Anda di halaman 1dari 24

GANGGUAN

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ASAM BASA

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu dilimpahkan
kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah falsafah dan teori keperawatan yang berjudul ”Gangguan Keseimbangan Cairan
dan Asam Basa” ini dilakukan untuk memahami secara jauh tentang komponen suatu teori
,demikian sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, yang tak lepas
dari kesalahan dan kekurangan.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ns. Luh Titi Handayani S.Kep.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing mata kuliah ilmu
dasar keperawatan, atas segala wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan
bimbingan, masukan dan saran dalam proses pembelajaran makalah keseimbangan
asam basa.
2. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan.
3. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah
banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual, demi selesainya proyek
usaha kelompok ini.

Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis sendiri
khususnya dan pembaca sekalian umumnya

Jember, 18 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 3

1.1 Latar belakang .................................................................. 3


1.2 Tujuan .................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 4

2.1 Komposisi cairan tubuh ................................................................. 4


2.2 Pergerakan cairan tubuh ................................................................ 5
2.3 Regulasi cairan ................................................................. 8
2.4 Regulasi elektrolit .................................................................. 11
2.5 Regulasi keseimbangan asam basa .......................................................... 13
2.6 Gangguan keseimbangan .................................................................. 16
2.7 Keseimbangan asam basa .................................................................. 19
2.8 Jenis ketidakseimbangan ................................................................. 21

BAB III PENUTUP .................................................................. 23

4.1 Kesimpulan .................................................................. 23


4.2 Saran .................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 24

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan , elektrolit, dan
asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, dan
didistribusi, dan halauran air dan elektrolit, serta komponen zat tersebut oleh sistem
renal dan paru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan salah
satunya karena penyakit. Oleh karena itu, askep untuk beragam klien meliputi
pengkajian dan perbaikan ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.

Cairan tubuh di distribusikan dalam 2 kompartemen yang berbeda yakni CES dan
CIS. Dimana CES terdiri dari CIS dan cairan intravaskuler , sekitar 15%. Berat tubuh
merupakan cairan interstisial, sedangkan CIS itu sendiri merupakan cairan didalam
membrane sel yang berisi substansi terlarut yang penting untuk keseimbangan cairan
dan elektrolit serta untuk metabolisme, CIS ini membentuk 40% berat tubuh.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui komposisi cairan tubuh
2. Untuk mengetahui pergerakan cairan
3. Untuk mengetahui regulasi cairan , elektrolit dan asam basa
4. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan
5. Untuk mengetahui jenis ketidakseimbangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komposisi Cairan Tubuh


Saat cairan berpindah saat kompartenen terdiri dari substansi yang terkadang disebut
mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolitan ( Chistensen dan Kockrow,2003).
Elektrolit merupakan elemen atau campuran yang dilarutkan atau dicampur dengan air
atau cairan pelarut lainnya , dipisahkan menjadi ion yang bermuatan listrik . elektrolit
yang bermuatan positif disebut kation ( misalnya Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium
(Ca2+). Elektrolit yang bermuatan negative disebut dengan anion (misalnya Klorida
(CL-), bikarbonat (HCO3-), sulfat (SO4-). Jumlah volume cairan dan elektrolit harus
dipertahankan dengan jumlah yang sesuai dalam tubuh. Tabel 41-1 menunjukan
distribusi elektrolit dalam cairan tubuh.

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh


-      Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
-      Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
-      Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
-      Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
-      Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
-      Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
-      Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

Elektrolit adalah bagian yang sangat penting dalam fungsi tubuh. Nilai Miliekuevalen
per liter (meq/L) mnunjukan jumlah gram yang terdapat dalam larutan elektrolit spesifik
(zat terlarut) dalam satu liter plasma (larutan). Gula yang dilarutkan didalam air adalah
contoh dari gula sebagai zat terlarut. Kristaloid adalah zat terlarut yang terdiri atas gram
dan koloid molekul besar yang tidak mudah larut. Zat yang melarutkan zat terlarut dalam
suatu larutan disebut pelarut (Chernecky , Macklin, dan Murphy Ende, 2006). Contohnya
3
pada gula dan teh, teh merupakan pelarut. Dalam tubuh, air merupakan pelarut dan zat
terlarut adalah elektrolit oksigen, karbondioksida, glukosa, dan protein.

Mineral dicerna dalam sebaagi suatu senyawa dan berada dalam jaringan dan cairan
tubuh. Mineral berfungsi untuk mempertahankan proses fisiologi . Mineral juga berperan
sebagai katalis dalam saraf, kontraksi otot, dan metabolisme nutrisi dalam makanan titik.
Mineral juga mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormone serta memperkuat
struktur rangka. Contoh mineral adalah zat besi dan seng.

2.2 Pergerakan Cairan Tubuh


Pergerakan cairan tubuh masing-masing kompartemen tubuh dipisahkan oleh dinding sel
dan mebran kapiler. Cairan dan elektrolit secara terus menerus bergerak dari satu
kompratemen ke kompratemen lainnya untuk memfasilitasi proses tubuh seperti
oksigenasi jaringan, keseimbangan asam-basa , dan membentuk urine. Air berpindah dari
satu sel ke sel yang lainnya dengan mudah karena mebran sel yang memisahkan
kompratemen cairan tubuh bersifat permiabel. Namun, molekul dan ion berpindah dengan
lambat melalui membrane sel dengan lambat. Semakin besar molekul sel, semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu sel ke sel lainnya melalui membrane
sel. Cairan dan zat terlarut bergerak melalui membrane berdasarkan 4 proses, yaitu
osmosis, difusi, filtrasi, dan transport aktif.
2.2.1 Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut seperti air melalui membran semi
permeable dari area yang memiliki konsentri rendah . Osmosis berfungsi
untuk menyeimbangkan konsentrasi molekul (ion) pada kedua sisi membrane .
membrane tersebut bersifat permeable terhadap zat terlalut . kecepatan reaksi
osmosis bergantung pada konsentrasi zat telarut dalam cairan, suhu larutan,
muatan listrik zat terlarut dan perbedaan antara tekanan osmotic yang
dihasilkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur dengan osmols, yang
menunjukan jumlah substansi dalam larutan dalam bentuk molekul, ion , atau
keduanya. Sebagai contoh , rebusan daging anjing adalah dari peristiwa
osmosis. Konsentrasi molekul yang berada dalam danging anjing lebih besar
dari pada air . saat air mengalir melalui kulit daging anjing , yang besifat
semipermeable , untuk menyeimbangkan jumlah molekul yang berada diantara

