Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK


TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR
PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG
TERATAI RSUD DR SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN

Oleh :

Agus Supriyanto
NIM : ST 14004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG TERATAI
RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

1)
Agus Supriyanto, 2) Anita Istiningtyas, 3) Joko Kismanto

1) Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta


2) Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3) Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Pasien post operasi sebagian besar kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi dengan baik.
Langkah awal yang diambil perawat kolaborasi dengan dokter. Perawat dapat melakukan
intervensi mandiri untuk mengatasi gangguan tidur tersebut. Salah satunya dengan tehnik
relaksasi autogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi
autogenik terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi.
Metode dalam penelitian ini adalah pre eksperimen dengan one group pretest and
post test design. Sampel yang digunakan 32 pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Analisis data menggunakan uji korelasi Wilcoxon.
Hasil dari penelitian ini kebutuhan tidur pasien post operasi sebelum dilakukan
teknik relaksasi autogenik, sebagian besar tidak terpenuhi yaitu sebanyak 20 responden
(62,5%). Sesudah dilakukan teknik relaksasi autogenik, sebagian besar kebutuhan tidur
pasien post operasi berada dalam kategori terpenuhi yaitu sebanyak 21 responden
(65,6%). Hasil uji bivariate menunjukkan p value = 0,000.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara tehnik relaksasi autogenik
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr
Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kata kunci: tehnik relaksasi autogenik, kebutuhan tidur, post operasi.

1
THE EFFECT OF AUTOGENIC RELAXATION TECHNIQUE ON THE
FULFILLMENT OF THE NEED TO SLEEP IN POST SURGICAL
PATIENTS IN TERATAI WARDS AT dr SOEHADI
PRIJONEGORO REGIONAL PUBLIC HOSPITAL
OF SRAGEN

1)
Agus Supriyanto, 2) Anita Istiningtyas, 3) Joko Kismanto

1) Student of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of


Kusuma Husada Surakarta
2) Lecture of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of
Kusuma Husada Surakarta
3) Lecture of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of
Kusuma Husada Surakarta

Abstract

Most of the need to sleep of post-surgical patients is not well fulfilled. The
initial treatment given by a nurse is collaborating with physician. A nurse is
allowed to carry out self-directed intervention to cope with patients’ sleep
disorders and one of which is using autogenic relaxation technique. This research
aims at investigating the effect of autogenic relaxation technique on the fulfillment
of the need to sleep of post-surgical patients.
This study applied pre-experimental method with one group pre-test and
post-test design. The samples comprised 32 post-surgical patients in Teratai Ward
in dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen. The data were
analyzed using Wilcoxon correlational test.
The findings indicate that the need to sleep of most of post-surgical the
patients (20 respondents or 62.5%) before given treatment with autogenic
relaxation technique is mostly unfulfilled. Meanwhile, after given treatment with
autogenic relaxation technique, the need of most of the post-surgical patients (21
respondents or 65.6%) is categorized ‘fulfilled’. The bivariate test results in p
value=0.000.
In conclusion, autogenic relaxation technique contributes to the fulfillment
of the need to sleep in post-surgical patients in Teratai Ward at dr. Soehadi
Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen.

Keywords : autogenic relaxation technique, need to sleep, post-surgical.

