TRAKEITIS
Disusun oleh:
1102013230
Pembimbing:
EMBRIOLOGI(1)
Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional yang
terbentuk sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Tidak lama sesudahnya terbentuk alur faring
median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernafasan dan benih laring. Sulkus atau
alur laringotrakeal mulai nyata sekitar hari ke 21 kehidupan embrio. Perluasan alur ke kaudal
merupakan primaordial paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian
menjadi dua lobus pada hari ke 27 atau 28. Bangian yang paling proksimal dari tuba akan
menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada hari ke 33.
Sedangkan kartilago, otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam 3-4 minggu
berikutnya.
Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal. Banyak
ANATOMI(2)
Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6, bagian atasnya
yang aka melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas segitiga dan bagian bawahnya
Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan beberapa
tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf ‘U’, yang permukaan atasnya dihubungkan
dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Saat menelan, konstraksi
otot-otot (M.sternohioid dan M.Tirohioid) ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas,
sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membantu menggerakan lidah.
2
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid, aritenoid,
kornikulata, kuneiform, dan epiglotis. Kartilago tiroid, merupakan tulang rawan laring yang
terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah
belakang. Tulang rawan ini berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan
membentuk “adam’s apple” dan di dalam tulang rawan ini terdapat pita suara, dihubungkan
Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah kartilago
tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago krikoid terletak setinggi
dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak setinggi vetebra C3 sampai C4. Kartilago
aritenoid mempunyai ukuran yang lebih kecil, bertanggung jawab untuk membuka dan
menutup laring, berbentuk seperti piramid, terdapat 2 buah (sepasang) yang terletak dekat
permukaan belakang laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut
artikulasi krikoaritenoid
Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini melekat pada
kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan ariepiglotik. Sepasang kartilago
kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg terdapat di dalam lipatan ariepiglotik ,
kartilago kornikulata dan kuneiformis berperan dalam rigiditas dari lipatan ariepiglotik.
3
Gambar1. anatomi laring(11)
Epiglotis merupakan Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang
dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang kartilago thyroidea. Plica
aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea,
Membrana mukosa di Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiridari
sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam kartilago thyroidea
di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu adalah dua
lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn
produksi suara.
4
Gambar2. pita suara(12)
Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot instrinsik,
otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan , sedangkan otot-otot
instrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian laring sendiri. Otot-otot ekstrinsik laring ada
yang terletak diatas tulang hyoid (suprahioid), dan ada yang terletak dibawah tulang hyoid
M.Stylohioid, dan M.Milohioid. Otot yang infrahioid ialah M.sternohioid dan M.Tirohioid.
Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring kebawah, sedangkan yang
infrahioid menarik laring keatas. Otot-otot intrinsik laring ialah M. Krikoaritenoid lateral.
5
M.Tiroepiglotica, M.vocalis,M. Tiroaritenoid, M.Ariepiglotica, dan M.Krikotiroid. Otot-otot
ini terletak di bagian lateral laring.Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior,
Rongga laring.(2)
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah
bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan
6
belakang epiglottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum tiroepiglotic, sudut antara kedua belah
lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran
kuadranagularis, kartilago aritenoid, konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum ventrikulare,
maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica ventrikularis (pita suara palsu).
Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara kedua plica
Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga bagian, yaitu
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plica ventrikularis. Daerah
ini disebut supraglotic. Antara plica vocalis dan pita ventrikularis, pada tiap sisinya disebut
Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian
interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis, dan terletak
dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago
aritenoid, dan terletak di bagian posterioir. Daerah subglotic adalah rongga laring yang terletak
Persyarafan(2)
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus superior dan
laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.
mukosa laring dibawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas m.konstriktor faring
7
medial, disebelah medial a.karotis interna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid dan
setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang,
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan
menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak disebelah
medial a.tiroid superior, menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringeus
Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu
memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan lanjutan
dari n.vagus.
n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan diantara cabang-cabang
arteri tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada
permukaan medial m.krikofaring. Disebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini
bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus posterior, Ramus anterior akan mempersarafi
otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersyarafi otot-otot
intrinsik laring superior dan mengadakan anstomosis dengan n.laringitis superior ramus
internus.
8
Gambar 4. persarafan laring(14)
Pendarahan.(2)
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior dan a.laringitis
inferior.Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laryngitis
superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-sama
dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini untuk
berjalan kebawah di submokosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan bersama-sama
dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah
pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam arteri itu bercabang-cabang
9
Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang
yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang
arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan
Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan a.laringis
superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
Pembuluh Limfe(1)(2)
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini mukosanya
tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal pembuluh limfa
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan
a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian superior
rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan kebawah dengan
a.laringeus inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa dintaranya
10
FISIOLOGI(2)
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi.Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk
kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Terjadi
penutupan aditus laring ialah akibat karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-
otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilogo aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi
Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago arritenoid kiri dan
kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.Selain itu dengan reflex batuk, benda asing
yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan
Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila
dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu
gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong bolus makanan
11
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plica vokalis. Bila plica
vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan
kedepan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior
akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta
12
LARINGITIS
DEFINISI1
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi kerena banyak sebab. Inflamasi
laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap
debu, bahan kimiawi, asap, polutan lainnya atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terus terisolasi yang hanya mengenai pita
suara.
Laringitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada laring
(pita suara), yang menyebabkan suara serak dan hilangnya suara. Ada dua tipe laringitis: akut
dan kronis. Laringitis akut hanya berlangsung beberapa hari sedangkan laringitis kronis dapat
bertahan hingga lebih dari 3 minggu. Infeksi virus adalah penyebab paling umum dari laringitis
akut sedangkan refluks asam merupakan penyebab paling sering dari laringitis kronis.
Laringitis kronis yang berat dapat menyebabkan pneumonia (infeksi paru).
ETIOLOGI
Biasanya infeksi virus menyebabkan laringitis kronis. Infeksi bakteri seperti difteri juga
dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis dapat juga terjadi saat
menderita suatu penyakit atau setelah sembuh dari suatu penyakit, seperti salesma, flu atau
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus
terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang
mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut
penyebabnya.(5)
Tabel perbedaan etiologi yang mendasari terjadinya laringitis akut dan kronis(6)
Type of Laryngitis
13
Common Causes of
Acute (Short-lived) Chronic (longer term)
Laryngitis
Infectious
Bacterial X
Viral X
Fungal X X
Contact
Reflux X X
Pollutants X X
Smoking X
Inhaled Medications X
Caustic Ingestions X X
Medical
Vocal misuse X X
Vocal abuse X
Trauma X X
Allergic
Allergies X X
14
Dryness (Laryngitis Sicca)
Dehydration X X
Dry Atmosphere X X
Mouth Breathing X X
Medications X X
Thermal
Closed-Space Fire X X
Crack Pipe X X
PATOFISIOLOGI3
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung
kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis,
masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia,
ditandai dengan edema dari lamina propia, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi
saluran dengan histosit, limposit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi
pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat. Kebanyakan ditemukan pada
dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago
krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit,
bahkan sampai hanya sebuah celah.
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih,
inhalasi polutan lingkungan. Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang
berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok,
pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari
laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat
edema pada laring (Astari, 2011).
15
Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya
disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini
seringkali disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan
B, RSV, dan virus campak. Selain itu, M. Pneumoniae juga dapat menyebabkan croup. Infeksi
oleh bakteri dan virus menyebabkan inflamasi dan edema pada laring, trakea, dan bronkus,
sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan gejala, yaitu berupa afonia,
suara stridor, dan batuk. Produksi mukus dapat terjadi dan menyebabkan obstruksi jalan napas
semakin parah. Tidak terdapat gangguan menelan. Gejala ini biasanya muncul saat malam hari
dan dapat membaik di pagi hari. Penyakit croup dapat sembuh sendiri dalam waktu 3 – 5 hari.
MANIFESTASI KLINIS
Pada laringitis akut teradapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejala
rinofaringtis, batuk disertai suara paru sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). Gejala yang
mula-mula timbul adalah rasa kering ditenggorok, nyeri ketika menelan atau berbicara. Sering
disertai batuk kering dan lama-kelamaan akan timbul batuk dengan dahak yang kental. Pada
keadaan lanjut sering menimbulkan gejala sumbatan jalan napas bagian atas sampai sianosis.
Hal ini sering terjadi pada anak. Pada pemeriksaan laringoskopi tampak mukosa laring
kemerhan dan membengkak. Gerakan pita suara tidak terganggu kecuali bila sudah terjadi
edema pada pita suara.
Pada laringitis kronis, serak merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Gejala
serak berubah-ubah sepanjang hari, namun paling parah pada pagi hari. Sering disertai batuk
dan mendehem oleh karena adanya sekret yang lengket dan kental di tenggorok Laringitis
kronis ditandai dengan suara serak yang persisten. Laringitis kronis mungkin sebagai
komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.
Gejala laringitis pada umumnya seperti sakit tenggorokan, batuk yang dapat merupakan
gejala dari/atau faktor dalam menyebabkan laringitis, kesulitan menelan, sensasi
pembengkakan di daerah laring, dingin atau gejala seperti flu (seperti batuk, juga dapat menjadi
faktor penyebab untuk laringitis), demam, kesulitan bernafas (kebanyakan pada anak-anak),
kesulitan makan, peningkatan produksi air liur dalam mulut.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perubahan cuaca / suhu.
2. Gizi kurang / mal nutrisi.
3. Penyalahgunaan alkohol
16
4. Pencapaian suara berlebihan (ex; guru, pembawa acara, penyanyi dll)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
Dalam buku penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT, penatalaksanaan laringitis akut :
1. Perawatan umum
a. Istirahat bicara dan bersuara selama 2-3 hari.
b. Dianjurkan menghirup udara lembab.
c. Menghindari iritasi pada laring dan faring, misalnya merokok, makanan pedas
atau minuman dingin.
d. Penderita dapat berobat jalan. Kecuali bila ada tanda sumbatan jalan napas,
penderita harus dirawat terutama pada anak-anak.