4
kedua membrane . ketika kulit daging anjing lagi tidak menahan air , maka
kulit atau membrane semipermeable akan pecah.( Chistensen dan Kockrow,
2013)
Tekanan osmotik merupakan daya tarik air dan bergantung pada jumlah
molekul yang berada dalam larutan. Larutan dengan konsentrasi zat terlarut
yang tinggi memiliki tekanan yang tinggi dan menarik air itu sendiri. Jika
konsentrasi zat terlarut lebih besar pada salah satu membrane semipermiable,
maka kecepatan osmosis akan lebih besar dan perpindahan zat pelarut melalui
membrane akan terjadi lebih cepat. Hal ini terus terjadi hingga tercapai
keadaan seimbang. Tekanan osmotik pada larutan disebut sebagai osmolalitas,
yang diukur dalam osmols, atau miliosmols per kilogram (mOsm/kg) larutan.
Osmolitas serum normal adalah 275 hingga 295 mOsm/kg. Osmolalitas adalah
ukuran satuan ukur yang digunakan untuk mengevaluasi serum dan
urinedalam praktik klinis dan menggambarkan konsentrasi total zat terlarut
dalam kompartemen cairan. Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler (CES)
dan cairan intraseluler (CIS). Osmolaritas merupakan istilah lain yang
menggambarkan konsentrasi larutan, yang merefleksikan jumlah molekul per
liter (mOsm/L).

Larutan diklasifikasikan sebagai hipertonik, isotonik, dan hipotonik. Laruran


yang memiliki osmolaritas yang sama dengan plasma darah disebut isotonik,
yang mengindikasikan bahwa konsentrasi konsentrasi laruran pada kedua sisi
membrane semipermiabel sama. Larutan isotonik seperti normal saline,
natrium klorida 0,9%, meningkatkan volume cairan tubuh tanpa menyebabkan
perpindahan cairan dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya. Larutan
hipertonik (larutan yang memiliki tekanan omotik yang lebih besar) , seperti
natrium klorida 3%, mendorong cairan keluar dari sel dan menyebabkan sel
keriput. Cairan hipertonik (cairan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih
besar ) , seperti natrium klorida 0,45%, menarik cairan masuk kedalam sel
sehingga menyebabkan sel menjadi membesar. Masing-masing proses ini
terjadi melalui proses osmosis, yang merupakan proses pasif.

Protein plasma khususnya albumin , merupakan protein serum yang secara


alami diproduksi oleh tubuh, memengaruhi tekanan osmotik darah. Albumin
meningkatkan tekanan osmotik koloid dan tekanan onkotik, yang cenderung

5
mempertahankan cairan dalam kompartemen intravaskuler dengan menarik air
dari cairan interstisial masuk kedalam kapiler (Vaskuler) (Chernecky
et.al,.2006)

2.2.2 Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat terlarut (gas atau padat) yang berada dalam
larutan melalui membrane semipermeabel dari area yang berkonsentrasi tinggi
ke area yang berkonsentrasi rendah. Perpindahan tersebut akan menyebabkan
distribusi zat terlarut sama pada semua larutan. Misalnya ,ketika anda
menuangkan sejumlah kecil es krim dalam segelas kopi, maka krim yang tidak
bercampur dengan kopi akan berdifusi keseluruh kopi dalam gelas (Chernecky
et.al,.2006). Kecepatatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi ,
dan suhu larutan. Semakin besar ukuran suatu molekuldan semakin dingin
suatu larutan , maka semakin lambat proses difusi. Contoh fisiologinya adalah
pergerakan oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan dinding pembuluh
darah dalam paru. Perbedaan antara kedua konsentrasi dikenal sebagai gradien
konsentrasi.

2.2.3 Filtrasi
Filtrasi merupakan proses dimana cairan dan substansi yang dapat berdifusi
bergerak bersama sama melalui membrane, karena tekanan cairan, yang
bergerak dari tekanan yang lebih besar ke tekanan yang lebih kecil. Proses ini
terjadi dalam bantalan kapiler, dimana perbedaan tekanan hidrostatik
menentukan terjadinya pergerakan cairan. Ketika tekanan hidrostratik
meningkat pada bantalan kapiler vena . seperti terjadi pada gagal jantung
kongestiv,terjadi pergerakan yang terbalik dari pergerakan normal yaitu cairan
beregerak dari ruang interstisial keruang intravascular melalui filtrasi.
Sehingga terjadi akumulasi kelebihan cairan diruang interstisial, yang dikenal
sebagai edema. Tekanan hidrostatik menyebabkan perpindahan cairan dari
area yang bertekanan tinggi ke area yang bertekanan rendah. Pada ujung alteri
sebuah kapiler, tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan osmotic
koloid, yang menyebabklan cairan dan larutan yang dapat berdifusi bergerak
dari kapiler ke ruang interstisial. Pada ujung vena suatu kapiler, tekanan
osmotic koloid lebih besar daripada tekanan hidrostatik, cairan dan beeberapa

6
zat terlarut bergerak dari ruang interstisial ke kapiler. Kelebihan cairan dan zat
terlarut yang berada pada ruang interstisial akan kembali keruang intravascular
melalui kanal limfa.

2.2.4 Transpor aktif


Transpor aktif tidak seperti difusi ,osmosis ,dan filtarsi, transport aktif
memerlukan aktifitas metabolic dan energy untuk memindahkan substansi
melalui membrane sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang
lebih besar daripada molekul yang dapat diterima oleh sel dan sebaliknya
memindahkan atau menggerakkan molekul dari area yang berkonsentrasi
rendah ke area yang berkonsentrasi tinggi. Contoh transport aktif adalah
pompa natrium-kalium-ATPase. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium
dipompa kedalam sel melawan gradient konsentrasi. Proses ini berguna untuk
memanfaatkan konsentrasi kalium yang lebih tinggi pada CIS dan konsentrasi
natrium yang lebih tinggi pada CES.