2
1. Pendahuluan baik biopsikososial maupun spiritual,
Data World Health Organization salah satunya adalah gangguan tidur.
(WHO) menunjukkan bahwa selama Gangguan tidur merupakan
lebih dari satu abad perawatan bedah ketidakmampuan pasien untuk
telah menjadi komponen penting dari mencukupi kebutuhan tidur baik secara
perawatan kesehatan di seluruh dunia. kualitas maupun kuantitas (Asmadi,
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta 2008). Pasien apabila tidak terpenuhi
operasi utama dilakukan di seluruh kebutuhan tidurnya, maka dapat
dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup. menimbulkan penurunan kemampuan
Penelitian di 56 negara dari 192 negara untuk berkonsentrasi, membuat
anggota WHO tahun 2004 diperkirakan keputusan, dan berpartisipasi dalam
234,2 juta prosedur pembedahan melakukan aktivitas harian, serta
dilakukan setiap tahun berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan
komplikasi dan kematian. Data WHO kepekaan (iritabilitas) (Potter & Perry,
menunjukkan komplikasi utama 2006).
pembedahan adalah kecacatan dan rawat Data mengenai stimulus yang
inap yang berkepanjangan 3-16% pasien paling banyak mengganggu tidur pasien
bedah terjadi di negara-negara di ruang medikal bedah berdasarkan
berkembang. Secara global angka penelitian Reimer, M.A adalah kesulitan
kematian kasar berbagai operasi sebesar menemukan posisi yang nyaman (62%)
0,2-10%. Diperkirakan hingga 50% dari dan rasa sakit atau nyeri (58%),
komplikasi dan kematian dapat dicegah sedangkan menurut penelitian Nuraini,
di negara berkembang jika standar dasar dkk gangguan tidur pada pasien pasca
tertentu perawatan diikuti. (Hasri, 2012). operasi disebabkan oleh nyeri (34,5%)
Pembedahan atau operasi (Fahmi,2012). Data pemenuhan
merupakan suatu tindakan pengobatan kebutuhan tidur pada pasien post operasi
yang menggunakan cara invasif dengan di Ruang Mawar RSUD dr Soehadi
membuka dan menampilkan bagian Prijonegoro Sragen sebagian besar
tubuh yang akan ditangani terpenuhi yaitu sebanyak (75%).
(Sjamsuhidayat & Win, 2005). Tindakan Sedangkan yang tidak terpenuhi
operasi banyak menimbulkan dampak sebanyak (25%) (Sulastri, 2014).

3
Perawat hadir 24 jam bersama tubuh dan pikiran, dengan mengalihkkan
pasien dan memiliki hubungan yang perhatian pasien kepada relaksasi yang
lebih dekat dengan pasien dibandingkan bersumber dari diri sendiri sehingga
tenaga kesehatan lain sehingga perawat dapat membuat pasien tidak fokus
tahu betul tentang kondisi pasien. merasakan nyeri (Aryanti, 2007).
Perawat dapat melakukan intervensi Respon emosi dan efek menenangkan
keperawatan secara mandiri untuk yang ditimbulkan oleh relaksasi ini
mengatasi gangguan tidur yang dialami mengubah fisiologi dominan simpatis
pasien. Intervensi yang dapat dilakukan menjadi dominan sistem parasimpatis
pada pasien dengan gangguan tidur (Oberg, 2009).
antara lain modifikasi lingkungan Penelitian tentang pengaruh
(menurut preferensi individu), teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri
menggunakan relaksasi, membangun pada pasien post operasi fraktur di ruang
ritual tidur, mengatasi stress dan Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
kekhawatiran, intervensi farmakologis Kandou Manado, menunjukan ada
dan strategi tambahan (Vaughans, pengaruh teknik relaksasi terhadap
2011). Perawat dapat membantu pasien intensitas nyeri pada pasien post operasi
mengatasi gangguan tidur melalui fraktur (Nurdin, 2013). Penelitian
pendidikan kesehatan, menciptakan tentang faktor-faktor yang
lingkungan yang nyaman, melatih pasien mempengaruhi kualitas tidur pasien post
relaksasi, dan tindakan lainnya. Teknik operasi laparotomy di ruang rawat inap
relaksasi banyak jenisnya, salah satunya Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
adalah teknik relaksasi autogenik. Gombong didapatkan hasil terdapat
Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak hubungan antara kualitas tidur dengan
beresiko. Prinsipnya pasien mampu faktor fisiologis, terdapat hubungan
berkonsentrasi sambil membaca antara kualitas tidur dengan faktor
mantra/doa/dzikir dalam hati seiring psikologis, dan terdapat hubungan antara
dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, kualitas tidur dengan faktor lingkungan.
2008). Faktor psikologi merupakan faktor
Teknik relaksasi autogenik dominan yang mempengaruhi kualitas
memberikan efek menenangkan pada tidur (Nurlela, 2009).

