PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di amerika serikat setiap tahunnya. Dari
kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di
rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar. Satu juta hari kerja
hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat
di rumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakaar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan
mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran.
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami
luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar
ketimbang yang diperkirakan lewat repretasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar
terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan
yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakanindustry juga menyebabkan banyak kejadian
luka bakar.
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, di
tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan
populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun bermacam-
macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka
bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam
memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit dan
superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena
zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya masih sukar dan
memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya
masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar memerlukan
penanganan yang serius. (Brunner&suddart, 2002)
1.2 Tujuan Penulisan
2.2 Etiologi
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh
cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian
yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi
ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar dikategorikan menurut
mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
2.3 Patofisiologi
1. Respon sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok
luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka
bakarnya tidak mencapai 20% dari luas total permukan tubuh akan memperlihatkan respons yang
terutama bersifat local. Insideni, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar
sebanding dengan luasnyaluka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang
mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam
ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme
kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme
pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.
2. Respon kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat jelas.
Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung
akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.Keadaan ini merupakan awitan syok luka
bakar. Sebagai respon system saraf simpatik akan melepaskan ketokolamin yang meningkatkan
resistensi perifer (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah kisaran
normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan
yang adekuat, tekanan pengisian jantungtekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan
tekanan baji arteri pulmonalis tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan
tidak adekuat, akan terjadi syok distributif.Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar
terjadi dalam 24 jam hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam
tempo 6 hingga 8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan caira mengalir kembali kedalam kompertemen vaskuler setelah cairan diabsorbsi
kembali ke jaringan intertisial ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Jika fungsi renal dan kardiak masih memadai, haluaran urin akan meningkat. Diuresis berlanjut
selama beberapa hari hingga 2 minggu.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan
tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpidahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu
sendiri sehingga pembentukan sehingga pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah
luka bakar. Pasien dengan luka baakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
massif.
3. Respons pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang berhubungan
dengan luka bakar. Meskupun tidak terjadi cedera pulmoner,hipoksia dapatdijumpai. Pada luka
bakar yang berat , konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai
akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respons local (white, 1993). Untuk memastikan
tersedianya
oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.Cedera pulmoner diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori : cedera saluran napas, cedera saluran napas di bawah glotis yang
mencakup keracunan karbon monoksida; dan defek restriksi. Cedera saluran napas atas terjadi
akibat panas langsung atau edema. Keadaan ini bermanifestasi pada sebagai obstruksi mekanis
saluran napas atas yang mencakup faring dan laring (Corwin, 2009)
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang perempuan berusia 34 tahun dibawa ke UGD karena terjebak didalam rumahnya yang
mengalami kebakaran. Pasien terlihat sesak dan beberapa bagian tubuhnya mengalami luka bakar.
Pasien mengatakan bahwa ia terjebak didalam rumahnya yang terbakar ketika ia sedang tidur. Ia
terbangun saat merasa panas dan mencium bau asap.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kulit wajah, leher, lengan bawah dan kaki mengalami luka
dan berwarna kemerahan. Sebagaian pakaian pasien terbakar. Pasien terlihat sesak yang meningkat
terutama pada saat berkomunikasi, terdengar suara wheezing, RR 32 x/menit. TD: 110/60 mmHg,
frekuensi nadi 110 x/menit, suhu 36,4 0C.
Pasien mengeluh sangat nyeri pada bagian tubuhnya yang mengalami luka bakar.
Terdapat luka bakar yang merata pada bagian wajah, leher, lengan bawah kiri dan kanan, kaki kiri
dan kanan. Luka berwarna kemerahan dan merah muda, dan sebagian terdapat bullae. Tidak
terdapat luka pada lengan atas, dada, perut, punggung dan paha.
Pertanyaan diskusi:
1. Apakah kategori triage pasien tersebut berdasarkan ATS?
2. Apakah derajat luka bakar pasien tersebut?
3. Apakah kategori luka bakar pasien tersebut?
4. Berapa luas luka bakar yang dialami?
5. Susun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien tersebut mengikuti format berikut.
1. Skala Triase
Skala Triase 2 :
Airway :
- ancaman
Breathing :
- takipnue
- wheezing (+)
Circulation :
- takikardi ()
Disability :
- nyeri di seluruh area luka bakar
Exposure :
- luka bakar di daerah kulit wajah, leher, lengan bawah kiri dan kanan, kaki kiri dan
kanan, dengan warna kemerahan dan merah muda
- terdapat bullae di sebagian area luka bakar
Tanda Vital :
- hipotensi (TD = 110/60 mmHg)
- suhu = 36,4 °C
- RR = 32 x/ menit
- N = 110 x/ menit
Kategori Berat :
5. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas
Identitas pasien, nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan.
Nama : Ny.
Umur : 34 tahun
Riwayat kesehatan
Klien mengeluhkan sesak nafas dan nyeri pada bagian tubuhnya yang mengalami luka bakar.
Pengkajian Primer
A. Airway
B. Breathing
Adanya wheezing
RR : 32 x/menit
C. Circulation
TD = 110/60 mmHg
D. Disability
E. Exposure
Bagian wajah, leher, lengan bawah kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan terdapat luka
bakar yang merata
Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada, keletihan otot-otot
pernafasan dan hiperventilasi.
Tidak dapat dihitung, dikarenakan data tidak lengkap yang meliputi berat badan serta
waktu mulai saat terjadi trauma.
BAB IV
PENUTUP
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab
lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan
suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta
sengatan matahari.