2. Perawatan khusus
Terapi medikamentosa :
a. Antibodika golongan penisilin
Anak 50 mg/kg dibagi dalam 3 dosis
17
Dewasa 3 x 500 mg per hari
Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritrosin atau bactrim.
b. Kortikoseroid diberikan untuk mengatasi edema laring.
3. Terapi bedah
Tergantung pada stadium sumbatan laring. Pada anak bila terjadi gejala sumbatan
jalan napas menurut klasifikasi Jackson, dilakukan terapi sebagai berikut :
- Stadium I : Rawat, observasi, pemberian O2 dan terapi adekuat.
- Stadium II-III : Trakeostomi
- Stadium IV : Intubasi dan oksigenasi, kemudian dilanjutkan dengan trakeostomi.
Dalam buku penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT (Fakultas kedokteran, 2003 ;
276), penatalaksanaan pada laringitis kronis adalah menghindari dan mengobati dan faktor-
faktor penyebab dengan :
LARINGITIS KRONIS
Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan,
iritasi,seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan, asam lambung atau zat-zat kimia yang
terdapat pada tempat kerja.Terlalu banyak menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara,
18
berbicara terlalu keras atau menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh mukosa
Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan tenggorokan.
Selain itu ada juga suara serak, Perubahan pada suara dapat berfariasi tergantung pada tingkat
infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak hingga suara yang hilang total, rasa gatal dan kasar
di tenggorokan, sakit tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, sakit waktu menelan.
Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, permukaannya tidak rata dan
hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan
biopsi.(15)
simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-sebab yang
umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak mungkin dan tidak
membersihkan tenggorokan dengan berdehem. Bila penyebabnya adalah zat yang dihirup,
maka hindari zat penyebab iritasi tersebut. Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang
diisi air panas mungkin bisa membantu. Bila anak yang masih berusia batita atau balita
dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi lain seperti rasa
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok tidak langsung.
Rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara.
19
2. Minum banyak air . Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat
3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering . Bila
baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal peda pita suara
memproduksi lebih banyak lendir dan merasa lebih iritasi , membuat ingin berdehem
lagi.
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset bertahap dengan
gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi mukus berlebih dalam laring.
Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa dijumpai sekresi mukus endolaringeal tebal dalam
kadar ringan hingga sedang, eritema dan edema lipatan pita suara serta inkompetensi glotis
Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada pasien untuk
menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau fexofenadine dipilih karena
tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus yang tebal dan lengket dapat di atasi
LARINGITIS TUBERKULOSA
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering kali setelah
ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi
20
yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih
lama. Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang
mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe. Tuberkulosis dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa inter aritenoid, kemudian ke
kadang pita suara terkena juga, pada stadium ini mukosa laring tampak pucat.
Kemudian di daerah sub mukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata,
tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan. Tuberkel itu makin besar, serta beberapa
tuberkel yang berdekatan bersatu, sehingga mukosa diatasnya meregang. Pada suatu
saat, karena sangat meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus. Pada stadium ini
pasien dapat merasakan adanya rasa kering ditenggorokan, panas dan tertekan di daerah
Stadium ulcesari. Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini
dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan, serta dirasakan nyeri waktu menelan yang
hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang (khas), dapat juga terjadi
hemoptisis.
Stadium perikondritis. Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan
yang paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglotis. Dengan demikian
terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan
melanjut dan terbentuk sekuester. Pada stadium ini pasien dapat terjadi afoni dan
keadaan umum sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan
21
Stadium fibrotuberkulosa. Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding
pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun pemeriksaan
Selain itu pasien juga harus mengistirahatkan suaranya. Beberapa macam dan cara pemberian
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-
obat ini.
LARINGITIS LUETIKA(3)(5)
Disebabkan oleh kuman treponema palidum, sudah sangat jarang dijumpai pada bayi
ataupun orang dewasa. laring tidak pernah terinfeksi pada stadium pertama sifilis. Pada stadium
kedua, laring terinfeksi dengan tanda-tanda adanya edema yang hebat dan lesi mukosa
berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan nafas dapat terjadi karena adanya pembengkakan
mukosa. Pada stadium ketiga, terbentuknya guma yang nanti akan pecah dan menimbulkan
22
Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau dan batuk yang kronis. Disfagia timbul
bila gumma terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini, pasien tidak merasakan nyeri,
Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat dalam, bertepi
dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarkan eksudat yang berwarna
kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan menjalar sagat cepat, sehingga bila tidak
Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes serologi (RPR,VDRL, dan FTA-ABS) dan
biopsi.
pengengkatan sekuester, bila terdapat sumbatan laring karena stenosis dapat dilakukan
Prognosis pada penyakit ini kurang bagus pada gumma yang sudah pecah, karena
23
DAFTAR PUSTAKA
2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed. Appleton & Lange
Stamfort,Connecticut P.
6. Dhillon, R.S. ,East C.A.. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd
Edition. Churcill Livingstone. 2000. Hal. 56-68
8. Banovetz JD. Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
24