4
Hasil studi pendahuluan tanggal kebanyakan langkah awal yang diambil
11 - 12 Juni 2015 peneliti memperoleh adalah kolaborasi dengan dokter untuk
data dari bagian Rekam Medis RSUD dr pemberian obat penenang, masih jarang
Soehadi Prijonegoro Sragen jumlah yang menggunakan teknik relaksasi. Hal
operasi tahun 2014 sebanyak 3296 ini dilakukan karena sudah rutinitas
pasien. Jumlah pasien operasi di Ruang sejak lama dan biar pasien cepat tidur.
Teratai dari bulan Januari sampai April Berdasarkan beberapa fenomena
2015 sebanyak 99 pasien (Data Rekam diatas maka peneliti merasa tertarik
Medik RSUD Sragen, 2015). Hasil untuk mengadakan penelitian tentang “
wawancara dengan pasien post operasi Pengaruh tehnik relaksasi autogenik
di Ruang Teratai didapatkan 3 dari 5 terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
pasien post operasi, kebutuhan tidurnya pada pasien post operasi di Ruang
tidak terpenuhi dengan baik. Seorang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro
pasien mengatakan semalaman tidak Sragen.”
bisa tidur dan sulit untuk memulai tidur.
Seorang pasien juga mengatakan setelah 2. Metodologi
bangun tidur badan terasa letih dan tidak
merasa segar karena semalaman Penelitian ini dilaksanakan pada
sebentar sebentar terbangun. Ada juga bulan Oktober sampai November 2015
yang mengatakan ketika tidur sering di Ruang Teratai RSUD dr. Soehadi
terbangun dan tidak dapat tidur kembali. Prijonegoro Sragen. Desain penelitian
Dari hasil observasi pada pagi hari ini adalah pre eksperimen dengan one
ditemukan beberapa dari pasien terlihat group pretest and post test design yaitu
masih sering menguap, mata tampak penelitianyang berbertujuan untuk
memerah, dan pasien terlihat letih dan mengungkapkan hubungan sebab akibat
tidak bersemangat. Hasil wawancara dengan cara melibatkan satu kelompok
dengan beberapa perawat yang bertugas subjek yang telah ditentukan. Kelompok
di Ruang Teratai didapatkan fenomena subjek diobservasi sebelum dilakukan
bahwa perawat jaga ketika dihadapkan intervensi, kemudian diobservasi lagi
dengan keluhan pasien yang tidak dapat setelah intervensi (Nursalam, 2013).
tidur pada pasien post operasi selama ini Populasi penelitian ini adalah seluruh

5
pasien post operasi di Ruang Teratai 3. Hasil dan Pembahasan
RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 1. Hasil Uji Univariat
responden. a. Karakteristik jenis kelamin.
Tabel 3.1
Hipotesis dalam penelitian ini
Distribusi Jenis Kelamin
adalah hipotesa nol (H0) adalah tidak ada
No Jenis Jml %
pengaruh tehnik relaksasi autogenik kelamin
1. Laki-laki 15 46,9%
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
2. Perempuan 17 53,1%
pada pasien post operasi di Ruang
Total 32 100%
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro
Sragen. Hipotesa alternative (Ha) adalah
Hasil penelitian menunjukkan
ada pengaruh tehnik relaksasi autogenik
bahwa jumlah responden perempuan
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
lebih banyak dibandingkan dengan
pada pasien post operasi di Ruang
jumlah laki-laki, dimana perempuan
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro
17 responden (53,1%). Dari
Sragen.
pemenuhan kebutuhan tidur sebelum
Teknik pengumpulan data dilakukan teknik relaksasi autogenik,
menggunakan kuesioner. Kuesioner jumlah responden yang kebutuhan
pemenuhan kebutuhan tidur berisi 20 tidurnya tidak terpenuhi perempuan
item pertanyaan tertutup jenis dichotomy lebih banyak dibandingkan dengan
question. Masing-masing pertanyaan ada laki-laki. Responden perempuan yang
2 pilihan jawaban yaitu “Ya” atau kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi
“Tidak”, untuk jawaban “Ya” diberi sebanyak 11 responden (34,4%),
skor 0 dan untuk jawaban “Tidak” diberi sedangkan laki-laki 9 responden
skor 1. untuk teknik relaksasi autogenik (28,1%).
tidak memerlukan kuesioner karena Hal ini sesuai dengan pendapat
teknik relaksasi autogenik merupakan Myers (2012) yang mengatakan
suatu perlakuan. Uji statistik yang bahwa perempuan lebih cemas akan
digunakan adalah uji wilcoxon. ketidakmampuannya dibanding
dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,

