dirasakan pasien akibat adanya stigma terkait tuberkulosis dan

perubahan sikap orang di sekitarnya. Dampak akibat tuberkulosis paru dapat

mempengaruhi berbagai askep kehidupan dan menyebabkan penurunan kualitas

hidup pasien (Jannah, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, Kholis, & Ngestiningsih, 2018) bahwa

sebanyak 60% responden memiliki tingkat stress normal, 23% tingkat stress

ringan, 8% tingkat stress sedang, 5% tingkat stress parah, dan 3% tingkat stress

sangat parah. Sebanyak 32% responden memiliki kualitas hidup baik dan 68%

memiliki kualitas hidup tidak baik. Sedangkan menurut penelitian (Suriya, 2018)

bahwa sebanyak 96 responden ada beberapa yang mengalami depresi sebanyak

(57,3%), lebih dari separuh (62,5%) kualitas hidup pasien tuberkulosis (TB) paru

buruk. Adapun penelitian yang dilakukan (Jannah, 2016) sebanyak 52 responden

rata-rata skor depresi adalah 21,21 (tergolong depresi ringan) dan rata-rata skor

kualitas hidup pasien adalah 63,85 yang tergolong dalam kategori kualitas hidup

yang baik.

Berdasarkan latar belakang diatas dan dampak akan timbul pada penderita

tuberkulosis (TB) paru akan mengakibatkan perubahan tingkat stress dengan

kualitas hidup pasien. Maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien

Tuberkulosis Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan”.


4

B. Rumusan Masalah

Penyakit tuberkulosis (TB) paru dari tahun ketahun mengalami peningkatan.

Penyakit tuberkulosis paru menempati urutan ke 10 penyebab kematian didunia.

Kecenderungan pasien tuberkulosis (TB) paru mengalami perubahan pada tingkat

stress sehingga pada pasien tuberkulosis (TB) paru mengalami penurunan kualitas

hidup. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Tingkat Stress dengan Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru

di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kualitas hidup pada pesian

tuberkulosis paru.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat stress pada pasien tuberkulosis paru di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan.

b. Untuk mengetahui kualitas hidup pada pasien tuberkulosis paru di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan.

c. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat stress dengan kualitas

hidup pada pasien tuberkulosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat Sulawesi Selatan.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

hubungan antara tingkat stress dengan kualitas hidup pada pasien tuberkulosis

paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya yang bekerja di

instansi pelayanan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien tuberkulosis

paru.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi tambahan dan sumbangan pemikiran perkembangan

pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian tentang hubungan

tingkat stress dengan kualitas hidup pada pasien tuberkulosis paru.

c. Bagi Institusi pendidikan

Dapat memberikan informasi dan masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai