Anda di halaman 1dari 17

HIDROKEL

A. Definisi

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

B. Epidemiologi

Mayoritas pada bayi atau sangat umum di jumpai pada neonatus. Biasanya
berkembang selama 5 minggu kehamilan. Di Amerika Serikat Hidrokel diperkirakan
mempengaruhi 1% dari pria dewasa. Lebih dari 80% dari anak laki-laki yang baru
lahir memiliki prosesus vaginalis paten, tapi yang paling dekat secara spontan dalam
waktu 18 bulan. Insiden hidrokel meningkat dengan tingkat peningkatan survival bayi
prematur dan dengan meningkatnya penggunaan rongga peritoneal untuk
ventriculoperitoneal (VP) shunts, dialisis, dan transplantasi ginjal. Hydroceles
Kebanyakan kongenital dan dicatat pada anak usia 1-2 tahun. Kronis atau hydroceles
sekunder biasanya terjadi pada pria yang lebih tua dari 40 tahun.

C. Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi
mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu ,testis turun dari rongga
perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya
sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan
yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus.

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :

a. Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum
embrionik yang melintasi kanalis inguinalisdan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengansendirinya rongga ini akan menutup
dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

b. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang


lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar
limfe. Dapat disebabkan oleh kelainantestis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena
radang atau karena suatu proses neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika
vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairanberlebihan yang tidak dapat
dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfedalam lapisan luar tunika.

2. Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :

a. Hidrokel testis: Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak
dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.

b. Hidrokel funikulus:Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah


cranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

c. Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga


peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat
anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen.

3. Menurut onset :

a. Hidrokel akut: Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.
Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.

b. Hidrokel kronis: Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara
perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang
menyebabkan nyeri.

E. Patofisiologi

Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang


masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis
dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga
peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga
peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang
mencapai scrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir)
ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak
menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah
rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan
terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Cairan yang
seharusnya seimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut.Akibat dari
tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari
tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga


dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus
testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya
tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.
Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling
berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih
besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong
sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya
setelah anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada
testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga
tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam
sistem limfatik.

F. Diagnosa

Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang


tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan – akan
sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum
membesar dan agak tegang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan
dikantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis,
secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu hidrokel testis. Pada hidrokel
testis, kantong hidrokel seolah – olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah
kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong
hidrokel.

1. Anamnesis

Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong


skortum yang tidak nyeri. Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya
kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong
hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak
menangis. Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh
penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak tergantung
pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel
seperti balon yang berisi air. Juga penting dilakukan palpasi korda spermatikus di
atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel serta
padat karena tumor. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang
membedakannya dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya
juga positif. Pada Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk
menyingkirkan adanya hernia.

Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel


dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika vaginalis dan testis
normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel
berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya.

Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel muncul


antar 18 – 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah dan berada di
pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning
dari massa skortum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna
putih, opalescent dan mengandung spermatozoa.

3. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan


membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel),
vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

G. Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika
penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya
sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis. Hidrokel pada bayi
biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah
prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih
tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.

Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah


jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel
akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat
sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk menyumbat/menutup
lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel
yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan
sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia
1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan
untuk dilakukan koreksi.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :

(1) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah

(2) Indikasi kosmetik

(3) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien

dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan anestesi


umum ataupun regional (spinal).

 Hidrokelektomi

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali


hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukanherniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantonghidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus
yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang
sebelum umur 1 tahun.

SPERMATOKEL

A. DEFINISI

Spermatokel, yang juga dikenal sebagai kista spermatik, adalah kondisi medis yang
ditandai dengan terbentuknya kantung abnormal (kista) yang terisi dengan cairan dan
sperma mati di dalam epididimis, suatu saluran bergulung padat yang terletak di belakang
testis dimana sprema disimpan dan matang. Ketika kista ini tidak terisi dengan sperma,
kondisi ini dikenal sebagai kista epdidimal

B. ETIOLOGI

Penyebab spermatokel belum diketahui secara pasti. Tetapi, Banyak ahli percaya hasil dari
penyumbatan di salah satu tabung yang mengalirkan sperma dari testis ke epididimis.
Trauma dan peradangan juga dapat menyebabkan spermatokels. Beberapa hipotesis
termasuk bahwa spermatokel mungkin timbul dari ductules eferen, mungkin dilations
aneurisma dari epididimis, atau mungkin dilatasi sekunder untuk obstruksi distal

C. MANIFESTASI KLINIS

Nyeri di testis juga bisa disebabkan oleh kista yang tumbuh di epididimis (tabung
melingkar yang terletak di belakang setiap testis). Kista ini jinak dan mulai keluar sebagai
akumulasi sel-sel sperma. Sering kali, kista sangat kecil dan tidak menimbulkan masalah.
Namun kadang-kadang, kista tumbuh dengan ukuran beberapa sentimeter. Pada titik ini,
pria mungkin merasa berat di testis, tidak nyaman atau bahkan rasa sakit.

D. PATOFISIOLOGI

Spermatokel dapat berasal dari divertikulum rongga yang ditemukan pada caput
epididimid. Sperma yang menumpuk disitu lama kelamaan akan menumpuk dan membuat
suatu divertikulum pada caput epididimis. Spermatokel ini diduga pula berasal dari
epididimitis atau trauma fisik. Timbulnya scar pada bagian manapun di epididmis, akan
menyebabkan obstruksi dan mungkin mengakibatkan timbulnya spermatokel.

E. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksan


fisik menunjukkan adanya massa di dalam skrotum yang:

 Unilateral (hanya ditemukan pada salah satu testis)

 Lunak

 Licin, berkelok-kelok atau bentuknya tidak beraturan

 Berfluktuasi, berbatas tegas atau padat.

Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah:

1. Transluminasi

Spermatokel menunjukkan bahwa massa berupa cairan yang agak padat.


Adanya hidrokel bisa diketahui dengan menyinari skrotum dengan lampu senter.
Skrotum yang terisi cairan jernih akan tembus cahaya (transiluminasi). Varikokel
teraba sebagai massa yang berkelok-kelok di sepanjang korda spermatika

2. USG skrotum

USG Skrotum Pada pemeriksaan sonografi, spermatokel yang didefinisikan


dengan baik lesi hypoechoic epididimis biasanya berukuran 1-2 cm dan
menunjukkan posterior peningkatan akustik. Mereka biasanya tidak teratur,
dengan baik gema internal yang tingkat rendah dan kadang-kadang septations.
Spermatocoeles adalah jenis umum dari kista ekstra testis, dan merupakan dilatasi
kistik tubulus dari ductules eferen di kepala epididimis. Spermatocoeles biasanya
unilocular tetapi dapat multilocular dan mungkin terkait dengan vasektomi
sebelumnya. Mereka lebih umum daripada kista epididimis, tetapi dapat muncul
sangat mirip.
F. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi medis spesifik yang diindikasikan dalam penatalaksanaan untuk
simple spermatokel. Analgesik oral dapat diberikan untuk mengobati gejala. Jika
penyebab yang mendasarinya berupa epididimitis yang menyebabkan rasa tidak
nyaman, maka dapat ditambahkan antibiotik sebagai indikasinya. Observasi biasanya
dilakukan untuk kasus-kasus spermatokel yang simple, ringan ataupun tanpa gejala.
Pendekatan terapi dengan spermatoselektomi transskrotal merupakan intervensi
operatif yang utama untuk kasus-kasus spermatokel. Antikoagulasi sistemik dan
permintaan dari ayah pasien merupakan kontraindikasi relatif . Skleroterapi
merupakan pilihan alternatif penanganan, namun hasilnya menunjukkan kurang
efektif. Skleroterapi ditujukan untuk laki-laki yang sudah tidak memiliki keinginan
untuk memiliki garis keturunan, sebagai resiko dari bahan kimia yang membahayakan
epididimis dan sebagai dampak kerusakan epididimis yang dapat mengganggu
kesuburan. Oleh karena aspirasi dari spermatokel itu sendiri dikaitkan dengan tingkat
kekambuhan yang tinggi, maka agen sklerotik yang digunakan bertujuan untuk
menghancurkan dinding kista. Beberapa agen sklerotik yang telah digunakan,
termasuk diantaranya tetrasiklin, fibrin glue, fenol, sodium tetradecyl sulfate, kuinin,
talk powder, polidokanol, dan etanolamin oleate, semuanya dengan berbagai derajat
keberhasilan yang bervariasi antara 30%-100%

HERNIA SKROTALIS (HERNIA INGUINALIS LATERALIS)

A. Definisi
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita
B. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Pada anamnesis pasien mengeluhkan benjolan pada skrotumnya,benjolan
kadang bisa mengecil saat tiduran tapi ketika berdiri benjolan bisa membesar lagi.
Pasien jarang mengeluhkan nyeri.Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan sampai
ke kantung skrotum dengan konsistensi lunak dan idak nyeri.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk
membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab
lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan
nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia
inguinalis.
D. Penatalaksanaan
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya
menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih berat dibandingkan resiko
yang minimal dari operasi hernia.
Indikasi operasi :

- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.

- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

Konservatif :

- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi

- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,


pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.

- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.
TUMOR TESTIS

A. Patogenesis
Sebagian besar (± 95%) tumor testis primer, berasal dari sel germinal,
sedangkan isinya berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas
seminoma dan non seminoma. Seminoma berbeda sifatnya dengan non-seminoma,
antara lain sifat keganasannya, respon terhadap radioterapi dan prognosis tumor.
Tumor-tumor sel embrional testis merupakan satu golongan tumor yang heterogen.
Dari berbagai klasifikasi tumor testis ganas, klasifikasi organisasi kesehatan dunia
(WHO) paling sering dipakai. Disamping seminoma yang memang berasal dari sel
germinal terdapat karsinoma embrional, teratoma dan koriokarsinoma yang
digolongkan non seminoma, yang dianggap berasal dari sel germinal pada tahap
perkembangan lain histogenesis. Seminoma meliputi sekitar 40% dari tumor ganas
testis. Koriokarsinoma jarang sekali ditemukan (1%). Metastasis tumor testis kadang
berbeda sekali dari tumor induk, yang berarti tumor primer terdiri dari berbagai jenis
jaringan embrional dengan daya invasi yang berbeda.
Klasifikasi tumor ganas testis

Seminoma - khas

- spermatositik

- anaplastik

Non seminoma - karsinoma embrional

- teratokarsinoma

- teratom matur dan imatur

Koriokarsinoma

B. Pertumbuhan dan Penyebaran

Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :
 Stadium A atau I : tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti penyebaran
baik secara klinis maupun radiologis.

 Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional


(para aorta) atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran
limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk pembesaran
limfonodi yang telah teraba (>10 cm).

 Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar


retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.

Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak para aortal
kiri setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara aorta dan
v.kava setinggi L3 dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar inguinal hanya
terjadi setelah penyusupan tumor ke dalam kulit skrotum atau setelah dilakukan
pembedahan pada funikulus spermatikus. Penyebaran hematogen luas pada tahap dini
merupakan tanda koriokarsinoma.

C. Gambaran Klinis

Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri,
namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10%
mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada
massa di perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan
pada kelenjar leher dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia.

Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi
dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor
pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di
abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti.

Simtomatologi dari tumor primer :

 Permulaan akut ( gambaran seperti orkitis, epididimitis, torsio testis ).


 Permulaan yang diskret seperti pembengkakan tanpa nyeri testikal atau
pengerasan lokal atau deformasi testikel.

 Hidrokel simtomatik ( sesudah pungsi palpasi testis ).

 Nyeri lokal, sering menyebar di sisi yang sama ke krista iliaka.

 Kadang-kadang sama sekali tanpa keluhan atau kelainan ; metastasis


merupakan manifestasi pertama penyakitnya.

Simtomatologi mengenai metastasis :

 Nyeri punggung yang samar akibat metastasis kelenjar retroperitoneal.

 Kolik ginjal sebagai akibat bendungan atau penutupan ureter oleh metastasis
kelenjar retroperitoneal.

 Nyeri yang menyebar ke tungkai.

 Tumor yang palpabel di perut sebagai akibat metastasis kelenjar limfe.

 Pembengkakan subklavikular, terutama kiri.

 Dispnoe, hemoptoe, iritasi pleura oleh metastasis paru.

 Malaise umum dengan anemia dan laju enap darah yang tinggi.

Pada dasarnya, diagnosis karsinoma testis mudah karena merupakan benjolan di


dalam testis yang tidak nyeri dan yang tidak diafan pada uji transiluminasi. Biasanya
tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epididimis pada
palpasi yang dilakukan dengan telunjuk dan ibu jari. Kadang keadaan umum di
dukung dengan penurunan berat badan.

D. Diagnosis

Transiluminasi, ultrasonografi dan pemeriksaan endapan kemih sangat


berguna untuk membedakan tumor dari kelainan lain. kadang tumor testis disertai
hidrokel, karena itu ultrasonografi sangat berguna. Diagnosis ditentukan dengan
pemeriksaan histologik sediaan biopsi. Setiap benjolan testis yang tidak menyurut dan
hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan
dibiopsi.

HEMATOKEL

A. Definisi
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma. Jika hanya sedikit, biasanya darah akan kembali diserap, tetapi jika banyak
perlu dilakukan pembedahan untuk membuangnya.

B. Gambaran klinik : benjolan pada testis


C. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik :
Anamnesis pada kasus-kasus hematokel biasanya ditanyakan apakah
mempunyai riwayat trauma pada bagian skrotum atau tidak, karena penyebab
hematokel biasanya adalah trauma. Pada anamnesis juga dapat ditanyakan riwayat
operasi, penyakit-penyakit generative karena bisa juga merupakan fase lanjutan dari
diabetes atau penyakit aterosklerotik.
Pemeriksaan fisik:
- Masa kistik
- Konsistensi keras
- Tidak nyeri
-Transiluminasi (-)

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum
beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik yang
memerlukan penanganan yang segera tepat, dan adekuat. Menentukan diagnosis akut skrotum
bukanlah suatu hal yang mudah karena akut skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
sebab dan area pemeriksaan yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit
sehingga perlu diketahui lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor
penyebab.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics
2005;72(3):201-4

2. Stanley J. Swierzwieski. Testicular pain/Scrotal Pain. 2007.


http://www.urologychannel.com

3. Anonymous. Epididimitis. 2008. http://www.wikipedia.org

4. Edmund S Sabanegh. Epididimitis. 2008. http://www.emedicine.com

5. Eugene Minevich. Testicular Torsion. 2007. http://www.emedicine.com

6. Anonymous. Epididimitis and Orchitis. 2008. American Urology Association.


http://www.urologyhealth.com

7. Timothy J Rupp. Testicular Torsion. 2006. http://www.emedicine.com

8. Corinne Deurdulian, et al. US Acute Scrotal Trauma: Optimal Technique, Imaging,


Findings and Management, Radiographics 2007;27:357-69

9. Robert A Mevorach, MD. Scrotal Trauma. 2007. http://www.emedicine.com

10. Anonymous. Hernia. 2007. http://www.wikipedia.org

11. Laris E. Galejs and Evan J. Kass. Diagnosis and Treatment of Acute Scrotum. AAFP J
1999;19(4)

12. Oren F. Miller. Acute Scrotum. Pediatric Urology of Oklahoma 2006

13. Anonymous. Evaluation of the Acute Scrotum. 1999. http://www.urologyweb.com

14. Anonymous. Acute Scrotal Pain. 2007. http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au

15. John N. Krieger. Epididimitis. Dalam: Smith’s General Urology 6th ed. 2003.h189-95

16. Francis X. Schneck, Mark F. Bellinger. Abnormalities of the testis and scrotum and their
surgical management. Dalam: Walsh : Campbell’s Urology 8th ed. 2002.h267-77

17. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. 1997, EGC Jakarta

18. Anonymous. Epididimitis and Orchitis. 2008. American Urology Association.


http://www.urologyhealth.com

19. G.A Luzz, T.S. O’Brein. Acute Epididymitis. BJU Int. 2001;87,747-755

20. Anonymous. Picture Torsio Testis. 2008. http://www.medicastore.com


21. Stanley J. Swierzwieski. Testicular pain/Scrotal Pain. 2007.
http://www.urologychannel.com

22. Giovanni Grechi, Vincenzo Li Marzi. Testicular Torsion in Glenn’s Urology Surgery 5 th
ed. 1998, h.70-5

Anda mungkin juga menyukai