6
eksploratif, sedangkan perempuan Tahun 2014). Seseorang pada umur
lebih sensitif. Laki-laki lebih rileks 36-45 tahun sedang giat-giatnya
dibanding perempuan. Kecemasan dalam bekerja maupun mengejar
dapat mempengaruhi pemenuhan karier. Seseorang yang masih usia
kebutuhan tidur seseorang. Peneliti kerja atau usia produktif apabila
berpendapat bahwa perempuan lebih menderita suatu penyakit maka akan
menggunakan emosinya segera mencari penyembuhan agar
dibandingkan akal, sehingga ketika tidak mengganggu aktivitas maupun
menjalani operasi maka perempuan pekerjaannya, sehingga tidak akan
cenderung lebih cemas, takut terlalu menganggu perekonomian
sehingga akan mempengaruhi keluarganya.
kebutuhan tidurnya. Umur merupakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dari
b. Karakteristik umur seseorang. Pengetahuan seseorang
Tabel 3.2 dipengaruhi oleh beberapa faktor
Distribusi Frekuensi Umur salah satunya adalah faktor umur.
No Umur Jml % Meningkatnya umur seseorang, akan
1. 16 - 25 Thn 5 15,6% meningkat pula kebijaksaan dan
2. 26 – 35 Thn 7 21,9% kemampuan seseorang dalam
3. 36 – 45 Thn 8 25,0%
4. 46 – 55 Thn 6 18,8% mengambil keputusan dan berpikir
5. 56 – 65 Thn 6 18,8%
rasional. Semakin tinggi umur
Total 32 100%
seseorang semakin bertambah pula
ilmu atau pengetahuan yang dimiliki
Hasil penelitian menunjukkan (Notoatmodjo, 2012). Peneliti
bahwa jumlah responden yang paling berpendapat bahwa semakin dewasa
banyak berusia 36-45 tahun sebanyak umur seseorang, makin tinggi tingkat
8 responden (25,0%). Umur 36-45 pengalamannya sehingga akan
tahun dalam penelitian ini lebih mempengaruhi responden dalam
banyak dibandingkan yang lain menerima teknik relaksasi yang telah
karena umur ini termasuk kategori diajarkan oleh peneliti.
usia kerja (Permenakertrans No 1

7
c. Karakteristik Tingkat Pendidikan terutama tentang cara yang tepat
Tabel 3.3 mengatasi pemenuhan kebutuhan
Distribusi Frekuensi Pendidikan tidurnya post operasi. Tetapi
pendidikan seseorang bukanlah
No Pendidikan Jml %
1. SD 7 21,9% jaminan satunya indikator dalam
2. SMP 15 46,9% pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai
3. SMA 7 21,9%
4. DIII 1 3,1% dengan pendapat Notoatmodjo (2012)
5. S1 2 6,3%
Total 32 100% pendidikan akan mempengaruhi
kognitif seseorang dalam peningkatan
Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan. Karena pengetahuan
pendidikan terlihat bahwa sebagian sebenarnya tidak dibentuk hanya satu
besar tingkat pendidikan adalah SMP sub saja yaitu pendidikan tetapi ada
yaitu sebanyak 15 responden sub bidang lain yang akan juga akan
(46,9%). Pengetahuan sangat erat mempengaruhi pengetahuan
kaitannya dengan pendidikan, dengan seseorang misalnya pengalaman,
pendidikan tinggi maka individu informasi, keperibadian dan lainya.
tersebut akan semakin luas Peneliti berpendapat bahwa
pengetahuannya. (Notoatmodjo, diperlukan program latihan teknik
2012). Semakin tinggi pendidikan relaksasi autogenik bagi pasien post
seseorang, semakin mudah pula operasi dalam rangka meningkatkan
menerima informasi, pengetahuan pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya akan semakin responden dalam mengatasi
banyak. Pendidikan yang rendah akan gangguan tidur yang dialaminya post
menghambat perkembangan terhadap operasi.
informasi (Mubarok, 2011).
Pendidikan yang dimiliki oleh
sebagian besar responden adalah
SMP. Pendidikan ini masih tergolong
rendah. Pendidikan yang rendah
umumnya akan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan seseorang

8
d. Karakteristik Pekerjaan dapat membuat sawahnya
Tabel 3.4 terbengkalai yang berakibat tidak
Distribusi Frekuensi Pekerjaan dapat panen tepat waktu. Biaya untuk
perawatan sawahnya juga meningkat.
No Pekerjaan Jml %
1. Petani 11 34,4% Keadaan tersebut membuat
2. Ibu Rumah Tangga 5 15,6% responden bertambah cemas.
3. Pelajar 2 6,3%
4. PNS 3 9,4% Kecemasan tersebut berpengaruh
5. Pedagang 3 9,4%
6. Swasta 8 25,0% terhadap kebutuhan tidur responden
Total 32 100% sebelum dilakukan teknik relaksasi.
2. Hasil uji bivariat.
Hasil penelitian mengenai a. Kebutuhan tidur pasien post
pekerjaan terlihat bahwa sebagian operasi sebelum diberikan teknik
besar pekerjaan responden adalah relaksasi autogenik.
petani yaitu 11 responden (34,4%). Tabel 3.5
Bekerja dikaitkan dalam masalah Kebutuhan Tidur Sebelum Teknik
ekonomi. Simamora (2006) Autogenik
menyatakan bahwa ekonomi adalah
No Perilaku Jml %
kegiatan menghasilkan uang di 1. Tidak terpenuhi 20 62,5%
masyarakat untuk memenuhi 2. Terpenuhi 12 37,5%
Total 32 100%
kebutuhan hidup, termasuk dalam
pembiayaan perawatan selama sakit Hasil penelitian menunjukkan
dan di rawat di rumah sakit. bahwa sebelum dilakukan teknik
Peneliti berpendapat bahwa relaksasi autogenik, sebagian besar
sebagian besar pekerjaan responden kebutuhan tidur pasien post operasi
sebagai petani mempengaruhi dalam kategori tidak terpenuhi
kebutuhan tidur pasien. Hal ini yaitu sebanyak 20 responden
dikarenakan sebagai petani, selama (62,5%). Tidur adalah pengalaman
menjalani operasi dan di rawat di subjektif, hanya klien yang dapat
rumah sakit pasien tidak dapat melaporkan apakah tidurnya cukup
melaksanakan pekerjaannya dalam dan nyenyak atau tidak.
waktu yang agak lama. Kondisi ini

9
Orang dewasa dalam keadaan kebutuhan tidur pasien (Tarwoto
normal tidur pada malam hari rata- dan Wartonah, 2015). Hal ini
rata 6 sampai 8½ jam, tetapi hal ini diperkuat dengan penelitian yang
bervariasi. Orang dewasa juga dilakukan oleh Indri (2014) tentang
jarang sekali tidur siang. Orang hubungan antara nyeri, lingkungan
dewasa yang sehat membutuhkan dan kecemasan terhadap kualitas
cukup tidur untuk dapat tetap tidur pasien post operasi apendisitis
berpartisipasi dalam kesibukan di RSUD AA Pekanbaru dengan
aktifitas yang mengisi hari-hari hasil penelitian yang menyatakan
mereka. Perubahan status bahwa mayoritas responden post
kesehatan, stres fisik dan operasi appendicitis memiliki
psikologis, perubahan lingkungan, kualitas tidur buruk yaitu sebanyak
stres pekerjaan, perubahan 37 responden (68,5%).
hubungan keluarga, dan aktifitas Hasil observasi dari peneliti,
sosial dapat menyebabkan faktor – faktor yang mempengaruhi
seseorang kesulitan memulai dan pasien post operasi mengalami
atau mempertahankan tidur (Potter gangguan dalam pemenuhan
& Perry, 2006). kebutuhan tidurnya di Ruang
Hasil penelitian ini sesuai Teratai antara lain perubahan status
dengan teori yang mengatakan kesehatan yaitu nyeri karena luka
seseorang yang menderita penyakit post operasi, stress psikologis
tertentu dan dirawat di rumah sakit karena memikirkan kondisi
mempunyai masalah kesulitan sakitnya dan memikirkan
tertidur atau tetap tertidur. Rasa pekerjaannya sehingga membuat
sakit yang dialami, kesulitan pasien tidak dapat rileks. Faktor
memperoleh posisi yang nyaman, lainnya adalah terpasangnya
penggunaan obat-obatan, beberapa alat invasive seperti
kecemasan, motivasi, kelelahan terpasang infus dan kateter yang
serta perubahan lingkungan fisik membuat pasien merasa tidak
adalah beberapa faktor yang nyaman.
mengganggu terpenuhinya