Transpor aktif ditingkatkan oleh molekul karier diantara sel yang berkaitan
dengan molekul yang datang. Masing-masing substansi memiliki molekul
karier. Contohnya, glukosa memasuki sel setelah berikatan dengan sel
pembawa insulin. Transport aktif merupakan mekanisme yang memungkinkan
sel mengabsorbsi glukosa dan substansi lainnya untuk membantu proses
metabolisme.

2.3 Regulasi Cairan Tubuh


Asupan cairan, kontrol hormonal, dan keluaran urine mengatur cairan tubuh.
Keseimbangan fisiologis diartikan sebagai homeostasis (Heita dan Horne, 2005). Tubuh
yang sehat berespon terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit untuk
mencegah dan memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi.

Mekanisme haus sangat berperan dalam mengatur asupan cairan. Pusat kontrol haus
berada pada hipotalamus otak. Rasa haus adalah perasaan sadar yang menginginkan air
dan salah satu faktor utama yang menentukan dilakukannya asupan cairan (Chernecky et
al, 2006). Osmoreseptor terus memonitor tekanan osmotik serum dan ketika osmolalitas
meningkat, hipotalamus distimulasi. Memakan keripik kentang adalah salah satu
contohnya, garam yang terdapat pada keripik kerupuk dapat meningkatkan tekanan

7
osmotik cairan tubuh dan menstimulasi mekanisme rasa haus (Monahan et al, 2007).
Peningkatan osmolalitas plasma terjadi pada keadaan tertentu yang memicu
meningkatkan asupan cairan hipertonik. Hipotalamusdistimulasi saat kehilangan cairan
secara berlebihan dan hipovolemia terjadi saat seseorang mengalami muntah dan
pendarahan yang berlebihan.

Asupan cairan rata-rata orang dewasa adalah sekitar 2.200 hingga 2.700 ml per hari yaitu
asupan cairan per oral sebanyak 1100 hingga 1400 ml, supan cairan dari makanan padat
sebanyak 800 hingga 1000 ml, dan metabolisme oksidasi sebanyak 300 ml per hari
(Heitz dan Horne, 2005). Oksidasi air (metabolisme oksidatif) adalah hasil akhir
metabolisme sel dari proses mencernamakanan padat. Memasukan cairan pada tubuh
merukapan keadaan yang dilakukan secara sadar. Infant , klien dengan masalah
neurologis atau psikologis, dan lansia yang tidak mampu memsepsikan atau merespon
mekanisme haus memiliki resiko mengalami dehidrasi (Grandjean et al,. 2005)

2.3.1 Regulasi hormonal


Hormon seperti hormone antiduretik mekanisme renin-angiotensin-aldosteron
dan atrial natriuretic peptide (NAP) mengatur asupan cairan melalui berbagai
macam mekanisme . Hormon antidiuretik (antidiuretic hormone /ADH )
diproduksi oleh kelenjar pituitary posterior dan produksi dalam merespon
perubahan sekresi osmolaritas darah.

Nyeri stress volume darah yang bersikulasi dan beberapa obat memengaruhi
produksi dan pelepasan ADH dalam tubuh. ADH mencegah dieresis yang
menyebabkan tubuh menyimpan air. Meningkatnya osmolaritas menstimulasi
osmoreseptor di hipotalamus untuk melepaskan hormone ADH.ADH bekerja
langsung pada tubulus ginjal dan duktus pengumpulan untuk membuat
hormone tersebut permabel terhadap air.Hal ini menyebabkan air kembali ke
sirkulasi sistemik yang mengencerkan darah dan menurunkan osmolaritasnya.
Saat tubuh berupaya untuk berkompensasi, sementara akan menyebabkan
penurunan haluran urine. Saat darah menjadi encer, osmoreseptor berhenti
melepaskan ADH dan haluaran urine kembali lagi.

Perubahan perfusi ginjal menginisasi mekanisme renin-angiotensin-aldosteron.


Renin ,enzim proteolitik yang disekresikan oleh ginjal, berespon menurunkan
perfusi ginjal karena menurunnya volume ekstrasel. Renin berperan untuk

8
memproduksi angiostensin 1, yang menyebabkan beberapa vasokontriksi.
Angiotensin 1 juga berkurang oleh enzim yang mengubah angiotensin1
menjadi angiotensin 2. Angiotensin 2 kemudian menyebabkan vasokontriksi
selektif masih pada banyak pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke
ginjal, sehingga meningkatkan perfusi ginjal. Angiotensin 2 juga menstimulasi
pelepasan aldosteron saat konsentrasi natrium berkurang.

Korteks adrenal melepaskan aldosteron dalam responnya untuk meningkatnya


kadar kalium plasma atau sebagai bagian dari mekanisme renin-angiotensin-
aldosteron untuk mengatasi hipovolemia. Aldosteron berperan pada sisi distal
tubulus ginjal untuk menurunkan reasorpsi (penyimpanan) natrium serta
sekresi dan akresi kalium dan hidrogen. Karena retensi natrium menyebabkan
retensi air, pelepasan aldosteron berperan sebagai regulator volume (Heitz dan
Horne, 2005). Efek keseluruhan dari mekanisme renin-angiotensin-aldosteron
adalah retensi natrium dan air, menyebabkan penyimpanan volume darah
(Chernecky dan rekan, 2006).

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) berperan penting dalam keseimbangan cairan


dan elektrolit serta mempertahankan tonus vaskular. ANP adalah hormon yang
disekresikan dari sel atrial jantung, merespon tegangan atrial dan peningkatan
volume darah yang bersikulasi. ANP berperan sebagai diuresis yang
menyebabkan kehilangan natrium dan menghambat mekanisme haus.
Pemantauan ANP memiliki potensi terapeutik (Scotland, Ahluwalia, dan
Hobbs, 2005).

2.3.2 Regulasi keluaran cairan


Keluaran cairan terjadi melalui ginjal, kulit, paru, dan taktusgastrointestinal.
Terdapat sejumlah kecil kehilangan cairan yg di perlukan untuk
menggegerakan cairan yg di perlukan untuk menggerakan larutan tertentu
dalam tubuh. Ginjal adalah organ regulator utama dalam keseimbangan cairan.
Menerima kira" 180ml plasma untuk di saring setiap hari dan memproduksi
1200 -1500ml urine, atau minimal 0,5 ml/kg/jam. Volume urine berfariasi dan
berubah tergantung asupan.

Kehilangan air yang tidak tampak terjadi secara kontinu, keluar melalui urine
dan paru-paru seseorang tidak menyadari kehilangan ini, tetapi hal ini terjadi

9
secara signifikan saat demam atau adanya luka bakar (Heitz dan Horne, 2005).
Kehilangan air tampak terjadi melalui perspirasi yang berlebih dan dapat
disadari oleh clien atau melalui inspeksi. Jumlah perspirasi yang tampak secara
langsung berhubungan dengan stimulasi klenjar kringat. Sistem saraf simpatiks
mengaktivasi klenjar keringat untuk meregulasi kehilangan air dari kulit.
Kehilangan air melalui kulit dapat dilihat maupun tidak, dan terjadi melalui
difusi dan perpirasi rata-rata 500-600 ml cairan yang tampak maupun tidak,
hilang melalui kulit setiap hari (Heitz dan Horne, 2005).

Jenis kedua dari kehilangan yang tampak adalah melalui paru, yang
mengekspirasi sekitar 500 ml air setiap hari. Kehilangan cairan yang tidak
tampak ini meningkat dalam merespon perubahan laju dan kedalam respirasi.
Alat untuk memberikan oksigen juga meningkatkan kehilangan cairan yang
tidak tampak melalui paru.

Traktus gastrointestinal berperan penting dalam regulasi cairan. Sekitar 3-6 L


cairan isotonik yang bergerak ke straktus gastrointestinal kemudian kembali
lagi kecairan ekstraseluler. Dalam keadaan normal orang dewasa rata-rata
kehilangan 200 ml dari 3-6 L cairan tiap hari melalui feses. Namun, dengan
adanya proses penyakit misalnya diare, straktus gastrointestinal menjadi
bagian yang mengalami kehilangan cairan yang paling besar. Kehilangan ini
secara signifikan akan mempengaruhi pertahan regulasi cairan yang normal.

2.4 Regulasi Elektrolit


Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na+), (K+) kalsium (Ca²+), dan
magnesium (Mg²+). Pergantian kation terjadi saat satu kation meninggalkan sel dan di
gantikan oleh kation yg lain. Hal ini terjadi karna sel cenderung mempertahankan
keseimbangan elektrik.
2.4.1 Regulasi natrium
Natrium adalah kation yg paling banyak 90% dalam cairan extra seluler. Ion
natrium memiliki peran besar untuk mempertahankan keseimbangan cairan,
melalui efeknya pada osmolaritas serum, trasmisi impuls sarah, regulasi
keseimbangan asam basa, dan partisipasi dalam reaksi kimia sel (McCance
dan Huether, 2005). Asupan natrium di regulasi melalui asupan diet dan
sekresi aldosteron. Konsentrasi natrium extra sel adalah 135 - 145 mEq/L.

10
2.4.2 Regulasi kalium
Kalium adalah elektrolit terbesar dan kation utama pada sel intraseluler
(monahan et, aL 2007). Kalium mengatur banyak aktivitas metabolisme dan di
perlukan untuk menyimpan glikogen dalam hati dan otot rangka, transmisi dan
konduksi impuls saraf, konduksi kardiak normal, serta kontraksi rangka dan
otot halus (mCance dan Huether, 2005). Konsentrasi kalium yg ada dalam
cairan ekstra seluler adalah sebesar 2% (Heitz dan Horne, 2005) konsentrasi
kalsium serum adalah 3,5 sampai mEq/L. Asupan makanan dan ekskresi ginjal
mengatur konsertrasi kalium. Tubuh hanya menghasilkan sedikit kalium,
sehingga pada beberapa keadaan yang meningkatkan keluaran urin akan
menurunkan konsentrasi kalium serum.
2.4.3 Regulasi kalsium
Kalsium disimpan dalam tulang, plasma, dan sel tubuh. 99% kalsium berada
pada tulang, dan hanya 1% yg berada dalam cairan ekstra seluler. Sekitar 50%
kalsium yg brada pada plasma, berikatan dengan protein, terutama albumin,
dan 40% merupakan kalsium yg bebas terionisasi. Sebagiann kecil kalsium
berikatan dengan anion non protein seperti fosfat, setrat, dan karbonat (Heitz
dan horne, 2005) serum kalsium terionisasi yang normal adalah 4,5 - 5,5
mg/dl. Jumlah total normal kalsium adalah 8,5 - 10,5 mg/dl. Kalsium di
butuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan darah, sekresi
hormon, integritas membran sel, konduksi jantung, transmisi impuls, serta
kontraksi otot.
2.4.4 Regulasi magnesium
Magnesium sangat penting untuk aktivitas enzim, aktivitas neurokimia, serta
eksitabilitas otot jantung dan rangka, kontrasi magnesium dalam plasma
adalah sebesar 1,5 - 2,5 mEq/L. Magnesium serum di regulasi melalui asupan
makanan, mekanisme ginjal, dan hormon paratiroid (PTH). Sekitar 50 - 60%
magnesium tubuh berada dalam tulang dan hanya 1% berada dalam cairan
ekstraseluler, dan sisanya berada dalam sel (Monahan et al., 2007).

Anion. 3 anion utama dalam tubuh adalah klorida (Cl-), dikarbonat (HCO3-)
dan fosfat (PO4³-)

2.4.5 Regulasi klorida

11
Klorida merupakan anion utama di ruang ekstraseluler. Transport klorida
mengikuti natrium. Konsentrasi normal klorida adalah 95-105 mEq/L. Klorida
serum di regulasi melalui asupan ginjal. Jika seseorang memiliki fungsi ginjal
yg normal mengonsumsi klorida dalam jumlah yg tinggi, maka kelebihan
klorida akan di ekskresikan dalam urine.
2.4.6 Regulasi bikarbonat
Bikarbonat adalah penyangga (buffer) kimia yg utama dalam tubuh. Ion
hikarbonat di temukan dalam kedua cairan, intraseluler dan ekstraseluler. Ion
bikarbonat adalah komponen yg penting dalam sistem penyangga asam
karboni - bikarbonat yg penting untuk keseimbangan asam basa. Ginjal
mengatur bikarbonat. Kadar normal bikarbonat arteri adalah antara 22-26
hingga 26 mEq/L; kadar normal bikarbonat vena (yg berikatan dengan
karbondioksida) adalah 24-30mEq/L.
2.4.7 Regulasi fosfor – fosfat
Hampir semua fosfor dalam tubuh di temukan dalam bentuk fosfat (PO4³-),
da istilah fosfor dan fosfat sering kali terbalik ( heits dan hone, 2005). Fosfat
adalah anion penyangga yg di temukan pada carairan itraseluler, dan di
temukan di ekstra sel. Fosfat membantu regulasi asam basa. Fosfat dan
kalsium membantu perkembangan dan pertahanan tulang dan gigi. Kadar
kalsium dan fosfat dalam tubuh bertolak belakang; jika kadar salah 1nya naik,
maka kadar yg lainnya akan turun. Fosfat juga mendukung neuromuskuler
normal dan berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat. Fosfat secara
normal di absorpsi melalui traktus gastrointestinal. Fosfat di regulasi melalui
supasn makanan, ekskresi ginjal, absorpsi intestinal, dan hormon pituitari.
Kadar normal fosfat serum adalah 2,8-4,5 mg/dl.

2.5 Regulasi Keseimbangan Asam-Basa

Untuk fungsi sel yang optimal,proses metabolisme mempertahankan keseimbangan dan


basa.Metabolisme tubuh memproduksi asam yang secara terus-menerus disangga oleh
sistem tubuh.Sistem peyangga ini menetralkan kadar asam dan basa meliputi sistem paru
dan ginjal. Penyangga merupakan substansi atau kelompok substansi yang mengabsorpsi
atau melepaskan ion hidrogen (H+) untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa.pH
arteri dapat mengukur kadar ion hidrogen secara tidak langsung (konsentrasi ion

12
H+).Contohnya,semakin besar konsentrasi ion hidrogen,maka semakin asam sifat suatu
larutan dan semakin rendah nilai pH. Sedangkan semakin rendah konsentrasi ion
hidrogen,maka semakin basa sifat suatu larutan dan semakin tinggi nilai pH,Nilai pH
juga menggambarkan keseimbangan antara karbon dioksida (CO 2), yang diregulasi oleh
paru, dan bikarbonat (HCO3-), ion yang bersifat basah yang diregulasi oleh ginjal (Heitz
dan Horne, 2005). Keseimbangan asam-basah terjadi saat tubuh memproduksi jumlah
asam atau basa yang nilainya sama dengan jumlah asam atau basa yang diekskresikan
oleh tubuh. Keseimbangan ini menghasilkan konsentrasi ion hidrongen yang stabil dalam
cairan tubuh yang diekskresikan melalui nilai pH kadar ion hidrogen yang normal pening
untuk mempertahankan integritas membran sel dan kecepatan aksi enzim seluler. Nilai
pH 7 adalah nilai yang normal, nilai pH yang dibawah 7 berarti sifat asam,dan di atas 7
bersifat basa.Nilai pH normal arteri adalah 7,35-7,45,Tiga jenis reguler asam-basa dalam
tubuh adalah kimia (sistem penyangga asam-basa karbonat),biologis (absorpasi dan
pelepasan ion hidrogen oleh sel,dan sistem penyangga fisiologis (paru dan ginjal).

2.5.1 Regulasi Kimia


Penyangga kimia tersebar dalam cairan intraseluler adalah asam karbonat dan
sistem penyangga bikarbonat (Gambar 41-6) yang ditampilkan sebagai
berikut:

CO2 + H2CO3↔H2CO3↔H+ + HCO3-

Karbon dioksida + air ↔asam karbonat ↔ion hidrogen +bikarbonat

Sistem penyangga bikarbonat-asam karbonik merupakan sistem penyangga


pertama yang bereaksi terhadap perubahan nilai pH dalam cairan
ekstraseluler,dan bereaksi dalam beberapa detik.persamaan reaksi yang
pertama mendomonstrasikan bagaimana konsentrasi ion hidrogen (H +) dan
karbon dioksida (CO2)saling berhubungan saat karbon dioksida
meningkatkan.produksi karbon hidrogen meningkatkan dan saat ion hidrogen
diproduksi,karbon dioksida juga diproduksi (ignatavicious dan
workman,2005).Nilai pH menurun saat cairan ekstravaskular bersifat lebih
asam dan terjadilah asidonis.saat cairan ekstravaskular menerima banyak
substansi basa,nilai pH meningkat,dan alkalosis terjadi.paru terutama
mengontrol ekskresi karbon dioksida yang dihasilkan melalui
metabolisme.Ginjal mengontrol ekskresi ion hidrogen dan bikarbonat.

13
2.5.2 Regulasi Biologis
Penyangga biologis terjadi ketika ion hidrogen diabsorpsi atau dilepaskan oleh
sel.Penyangga biologis terjadi setelah pwnyangga kimia ion hidrogen memliki
muatan positif dan harus digantika oleh ion positif lainya,seperti kalium
(K+).Saat memproduksi asam yang berlebihan,ion hidrogen memasuki sel dan
ion kalium keluar dari sel dan memasuki cairan ekstravaskular,kemudian
menyebabkan peningkatan kadar serum kaliumMisalnya pelepasan asam
lemak yang terjadi saat mengalami ketoasidosis diabetes dan kelaparan
penyangga biologis yang kedua adalah sistem hemoglobin-
oksihemoglobin.Karbon dioksida berdifusi kedalam sel darah merah dan
membentuk asam karbonik,asam karbonik terdiri atas ion hidrogen dan ion
bikarbonat.Ion hidrogen berikatan dengan hemoglobin,dan ion bikarbonat
dapat digunakan sebagai penyangga untuk mengantikan klorida (Chernecky et
al,2006).

Penyangga biologis lainnya adalah pertukaran klorida dalam sel darah


merah.Ketika darah dioksidasi dalam paru,ion bikarbonat berdifusi kedalam
sel dan ion klorida keluar dari hemoglobin ke dalam plasma untuk
mempertahankan kenetralan elektrik.Hal yang sebaliknya terjadi ketika karbon
dioksida berpindah ke dalam sel darah melalui bantalan kapiler jaringan.proses
ini merupakan proses perpindahan klorida dan pertukaran anion memiliki
hubungan yang timbal balik (Brasher,2006).

2.5.3 Regulasi Fisiologis


Dua penyangga fisiologi dalam tubuh adalah paru dan ginjal. Namun, ketika
terdapat penyakit yang berhubungan dengan paru dan ginjal, system ini tidak
lagi mampu mengaktifkan regulasi fisiologi. Paru beradaptasi dengan cepat
terhadap ketidakseimbangan asam-basa, bertindak untuk mengembalikan
kadar pH normal sebelum terjadi penyangga biologis. Peningkatan kadar ion
hydrogen dan karbon dioksida, secara normal akan menstimulasi respirasi.
Ketika konsentrasi ion hydrogen ternganggu , jantung bereaksi untuk
memperbaiki ketidakseimbangan dengan mengubah kecepatan dan kedalaman
14
pernapasan . Misalnya, adanya asidosis metabolic akan meningkatkan laju
respirasi, dan sejumlah karbon dioksidda dikeluarkan melalui pernapasan,
yang menurunkan kadar asam. Pada alkalosis metabolic, paru
mempertahankan karbon dioksida dengan menurunkan respirasi, sehingga
meningkatkan kadar asam (Monahan et al, 2007.

Ginjal memerluhkan waktu sekitar beberapa jam hingga beberapa hari untuk
mengatur ketidakseimbangan asam-basa, Dalam merespons
ketidakseimbangan asam-basa,ginjal meningkatkan atau menurunkan produksi
karbonat. Mereka menabsorsi bikarbonat dalam keadaan kelebihan asam dan
mengeksresikannya dalam keadaan kekurangan asam. Ginjal juga
menggunakan ion fosfat (PO43) untuk mengekskresi ion hydrogen dengan
membentuk asam fosfor (H3PO4). Pada akhirnya, ginjal menggunakan
mekanisme ammonia untuk mengatur keseimbangan asam-basa. Pada
mekanisme ini, asam amino yang berada dalam tubulus ginjal secara kimiawi
akan berubah menjadi ion amonita (NH3) yang berkaitan dengan ion hydrogen
membentuk ammonium (NH4), yang diekskresikan dalam urine, namun
hydrogen dikeluarkan dari tubuh (Monahan et al, 2007).

2.6 Gangguan Keseimbangan Elektrolit , Cairan, dan Asam-Basa


Gangguan keseimbangan elekrtrolit cairan dan asam basa sering terjadi secara tidak
bersamaan dan mengganggu proses normal tubuh dan homeostatis. Ketika terjadi
kekurangan volume cairan akibat luka bakar, penyakit, atau trauma, klien slalu beresiko
mengalami ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi
akibat muntah, diare dan ketidak mampuan klien untuk memberitahukan kebutuhan
cairan ; yang menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa. Trauma , penyakit, dan
medikasi semuanya berkontribusi untuk menggangu keseimbangan cairan, elektrolit dan
keseimbangan asam basa.

2.6.1 Ketidakseimbangan Elektrolit


2.6.1.1 Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia adalah keadaan dimana konsentrasi natrium dalam darah
(serum) lebih rendah dari kadar normal, yang dapat terjadi saat kehilangan

15
natrium atau kelebihan cairan. Hiponatremia terjadi lebih sering pada
klien yang menderita penyakit parah. Indikasin klinis dan terapy yang
dilakukan bergantung pada penyebab hiponatremia dan berhubungan
dengan volume cairan ekstraseluler yang normal, menurun, atau
meningkat (Heits dan Home , 2005). Biasanya kadar natrium berkurang
tanpa disertai kekurangan cairan, dan menyebabkan penurunan
osmolalitas cairan ekstraseluler. Jika kekurangan natrium, terus terjadi ,
tubuh terus mempertahankan volume darah dan jaringan interstisial.
Akibatnya, keadaan natrium dalam cairan ekstraseluler menjadi pekat.

Hipernatremia adalah keadaan konsentrasi natrium melebihi kadar normal


yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan atau kadar
natrium yang berlebihan. Ketika hipernatremia disebabkan oleh
peningkatan sekresi aldosteron , maka natrium ditahan dan kalium di
ekskresikan. Ketika hipernatremia terjadi, tubuh mempertahankan kadar
air sebanyak mungkin melalui reabsorbsi ginjal.

2.6.1.2 Ketidakseimbangan kalium.


Hipoklemia merupakan ketidakseimbangan elektrolit yang paling sering
terjadi , yaitu jumlah kalium yang beredar dalam cairan ekstraseluler tidak
adekuat. Hipokalemia berat memengaruhi konduksi dan fungsi kardiak.
Karena jumlah normal kalium dalam serum sangat kecil, toleransi terhadap
fluktuasi juga kecil. Penyebab utama hipokalemia adalah muntah dan
penggnaan diuretic yang mengeluarkan kalium.

Hiperkalemia adalah keadaan konsentrasi kalium dalam darah melebihi


kadar norma. Hiperkalemia berat menyebabkan abnormalitas konduksi
jantung. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, karena
penuruan pada ginjal dapat menurunkan jumlah kalium yang dapat
diekskresikan oleh ginjal.

2.6.1.3 Ketidakseimbangan kalsium


Hipokalsemia menggambarkan penurunan pada jumlah total kalsium
serum dan atau kalsium terionisasi. Hipokalsemia disebabkan oelh
16
penyakit, yang secara langsung memengaruhi kelenjar tiroid dan
paratiroid. Penyebab lainnya adalah insufisiensi ginjal (ketidakmampuan
ginjal untuk mengekskresikan fasfor menyebabkan kadar fasfor meningkat
dan kalsium menurun). Tanda dan gejala sering kali dihubungkan dengan
penurunan fungsi sistem neuromuscular dan jantung.

Hiperkalsemia adalah keadaan meningkatnya konsentrasi total kalsium


serum dan atau kalsium yang terionisasi. Hiperkalsemia sering kali
merupakan tanda dari penyakit yang melatar belakangi terjadinya keadaan
seperti hiperparatiroidismee atau neoplasma, yang menyebabkan
kelebihan reabsorbsi tulang yang disertai pelepasan ion kalsium.
Kehilangan kalsium dalam tulang juga disebabkan karena imobilisasi
yang lama.

2.6.1.4 Ketidakseimbangan Magnesium


Hipomagnesemia, penurunan kadar serum magnesium terjadi dalam
keadaan mal nutrisi dan mal absorbsi tanda dan gejala berhubunga secara
langsung dengan eksitabilitas neuromuscular dan tampak sangat mirip
dengan tanda dan gejala hilpokalsemia.

Hipermagnesimia adalah peningkatan kadar magnesium serum, yang


dapat mendepresi otot skeletal dan fungsi saraf. Sebagian besar
hipermagnesemia disebabkan oleh asupan magnesium yang berlebihan
pada klien dengan insufisiensi ginjal. Deprsi asetil kolin dapat
memberikan efek sedative, aritmia jantung, serta penurunan kecepatan dan
kedalaman respirasi.

2.6.1.5 Ketidakseimbangan Klorida


Hipokloremia terjadi ketika kadar serum klorida berada dibawah batas
normal. Ketidakseimbangan klorida biasanya dihubungkan dengan
ketidakseimbangan natrium. Muntah atau drainase nasogastrikatau fistula
yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan asam hidroklorida.
Penggunaan deurtik loop dan tiazid juga dapat meningkatkan kehilangan
klorida karena natrium dieksreksikan ketka kadar serum klorida menurun,
17
alkalosis metabolisme terjadinya karena tubuh beradaptasi dengan
menurunkan reabsorbsi ion bikarbonat untuk memepertahankan
keseimbangan elektrolit.

Hiperkloremia terjadi ketika kadar serum klorida meningkta diatas kadar


normal yang biasanya terjadi ketika kadar serum bikarbonat atau natrium
meningkat. Hipokloremia dan hiperkloromia jarang terjadi sendirian
karena merupakan bagian dari proses terjadinya penyakit tetapi umunya
dihubungkan dengan ketidakseimbangan asam dan basa tidak ada
ditemukan tanda dan gejala yang unik yang berhubungan dengan
gangguan ion.

2.6.2 Gangguan Keseimbangan Cairan.

Ketidakseimbangan cairan terjadi terjadi karena adanya penyakit atau cedera


yang mengganggu kemampuan tubuh untuk mempertahankan homeostasis.
Tindakan terpeutik seperti pemberian obat dapat menyebabkan ketidak
seimbangan cairan. Terdapat dua jenismketidakseimbangan cairan yaitu
isotonic dan osmolar. Defisit dan kelebihan isotonic dapat terjadi ketika cairan
dan elektrolit meningkat atau berkurang dari jumlah mormal tetapi osmolalitas
Sebaliknya, ketidak seimbangan Osmolalitas adalah keadaanberkurangnya
atau berlebihnya jumlah air yang mempengaruhi konsentrasi (osmolalitas)
serum.

2.7 Keseimbangan Asam-Basa


Keseimbangan kimia dalam tubuh diregurasi dalam keadaan asiditas dan alkalintas,
yang diukur denan nilai pH. Keseimbangan asam-basa diregulasi dalam tubuh yang
mampu mempertahankan pH arteri antara 7,35 dan 7,45. Analisis gas darah arteri
(AGH) adalah cara yang normal mengindikasi bahwa klien mengalami
ketidakesimbangan asam-basa . Penghitungan AGD meliputi analisis komponen pH,
PaCO2, PaO2, saturasi oksigen, base excess, dan HCO3-
2.7.1 pH
Nilai pH dapat mengukur konsetrasi ion hodrogen (H +) dalam cairan tubuh .
Adanya perubahan yang tidak signifikan dapat mengancap kehidupan.
Peningkatan konsentrasi H+ menyebabkan larutan bersikap lebih asam;

18
penurunan konsentrasi H+ dapat menyebabkan larutan lebih basa. Nilai pH
ateri normal adalah 7,35-7,45 (keadaan asam adalah kedaan pH kurang dari
7,35 dan keadaan basa adalah kedaan pH lebih dari pada 7,45)
2.7.2 PaCO2
PaCO2 adalah tekanan parsial karbon dioksida dalam darah dan merupakan
gambaran keadaan ventilasi paru. Rentang normalnya adalah 35-45 mmHg.
Hiperventilasi terjadi terjadi saat PaCO2 berada dibawah 45 mmHg. Saat laju
dan kedalaman pernapasan meningkat, lebih banyak karbo dioksida yang
diekskresi dan konstrasi karbon dioksida menurun, lebih sedikit karbon
dioksida yang diekskresi dan lebih banyak yang ditahan dalam tubuh, yang
akan meningkatkan konsentrasi karbon dioksida .

