PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber penularan yaitu pasien tuberkulosis (TB) basil tahan asam (BTA) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Tuberkulosis (TB) paru dengan
basil tahan asam (BTA) negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan
tidak menutup kemungkinan jumlah penderita tuberkulosis (TB) paru dari tahun
ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2016 tuberkulosis (TB) paru menyerang
10,4 juta jiwa di dunia dan menyebabkan kematian pada 1,4 juta penderita
tuberkulosis (TB) paru. India, Indonesia, dan Cina merupakan negara dengan
kasus 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (World Health
Organization, 2016).
tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit dari 10 penyebab kematian
ini membunuh kedua juta manusia setiap tahunnya. Tahun 2020 diperkirakan
sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah
infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya (Global Tuberkulosis Report, 2015).
1
2
tuberkulosis (TB) paru basil tahan asam (BTA) positif (Profil Kesehatan
Republik Indonesia, 2016). Dan pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus
tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus
angka prevelensi TB pada tahun 2015 sebesar 153/100.000 penduduk, angka ini
1.952 orang dari 9.325 orang penderita tuberkulosis (TB) paru (Kementrian
Rekam Medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi Selatan pada
tahun 2016 data pasien penderita tuberkulosis paru sebanyak 679 orang.
Sedangkan pada tahun 2017 data pasien penderita tuberkulosis paru sebanyak 668
orang. Dan Data pada tahun 2018 dari bulan Januari sampai September sebanyak
227 orang (Rekam Medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Sulawesi
Selatan).
Penyakit Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronik dan menular yang
paru merupakan penyakit yang berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik,
tetapi juga pada keadaan psikis (mental) dan sosialnya. Secara fisik, pasien akan
3
mengalami batuk berdahak lama, dapat disertai batuk darah, sesak nafas,
penurunan berat badan, berkeringat malam, dan demam meriang. Dampak psikis
dan sosial dirasakan pasien akibat adanya stigma terkait tuberkulosis dan
Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, Kholis, & Ngestiningsih, 2018) bahwa
sebanyak 60% responden memiliki tingkat stress normal, 23% tingkat stress
ringan, 8% tingkat stress sedang, 5% tingkat stress parah, dan 3% tingkat stress
sangat parah. Sebanyak 32% responden memiliki kualitas hidup baik dan 68%
memiliki kualitas hidup tidak baik. Sedangkan menurut penelitian (Suriya, 2018)
(57,3%), lebih dari separuh (62,5%) kualitas hidup pasien tuberkulosis (TB) paru
rata-rata skor depresi adalah 21,21 (tergolong depresi ringan) dan rata-rata skor
kualitas hidup pasien adalah 63,85 yang tergolong dalam kategori kualitas hidup
yang baik.
Berdasarkan latar belakang diatas dan dampak akan timbul pada penderita
B. Rumusan Masalah
stress sehingga pada pasien tuberkulosis (TB) paru mengalami penurunan kualitas
hidup. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Tingkat Stress dengan Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kualitas hidup pada pesian
tuberkulosis paru.
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
hubungan antara tingkat stress dengan kualitas hidup pada pasien tuberkulosis
2. Manfaat Praktis
paru.
pembelajaran.