10
Peneliti berpendapat bahwa Table 3.6
pada pasien post operasi yang Kebutuhan Tidur Sesudah Teknik
dirawat di rumah sakit dapat Relaksasi
mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan tidurnya. No Perilaku Jml %
Gangguan tidur yang dialami pada 1. Tidak terpenuhi 11 34,4%
2. Terpenuhi 21 65,6%
pasien post operasi dapat berupa Total 32 100%
kesulitan memulai tidur, gangguan
dalam mempertahankan diri untuk Responden yang kebutuhan
tetap tertidur serta gangguan dalam tidurnya terpenuhi prosentasenya
kuantitas dan kualitas tidur. meningkat dari 37,5% menjadi
Gangguan pemenuhan kebutuhan 65,6%, sedangkan responden yang
tidur ini terjadi sebagai akibat kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi
perubahan status kesehatan, kondisi prosentasenya turun dari 62,5%
nyeri post operasi yang dialami menjadi 34,4%.
serta perubahan lingkungan rumah Kebutuhan tidur yang kurang
sakit. Hasil observasi peneliti terpenuhi dapat diatasi dengan
didapatkan bahwa kebutuhan tidur distraksi, relaksasi, stimulasi kulit,
pasien post operasi tidak terpenuhi mengatur posisi tidur yang nyaman
dikarenakan sebagian besar pasien untuk klien, masase punggung,
belum bisa relaks masih pengelolaan psikologis (pikiran
memikirkan kondisi tubuhnya lebih kuat dari pada tubuh),
setelah menjalani operasi. mendengarkan musik lembut, serta
b. Kebutuhan tidur pasien sesudah mengkaji kebiasaan pasien sebelum
diberikan teknik relaksasi tidur (Prihardjo, 2008).
autogenik. Hasil penelitian ini didukung
Hasil penelitian menunjukan oleh teori yang yang menyatakan
bahwa sesudah dilakukan teknik bahwa relaksasi merupakan suatu
relaksasi autogenik, responden keadaan dimana seseorang
yang kebutuhan tidurnya terpenuhi merasakan bebas mental dan fisik
mengalami peningkatan. dari ketegangan dan stres. Teknik

11
relaksasi bertujuan agar individu = 0,000 yang berarti < 0,05 maka
dapat mengontrol diri ketika terjadi Ho ditolak dan Ha diterima
rasa ketegangan dan stres yang sehingga dapat dikatakan ada
membuat individu merasa dalam pengaruh tehnik relaksasi
kondisi yang tidak nyaman (Potter autogenik terhadap pemenuhan
& Perry, 2006). kebutuhan tidur pada pasien post
Berdasarkan uraian secara operasi di Ruang Teratai RSUD dr
teoritis di atas dan dikaitkan Soehadi Prijonegoro Sragen.
dengan hasil penelitian, peneliti Hasil penelitian ini sesuai
berpendapat bahwa pemenuhan pendapat yang mengatakan teknik
kebutuhan tidur pada pasien post relaksasi dikatakan efektif apabila
operasi di Ruang Teratai RSUD dr setiap individu dapat merasakan
Soehadi Prijonegoro Sragen setelah perubahan pada respon fisiologis
pemberian tehnik relaksasi tubuh seperti penurunan tekanan
autogenik mengalami peningkatan. darah, penurunan ketegangan otot,
Hal ini disebabkan pemberian denyut nadi menurun, perubahan
tehnik relaksasi autogenik yang kadar lemak dalam tubuh, serta
dilakukan dengan baik akan penurunan proses inflamasi. Teknik
memberikan manfaat berupa relaksasi memiliki manfaat bagi
kondisi relaks dan peningkatan pikiran kita, salah satunya untuk
kenyamanan sehingga dengan meningkatkan gelombang alfa (α)
mudah pasien dapat tertidur dan di otak sehingga tercapailah
kebutuhan tidurnya terpenuhi. keadaan rileks, peningkatan
d. Pengaruh tehnik relaksasi autogenik konsentrasi serta peningkatan rasa
terhadap pemenuhan kebutuhan bugar dalam tubuh (Potter & Perry,
tidur pada pasien post operasi di 2006).
Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Peneliti berpendapat bahwa
Prijonegoro Sragen. seseorang untuk dapat relaks
Hasil analisa data bergantung pada kemampuan
menggunakan uji wilcoxon individu sendiri. Teknik relaksasi
didapatkan hasil nilai Sig. (2-tailed) dapat membantu mencegah atau