2.7.3 PaO2

PaO2 adalah tekanan parsial oksigen dalam darah arteri. Kadar normal PaO2
adalah 80-100 mmHg. Tekanan parsial oksigen tidak memiliki peran utama
dalam regulasi asam-basa saat kadarnya berada dalam batas normal. Tekanan
Parsial yang kurang dari 60 mmHg dapat menyebabkan mtabolisme aerob,
yang selanjutnya dapat menyebabkan produksi asam laknat dan asidosis
metabolic. Penurunan tekanan parsial terjadi secara normal dalam lansia
(Reuben et al., 2005). Hiperventilasi juga dapat menurunkan PaO2 yang dapat
menyebabkan terjadinya alkalosis respiratorik (Heitz dan Horne., 2005).

Saturasi Oksigen . Saturasi adalah keadaan hemoglobin yang disaturasikan


oleh oksigen, maka oksigen yang masih tersedia (oksigen yang berkaitan
dengan hemoglobin) ditarik untuk memberikan oksigen pada jaringan
(Ignatavicious dan Workman, 2005)

2.7.4 Base Excess


Base Excess adalah jumlah penyangga darah (hemoglobin dan bikarbonat)
yang didapatkan dalam tubuh . Kadar normalnya adalah ±2 mEq/L. Nilai
kadar yang tinggi dapat mengidikasikan alkalosis dan disebabkan olwh asupan
larutan yang mengandung natrium bikarbonat yang banyak (beberapa adalah
antasida), kelebihan sitrat akibat tranfusi darah yang berlebihan, atay infus
intravena natrium bikarbonat untuk mengoreksi ketoasidosis. Kadar yang
kurang dari normal dapat mengindikasikan asidosis dan biasaya disebabkan

19
oleh eliminasi ion bikarbonat yeng terlalu berlebih. Contohnya adalah diare,
yaitu motilitas usus meningkat yang disertai diare menyebabkan cairan yang
mengandung bikarbonat tidak diabsorpsi (Ignatavicious dan Workman, 2005) .
2.7.5 Bikarbonat
Serum bikarbonat (HCO3-) adalah komponen utama keseimbangan asam-basa.
Ginjal mengekskresi dan menahan HCO3- utnuk mempertahankan keadaan
asam-basa yang normal. Keadaan tesebut adalah prinsip penyangga cairan
ekstraseluler pada tubuh dan jika bikarbonat berada dalam cairan
ekstraseluler , konsentrasinya dipertahankan sebanyak 20 kali lebih besar dari
konsentarsi cairan pada asam karbonat (Ignatavicious dan Workman, 2005).
Kadar normalnya adalah 22-26 mEq/L, biasanya menindikasikan alkalosis
metabolic.

2.8 Jenis ketidakseimbangan asam basa


Ketidakseimbangan asam basa dibagi menjadi ketidakseimbangan respiratorik atau
metabolisme, bergantung pada penyebab yang melatar belakanginya. Tubuh
mengoreksi ketidakseimbangan asam basa melalui proses kompensasi. Empat jenis
ketidakseimbangan asam basa adalah: asidosis respiratorik,alkalosis
respiratorik,asidosis metabolic,dan alkalosis metabolik.

Asidosis Respiratorik. Asidosis respiratorik adalah keadaan dimana konsentrasi karbon


dioksida arterial meningkat (PaCO2), kelebihan asam karbonat (H2CO2),serta
meningkatnya konsentrasi ion hydrogen (pH kurang dari 7,35). Asidosis respiratorik
disebabkan oleh hipovetilasi. Dengan adanya asidosis respiratorik,cairan serebrospinal
dan sel otak menjadi bersifat asam sehingga menyebabkan perubahan neurologis.
Hipoksemia terjadi karena depresi pernapasan yang selanjutnya menyebabkan
gangguan neurologis.perubahan elektrolit seperti hiperklemia dan hiperkalsemia dapat
disertai dengan asidosis. Untuk mengompensasi asidosis,ginjal mempertahankan
biokarbonat dan melepaskan ion hydrogen dalam urine. Ginjal memberikan respons
yang lambat dan proses ini membutuhkan waktu 24 jam.
\
Alkalosis Respiratorik. Alkalosis Respiratorik ditandai dengan adanya penurunan
PaCO2 dan meningkatnya pH (lebih besar dari7,45),sama seperti asidosis
20
respiratorik,alkalosis respiratorik, alkalosis respiratorik dimulai dari luar sistem
pernapasan (misalnya kecemasan disertai hiperventilasi) atau dimulai dari sistem
pernapasan (misalnya fase awal serangan asma). Tubuh biasanya tidak berkompensasi
pada alkalosis respiratorik karena pH kembali ke nilai normal sebelum ginjal berspons.

Asidosis Metabolik. Asidosis Metabolik terjadi akibat tingginya kadar asam dalam
darah, yang juga menyebabkan kehilangan natrium bikarbonat, sebagian besar alkali
pada sistem penyangga karbonat menyebabkan defisit bikarbonat (Chernecky et al.,
2006). Diare yang parah dan penyakit ginjal menyebabkan asidosis metabolik. Dalam
upaya untuk mengidentifikasi penyebab asidosis metabolik, lakukan analisis elektrolit
serum untuk mendeteksi anion. Jarak anion merefleksikan kehadiran anion yang tidak
dapat dikur dalam plasma.

Alkalosis Metabolik. Alkalosis Metabolik merupakan hasil dari kehilangan asam dari
tubuh atau meningkatnya kadar bikarbonat. Penyebab yang paling umum adalah
muntah dan pengisapan gastrik. Penyebab lainnya adalah koreksi asidosis metabolik
yang berlebihan, difisiensi kalium,hiperaldosteron, dan penggunaan terapi tiazid yang
menyebabkan peningkatan eksresi asam pada ginjal (Monahan et al.,2007).
Kompensasi terjadi dengan menurunkan kecepatan pernapasan dan kehilangan
bikarbonat oleh ginjal jika tidak disebabkan oleh penyakit ginjal.

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-
basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia
dalam cairan tubuh.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat pula mengerti dan paham akan gangguan
keseimbangan cairan dan asam basa .

22
DAFTAR PUSTAKA

Perry , Anne Griffin,. Potter, Peterson,. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: EGC.

2017.

23

Anda mungkin juga menyukai