12
meminimalkan gejala fisik akibat ada 3 hal yang harus diperhatikan,
stres ketika tubuh bekerja terlalu yaitu: posisi yang nyaman, pikiran
berlebihan, sehingga mengganggu yang tenang, lingkungan yang
kebutuhan tidur. Dengan teknik nyaman, sehingga relaksasi
relaksasi dapat mengembalikan autogenik yang diberikan pada
tubuh ke kondisi yang tenang. pasien mampu meningkatkan
Beberapa teknik relaksasi selain relaksasi otot-otot besar yang
menyebabkan efek yang memberikan kenyamanan pada
menenangkan fisik juga dapat pasien sehingga pasien
menenangkan pikiran. Teknik mendapatkan pemenuhan
relaksasi dapat membuat tidur kebutuhan istirahat tidurnya sesuai
menjadi lebih baik. kualitas dan kuantitas
Teknik relaksasi autogenik ini kebutuhannya.
mempunyai keunikan tersendiri Relaksasi autogenik akan
dibandingkan teknik relaksasi membantu tubuh untuk membawa
lainnya yaitu teknik relaksasi yang perintah melalui autosugesti untuk
mudah dilakukan dan tidak rileks sehingga dapat
berisiko. Prinsipnya pasien mampu mengendalikan pernafasan, tekanan
berkonsentrasi sambil membaca darah, denyut jantung serta suhu
mantra/doa/dzikir dalam hati tubuh. Imajinasi visual dan mantra-
seiring dengan ekspirasi udara paru mantra verbal yang membuat tubuh
(Asmadi, 2008). Teknik relaksasi merasa hangat, berat dan santai
ini merupakan teknik relaksasi merupakan standar latihan relaksasi
yang bersumber dari diri sendiri autogenik (Varvogli, 2011).
dengan menggunakan kata-kata Respon emosi dan efek
atau kalimat pendek yang bisa menenangkan yang ditimbulkan
membuat pikiran menjadi tenang oleh relaksasi ini mengubah
(Aryanti, 2007). fisiologi dominan simpatis menjadi
Peneliti berpendapat untuk dominan sistem parasimpatis
mendapatkan hasil yang optimal (Oberg, 2009).
dalam pemberian teknik relaksasi,

13
Hasil penelitian ini sejalan (46,9%), dan sebagian besar responden
dengan penelitian yang dilakukan bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 11
Haris (2011) bahwa pemenuhan responden (34,4%).
kebutuhan istirahat-tidur klien Sebagian besar kebutuhan tidur
sebelum diberikan tehnik relaksasi pasien post operasi sebelum dilakukan
progresif didapatkan bahwa 100% teknik relaksasi autogenik, berada dalam
responden dengan kategori tidur kategori tidak terpenuhi yaitu sebanyak
kurang. Terjadi peningkatan 20 responden (62,5%).
pemenuhan kebutuhan istirahat- Sebagian besar kebutuhan tidur
tidur klien setelah pemberian tehnik pasien post operasi sesudah dilakukan
relaksasi progresif, 12 orang (60%) teknik relaksasi autogenik, berada dalam
responden dengan kategori tidur kategori terpenuhi yaitu sebanyak 21
cukup dan sebanyak 8 orang (40%) responden (65,6%).
responden dengan tidur baik atau Adanya pengaruh tehnik relaksasi
terpenuhi kebutuhan istirahat autogenik terhadap pemenuhan
tidurnya sedangkan yang tidur kebutuhan tidur pada pasien post operasi
kurang tidak ada (0%). di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi
Prijonegoro Sragen.
4. Simpulan dan Saran b. Saran
a. Kesimpulan Bagi pasien, hasil penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian dan diharapkan dapat diterapkan oleh pasien
pembahasan, maka dapat ditarik sendiri untuk mengatasi masalah tidur
kesimpulan sebagai berikut: post operasi sehingga dapat
Karakteristik responden di Ruang mempersingkat hari perawatan dan
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro menghemat biaya perawatan.
Sragen, jumlah perempuan lebih banyak Bagi RSUD dr Soehadi Prijonegoro,
dibandingkan laki-laki yaitu 17 hasil penelitian ini diharapkan dapat
responden (53,1%), umur paling banyak sebagai acuan bagi manajemen bidang
umur 36-45 tahun sebanyak 8 responden keperawatan rumah sakit dalam
(25,0%), tingkat pendidikan paling menetapkan SPO tentang teknik
banyak SMP sebanyak 15 responden relaksasi autogenik yang pada akhirnya

14
dapat digunakan sebagai pedoman bagi post operasi dengan variabel yang lebih
perawat Ruang Teratai untuk mengatasi luas dan berbeda.
masalah tidur pada pasien post operasi
dengan menggunakan teknik relaksasi REFERENSI
autogenik.
Aryanti, N.P. 2007. Terapi Modalitas
Bagi institusi pendidikan, hasil Keperawatan. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk menambah Asmadi, 2008, Tehnik Prosedural
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
kepustakaan dan pengetahuan tentang
Kebutuhan Dasar klien, Jakarta :
teknik relaksasi autogenik yang Salemba Medika.
merupakan salah satu tindakan mandiri
Fahmi. 2012. Pengaruh Terapi Musik
perawat untuk mengatasi permasalahan terhadap Tingkat Gangguan Tidur
pada pasien pasca operasi
tidur pada pasien post operasi, dan
Laparotomy di Irna B (Teratai) dan
instansi pendidikan sebaiknya dapat Irna Ambun Pagi RSUP Dr. M.
Djamil, Padang. Skripsi. Universitas
menyediakan buku bacaan yang
Andalas Padang.
berhubungan dengan teknik relaksasi
Haris, 2011. Pengaruh Tehnik Relaksasi
autogenik dan kebutuhan tidur pada
Progresif Terhadap Pemenuhan
pasien post operasi. Kebutuhan Istirahat–Tidur Klien di
Ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum
Bagi peneliti lain, hasil dari
Daerah Bima. Jurnal Kesehatan
penelitian ini diharapkan dapat Prima Vol. 5 No.1, Februari 2011.
digunakan sebagai data dasar bagi
Hasri, 2012. Praktek Keselamatan
peneliti-peneliti selanjutnya dan dapat Pasien Bedah di RSUD X, Tesis,
Universitas Gajah Mada
melakukan penelitian dengan perluasan
Yogyakarta.
sampel dengan menggunakan kelompok
Indri. 2014. Hubungan Antara Nyeri,
kontrol serta melakukan penelitian
Lingkungan dan Kecemasan
pengaruh teknik relaksasi autogenik Terhadap Kualitas Tidur Pasien
Post Operasi Apendisitis di RSUD
pada pasien dengan penyakit dalam.
AA Pekanbaru. Skripsi.
Bagi peneliti, diharapkan dapat
Myers G, David. 2012. Psikologi Sosial,
melakuan penelitian yang lebih luas lagi
edisi 10. Jakarta : penerbit Salemba
megenai teknik relaksasi autogenik dan Humanika.
pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien

15
Mubarak,Wahid Iqbal, et al. 2011. Priharjo, R. 2008. Konsep & Prespektif
Pomosi Kesehatan: Sebuah Praktik Keperawatan Profesional.
Pengantar Proses Belajar Mengajar Jakarta: EGC
dalam Pendidikan. Edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu Sjamsuhidajat, R & Jong de Wim. 2005.
Buku ajar ilmu bedah. Jakarta:
Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta. Sulastri, 2014. Hubungan intensitas
nyeri dengan pemenuhan kebutuhan
Nurdin, S. 2013. Pengaruh teknik tidur pada pasien post operasi di
relaksasi terhadap intensitas nyeri Ruang Mawar RSUD dr Soehadi
pada pasien post operasi fraktur di Prijonegoro Sragen. Skripsi.
Ruang Irina A BLU Prof. Kandou Universitas Sahid Surakarta.
Manado. Skripsi.
Tarwoto dan Wartonah, 2015.
Nurlela, S. 2009. Faktor - faktor yang Kebutuhan Dasar Manusia dan
mempengaruhi kualitas tidur pasien Proses keperawatan, Jakarta :
post operasi laparatomi di RS PKU Salemba Medika.
Muhammadiyah Gombong. Skripsi.
Varvogli, L., & Parviri, C. 2011. Stress
Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan management techniques: evidence-
Metodologi Penelitian Ilmu based procedurs that reduce stress
Keperawatan. Jakarta : Salemba and promote health. Health Science
Medika. Journal 5, Issue 2.

Oberg, E. 2009. Mind-body techniques Vaughans, BW. 2013. Keperawatan


to reduce hypertension's chronic Dasar. Yogyakarta: Rapha
effects integrative medicine. Publishing.
Permenakertrans No 1 Tahun 2014.
Perubahan Atas Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor KEP.250/MEN/XII/2008
Tentang Klasifikasi Dan
Karakteristik Data Dari jenis
Informasi Ketenagakerjaan.

Perry Anne Griffin, Potter Patricia A.


2006. Fundamental keperawatan,
konsep, klinis dan praktek, Ed 4,
Vol 2, alih bahasa: Renata
Komalasari, Dian Evriyani, Enie
Novieastari, Alfrina Hany dan Sari
Kurnianingsih. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai